Anda di halaman 1dari 34

FILSAFAT ILMU

PENGANTAR
1. Pengantar, Ruang Lingkup dan Pengertian Filsafat
2. Ilmu dan Pengetahuan
3. Metode Ilmiah
4. Struktur pengetahuan ilmiah
5. Sarana Berpikir Ilmiah
6. Ilmu dan Teknologi
7. Filsafat Kesehatan
8. Mid Semester
Pengantar
Ilmu dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat.
Kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, dan perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat.
Filsafat telah berhasil merubah pola pemikiran umat manusia dari
mitosentris ke logosentris.
Dengan filsafat, pola pikir yang tergantung pada dewa diubah menjadi pola
pikir yang bergantung pada rasio.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan
teori teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang tejadi pada alam dan
isinya.
Dari penelitian alam jagad bermunculan ilmu astrologi, kosmologi, fisika,
kimia, sedangkan dari manusia muncul biologi, sosiologi, antropologi dll.
Selanjutnya ilmu berkembang dan terbagi dalam berbagai disiplin yang
masing masing membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan, dan ukuran
yang berbeda, dalam disiplin dan spesialisasinya.
Ilmu dan tehnologi bekembang dan mulai kehilangan rohnya yang
fundamental dengan mengeliminer peran manusia, bahkan manusia tanpa
sadar telah menjadi budak ilmu dan teknologi.
Filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar tidak
menjadi bumerang bagi kehidupan manusia.
Salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan
teknologi adalah instrumen (alat) dan bukan tujuan.
Dalam keadaan yang demikian diperlukan satu pandangan komprehensif
tentang ilmu dan nilai nilai yang berkembang dalam masyarakat.
Ruang Lingkup
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam objek yaitu objek material
dan objek formal
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan (tubuh
manusia pada ilmu kedokteran),
Objek formal adalah metode untuk memahami objek material rersebut
seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Demikian pula filsafat memiliki objek material dan objek formal.
Objek material filsafat adalah segala yang ada dalam bentuk empiris, yang
ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.
Objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan
rasional tentang segala yang ada.
Cakupan objek filsafat lebih luas dari ilmu karena ilmu hanya mencakup
yang empirs saja.
Pada awalnya ilmu berasal dari kajian filsafat dimana filsafat melakukan
pembahasan tentang segala yang ada termasuk empiris.
Kemudian ilmu berkembang dan bercabang membentuk spesialisasi dan
menampakkan kegunaan yang praktis.
Oleh sebab itu para filosof menyebut filsafat sebagai induk ilmu karena
ilmu moderen dan kontemporer berkembang dari filsafat sehingga
membentuk teknologi yang bermanfaat.
Dalam perkembangannya, filsafat juga sudah merupakan bagian dari ilmu
yang juga mengalami spesialisasi. Cabang filsafat meliputi:
1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2. Etika (filsafat moral)
3. Estetika (filsafat seni )
4. Metafisika
5. Politik (filsafat pemerintahan)
6. Filsafat agama
7. Filsafat ilmu
8. Filsafat pendidikan
9. Filsafat hukum
10.Filsafat sejarah
11.Filsafat matematika

Pengertian Filsafat
Untuk menjawab pertanyaan apakah filsafat itu?
A. Arti etimologis
Kata filsafat (bhs yunani) berarti cinta akan hikmat
Philos berarti pencari
Sophia berarti pengetahuan
B. Arti subjektif
Dalam hal ini setiap ahli dapat memberikan definisi menurut
pandangannya dan sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
C. Arti operasional
Dalam hal ini yang dipikirkan adalah kegiatan apakah yang dilakukan para
filsuf ketika berfilsafat?
D. Arti objektif
- Filsafat oleh siapapun dan dimanapun dilakukan, akan mempunyai arti
yang sama.
- Filsafat merupakan suatu refleksi dalam bentuk kegiatan akal budi,
maupun kegiatan perenungan (suatu refleksi yang merupakan
pengetahuan tahap ke dua).
- Pengertian yang diterima, direnungkan lebih lanjut, sehingga selain
pengertian tersebut, kita mendapatkan pula suatu arti dan makna dari
pengertian tersebut.
- Yang direfleksikan filsafat cukup luas dan tidak terbatas hanya pada bidang
atau thema tertentu.
- Pada dasarnya tugas filsafat adalah:
A. Menyajikan pertanyaan yang tidak disajikan dalam empirik.
B. Mengadakan revolusi dalam persepsi.
C. Mencegah pemikiran rutin dan mengembalikan pada pemikiran refleksi.
D. Mencegah pemikiran mekanistik dan mengembalikannya pada
pemikiran aktif dan kreatif.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu,
Kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, dan
Filsafat dimulai dengan keduanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang belum kita tahu.
Jadi untuk mendapatkan pengetahuan yang benar melalui filsafat adalah :
ketahuilah apa yang engkau tahu dan ketahui pula apa yang engkau belum
ketahui.

Karakteristik berpikir filsafat :


