Anda di halaman 1dari 14

AYAKAN

( SHIEVING )

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Memisahkan bahan atas dasar ukuran partikel, untuk memperoleh bahan dengan
ukuran partikel lebih uniform.
Menentukan luas permukaan spesifik bahan.

II. TEORI PERCOBAAN


Pengecilan bahan menjadi ukuran tertentu biasanya disesuaikan dengan tujuannya.
Bahan padat dapat dipecah dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
Copression
Impact
Attrition
Cutting

Setelah bahan itu dipecah tentunya bahan tersebut mempunyai ukuran partikel lebih
kecil. Keseragaman ukuran dapat diperoleh melalui operasi ayakan, kemudian bahan tersebut
dianalisis dengan perlakuan memisahkannya secara mekanis. Salah satu alat untuk
menganalisis ukuran partikel yang telah menjadi ukuran kecil-kecil adalah standar Ayakan
Tyler.

Karakteristik Partikel Zat Padat.


Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk dan
densitasnya. Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan bahan
bongkahan. Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat campuran,
misalnya bijih yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas, biasanya mempunyai
densitas yang berbeda dari bahan lindaknya. Untuk partikel yang bentuknya beraturan,
misalnya yang berbentuk bola dan kubus, ukuran dan bentuknya dapat dinyatakan dengan
mudah. Tetapi partikel yang bentuknya tidak beraturan (seperti butir-butir pasir dan serpih
mika), istilah ukuran (size) dan bentuk (shape) tidak begitu jelas dan harus didefinisikan
secara acak.

0 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


Bentuk Partikel
Bentuk setiap partikel dikarakteristikkan dengan sferisitas atau kebolaan (Sphericity)
S , yang tidak bergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel berbentuk bola dengan
diameter Dp, = 1; untuk partikel yang tidak berbentuk bola, sferisitas didefinisikan oleh
hubungan :
6Vp
S = D S (1)
p p

dimana : Dp = diameter ekivalen atau diameter nominal partikel


sp = luas permukaan ssatu partikel
vp = volume satu partikel

Diameter ekivalen kadang-kadang didefinisikan sebagai diameter bola yang


volumenya sama dengan volume partikel itu. Tetapi, bahan-bahan berbentuk bijian
(granular) halus, volume maupun luas permukaannya tidak mudah ditentukan secara eksak,
sehingga Dp biasanya diambil dari ukuran nominal atas dasar analisis ayak (screen analysis)
atau melalui pemeriksaan mikroskop. Luas permukaan didapatkan dari pengukuran adsorpsi
atau dari penurunan tekanan di dalam hamparan partikel, dan kemudian pers. (1) diterapkan
untuk menghitung S. Untuk kebanyakan bahan pecahan, nilai S berkisar antara 0,6 dan 0,8,
seperti terlihat pada tabel 1; tapi untuk partikel yang telah membulat karena abrasi S bisa
sampai setinggi 0,95.
Untuk kubus dan silinder yang panjangnya L sama dengan diameternya, diameter
ekivalen itu lebih besar dasri L, dan S yang didapatkan dari diameter ekivalen ialah 0,61
untuk kubus dan 0,87 untuk silinder. Untuk bentuk-bentuk itu sebaiknya digunakan diameter
nominal L, karena rasio permukaan terhadap volume ialah 6/Dp, sama dengan bola, dan hal
ini membuat S sama dengan 1,0. Untuk isian kolom (column packing) seperti cincin dan
pelana, juga digunakan ukuran nominal untuk menentukan S.

Ukuran Partikel
Pada umumnya, diameter dapat ditentukan untuk setiap partikel yang
ekidimensional. Partikel yang tidak ekidimensional, yaitu yang panjang pada satu arah
ketimbang pada arah yang lain, partikel itu dikarakterisasi dengan dimensi utama yang kedua
terpanjang. Untuk partikel berbentuk jarum, umpamanya Dp akan menunjukkan tebal partikel,
dan bukan pada panjangnya.
1 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)
Ukuran partikel manurut konvensi, dinyatakan dalam berbagai satuan, bergantung
pada jangkauan ukuran yang terlibat. Parikel-partikel kasar diukur dalam inci atau milimeter;
partikel halus dengan ukuran ayak, partikel yang sangat halus dengan ukuran mikrometer.
Partikel-partikel yang ultra halus kadang-kadang diberikan dengan luas permukaan per satuan
massa, biasanya dalam meter persegi per gram.

