PENGANTAR
1. Pengantar, Ruang Lingkup dan Pengertian Filsafat
2. Ilmu dan Pengetahuan
3. Metode Ilmiah
4. Struktur pengetahuan ilmiah
5. Sarana Berpikir Ilmiah
6. Ilmu dan Teknologi
7. Filsafat Kesehatan
8. Mid Semester
Pengantar
Ilmu dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat.
Kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, dan perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat.
Filsafat telah berhasil merubah pola pemikiran umat manusia dari
mitosentris ke logosentris.
Dengan filsafat, pola pikir yang tergantung pada dewa diubah menjadi pola
pikir yang bergantung pada rasio.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan
teori teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang tejadi pada alam dan
isinya.
Dari penelitian alam jagad bermunculan ilmu astrologi, kosmologi, fisika,
kimia, sedangkan dari manusia muncul biologi, sosiologi, antropologi dll.
Selanjutnya ilmu berkembang dan terbagi dalam berbagai disiplin yang
masing masing membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan, dan ukuran
yang berbeda, dalam disiplin dan spesialisasinya.
Ilmu dan tehnologi bekembang dan mulai kehilangan rohnya yang
fundamental dengan mengeliminer peran manusia, bahkan manusia tanpa
sadar telah menjadi budak ilmu dan teknologi.
Filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar tidak
menjadi bumerang bagi kehidupan manusia.
Salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan
teknologi adalah instrumen (alat) dan bukan tujuan.
Dalam keadaan yang demikian diperlukan satu pandangan komprehensif
tentang ilmu dan nilai nilai yang berkembang dalam masyarakat.
Ruang Lingkup
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam objek yaitu objek material
dan objek formal
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan (tubuh
manusia pada ilmu kedokteran),
Objek formal adalah metode untuk memahami objek material rersebut
seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Demikian pula filsafat memiliki objek material dan objek formal.
Objek material filsafat adalah segala yang ada dalam bentuk empiris, yang
ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.
Objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan
rasional tentang segala yang ada.
Cakupan objek filsafat lebih luas dari ilmu karena ilmu hanya mencakup
yang empirs saja.
Pada awalnya ilmu berasal dari kajian filsafat dimana filsafat melakukan
pembahasan tentang segala yang ada termasuk empiris.
Kemudian ilmu berkembang dan bercabang membentuk spesialisasi dan
menampakkan kegunaan yang praktis.
Oleh sebab itu para filosof menyebut filsafat sebagai induk ilmu karena
ilmu moderen dan kontemporer berkembang dari filsafat sehingga
membentuk teknologi yang bermanfaat.
Dalam perkembangannya, filsafat juga sudah merupakan bagian dari ilmu
yang juga mengalami spesialisasi. Cabang filsafat meliputi:
1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2. Etika (filsafat moral)
3. Estetika (filsafat seni )
4. Metafisika
5. Politik (filsafat pemerintahan)
6. Filsafat agama
7. Filsafat ilmu
8. Filsafat pendidikan
9. Filsafat hukum
10.Filsafat sejarah
11.Filsafat matematika
Pengertian Filsafat
Untuk menjawab pertanyaan apakah filsafat itu?
A. Arti etimologis
Kata filsafat (bhs yunani) berarti cinta akan hikmat
Philos berarti pencari
Sophia berarti pengetahuan
B. Arti subjektif
Dalam hal ini setiap ahli dapat memberikan definisi menurut
pandangannya dan sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
C. Arti operasional
Dalam hal ini yang dipikirkan adalah kegiatan apakah yang dilakukan para
filsuf ketika berfilsafat?
D. Arti objektif
- Filsafat oleh siapapun dan dimanapun dilakukan, akan mempunyai arti
yang sama.
- Filsafat merupakan suatu refleksi dalam bentuk kegiatan akal budi,
maupun kegiatan perenungan (suatu refleksi yang merupakan
pengetahuan tahap ke dua).
- Pengertian yang diterima, direnungkan lebih lanjut, sehingga selain
pengertian tersebut, kita mendapatkan pula suatu arti dan makna dari
pengertian tersebut.
- Yang direfleksikan filsafat cukup luas dan tidak terbatas hanya pada bidang
atau thema tertentu.
- Pada dasarnya tugas filsafat adalah:
A. Menyajikan pertanyaan yang tidak disajikan dalam empirik.
B. Mengadakan revolusi dalam persepsi.
C. Mencegah pemikiran rutin dan mengembalikan pada pemikiran refleksi.
D. Mencegah pemikiran mekanistik dan mengembalikannya pada
pemikiran aktif dan kreatif.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu,
Kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, dan
Filsafat dimulai dengan keduanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang belum kita tahu.