Menyeluruh yakni hubungan ilmu dengan ilmu lain dan kegunaannya.
Mendasar yakni tidak percaya begitu saja tentang kebenaran ilmu.
Spekulatif dengan penuh pertanyaan tentang apa itu logis, apa itu benar,
apa arti dan tujuan hidup dan sebagainya.
ILMU DAN PENGETAHUAN
Pengetahuan berasal dari bhasa Inggeris : knowledge
Pengetahuan adalah apa yang telah diketahui atau hasil dari pekerjaan
tahu yaitu hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia langsung
dari kesadaran sendiri.
Pengetahuan harus benar, karena kalau tidak benar akan kontradiktif
Semua buah pikiran dan pemahaman kita tentang dunia, yang diperoleh
tanpa melalui daur hipotetiko-dedukto-verifikasi, adalah bukan ilmu dan
dinamakan pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengtahuan
secara sungguh-sungguh
Dalam hal ini, manusia mengembangkan pengetahuanya untuk mengatasi
kelangsungan hidupnya.
Melalui pengetahuan, manusia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk
baru, karena dia hidup bukan sekadar untuk kelangsungan hidup.
Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia melalui dua hal utama
yakni kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir melalui penalaran
Pengetahuan dan Sumber Pengetahuan
1. Pengetahuan biasa, yang bersifat common sense atau good sense,
diperoleh dari pengalaman sehari-hari.
2. Pengetahuan ilmu, yakni pengetahuan dari common sense yang
dilanjutkan dengan pemikiran yang cermat, teliti dan terstuktur, dengan
meggunakan metode ilmiah
3. Pengetahuan filsafat yakni pengetahuan yang diperoleh melalui proses
berfikir secara filsafat.
4. Pengetahuan Agama yang bersumber dari Yang Maha Kuasa
Dasar Pengetahuan
Penalaran : suatu proses berfikir untuk menarik suatu kesimpulan berupa
pengetahuan.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan
berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun dikatakan bahwa hatipun
(kalbu) mempunyai logikanya sendiri
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran.
Ciri Penalaran
Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri tertentu.
1. Ciri penalaran yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara
luas dapat disebut logika.
Jadi kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis artinya
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu
2. Ciri penalaran yang kedua adalah sifat anaitik dari proses berpikirnya.
- Manusia mampu melakukan penalaran artinya mampu berpikir secara logis
dan analitis.
- Jadi penalaran ilmiah adalah suatu kegiatan analisis yang mempergunakan
logika ilmiah sedangkan penalaran lain menggunakan logikanya sendiri
pula.
Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan.
Proses berpikir itu harus dilakukan melalui cara tertentu untuk menarik
kesimpulan yang dapat menghasilkan kebenaran.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika dimana logika dapat diartikan
sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Dalam penarikan kesimpulan melalui logika tersebut dikenal dua macam
bentuk logika yakni logika induktif dan logika deduktif.
A. Penalaran induksi
Penalaran induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus / pengamatan
atas gejala-gejala yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan dengan ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi dan diahiri dengan pernyataan yang bersifat
umum .
Ada dua keuntungan yang diperoleh dari pernyataan yang bersifat
umum tersebut.
Pertama, pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
dimana pernyataan seperti ini cukup untuk bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis dan berfikir teortis.
Kedua, dengan pernyataan yang bersifat umum ini memungkinkan
proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara
deduktif.
Dari pernyataan yang bersifat umum, secara induksi dapat lagi ditarik
kesimpulan yang bersifat lebih umum.
B. Penalaran Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir yang dinamakan Silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan yang disebut premis
(mayor dan minor ) dan sebuah kesimpulan.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Sumber Pengetahuan
Rasionalisme didasarkan pada faham idealisme yang dikembangkan
berdasarkan kemampuan berpikir manusia secara rasional.
Empirisme yang mendasarkan pengetahuan pada pengalaman yang konkrit
melalui berbagai gejala alamiah.
Intuisionalisme adalah pengetahuan berdasarkan penarikan kesimpulan
yang non analitik dan hanya didasarkan pada perasaan atau intuisi.
Fenomenologis adalah proses pengkajian yang didasarkan pada gejala-
gejala yang bersifat empiris tanpa pengembangan postulat yang bersifat
teoritis.
Wahyu merupakan pengetahuan yang diturunkan oleh Allah S.W.T melalui
anusia terpilih atau nabi / rasul.
Teori Kebenaran
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar.
Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena
sifat dan watak pengetahuan itu sendiri.
Dalam teori kebenaran epistemologi dikenal ada beberapa macam teori
kebenaran
1. Teori Korespondensi dimana kerbenaran bila ada kesesuaian antara arti
pada subjek dengan objek. (sesuaian dengan fakta, selaras dengan
realitas dan serasi dengan situasi aktual).
2. Teori koherensi atau konsistensi dimana kebenaran adalah kesesuaian
antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang
sudah diketahui, diterima dan diakui benar.
3. Teori pragmatisme dimana sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat
4. Agama sebagai teori kebenaran apabila sesuai dengan ajaran agama
atau wahyu.
Ketiga teori pertama lebih mengedepankan akal, budi, rasio dan
reason manusia.
lmu dan Pengetahuan
Ilmu perlu dibedakan tetapi bukan dipisahkan dengan pengetahuan.
Salah satu ciri keilmuan adalah berdaya ramal (bukan ramalan ssb).
Penjabaran hasil pemikiran harus merupakan rentetan pemikiran yang
logis-matematis dan konsisten.
Ilmu, walaupun berguna tetapi terbatas dan tak mampu memberikan
pemahaman yang lengkap- menyeluruh tentang hakekat alam dan
pengalaman nalar (personal experience).
Oleh sebab itu kita memerlukan disiplin dan pendekatan lain, seperti yang
ditempuh dalam filsafat, aestetika, etika dan agama, misalnya dalam usaha
memahami hakekat alam dan keberadaan kita.
Ilmu dan pengetahuan saling melengkapi (complementary).
Pemahaman yang lebih lengkap tentang hakekat suatu realitas bisa dicapai
lewat perpaduan antara ilmu dengan pengetahuan.
Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut.
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu
Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat
tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektip, dapat
diukur, terbuka dan kumulatip serta dapat dibuktikan kebenarannya secara
empiris.
Pengetahuan adalah seluruh pengetahuan yang belum tersusun, baik
mengenai metafisik maupun fisik.
Ciri Ilmu Pengetahuan
Setiap pengetahuan memiliki ciri :
Ontologi yakni mengenai apa,
Epistemologi tentang bagaimana, dan
Aksiologi yakni untuk apa
pengetahuan tersebut disusun.
Ketiga landasan ini saling berkaitan satu dengan lainnya.
Filsafat Ilmu
Kajian secara mendalam tentang dasa-dasar ilmu sehingga perlu
menjawab beberapa persoalan berikut:
Pertanyaan landasan ontologis,
Landasan ontologis merupakan cara berpikir untuk menjawab
pertanyaan:
