Secara ontologis, bahwa objek material dari ilmu farmasi adalah obat dan bahan
obat. Obat dan bahan obat ini diperoleh dari senyawa kimia baik yang terdapat
dalam hewan ataupun dalam tanaman maupun senyawa kimia yang diperoleh
secara sintesis, digunakan untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia
dan mencegah penyakit yang dapat mengganggu kesejahteraan manusia.
Ilmu farmasi adalah ilmu yang menjelaskan tentang bagaimana memperoleh bahan
yang dapat digunakan sebagai obat serta bagaimana meramu dan
memformulasikannya, sehingga bahan-bahan tersebut bila digunakan sesuai
petunjuk yang diberikan dapat menghasilkan kesembuhan bagi penyakit yang
diderita seseorang, ataupun mampu mencegah seseorang menderita sakit (tentunya
atas izin Allah), bahan yang digunakan inilah yang disebut obat dan merupakan
objek materi dari ilmu farmasi.
Dalam UU No. 7 tahun 1963 tentang farmasi, dikatakan bahwa pekerjaan
kefarmasiaan adalah pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat. Sehingga untuk
dapat mengembangkan ilmu farmasi ini tidak terlepas dari ilmu lainnya. Berdasarkan
hal tersebut diatas, maka mulai pembuatan obat sampai dengan penyerahan obat
memerlukan kerjasama yang erat sampai dengan disiplin ilmu lainnya. Kerjasama
yang erat ini sangat diperlukan, misalnya dalam membuat suatu bahan obat yang
berasal dari tumbuhan, maka pengetahuan biologi seorang farmasis sangat
menunjang, sehingga dapat mengetahui dengan baik jenis tumbuhan mana yang
diperlukan serta bagian tumbuhan mana yang mengandung secara optimal bahan
obat yang diperlukan.
Pengetahuan fisika dan kimia agar untuk dapat memisahkan senyawa obat
tersebut dari bagian tumbuhan yang mengandungnya.
Pengetahuan matematika agar hasil olahan obat dapat menyembuhkan
penyakit, dihitung dosisnya yang tepat sehingga dapat digunakan oleh manusia
untuk proses.
Dalam mengembangkan obat-obatan secara sintesis, diperlukan berbagai informasi
mengenai bahan yang akan disintesa baik informasi sifat-sifat biologis, kimia, dan
fisis dari bahan tersebut. Setelah bahan obat diperoleh, makan bahan obat tersebut
harus dapat diprediksi baik tentang kemampuan pengobatannya maupun
kemungkinan efek samping yang ditimbulkan.