Ukuran Partikel Campuran Dan Analisis Ukuran.


Dalam contoh yang ukurannya seragam, dengan diameter Dp, volume total partikel
ialah m/p, diameter m dan p masing-masing ialah massa contoh dan densitas partikel. Oleh
karena volume satu partikel adalah vp, banyaknya partikel di dalam contoh N ialah :
m
N= v (2)
p p

Tabel 1. Sifat bola untuk bermacam-macam bahan.


Sifat bentuk Sifat bentuk bola
Bahan Bahan
bola
Bola, kubus, silinder Pasir Rounded 0,95
pendek (L = Dp) 1,0 Pasir Ottawa 0,83
Cincin Raschig (L = Debu Coal 0,73
Dp)
L = Do, Di = 0,5 Do 0,58 Pasir Hitam 0,65
L = Do, Di = 0,75 Do 0,33 Gelas Crushed 0,65
Pelana Berl 0,3 Sempih Mica 0,28

Luas permukaan partikel-partikel itu ialah, dari pers. (1) dan (2)
6m
A = N sp = D (3)
S p p

Agar dapat menerapkan pers. (2) dan (3) terhadap partikel yang mempunyai berbagai
ukuran dan berbagai densitas, campuran itu dipilahkan menjadi fraksi-fraksinya, masing-
masing dengan densitas konstan dan ukuran yang mendekati konstan. Setiap fraksi ini
ditimbang, atau partikel-partikelnya dicacah atau diukur dengan salah satu cara yang dapat
digunakan. Pers. (2) dan (3) lalu dapat diterapkan terhadap setiap fraksi itu dan hasilnya
kemudian dijumlahkan.
Informasi dari analisis ukuran partikel didaftarkan untuk menunjukkan massa atau
jumlah fraksi yang terdapat didalam setiap tokokan atau pertambahan kecil (increment)
ukuran berbagai fungsi ukuran partikel rata-rata (atau jangkauan ukuran) di dalam tokokan

2 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


itu. Analisis yang ditabulasikan dengan cara demikian dinamakan analisis differensial
(differensial analysis). Hasilnya biasanya disajikan dalam bentuk histogram, seperti terlihat
pada gambar 1a, dengan menggunakan kurva kontinu sebagai pendekatan terhadap distribusi,
seperti ditunjukkan oleh garis putus-putus pada gambar itu. Cara kedua untuk menyajikan
informasi itu ialah dengan menggunakan analisis kumulatif (Cumulatif Analysis) yang
didapatkan dengan menjumlahkan tokokan-tokokan itu secara berurutan, mulai dari yang
mengandung partikel terkecil; lalu mendaftarkan atau memetakan jumlah kumulatif tersebut
terhadap diameter maksimum dari partikel yang terdapat di dalam tokokan itu. Gambar 1b,
merupakan pemetaan terhadap analisis kumulatif distribusi yang terlihat pada gambar 1a.
Dalam analisis kumulatif, data itu dapat dinyatakan dengan baik dalam bentuk kurva kontinu.
Perhitungan mengenai ukuran partikel rata-rata, luas permukaan partikel, atau
populasi partikel itu di dalam campuran itu dapat dibuat berdasarkan analisis differensial
ataupun analisis kumulatif. Pada prinsipnya, metode yang didasarkan atas analisis kumulatif
lebih tepat daripada yang didasarkan atas analisis differensial; sebab, bila kita menggunakn
analisis kumulatif, kita tidak perlu lagi mengandaikan bahwa semua partikel yang terdapat di
dalam satu fraksi tertentu mempunyai ukuran yang sama. Namun, dilain pihak ketelitian
pengukuran besar partikel biasanya tidak memadai untuk kita menggunakan analisis
kumulatif, sehingga perhitungan itu hampir selalu didasarkan atas analisis differensial saja.