1. Obyek apa yang ditelaah ilmu?
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera), yang membuahkan
pengetahuan
Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi
pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu
Pertanyaan landasan epistemologis
Landasan epistemologis menjawab pertanyaan:
1. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu?
2. Bagaimana prosedur dan mekanismenya?
3. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar?
4. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
5. Apakah kriterianya?
6. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?
Pertanyaan landasan aksiologis
Landasan aksiologis untuk menjawab pertanyaan:
1. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
2. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral?
3. Bagaimana penemuan objek dan metode yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral?
4. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
Karena ketiganya berkaitan erat satu dengan yang lainnya, maka
ontologi ilmu berkaitan dengan epistemologi ilmu dan ini berkaitan pula
dengan aksiologi ilmu
Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Persamaan:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaikbaiknya , menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya meberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang
ada antara kejadian- kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan
sebab-sebabnya.
3. Keduanya hendak memberikan sistetis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
4. Keduanya mempunyai metode dan sistim sendiri
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih
mendasar.
Perbedaan:
1. Objek material filsafat bersifat universal sedangkan objek material ilmu
bersifat khusus dan empiris
2. Objek formal filsafat bersifat non-fragmentaris sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik dan intensif serta bersifat teknis.
3. Filsafat diaksanakan dlm suatu susana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi,kritis dan pengawasan, sedang ilmu harus diadakan riset
lewat pendekatan trial and error.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari, sedang ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak dan mendalam
sampai mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak
begitu mendalam, yang lebih peka, yang sekunder.
Tujuan Filsafat Ilmu
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, untuk mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi
di perguruan tinggi terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah
dan non ilmiah
4. Mendorong para calon ilmuan dan ilmuan untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan
Sejarah Perkembangan Ilmu
1. Zaman purba:
A. Masa prasejarah (zaman batu)
Perkembangan pengetahuan ditandai dengan :
Kemampuan mengamati,
Kemampuan membeda-bedakan.
Kemampuan memilih, dan
Kemampuan melakukan percobaan berdasarkan trial and error.
B. Masa sejarah ( 15.000 600 tahun s. M. )
Sudah berkembang pengetahuan baca tulis dan menghitung.
Sudah mampu mengembangkan aturan waktu berdasarkan tanda-
tanda alam
Semua pengetahuan didasari pada sifat alamiah , tanpa disadari atau
disengaja.
Belum disertai pendalaman ilmiah atau analisis berpikir.
2. Zaman mulainya penalaran ( 600 sM-200M)
Mulainya dikembangkan penalaran oleh bangsa Yunani untuk
menganalisis semua permasalahan yang dihadapinya.
Muncul rasionalitas sebagai komponen utama filsafat yang menerangkan
fenomena alam secara logika.
Beberapa filsuf terkenal: Thales sebagai peletak dasar filsafat dan
astronomi, Aristotles yang menulis tentang logika, Pythagoras dan Euclid
dalam ilmu pasti, Arcimedes dengan uji empirisnya, dan sejumlah pelopor
ilmu pengetahuan lainnya.
3. Abad pertengahan (antara 500-1500 M)
Perkembangan ilmu dalam kebudayaan Islam.
Al-khawarizmi menyusun buku aljabar, yang kemudian
mengembangkan angka decimal, Omar Khayam sebagai ahli
matematika, Ibnu Rushd mengembangkan faham evolusionisme, dsb.
Metode eksperimen dikembangkan oleh ilmuan Muslim pada abad
keemasan Islam . Ekserimen ini dimulai oleh para ahli al kimia yang
pada mulanya didorong oleh tujuan mendapatkan obat mujarab.
Pengembangan metode eksperimen yang berasal dari Timur ini
mempunyai pengaruh penting terhadap cara berpikir manusia sebab
dengan demikian dapat diuji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai
dengan kenyataan empiris atau tidak.
Juga berkembang kebudayaan Asia Selatan dan Asia Timur seperti Lao
Tse, Confucius, dan Jayabaya di Indonesia.
4. Zaman modern (mulai abad 14) dimana ilmu berkembang di Eropah dari
tiga sumber utama.
Hubungan kerajaan Arab di Spanyol dengan Perancis
Perang salib (1100-1300m) dimana ilmu dan filsafat banyak dibawa ke
Eropah dari Timur Tengah,
Jatuhnya Konstantinopel memaksa ilmuan Eropah hijrah ke Eropah dan
mengembangkan ilmu yang diperolehnya dari Timur Tengah.
Dari pendekatan sejarah, kita melihat beberapa fakta penting
A. Pada abad ke 17 ilmu-ilmu alam dan sosial melepaskan diri dari metode
filsafat yang spekulatif dan kuantitatif.
b. Didalam sejarah Barat, ada kesatuan antara latar belakang filsafat tertentu
dengan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan.
c. Sesudah abad pertengahan, barat telah melaju, baik ilmu pengetahuan dan
teknologi sejak ia menolak agama dan pemikiran-pemikiran yang
spekulatif-kualitatif-spiritual.
PENGETAHUAN ILMIAH
Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya (das Sein) dan terbatas pada
lingkup pengalaman kita
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab
permasalahan kehidupan yang dihadapi manusia, dan mencarikan jalan
kluarnya.
Pengetahuan ilmiah, atasu ilmu merupakan alat bagi manusia ntuk
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Jadi dengan ilmu, manusia dapat memanipulasi alam sesuai kebutuhannya
( teknologi)
Berdasarkan landasan ontologi (objek apa yang ditelaah ilmu) serta
landasan aksiologi (untuk apa ilmu digunakan), maka kita harus
mengembangkan landasan epistemologi ilmu yang lebh sesuai dengan
kedua hal tersebut.
Bagaimana mendapatkan pengetahuan ilmiah yang benar melalui
epistemologi untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang
akan digunakan sebagai alat untuk mneramalkan dan mengontrol gejala
alam.
EPISTEMOLOGI
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan yang meliputi:
Apa hakekat, jangkauan, ruang lingkup pengetahuan?
Apa manusia dimungkinkan mendapatkan pengetahuan?
Sampai batas mana pengetahuan yang dapat ditangkap manusia?
Apa sumber-sumber pengetahuan?
Persoalan epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana
mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek
ontologi dan aksiologinya.
Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada
pengalaman kita.
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu untuk menjawab berbagai
permasalahan.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan alat bagi manusia dalam
memecahkan berbagai permasalahan
Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan
yang bersifat umum dan inpersonal.
Metode ilmiah adalah suatu tatacara / prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Dengan demikian maka ilmu merupakan
pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.