Jadi untuk mendapatkan pengetahuan yang benar melalui filsafat adalah :
ketahuilah apa yang engkau tahu dan ketahui pula apa yang engkau belum
ketahui.
METODE ILMIAH
Berpikir Ilmiah
1. Berpikir adalah kegiatan mental untuk menghasilkan pengetahuan.
2. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh
melalui metode ilmiah
3. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan
demikian maka pengetahuan yang dihasilkan mempunyai ciri pengetahuan
ilmiah yakni sifat rasional dan teruji.
4. Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dengan
cara berpikir induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan
ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan sebelumnya.
Secara sistematik dan kumulatif, pengetahuan ilmiah disusun setahap
demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan yang telah ada.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari pernyataan
umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus
Dari pemikiran secara deduksi, ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang
tersusun dan terorganiser dengan baik.
Secara konsisten dan koheren, ilmu mencoba memberikan penjelasan yang
rasional kepada objek yang berada dakam fokus penelahaan.
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi
tidak bersifat final.
Oleh sebab itu digunakan pula cara berpikir induktif yang berdasarkan
kriteria kebenaran korespondensi.
Berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi
artinya pernyataan itu benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang
mendukungnya.
Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu
pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung
daklam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi) dengan objek
faktual yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Proses Kegiatan Ilmiah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu.
Pengamatan terhadap sesuatu karena merasa tertarik dan hal ini
merupakan masalah yang perlu dijawab. Manusia mencoba memercahkan
berbagai masalah yang dihadapinya dengan berbagai cara.
Manusia dalam menghadapi masalah, bermaksud mengatasinya dengan
berbagai cara. Manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda sesuai
dengan perkembanngan cara berpikir mereka.
Dalam usaha mengatasi permasalahan yang dihadapi, manusia memiliki
tiga tahap perkembangan kebudayaan yakni :
- tahap mistis, Tahap mistis adalah tahap dimana sikap manusia yang
merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya.
- Tahap ontologis, Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi
merasakan dirinya terkepung kekuatan gaib dan mengambil jarak dari
objek di sekitarnya dan mulai menelaah objek tersebut.
- tahap fungsional, Tahap fungsinal dimana manusia selain menelaah objek
sekitarnya, dan memfungsikan pengetahuan tersebut untuk kepentingan
kehidupannya.
Untuk memecahkan suatu masalah maka ilmu menggunakan pikiran yang
berdasarkan penalaran dan mencoba mencari penjelasan tentang masalah
tersebut.
Masalah yang dihadapi adalah hal yang nyata maka mencari jawabannya
harus pada dunia yang nyata pula. ( Bedanya dengan perasaan dan ilmu
keagamaan).
Pemikiran Ilmiah
Jadi pemikiran ilmiah bertolak dari : hipotesis dan/atau postulat,
berkulminasi dalam bangunan teori yang koheren, dan berakhir pada
ramalan-ramalan yang dalam penyahihannya harus sesuai dengan fakta
empiris.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah berpikir dengan cara menggabungkan pendekatan
rasional dengan pendekatan empiris.
Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris, ilmu memisahkan pengetahuan yang
sesuai dengan fakta dan yang tidak. Metode ilmiah adalah gabungan
antara rasionalismre dengan empirisme.
Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni:
- Konsisten dengan teori sebelumnya sehingga tidak terjadi kontradiksi
dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
- Harus cocok dengan fakta empiris karena kalau tidak, maka tidak diterima
kebenarannya secara ilmiah.
Dengan demikian maka logika ilmiah merupakan gabungan antara
logika deduktif dan logika induktif dimana rasionalisme dan empirismne
hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif.
Pengetahuan yang belum teruji kebenarannya maka semua penjelasan
rasional yang diajukan hanya bersifat sementara dan biasanya disebut
hipotesis dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi.
Hipotesis biasanya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-
premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.
Metode ilmiah dikenal dengan proses logiko-hipotetiko-verifikatif dapat
disebut sebagai perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi dan
induksi.
Proses induksi mulai memegang peranan dalam pengujian hipotesis
dimana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah hipotesis
tersebut didukung oleh faktanya atau tidak.
Alur berpikir dengan metode ilmiah yang berintikan proses logiko-
hipotetiko-verifikatif terdiri atas :
- Perumusan masalah,
- Penyusunan kerangka pikir,
- Perumusan hipotesis,
- Pengujian hipotesis, dan
- Penarikan kesimpulan.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten
dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
KHASANAH DEDUKSI
PENGETAHUAN
KOHERENSI
ILMIAH
PERUMUSAN
HIPOTESIS
PRAGMATISME
INDUKSI
KORESPONDENSI
DITERIMA PENGUJIAN
HIPOTESIS
METODE ILMIAH
Keseluruhan langkah pada alur pikir tersebut harus ditempuh agar suatu
penelaahan dapat disebut ilmiah
Langkah-langkah tersebut secara konseptual tersusun dalam urutan yang
teratur dimana langkah yang satu merupakan landasan untuk langkah
berikutnya, namun dalam prakteknya sering terjadi lompatan lompatan.