Permukaan Spesifik Campuran


Jika densitas partikel p dan sferisitas s diketahui, luas permukaan partikel didalam
setiap fraksi dapat dihitung dari pers. (3).
Bila hasilnya untuk semua fraksi dijumlahkan kita akan mendapatkan A, yaitu
permukaan spesifik (spesific surface), artinya luas permukaan total per satuan massa partikel.
Jika p dan s adalah konstan, Aw diberikan oleh :
6X
1 2 6X n 6X
Aw = D D ... D (4)
S p p1 S p p2 S p pn

n
xi
D
6
=
S p i 1 pi

dimana subkrip = masing-masing tokokan


Xi = fraksi massa dalam setiap tokokan tertentu
n = jumlah tokokan

3 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


Dpi = diameter partikel rata-rata, diambil sebagai rata-rata
aritmetik dari diameter terkecil dan terbesar di dalam
tokokan itu.

0,25 100

Fraksi Massa Kumulatif


lebih kecil dari ukuran
FRAKSI MASAA

0,2 80

yang ditetapkan
0,15 60
0,1 40
0,05 20
0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

UKURAN PARTIKEL UKURAN PARTIKEL

Gambar 1. Distribusi ukuran partikel untuk powder :


o analisis differensial
o analisis kumulatif

Ukuran Partikel Rata-rata


Ukuran partikel rata-rata untuk campuran partikel didefinisikan menurut berbagai
cara. Barangkali yang paling lazim dipakai ialah diameter pukul-rata volume-permukaan
(volume-surface mean diameter) Dpi, yang dihubungkan dengan luas permukaan spesifik Aw.
Didefinisikan oleh :
6
Ds = (5)
S Aw p

Substitusikan pers. (4) ke dalam pers. (5) memberikan :


1
Ds = xi (6)
D
pi

Jika jumlah partikel di dalam setiap fraksi N i diketahui, dan bukan fraksi massanya.
Kadang-kadang, digunakan rata-rata lain. Diameter pukul-rata-rata aritmetik (arithmetic
mean diameter) DN ialah :

4 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


N N
n n

i D pi i D pi
i 1 i 1
DN = n
(7)
NT
N
i 1
i

dimana NT ialah jumlah partikel di dalam keseluruhan contoh.


Diameter pukul-rata massa (massa mean diameter) Dw didapatkan dari persamaan :
Dw = xi Dpi (8)
Jika volume total contoh itu dibagi dengan jumlah partikel di dalam campuran (lihat
di bawah) kita dapatkan volume rata-rata setiap partikel. Diameter partikel itu ialah diameter
pukul-rata volume (volume mean diameter) Dv, yang didapatkan dari hubungan :
1
3
1
Dv = n (9)
xi
D pi 3
i 1

Untuk contoh yang terdiri dari partikel seragam, diameter rata-rata, tentu saja sama.
Tetapi untuk campuran yang terdiri dari partikel berbagai ukuran, masing-masing diameter
rata-rata yang ada itu mungkin sangat berlainan satu sama lain.

Jumlah Partikel Di Dalam Campuran


Untuk menghitung, dari analisa differensial, jumlah partikel yang terdapat didalam
campuran, dapat kita gunakan pers. (2), yaitu persamaan untuk menghitung jumlah partikel
yang terdapat di dalam setiap fraksi. Kemudian Nw, yaitu populasi total didalam suatu massa
contoh, didapatkan dengan menjumlahkan senua fraksi. Untuk suatu bentuk partikel tertentu,
volume setiap partikel itu sebanding dengan diameternya pangkat tiga, atau
vp = a Dp3 (10)
dimana a adalah faktor bentuk volume (volume shape factor). Dari pers.(2) dengan
mengandaikan bahwa a tidak bergantung pada ukuran, maka
n
xi
D
1 1
Nw = (11)
a p i 1 pi
3
a p D v3

Luas permukaan spesifik, diameter rata-rata yang bermacam-macam itu , serta jumlah
partikel dapat dihitung dengan mudah dari analisis ukuran partikel dengan menggunakan
program komputer yang sederhana. Instrumen-instrumen pengukur untuk partikel-partikel

5 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


yang sangat halus banyak yang sudah diprogramkan sehingga dapat menyatakan besaran-
besaran itu secara langsung.