METODE ILMIAH
Berpikir Ilmiah
1. Berpikir adalah kegiatan mental untuk menghasilkan pengetahuan.
2. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh
melalui metode ilmiah
3. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan
demikian maka pengetahuan yang dihasilkan mempunyai ciri pengetahuan
ilmiah yakni sifat rasional dan teruji.
4. Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dengan
cara berpikir induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan
ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan sebelumnya.
Secara sistematik dan kumulatif, pengetahuan ilmiah disusun setahap
demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan yang telah ada.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari pernyataan
umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus
Dari pemikiran secara deduksi, ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang
tersusun dan terorganiser dengan baik.
Secara konsisten dan koheren, ilmu mencoba memberikan penjelasan yang
rasional kepada objek yang berada dakam fokus penelahaan.
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi
tidak bersifat final.
Oleh sebab itu digunakan pula cara berpikir induktif yang berdasarkan
kriteria kebenaran korespondensi.
Berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi
artinya pernyataan itu benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang
mendukungnya.
Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu
pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung
daklam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi) dengan objek
faktual yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Proses Kegiatan Ilmiah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu.
Pengamatan terhadap sesuatu karena merasa tertarik dan hal ini
merupakan masalah yang perlu dijawab. Manusia mencoba memercahkan
berbagai masalah yang dihadapinya dengan berbagai cara.
Manusia dalam menghadapi masalah, bermaksud mengatasinya dengan
berbagai cara. Manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda sesuai
dengan perkembanngan cara berpikir mereka.
Dalam usaha mengatasi permasalahan yang dihadapi, manusia memiliki
tiga tahap perkembangan kebudayaan yakni :
- tahap mistis, Tahap mistis adalah tahap dimana sikap manusia yang
merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya.
- Tahap ontologis, Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi
merasakan dirinya terkepung kekuatan gaib dan mengambil jarak dari
objek di sekitarnya dan mulai menelaah objek tersebut.
- tahap fungsional, Tahap fungsinal dimana manusia selain menelaah objek
sekitarnya, dan memfungsikan pengetahuan tersebut untuk kepentingan
kehidupannya.
Untuk memecahkan suatu masalah maka ilmu menggunakan pikiran yang
berdasarkan penalaran dan mencoba mencari penjelasan tentang masalah
tersebut.
Masalah yang dihadapi adalah hal yang nyata maka mencari jawabannya
harus pada dunia yang nyata pula. ( Bedanya dengan perasaan dan ilmu
keagamaan).
Pemikiran Ilmiah
Jadi pemikiran ilmiah bertolak dari : hipotesis dan/atau postulat,
berkulminasi dalam bangunan teori yang koheren, dan berakhir pada
ramalan-ramalan yang dalam penyahihannya harus sesuai dengan fakta
empiris.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah berpikir dengan cara menggabungkan pendekatan
rasional dengan pendekatan empiris.
Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris, ilmu memisahkan pengetahuan yang
sesuai dengan fakta dan yang tidak. Metode ilmiah adalah gabungan
antara rasionalismre dengan empirisme.
Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni:
- Konsisten dengan teori sebelumnya sehingga tidak terjadi kontradiksi
dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
- Harus cocok dengan fakta empiris karena kalau tidak, maka tidak diterima
kebenarannya secara ilmiah.
Dengan demikian maka logika ilmiah merupakan gabungan antara
logika deduktif dan logika induktif dimana rasionalisme dan empirismne
hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif.
Pengetahuan yang belum teruji kebenarannya maka semua penjelasan
rasional yang diajukan hanya bersifat sementara dan biasanya disebut
hipotesis dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi.
Hipotesis biasanya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-
premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.
Metode ilmiah dikenal dengan proses logiko-hipotetiko-verifikatif dapat
disebut sebagai perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi dan
induksi.
Proses induksi mulai memegang peranan dalam pengujian hipotesis
dimana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah hipotesis
tersebut didukung oleh faktanya atau tidak.
Alur berpikir dengan metode ilmiah yang berintikan proses logiko-
hipotetiko-verifikatif terdiri atas :
- Perumusan masalah,
- Penyusunan kerangka pikir,
- Perumusan hipotesis,
- Pengujian hipotesis, dan
- Penarikan kesimpulan.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten
dan kebenarannya telah teruji secara empiris.