Hubungan antara setiap langkah tidak terikat secara statis, tetapi bersifat
dinamis pada proses pengkajian ilmiah yang selain penalaran, juga dengan
imajinasi serta kreativitas.
Manfaat Metode Ilmiah
Metode ilmiah penting untuk penemuan pengetahuan ilmiah serta untuk
mengkomunikasikan penemuan tersebut ke masyarakat ilmiah
Suatu laporan penelitian ilmiah mempunyai sistimatika cara berpikir
tertentu dalam format dan tekniknya.
Ciri utama dari metode ilmiah adah hakekat yang dimilikinya yang bersifat
sistematis dan ekplisit.
Sifat ekplisit tersebut memungkinkan terjadinya komunikasi intensif dalam
masyarakat ilmuwan.
Ilmu ditemukan secara individu, namun dimanfaatkan secara sosial,
sehingga ilmu merupakan pengetahuan milik umum.
Sifat tersebut mengharuskan seorang ilmuwan untuk menguasai sarana
komunikasi dengan baik yang memungkinkan komunikasi ekplisit antar
ilmuwan
Ilmu maju dengan pesat pada masyarakat yang telah memiliki tradisi
komunikasi tertulis yang mantap.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun konsisten dan
kebenarannya telah diuji secara empiris.
Suatu hipotesis dapat diterima kebenarannya selama tidak didapatkan
fakta yang menolak hipotesis tersebut.
Sifat fragmatis dari ilmu adalah bahwa ilmu tidak mencari kebenaran
absolut tetapi kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam
tahap perkembangan tertentu
Penterapan Metode Ilmiah
Pada dasarnya metode ilmiah ini adalah sama bagi semua disiplin keilmuan
baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam
memperoses kegiatannya.
Metodologi penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan operasionalisasi
dari metode keilmuan.
Jadi penguasaan metode ilmiah merupakan persyaratan untuk dapat
memahami jalan pikiran yang terdapat dalam langkah-langkah penelitian.
Langkah-langkah penelitian yang mencakup apa yang diteliti, bagaimana
penelitian dilakukan, dan untuk apa hasil penelitian digunakan koheren
dengan ontologis, epistemologis, dan aksiologis keilmuan.
Dengan metode ilmiah sebagai paradigma, maka bila dibandingkan dengan
berbagai pengetahuan lainnya, ilmu berkembang cukup pesat.
Hal ini didukung oleh faktor sosial dari komunikasi ilmiah di mana
penemuan individu segera dapat diketahui oleh ilmuan lainnya.
Teori ilmiah masih merupakan penjelasan yang bersifat sebagian sesuai
tahap perkembangan keilmuan yang sedang berjalan.
Dengan demikian maka kebenaran yang ada sekarang belum dapat
dipastikan akan benar pula di masa mendatang.
Sifat pragmatis dari ilmu inilah yang mnerupakan kelebihan dan
kekurangan dari hakekat ilmu.
Dengan demikian, ilmu dapat memberikan jawaban positif terhadap
permasalahan yang dihadapi manusia pada suatu waktu tertentu.
Kegiatan ilmuwan pada jiwanya merupakan komitmen moral dan
intelektual untuk mencoba mendekati kebenaran dengan cara yang
sejujur-jujurnya. Hal ini sesuai dengan etika keilmuwan
Penilaian terhadap ilmu tidaklah ditentukan oleh kesahihan teorinya
sepanjang saman melainkan terletak dalam kemampuan memberikan
jawaban terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradaban
tertentu.
Namun dalam hal tertentu manusia membutuhkan kepastian dan bukan
kesementaraan yang bersifat relatif seperti eksistensi diri, tujuan hidup
serta berbagai hal yang bersifat asasi.
Dalam hal ini ilmu tidak mampu memberikan jalan keluar sehingga
manusia berpaling ke sumber lain yakni agama.
Ilmu tidak dapat memberikan jawaban karena secara ontologis, ilmu
membatasi diri hanya dalam ruang lingkup pengalaman.
Dewasa ini ilmu semakin terspesialisasikan sehingga bidang pengkajian
suatu disiplin keilmuan makin sempit ditambah berbagai pembatasan
dalam pengkajiannya seperti postulat, asumsi dan prinsip sehingga lingkup
penglihatan keilmuan bertambah sempit
Dalam perkembangan spesialisasinya, penglihatan ilmu semakin sempit
dan sektoral yang mendorong manusia untuk melakukan pendekatan multi
disipliner terhadap sebuah permasalahan.