Analisis Ayak; Deret Ayak Standar


Ayak (screen) standar digunakan untuk mengukur besarnya partikel (dan
distribusinya) dalam jangkau ukuran antara 3 sampai 0,0015 in (76 mm sampai 38 m).
Ayak-ayak uji itu terbuat dari kawat, sedang rapat anyaman (mesh) dan ukuran kawatnya
dibakukan dengan teliti. Bukan ayak itu berbentuk bujur sangkar. Setiap ayak itu
diidentifikasi menurut mesh (rapat ayak) per inci. Bukaan sebenarnya tentulah lebih kecil dari
angka meshnya, karena tebal kawat tentu harus diperhitungkan juga. Karakteristik dari suatu
deret yang lazim yaitu deret ayak standar Tyler (Tyler standar screen series). Perangkat ayak
ini didasarkan atas bukaan (lubang) ayak ukuran 200 mesh, yang ditetapkan sebesar 0,074
mm.
Luas bukaan pada setiap ayak tertentu adalah persis dua kalibukaan pada ayak ukuran
berikutnya yang lebih kecil. Rasio dimensi anyaman yang sebenarnya pada suatu ayak
terhadap ayak berikut yang lebih kecil, oleh karena itu ialah 2 = 1,41.
Untuk mendapatkan pemisahan ukuran yang lebih rapat, dibuat pula ayak-ayak
dengan ukuran-antara yang masing-masingnya mempunyai dimensi mesh 4
2 atau 1,189 kali
ukuran ayak standar yang lebih kecil berikutnya. Namun biasanya ayak antara ini tidak
banyak dipakai.
Dalam melakukan analisis, seperangkat ayak standar disusun secara deret dalam suatu
tumpukan, dimana ayak denmgan anyaman paling rapat ditempatkan paling bawah, dan yang
anyamannya paling besar ditempatkan paling atas. Contoh yang dianalisis lalu dimasukkan ke
dalam ayak yang paling atas dan oengayak itu diguncang secara mekanis selama beberapa
waktu tertentu, misalnya selama 20 menit. Partikel yang tertahan pada setiap ayak
dikumpulkan dan ditimbang, dan massa pada setiap tokokan ayak itu dikonversikan menjadi
fraksi massa atau persen massa dari contoh keseluruhan. Setiap partikel yang dapat lulus dari
ayak yang terhalus dikumpulkan didalam suatu panci yang ditempatkan pada dasar susunan
itu.
Hasil dari analisis ayak ditabulasikan untuk menunjukkan fraksi massa pada setiap
tokokan ayak sebagai fungsi dari jangkau ukuran mesh pada setiap tokokan itu. Oleh karena
partikel yang tertahan pada suatu ayak tertentu adalah yang lulus dari ayak yang di atasnya,
maka hanya diperlukan dua angka saja untuk menentukan jangkau ukuran suatu tokokan;