Alur Pikir Metode Ilmiah


1. Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang
jelas batas-batasnya, serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang
terkait di dalannya.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara
berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konsistensi
permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilmiah yang telah teruji dengan memperhatikan faktor-
faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. 3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
jawaban pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dkembangkan.
4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis
yang diajukan itu diterima atau ditolak. Hipotesis diterima jika terdapat
cukup fakta yang mendukung, dan sebaliknya ditolak bila tidak cukup fakta
yang mendukung hipotesis tersebut.
Hipotesis yang diterima menjadi bagian dari pengetahuan lmiah
karena telah memberikan penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan
ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.
PERUMUSAN
MASALAH

KHASANAH DEDUKSI
PENGETAHUAN
KOHERENSI
ILMIAH

PERUMUSAN
HIPOTESIS
PRAGMATISME

INDUKSI
KORESPONDENSI

DITERIMA PENGUJIAN
HIPOTESIS

METODE ILMIAH
Keseluruhan langkah pada alur pikir tersebut harus ditempuh agar suatu
penelaahan dapat disebut ilmiah
Langkah-langkah tersebut secara konseptual tersusun dalam urutan yang
teratur dimana langkah yang satu merupakan landasan untuk langkah
berikutnya, namun dalam prakteknya sering terjadi lompatan lompatan.
Hubungan antara setiap langkah tidak terikat secara statis, tetapi bersifat
dinamis pada proses pengkajian ilmiah yang selain penalaran, juga dengan
imajinasi serta kreativitas.
Manfaat Metode Ilmiah
Metode ilmiah penting untuk penemuan pengetahuan ilmiah serta untuk
mengkomunikasikan penemuan tersebut ke masyarakat ilmiah
Suatu laporan penelitian ilmiah mempunyai sistimatika cara berpikir
tertentu dalam format dan tekniknya.
Ciri utama dari metode ilmiah adah hakekat yang dimilikinya yang bersifat
sistematis dan ekplisit.
Sifat ekplisit tersebut memungkinkan terjadinya komunikasi intensif dalam
masyarakat ilmuwan.
Ilmu ditemukan secara individu, namun dimanfaatkan secara sosial,
sehingga ilmu merupakan pengetahuan milik umum.
Sifat tersebut mengharuskan seorang ilmuwan untuk menguasai sarana
komunikasi dengan baik yang memungkinkan komunikasi ekplisit antar
ilmuwan
Ilmu maju dengan pesat pada masyarakat yang telah memiliki tradisi
komunikasi tertulis yang mantap.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun konsisten dan
kebenarannya telah diuji secara empiris.
Suatu hipotesis dapat diterima kebenarannya selama tidak didapatkan
fakta yang menolak hipotesis tersebut.
Sifat fragmatis dari ilmu adalah bahwa ilmu tidak mencari kebenaran
absolut tetapi kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam
tahap perkembangan tertentu
Penterapan Metode Ilmiah
Pada dasarnya metode ilmiah ini adalah sama bagi semua disiplin keilmuan
baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam
memperoses kegiatannya.
Metodologi penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan operasionalisasi
dari metode keilmuan.
Jadi penguasaan metode ilmiah merupakan persyaratan untuk dapat
memahami jalan pikiran yang terdapat dalam langkah-langkah penelitian.
Langkah-langkah penelitian yang mencakup apa yang diteliti, bagaimana
penelitian dilakukan, dan untuk apa hasil penelitian digunakan koheren
dengan ontologis, epistemologis, dan aksiologis keilmuan.
Dengan metode ilmiah sebagai paradigma, maka bila dibandingkan dengan
berbagai pengetahuan lainnya, ilmu berkembang cukup pesat.
Hal ini didukung oleh faktor sosial dari komunikasi ilmiah di mana
penemuan individu segera dapat diketahui oleh ilmuan lainnya.
Teori ilmiah masih merupakan penjelasan yang bersifat sebagian sesuai
tahap perkembangan keilmuan yang sedang berjalan.
Dengan demikian maka kebenaran yang ada sekarang belum dapat
dipastikan akan benar pula di masa mendatang.
Sifat pragmatis dari ilmu inilah yang mnerupakan kelebihan dan
kekurangan dari hakekat ilmu.
Dengan demikian, ilmu dapat memberikan jawaban positif terhadap
permasalahan yang dihadapi manusia pada suatu waktu tertentu.
Kegiatan ilmuwan pada jiwanya merupakan komitmen moral dan
intelektual untuk mencoba mendekati kebenaran dengan cara yang
sejujur-jujurnya. Hal ini sesuai dengan etika keilmuwan
Penilaian terhadap ilmu tidaklah ditentukan oleh kesahihan teorinya
sepanjang saman melainkan terletak dalam kemampuan memberikan
jawaban terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradaban
tertentu.
Namun dalam hal tertentu manusia membutuhkan kepastian dan bukan
kesementaraan yang bersifat relatif seperti eksistensi diri, tujuan hidup
serta berbagai hal yang bersifat asasi.
Dalam hal ini ilmu tidak mampu memberikan jalan keluar sehingga
manusia berpaling ke sumber lain yakni agama.
Ilmu tidak dapat memberikan jawaban karena secara ontologis, ilmu
membatasi diri hanya dalam ruang lingkup pengalaman.
Dewasa ini ilmu semakin terspesialisasikan sehingga bidang pengkajian
suatu disiplin keilmuan makin sempit ditambah berbagai pembatasan
dalam pengkajiannya seperti postulat, asumsi dan prinsip sehingga lingkup
penglihatan keilmuan bertambah sempit
Dalam perkembangan spesialisasinya, penglihatan ilmu semakin sempit
dan sektoral yang mendorong manusia untuk melakukan pendekatan multi
disipliner terhadap sebuah permasalahan.

STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH


Hipotesis atau teori yang prediksinya telah ternyata jitu menjadi bagian
dari khasanah ilmu.
Kalau masukan ini memberikan penjelasan yang lebih umum, atau lebih
gamblang, maka ia akan menggeser kedudukan teori yang lama.
Pada waktunya nanti ia akan tergeser pula oleh khasanah ilmu baru hasil
eksperimental baru atau oleh teori tandingan yang lebih baik.
Pengeahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan
pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Penemuan pengetahuan ilmah yang satu memungkinkan penemuan
pengetahuan pengetahuan ilmiah yang lainnya.
Hipotesis yang telah teruji secara formal akan merupakan pengetahuan
ilmiah yang baru dan menambah ilmu yang telah ada.
Apabila kemudian ilmu yang baru ini ternyata salah maka pengetahuan ini
akan dibuang dari khasanah keilmuan.
Bila pengetahuan ilmiah yg baru ini trnyt benar, dpt digunkan sebagai
premis baru dlm menyusun hipotesis baru u/ mhsilkan pengetahuan
ilmiah yang baru pula.
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai
gejala alam shg manusia dgn ilmu tsb dpt menguasai gejala alam tsb.
Penjelasan keilmuan memungkinkan untuk melakukan ramalan dan
dengan dasar ramalan tersebut kita dapat melakukan sesuatu.
Pengetahuan ilmiah memiliki 3 fungsi: yakni menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol.
Jadi kita dapat melakukan sesuatu sebatas kita tahu.
Pada dasarnya terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif,
probabilistik, fungsional atau teleologis dan genetik.
1. Penjelasan deduktif mempergunakan cara berpikir deduktif dalam
menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari
premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Penjelasan probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara
induktif dari sejumlah kasus sehingga tidak memberikan kepastian dan
hanya bersifat peluang seperti kemungkinan, kemungkinan besar atau
hampir dapat dipastikan.
3. Penjelasan fungsional atau teleologis merupakan penjelasan yang
meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistim secara
keseluruhan yg hv karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
4. Penjelasan generik mempergunakan faktor-faktor yang timbul
sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian.
Tidak satupun dari pola tersebut yang mampu menjelaskan secara
keseluruhan satu kajian keilmuan sehingga digunakan pola yang berbeda
untuk menjelaskan masalah yang berbeda pula.
TEORI
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu sektor teretentu dari sebuah disiplin keilmuan.
Tujuan akhir tiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan teori keilmuan
yang utuh dan konsisten (umpamanya pada fisika).
Ilmu sosial terdiri dari berbagai teori yang tergabung dalam satu sistim
keilmuan yang belum mebentuk satu perspektif teoritis yg bersifat umum.
Teori-teori ini sering menggunakan postulat dan asumsi yang berbeda.
Sebuah teori biasaya terdiri dari hukum-hukum. Hukum dalam hal ini
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel
atau lebih dalam satu kaitan sebab akibat.
Pernyataan yg mckup hub. sebab akibat (hub. kusalita) memungkinkan kita
u/ meramalkan apa yg akn tjd sbg akibat dai sebuah sebab.
Sekiranya akibat yang akan terjadi tidak dikehendaki, maka kita dapat
meklakukan usaha agar akibat tidak terjadi atau yang terjadi sesuau
dengan kehendak kita.
Dgn demikian maka teori @ pengetahuan ilmiah yg mbrikan pnjlsn ttg
mengapa suatu gejala terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan
kpd kita untuk meramalkan ttg apa yg mungkin terjadi.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan alat
yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol gejala alam.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus mempnyai
tingkat keumuman yang tinggi atau harus bersifat univeresal.
Dalam usaha mengembangkan tingkat keumuman yang lebih tinggi ini
maka dalam sejarah perkembangam ilmu kita melihat berbagai contoh
dimana teori-teori yang mempunyai tingkat keumuman disatukan dalam
suatu teori umum yg mampu mengikat keseluruhan teori-teori itu.
Dalam perkembangan fisika umpamanya, teori Aristoteles yang
mengatakan benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat, dibatalkan oleh
Galileo yang mencoba menjatuhkan dua benda yang berbeda beratnya dari
satu menara dan menemukannya jatuh secara bersamaan.
Teori baru Copernicus tentang bumi yang mengelilingi matahari dalam
suatu orbit lingkaran merontokkan teori sebelumjnya oleh Ptolemaeus
bahwa bumi merupakan pusat jagat raya.
Kemudian Johannes Kepler menyempurnakan teori tsbt dgn
mengumpulkan fakta bhw orbit planet mengelilingi matahari bbntk ellips.
Akhirnya Newton menyempurnakan teori tesebut dengan menyatukan
teori Galileo, Copernicus dan Kepler. Newton mengemukakan bahwa
semua gerak baik dilangit atau di bumi tunduk kpd hukum-hukum yg sama.
Dalam persatukan berbagai teori sebelumnya, Newton mengemukakan
teori tentang daya tarik atau gravitasi.
Hal ini dimulai dgn apa yang dilihatnya ttg buah apel yang jatuh ke tanah.
Dengan mengacu berbagai teori sebelumnya, Newton menyusun teori
gravitasi yang dianut secara universal dewasa ini.
Bdsrx teori ini dpt disusun penjelasan yang konsisten mengenai berbagai
hal yg bersifat universal yg scr kslrhan mbntk suatu sistem teori keilmuan.
Ilmu teoritis terdiri dari sebuah sistem pernyataan. Sistem yang terdiri atas
pernyataan-pernyataan agar terpadu secara utruh dan konsisten,
memerlukan konsep yang mempersatukan dan konsep yang
mempersatukan tersebut adalah teori.
Makin tinggi tingkat keumuman suatu konsep maka makin teoritis konsep
tersebut. Hal ini dikaitkan dengan gejala fisik artinya makin teoritis suatu
konsep maka seakan makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila
dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata.
Konsep teoritis seperti gravitasi dan elektromagnetik merupakan
penjelasan yang bersifat mendasar yang mampu mengikat berbagai gejala-
gejala fisik secara universal. Konsep-konsep yang bersifat teoritis karena
sifatnya yang mendasar sering tidak langsung kentara kegunaan praktisnya.
Makin teoritis suatu konsep makin jauh pula kaitan langsung konsep
tersebut dengan gejala fisik yang nyata. Padahal kehidupan kita seharihari
berhubungan dengan gejala yang bersifat konkrit.
Kegunaan praktis dari sebuah konsep teoritis baru dapat dikembangkan
bila dapat diterapkan pada masalah-masalah yang praktis.
Dari pengertian ini muncul pengertian tentang konsep dasar dan konsep
terapan yang juga diwujudkan dalam bentuk ilmu dasar dan ilmu terapan
serta penelitian dasar dan penelitian terapan.
Pengertian yang membedakan pernyataan yang bersifat dasar dan terapan
ini harus dimiliki dengan baik.
Dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya, pengembangan hukum-hukum
ilmiah sukar sekali dilakukan dan pada hakekatnya telah ditinggalkan.
U/ 7an meramalkan, ilmu-ilmu sosial mempergunakan metode proyeksi,
pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau thp2 perkembangan.
Hal ini tdak mngherankan mengingat sifat manusia yang cukup komplek
serta dengan corak masyarakat yang beraneka ragam.
Namun metole ilmiah pada ilmu-ilmu sosial tidak berbeda dengan metode
ilmiah yang telah dijelaskan sebelumnya, hanya tahapan penerapan serta
tehnik operasionalnya yang berbeda.
PRINSIP
Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian
yang terjadi (hukum sebab akibat sebuah gejala).
Dalam hukum ekonomi dianut prinsip ekonomi yakni meraup keuntungan
sebanyak banyaknya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.
Berdasarkan prinsip inilah kita menjelaskan efisiensi dan mengembangkan
berbagai tehnik seperti analisis sistem dan riset operasional untuk
meningkatkan efisiensi (dan juga efektivitas dalam bidang kesehatan)
POSTULAT
Postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa
dituntut pembuktiannya,
Kebenaran ilmiah pada dasarnya harus disahkan melalui suatu proses met.
keilmuan. Potulat ilmiah tidak melalui proses metode ilmiah tersebut.
Secara filsafati, eksistensi postulat ini tidak sukar untuk dimengerti karena
pada hakekatnya sebuah argumentasi harus dimulai dari sesuatu.
Jadi sebuah postulat merupakan anggapan yang dietapkan secara sebarang
dengan kebenarannya yang tidak dibuktikan.
Sebuah postulat dapat diterima sekiranya ramalan yang bertumpu kepada
postulat kebenarannya dapat dibuktikan.
ASUMSI
Asumsi adalah pernyataan yang harus ditetapkan dlm sebuah argumentasi
ilmiah dan merupakan pernyataan yang kebenarannya dpt di uji.
Dengan asumsi yang tidak benar kita akan memilih cara yang tidak benar.
Sebuah teori yang berlaku di negara tertentu belum tentu cocok untuk
negara lain sekiranya asumsi ttg manusia dlm teori tersebut tidak berlaku.
Dengan demikian kita harus memilh teori yang terbaik dari sejumlah teori-
teori yang ada berdasarkan kecocokan asumsi yang dipergunakannya.
PENELITIAN ILMIAH
Dalam kajian ilmiah seperti penelitian, dituntut untuk menyatakan secara
tersurat postulat, asumsi prinsip serta dasar-dasar fikiran lainnya yang
dipergunakan dalam mengembangkan agrumentasi.
Beberapa teori yang sifatya mendasar tidak mempunyai kegunaan praktis
secara langsung.
Baru satelah teori tersebut diterapkan kepada masalah-maalah praktis
maka dapat dirasakan manfaatnya.
Penelitian yg bertujuan u/ menemukan pengetahuan baru yg sebelumnya
blm pernah diketahui dinamakan penelitian murni/penelitian dasar.
Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan
ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan yang
bersifat praktis dinamakan penelitian terapan.
Dengan menguasai pengetahuan ini maka mnusia mengembangkan
teknologi atau peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang memberi
kemudahan dalam kehidupannya.
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menerapkan penemuan-
penemuan ilmiah yang baru kepada pemanfaatan yang berguna..
Namun dewasa ini terdapat selang waktu yang makin lama makin pendek
antara penemuan suatu teori ilmiah dengan penerapannya kepada
masalah-masalah yang bersifat praktis.
Dengan demikian, makin cepat manusia mengembangkan teknologi yang
ibarat dewi penolong sedang di pihak lain menimbulkan bencana.
Penerapan ilmu dan teknologi disamping dapat digunakan untuk tujuan
destruktif juga dapat menimbulkan implikasi moral, sosial dan kultural.
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menerapkan penemuan-
penemuan ilmiah yang baru kepada pemanfaatan yang berguna..
Namun dewasa ini terdapat selang waktu yang makin lama makin pendek
antara penemuan suatu teori ilmiah dengan penerapannya kepada
masalah-masalah yang bersifat praktis.
Dengan demikian, makin cepat manusia mengembangkan teknologi yang
ibarat dewi penolong sedang di pihak lain menimbulkan bencana.
Penerapan ilmu dan teknologi disamping dapat digunakan untuk tujuan
destruktif juga dapat menimbulkan implikasi moral, sosial dan kultural.