6 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


angka yang pertama berdasarkan ayak yang meluluskannya, dan yang kedua ayak yang
menahannya. Jadi, notasi 14/20 berarti lulus dari 14 mesh dan tertahan oleh 20 mesh.
Contoh analisa ayak terlihat pada tabel 2. Dua kolom pertama memberikan ukuran
mesh dan lebar bukaan didalam ayak, kolom ketiga ialahj fraksi massa dari contoh
keseluruhan yang tertahan pada ayak yang bersangkutan. Fraksi itu ditandai dengan x i
dimana i ialah nomor ayak dihitung dari bawah; jadi i = 1 menunjukkan panci dan ayak i + 1
ialah ayak berikut di atas ayak i. Lambang Dpi berarti diameter partikel, sama dengan
besarnya bukaan anyaman pada ayak i.
Dua kolom terakhir dalam tebel 2 menunjukkan diameter partikel rata-rata D pi pada
setiap tokokan dan fraksi kumulatif yang lebih kecil dari masing-masing nilai Dpi. Dalam
analisis ayak, fraksi kumulatif ini kadang-kadang dituliskan bertolak dari ayak paling atas
dan dinyatakan sebagai fraksi lebih besar dari ukuran tertentu.
Pemetaan secara differensial data yang terdapat di dalam kolom 2 dan 3. Tabel 2
memberikan gambaran yang salah mengenai distribusi ukuran partikel karena jangkau ukuran
partikel yang diliputnya berbeda dari suatu tokokan ke tokokan lain.
Bahan yang terkumpul di atas satu tokokan (ayak Tertentu) lebih sedikit bila jangkau
ukuran setiap jangkau itu masing-masing sama, dan data itu dapat dipetakan secara langsung.
Namun, disini kita akan mendapatkan gambaran yang lebih tepat dengan memetakan xi/(Dpi+1
Dpi), dimana Dpi+1 Dpi ialah ukuran partikel dalam tokokan i. Hal ini diilustrasikan oleh
gambar 2a yang merupakan pemetaan langsung, dan Gambar 2b yang merupakan pemetaan
yang disesuaikan untuk partikel ukuran 20/28 mesh dan lebih kecil yang didaftarkan pada
table
Mesh Bukaan Fraksi massa yang Diameter partikel rata- Fraksi kumulatif partikel
ayak tertahan, xi rata dalam tokokan, yang lebih kecil dari Dpi
Dpi, mm Dpi, mm

4 4,699 0,0000 - 1,0000


6 3,327 0,0251 4,013 0,9749
8 2,362 0,148,60 2,845 0,8499
10 1,651 0,3207 2,007 0,5292
14 1,168 0,2570 1,409 0,2722
20 0,833 0,1590 1,001 0,1132
28 0,589 0,0538 0,711 0,0594
35 0,417 0,0210 0,503 0,0384
48 0,295 0,0102 0,356 0,0282
65 0,208 0,0077 0,252 0,0205
100 0,147 0,0058 0,178 0,0147
148,6 0,104 0,0041 0,126 0,0106
200 0,074 0,0031 0,089 0,0075
Pan - 0,0075 0,037 0,0000
Tabel 2. Analisis Ayak

7 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


Grafik kumulatif dibuat dari hasil seperti yang didalam kolom 2 dan 5 dalam tabel 2.
Bila jangkau menyeluruh ukuran partikel itu besar, pemetaan itu sering dilakukan dengan
menggunakan skala logaritmik untuk diameter. Pemetaan kumulatif semilogaritmik daripada
analisis dari tabel 2 diberikan dalam gambar 3.
Pemetaan kumulatif itu dapat pula dibuat di atas kertas probabilitas-logaritmik dimana
skala absis dibagi sesuai dengan distribusi probabilitas menurut Gauss.
Analisa ukuran terhadap hasil dari mesin pemecah atau penggiling biasanya
menghasilkan grafik garis lurus di atas kertas itu, sedikitnya untuk sebagian besar jangkau
ukurannya. Grafik seperti itu dulu digunakan untuk ekstrapolasi ke ukuran partikel yang lebih
kecil dari jangkau ayak penguji, tetapi karena sekarang sudah ada metode untuk mengukur
partikel yang sangat kecil, hal tersebut di atas tidak diperlukan lagi.

Penentuan Ukuran Partikel Yang Sangat Halus


Ukuran partikel yang terlalu halus untuk analisis ayak dapat ditentukan dengan
berbagai metode, antara lain dengan sedimentasi differensial, pengukuran porositas pada
hamparan endapan, absorpsi cahaya di dalam suspensi, adsorpsi gas pada permukaan partikel,
dan dengan mencacah secara visual di baah mikroskop. Dalam salah satu peranti pengukur,
yaitu yang dinamakan pencacah Coulter (Coulter Counter), suspensi encer partikel dibuat
didalam zat cair pembawa yang bersifat penghantar listrik. Suspensi itu dilewatkan secara
perlahan melalui orifice yang sangat halus. Di dalam zat cair melintas orifice itu diberikan
penurunan tegangan listrik; arus yang mengalir diantara hulu dan elektrode hilir lalu diukur.