SARANA BERPIKIR ILMIAH


Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik, diperlukan sarana berfikir.
Sarana berpikir ilmiah merupakan bidang studi sendiri.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya.
Ada dua hal dalam mempelajari sarana berpikir ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu jadi bukan merupakan kumpulan
pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode ilmiah.
Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara berpikir deduktif dan
induktif dalam mendapatkan pengetahuannya.
Dgn demikian maka sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri
dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah
Sarana berpikir ilmiah adalah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik.
Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan
metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuannya
berpikir, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.
Manusia dapat berpikir dengan baik bahkan secara abstrak karena
kemampuannya berbahasa.
Tanpa bahasa, manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak
seperti yang dilakukan pada kegiatan ilmiah.
Hakekat bahasa adalah manusia dapat berpikir secara berlanjut, teratur
dan sistematis.
Bahasa memungkinkan manusia berpikir scara abstrak dimana objek-objek
yg faktual ditrasformasikan menjadi simbol-simbol bhs yg bersifat abstrak.
Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai
sesuatu objek tertentu meskipun objek tersebut secara faktual tidak
berada di tempat dimana kegiatan berfikir itu dilakukan.
Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia
untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut.
Bhs memberikan kemampuan untuk berfikir scra teratur dan sistematik.
Transformasi objek faktual menjadi simbol abstrak diwujudkan lewat
perbendaharaan kata-kata dan kata-kata ini dirangkaikan oleh tata bahasa
untuk mengemukakan suatu jalan pemikiran atau ekspresi peranan.
Kedua aspek bahasa yakni aspek informatif dan emotif tercermin dalam
bahasa yang kita gunakan.
Kalau ditelaah lebih lanjut maka bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni
fikiran, perasaan dan sikap.
Pada dasarnya bahasa memiliki tiga fungsi:
- Fungsi simbolik,
- Fungsi emotif, dan
- fungsi afektif
Dlm komunikasi keilmuan, fs. simboliklah yang perlu diusahakan menonjol.
Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya, proses komunikasi itu harus
terbebas dari unsur emotif agar pesan yang disampaikan bisa diterima
secara produktif artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.
Manusia dpt berpikir dan berkomunikasi dgn baik karena memiliki bahasa.
Bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir scr teratur dan sistematis.
Jadi dengan bahasa, bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur
namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan
kepada orang lain.
Komunikasi ilmiah b7an u/ menyampaikan informasi yg berupa
pengetahuan.
Namun bahasa tidak bebas dari berbagai kekurangannya
Bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi yang kita pergunakan
dimana rangkaian bunyi ini sebagai alat komunikasi.
Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai
komunikasi verbal dan masyarakatnya disebut masyarakat verbal
Bhs merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini mbntk suatu arti t3.
Rangkaian bunyi yg kita kenal sbg kata melambangkan suatu objek t3.
Tiap bangsa dgn bhsanya yg berbeda memberikan lambang yg bbda pula
Manusia mengumpulkan lambang-lambang ini menjadi perbendaharaan
bahasa yang merupakan akumulasi pengalaman dan pemikirannya.
Hal ini menyebabkan bahasa semakin berkembang karena pengalaman dan
pemikiran manusia yang juga berkembang.
Bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan masyarakat yang mempergunakan
bahasa tersebut termasuk para ilmuan, pendidik, ahli politik, remaja,
artinya tiap profesi mengembangkan bhsx yg khas dlm klmpknya sendiri.
Adanya bahasa memungkinkan kita memikirkan sesuatu dalam benak
kepala kita meskipun objek yg kita pikirkan tsbt tidak berada di dekat kita.
Manusia dengan kemampuannya berbahasa dimungkinkan untuk
memikirkan sesuatu masalah secara terus menerus.
Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur, namun
juga dpt mengkomunikasikan apa yg sedang dia pikirkan kepada orang lain.
Dengan bahasa kitapun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia pengalaman
yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Manusia mencoba mengatur pengalaman yang nyata dengan berorientasi
kepada dunia simbolik.
Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang sangat lain dari
komunikasi estetik. Komuniksi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan.
Agar komunkasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang
digunakan harus bebas dari unsur-unsur emotif
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artiya bila sipengirim
komunikasi menyampaikan suatu informasi umpamanya x maka
sipenerima harus menerima informasi berupa x pula.
Informasi yang diterima harus merupakan reproduksi yang benar-benar
sama dengan informasi yang dikirimkan untuk mencegah terjadinya mis-
informasi yang dapat menghasilkan proses berpikir yang berbeda.
Bhs dgn jelas, artinya makna yg terkandung dlm kata-kata yg dipergunakan
diungkapkan scr tersurat u/ mencegah pemberian makna yg lain.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran
dalam mendapatkan pengetahuan tersebut.
Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka
seseorang harus menguasai tata bahasa yang baik dan ini berlaku baik bagi
kegiatan ilmiah maupun non-ilmiah.
Penguasaan tata bahasa dengan baik merupakan syarat mutlak bagi suatu
komunikasi ilmiah yang benar.
Sebagai sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa
kekurangan yang pada hakekatnya terletak pada peranan multi fungsi
sebagai komunikasi emotif, afektif dan simbolik.
Bahasa verbal umumnya menggnakan ketiga simbol tadi yang merupakan
salah satu kekurangannya.
Kekurangan lain terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang
terkandung dalam kata-kata yang membangun bahasa.
Selain itu bhs mempunyai beberapa kata yang memiliki arti lebih dari satu.
Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan tersebut mempunyai dasar kebenaran,
maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan yg menghasilkan pengetahuan baru dianggap
sahih / valid kalau proses penarikannya dilakukan mnrt cra tertentu.
Cra penarikan ksmpulan ini disebut logika yaitu suatu cra berpikir yg sahih.
Berbagai cara penarikan kesimpulan namun kita batasi hanya pada logika
deduktif dan logika induktif.
Ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dengan berpikir
induktif. Penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif
dan logika induktif.
Logika induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalan secara induksi dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dalam menyusun
agrumentasi dan diakiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduksi biasanya mempergunakan pola
berpikir yang disebut silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan yakni premis mayor dan
premis minor untuk menghasilkan kesimpulan.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua premis tersebut.
Dgn demikian, ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari kebenaran
premis mayor, premis minor dan keabsahan mengambil kesimpulan
Matematika
Bila ditinjau dari epistemologi ilmu, maka matematika bukan suatu ilmu.
Matematika adalah logika yang telah berkembang yang memberikan sifat
kuantitatif kepada pengetahuan keilmuan.
Matematika merupakan sarana berpikir deduktif yang amat berguna untuk
membangun teori keilmuan dan menurunkan prediksi-prediksi dari
padanya dan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil kegiatan keilmuan
dengan benar dan jelas serta secara singkat dan cermat
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya.
Tanpa makna tersebut maka matematika hanyalah merupakan kumpulan
rumus-rumus yang mati yang paling sukar untuk dijelaskan kepada seorang
yang baru belajar matematika bahwa x itu sama sekali tidak punya arti.
Seperti kita ketahui bahwa bahasa verbal mempunyai bbrp kekurangan dan
untuk mengatasi kekurangan itu kita berpaling kpd matematika.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif. Matematika memungkinkan ilmu memberikan
jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara lebih tepat dan cermat.
Dalam bahasa verbal bila kita ingin membandingkan dua objek yg berbeda
maka kita hanya dpt mengatakan bhw yg satu lebih . drpd yg lainya.
Dgn demikian penjelasan dan ramalan yg diberikan oleh bahasa verbal tdk
bsft eksak shg daya produktif dan kontrol ilmu krg cermat dan krg tepat.
Bahasa verbal hanya mampu mengemukaan peryataan yang bersifat
kualitatif sehingga ramalan dan penjelasan yang dikemukakan oleh ilmu
dalam bahasa verbal bersifat kualitatif.
Untuk mengatasi masalah ini, matematika mengembangkan konsep
pengukuran sehingga kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang
dan berapa pertambahan panjang sebatang logam bila dipanaskan.
Dengan demikian pernyataan ilmiah yang tadinya bersifat kualitatif dapat
dialihkan ke nilai kuantitatif.