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


Satu set ayakan dan Timbangan.
( 1)Tombol Pengatur Frekuensi
( 2 )Tombol pengatur waktu
( 3 ) Peganggan/ pengikat
Bahan arang aktif

Gambar Ayakan

8 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


IV. PROSEDUR PERCOBAAN :
Ditimbang tokokan dan pan kosong dari alat ayakan.
Alat diset sesuai gambar dengan urutan pan paling bawah dan selanjutnya
tokokan yang berurutan semakin ke atas nilai Mesh-nya makin kecil.
Bahan padat /arang (coal) ditimbang sebanyak 10 gram.
Arang dimasukkan ke dalam tokokan paling atas.
Alat ayakan dinyalakan sampai waktu dan frekuensi tertentu.
Bahan dianalisis dengan dua percobaan berat konstan dan waktu konstan.
Pan yang berisi coal ditimbang.

V. DATA PENGAMATAN

9 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


Massa konstan = 10 gram Waktu konstan = 10 menit
T1= 5 menit Massa 1 = 5 gram
T2= 7 menit Massa 2 = 10 gram
T3 = 10 menit Massa 3 = 12 gram

10 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


Data Kalibrasi Mesh
1 inchi = 2.54 Cm
Berat Kosong
Mesh Mesh (cm)
(gr)
# 60 500.72 0.0277
# 80 499.90 0.0178
# 100 498.14 0.0150
# 120 474.63 0.0124
# 140 487.90 0.0104
# 170 480.50 0.0089
Pan 263.10 -

Tabel Data Pengamatan :


Massa Konstan = 10 Gram
Mesh 5 7 10
Mesh
(cm) menit menit menit
# 60 0.0277 8.44 8.15 7.94
# 80 0.0178 0.66 0.75 0.92
# 100 0.0150 0.43 0.25 0.51
# 120 0.0124 0.05 0.33 0.20
# 140 0.0104 0.03 0.23 0.08
# 170 0.0089 0.02 0.03 0.04
Pan - 0.01 0.02 0.05
Total 9.64 9.76 9.74

Waktu Konstan = 10 menit


5 10 12
Mesh Mesh (cm)
gram gram gram
# 60 0.0277 4.35 8.21 9.19
# 80 0.0178 0.14 0.36 1.34
# 100 0.0150 0.08 0.19 0.13
# 120 0.0124 0.05 0.19 0.25
# 140 0.0104 0.03 0.13 0.18
# 170 0.0089 0.02 0.05 0.11
Pan - 0.01 0.02 0.09
Total 4.68 9.15 11.29

11 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)


12 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum operasi ayakan yang terjadi ini berdasarkan pada standar ayakan
tyler, ayakan disusun secara bertingkat dengan jumlah mesh terkecil sampai
terbesar ke bawah.
Praktikum ini memerlukan ketelitian dalam penimbangan coal yang akan diayak,
hal ini dimaksudkan untuk akurasi percobaan agar lebih baik.
Akurasi juga diharuskan pada penimbangan tokokan awal kosong dan bisa
dipastikan tokokan dalam kondisi bersih.
Keakurasian timbangan mempengaruhi massa hasil ayakan
Waktu dan frekuensi yang ditentukan sangat berpengaruh akan hasil dari
pengayakan tersebut.

VII. KESIMPULAN.
Perhitungan luas permukaan spesifik dengan metode Analisis Differensial lebih
besar hasilnya bila dibandingkan dengan metode Analisis Kumulatif.
Pada percobaan operasi ayakan ini diperlukan kelihaian dan kejelian dalam
penimbangan yang didapat.
Faktor penyebab berkurangnya jumlah bahan yang diayak haruslah dihindarkan
sedini mungkin, seperti angin, kesalahan penimbangan (bisa diakibatkan oleh
alat yang tidak layak), atau faktor akurasi lainnya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Anonimus. 2003. Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia, Lab. Operasi Teknik Kimia
FT-UMJ. Fakultas Teknik, Jurusan. Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Cabe W.L, Mc. and Smith, J.C. 1956. Unit Operation of Chemical Engineering, Mc.Graw
Hill Ltd. New York.

13 Praktikum Teknik Kimia IV Ayakan (Shieving)

Anda mungkin juga menyukai