Sft kuantitatif matematika ini meningkatkan dy prediktif n kontrol dr ilmu.
Ilmu menberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan
pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat.
Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif.
Perkembangan ini merupakan hal yang imperatif bila kita menghendaki
daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat dan cermat dari ilmu.
Pada mulanya, ilmu-ilmu sosial mengalami kesukaran dlm perkembangan
ini karena problema tehnis dalam pengukuran, namun dewasa ini telah
mulai memasuki tahap yang bersifat kantitatif.
Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk
meningkatkan daya prediksi dan kontrol ilmu tersebut.
Tlh diketahui bhw berpikir deduktif @ proses pengambilasn kesimpulan
yang didasarkan kepada premis-premis yg kebenarannya telah ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut maka secara deduktif matematika menemukan
pengetahuan baru berdasarkan premis-premis yang tertentu.
Pengetahuan yang diketemukan ini hanyalah merupakan konsekwensi dari
pernyataan-pernyataan ilmiah yang telah kita temukan sebelumnya.
Dari bbrp premis yang telah kita ketahui kebenarannya, dapat ditemukan
pengetahuan baru yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
Dari perkembangannya, ilmu dibagi dalam 3 thp yakni tahap sistematika,
komparatif dan kuantitatif.
Tahap sistematika dimana ilmu mulai menggolongkan objek empiris
kedalam kategori tertentu.
Dari penggolongan ini memungkinkan kita menemukan ciri-ciri yang
bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu.
Dalam yahap yang kedua yakni tahap komparatif, kita mulai melakukan
perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang lain, kategori yang
satu ke kategori yang lain dan seterusnya, dan mencari hubungan
berdasarkan perbandingan tersebut
Tahap kuantitatif dimana kita mencari hubungan sebab akibat berdasarkan
pengukuran ( bukan perbandingan ) yang eksak dari objek yang diteliti.
Bahasa verbal berfungsi dengan baik pada kedua tahap yang pertamna,
namun dalam tahap ketiga pengetahuan membutuhkan matematika.
Lambang2 matematika bukan sja jelas tetapi juga eksak dgn mengandung
informasi ttg objek tertentu dlm dimensi-dimensi pengukuran.
Disamping sbg bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat pikir.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mendasarkan diri kepada analisis
dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berpikir tertentu dan
matematika tak lain adalah metode berpikir logika.
Dalam perkembangannya masalah yang dihadapi logika semakin rumit dan
membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurnah.
Dengan demikian logika berkembang menjadi matematika sehingga dapat
dianggap matematika sebagai masa kedewasaan logika.
Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun
secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
Kebenaran matematika tidak ditentukan oleh pembuktian secara empiris,
melainkan kepada proses penalaran deduktif.
Disamping sarana berfikir deduksi yang merupakan aspek estetik,
matematika juga merupakan kegunaan praktis dlm kehidupan sehari-hari.
Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang
memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.
Matematika dalam hubungannya dengan komunikasi ilmiah mempunyai
peranan ganda, yakni sebagai ratu dan sekaligus sebagai pelayan ilmu.
Sebagai ratu, matematika merupakan bentuk tertingi dari logika.
Sebagai pelayan, matematika memberikan bukan saja pengorganisasian
ilmu yang bersifat logis, namun juga dalam pernyataan-pernyataan dalam
bentuk model matematik.
Matematika menyampaikan informasi secara jelas, tepat dan singkat.
Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk
menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Untuk itu
diperlukan usaha mengusai matematika dalam bentuk kegiatan belajar.
Matematika makin lama makin bersifat abstrak dan eksentrik yang makin
jauh dari tangkapan orang awam sehingga jurang antara mereka yang
belajar dan yang tidak belajar semakin lebar.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban
manusia. Bagi ilmu sandiri, matematika berkembang sangat cepat.
Tanpa matematika pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang
tidak memungkinkan meningkatkan penalarannya lebih jauh.
Bagi bidang keilmuan modern matematika adalah suatu yang imperitif :
sebuah sarana untuk meningkatkan pengetahuan deduktif.
Suatu bidang keilmuan yang manapun bila menginjak kedewasaan akan
bersifat kuantitatif.
Ketidak tahuan tentang matematika sering menyebabkan suatu bidang
keilmuan terpaku pada tahap kualitatif sehingga merupakan bidang
keilmnuan yang belum tumbuh sempurnah.
Statistika
Ilmu adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya. Pengujian
tersebut merupakan proses pengumpulan fakta yang mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan, atau prediksi yang secara deduktif
diturunkan dari teori yang bertumpu pada hipotesis itu.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang membantu menarik
kesimpulan secara induktif dari fakta-fakta empiris.
Penarikan kesimpulan secara statistik bersifat ekonomis dan derajat
keyakinan kita atas kebenaran kesimpulan tersebut secara probabilistik
dapat diperhitungkan pula.
Peluang yang menjadi dasar dari teori statistika merupakan konsep baru
yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno dan Romawi.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu.
Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei atau eksperimen, dilakukan
dengan lebih cermat dan lebih teliti dengan menggunakan teknik-teknik
statistika yang dikembangkan sesuai kebutuhan.
Penarikan kesimpulan induktif pada hakekatnya berbeda dengan penarikan
kesimpulan secara deduktif.
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah diuji kebenarannya.
Semua pernyataan ilmiah bersifat faktual dan konsekuensinya dapat diuji
dengan pancaindera atau alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode
ilmiah yang membadakan ilmu dari pengetahuan lainnya.
Pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan.
Bila hipotesis didukung fakta empiris maka pernyataan hipotesis diterima
dan bila tidak sesuai fakta empiris akan ditolak kebenarannya.
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat indifidual berdasarkan logika induktif.
Dipihak lain penyusunan hipotesis merupakan kesimjpulan yang bersifat
indifidual dari pernyataan yang bersifat umum dgn menggunakan deduktif.
Keduanya tidak sama dimana logika deduktif berpaling kepada matematika
sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulannya sedangkan logika
induksi berpaling kepada statistika.
Dalam penalaran deduktif, kesimpulan yang ditarik adalah benar bila
premis-premisnya benar dan prosedur penarikan kesimpulan adalah sah.
Sedangkan dalam induktif, meskipun premis dan prosedurnya benar,
kesimpulannya belum tentu benar, dan hanya dapat dikatakan bahwa
kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.
Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk
menghitung tingkat peluang ini dengan eksak.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah
permasalahan mengenai banyak kasus yang harus kita amati untuk sampai
kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat
umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang diamati.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada
asas yang sangat sederhana (makin besar contoh makin tinggi tingkat
ketelitian dan sebaliknya).
Statistika dapat memberikan kemampuan untuk mengetahui apakah suatu
hubungan hanya bersifat kebetulan atau memang terkait dalam hubungan
yang bersifat empiris.
Statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita dalam
menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang
bersifat kebetulan.
Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis dimana tanpa statistik tidak
mungkin kita laksanakan.
Karakteristik statistika sering kurang dipahami menyebabkan orang
mengabaikan peranan statistika dalam telaah keilmuan.
Logika selalu dihubungkan dengan matematika yang hanya berhubungan
dengan logika deduksi sedangkan logika induksi berkaitan dgn statistika.
Penarikan kesimpulan deduksi melalui matematika dan penarikan ksmpln
induksi melalui statistika hv peranan yg sama dlm telaah keilmuan
Logika induktif tidak memberikan kepastian dan hanya tingkat peluang
Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk
menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut.
Dasar dari teori statistika adalah teori peluang dan teori peluang mrpakan
cabang dari matematika sedangkan statistika merupakan disiplin sendiri.
Penguasaan statistika mutlak diperlkan untuk dapat berpikir ilmiah .
Kegiatan ilmiah memerlukan penelitian u/ menguji hipotesis yg diajukan.
Penelitian merupakan pengamatan dalam alam empiris apakah hipotesis
tersebut memang didukung oleh fakta-fakta empiris atau tidak.
Statistika memberikan kita jalan bgmn menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari fakta empiris tersebut dgn tingkat peluang dan kekeliruannya.
Jd tnp menguasai statistika mka tdk mngkn menarik ksmpln induksi scr sah
shng penguasaan statistika mutlak diprlukn u/ dpt bpkir ilmiah dgn sah. .

Anda mungkin juga menyukai