PENDAHULUAN
1
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kefarmasian serta semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan tenaga
kesehatan dalam rangka mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Demikian juga pada
dasarnya kaitan tugas pekerjaan tenaga kerfarmasian dalam melangsungkan
berbagai proses kefarmasian, bukan hanya sekedar membuat obat, menjamin
serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah
bagian yang tak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita
pasien, tetapi juga dalam penyimpanan serta pendistribusian obat. Tenaga
kefarmasian dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan kepada prosedur-
prosedur kefarmasian demi dicapainya produk kerja yang memenuhi syarat ilmu
pengetahuan kefarmasian, sasaran produk kerja yang dilakukan, hasil kerja akhir
yang seragam tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi.
Tenaga kefarmasian adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan di
bidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi
kefarmasian. Sifat yang berdasarkan ilmu pengetahuan ini memberi semacam
otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki
oleh tenaga kesehatan lainnya. Lingkup pekerjaan tenaga kefarmasian meliputi
semua aspek tentang obat, mulai penyediaan, bahan baku dalam arti luas,
membuat sediaan jadi sampai dengan pelayanan kepada pemakai obat atau
pasien.
Dalam bidang pendidikan pengalaman belajar di bidang kefarmasian
merupakan hal yang sangat penting, dalam mencapai keberhasilan dalam tujuan
pendidikan. Untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata dan
kompherensif sehingga mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri, maka
dilaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL)agar mahasiswa mampu belajar
menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kerja dan belajar menganalisis
suatu gejala dan masalah yang timbul agar kelak dapat diaplikasikan langsung.
2
1.2. Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini
antara lain:
a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Diploma III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
b. Meningkatkan keterampilan serta menambah pengetahuan tentang cara
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan alat
kesehatan di InstalasiFarmasi.
c. Mengetahui tugas dan fungsi Instalasi Farmasi.
d. Membina sikap profesional mahasiswa yang diperlukan dalam memasuki
dunia kerja.
e. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3. Fungsi Dan Manfaat Instalasi Farmasi
2.3.1. Fungsi Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi Kabupaten mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melakukan penyimpanan dan penyusunan rencana peralatan dan
pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat, pendistribusian
dan penggunan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum,
baik yang ada dalam persediaan maupun yang didistribusikan
d. Melakukan urusan tata usaha, kepegawaian dan urusan dalam.Contoh :
keuangan, kepegawaian
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang
f. Melakukan usaha tata usaha, keuangan, kepegawaian di lingkungan
instalasi farmasi
5
2.4. Persyaratan Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Pengaturan tata letak ruang yang baik untuk memudahkan pergerakan.
b. Mempunyai sirkulasi udara yang baik dan cukup.
c. Instalasi harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
d. Penggunaan rak dan pallet yang baik.
e. Kondisi penyimpanan obat yang baik.
Adapun obat-obatan yang perlu disimpan didalam ruangan yang khusus
misalnya:
1) Psikotropik, narkotika, dan bahan berbahaya harus disimpan dilemari
khusus dan harus selalu terkunci.
Menurut Undang-undang No.32 pasal I :
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahankesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampaimenghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkanketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongansebagaimana terlampir dalam
Undang-Undangini. Cara penyimpanan narkotika :
6
f) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi
kuasa.
g) Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak
diketahui oleh umum.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel
sebagaimanaterlampir dalam Undang-Undang ini.
a) Narkotika Golongan I;
b) Narkotika Golongan II; dan
c) Narkotika Golongan III.
7
2) Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol,eter harus di simpan
di ruangan khusus,yang terpisah dari instalasi induk.
3) Pencegahan kebakaran dengan alat pemadam kebakaran. Alat pemadam
kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan
jumlah yang cukup.
f. Penyusunan
Obat disusun menurut alphabetis dan digunakan prinsip FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan
terlebih dahulu sebab umumnya obat yang datang lebih awal diproduksi
lebih awal.
g. Penyimpanan
Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik sebagai berikut:
1) Kebersihan dan hygiene.
2) Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%).
3) Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-250C).
4) Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung
dengan lantai.
5) Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.
6) Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat.
8
2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan peralatan,
tata letak ruangInstalasi Farmasi perlu memiliki lorong yang ditata
berdasarkan system :
a. Arah garis lurus.
b. Arah huruf U.
c. Arah huruf L.
3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam merancang
instalasi farmasi adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan,
termasuk pengaturan kelembaban udara dan pengaturan
pencahayaan.Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan
sirkulasi udara, perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban
dan efisiensi penanganan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
2009).
9
b.Berdasarkan Jenis, yaitu:
10
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
11
Struktur Organisasi di Instalasi Farmasi Tipe A dan Tipe B Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
610/Menkes/S.K./XI/81 Tahun 1981
12
3.2. Tata Kerja di Instalasi Farmasi
1. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi
yang wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk Kepala Kantor
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan semua kegiatan di lingkungan Instalasi Farmasi di
Kabupaten/Kota dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi
pelaksana tugas masing-masing.
3. Setiap unsur di lingkungan Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kota wajib
mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk serta bertanggung jawab
kepada Kepala Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya.
4. Dalam melaksanakan tugasnya, semua unsur di lingkungan Instalasi
Farmasi di Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada atasan masing-
masing, dianntaranya :
a. Melaksanakan pengadaan obat-obatan, alat kesehatan dan
perbekalan farmasi lainnya melalui berbagai sumber anggaran.
b. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan obat-obatan,
alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya.
c. Melaksanakan pendistribusian obat-obatan, perbekalan kesehatan
serta sediaan farmasi lainnya ke puskesmas dan jaringannya.
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan pengiriman obat-obatan,
perbekalan kesehatan serta sediaan farmasi lainnya ke puskesmas
dan jaringannya.
13
c. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil yang dicapai agar
sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Menegakkan disiplin, semangat kerja dan ketenagaan kerja untuk
memungkinkan tercapainya produktivitas tinggi.
e. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas-
tugas keuangan, kepegawaian, tata usaha dan urusan dalam satuan
kerja.
f. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu dan memberikan informasi
mengenai pengelolaan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi
kepada unit-unit pelayanan kesehatan.
g. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan, pencatatan dan
pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
h. Menyelenggarakan tata buku perinstalasian yang cukup jelas dan
mudah dikontrol, serta membukukan setiap mutasi barang.
i. Megevaluasi hasil kegiatan Instalasi Farmasi secara keseluruhan.
j. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
berdasarkan laporan bawahan kepada Kepala Dinas.
Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan.
14
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada
atasan.
Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
15
Seksi Penyimpanan dan Penyaluran dipimpin oleh seorangKepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
16
Seksi Pencatatan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Perencanaan
Perencanaan obat dan perbekalan farmasi yang dibutuhkan setiap
Puskesmas Kabupaten Deli Serdang dilakukan oleh puskesmas dan dilaporkan
ke Seksi Farmasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Pengadaan obat
dilakukan berdasarkan penyakit, catatan pemakaian obat tahun sebelumnya dan
penyakit yang tiba-tiba muncul misalnya rabies serta karena adanya kejadian
yang tidak diduga misalnya bencana alam. Perencanaan obat dibuat setiap
tahunnya. Dalam perencanaan, Seksi Farmasi meminta data ke 34 Puskesmas
yang ada di seluruh Kabupaten Deli Serdang yang mana datanya meliputi data
dari setiap satelit Puskesmas seperti, Polindes, Bidan Desa, Pustu, Puskesda.
Seksi Farmasi melakukan perencanaan sampai diawal tahun sesuai anggaran
yang diberikan Negara.
4.2. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan menggunakan sistem e-
catalog. Pemesanan dengan sistem e-catalog merupakan suatu daftar yang
dibuat secara elektronik yang bisa di akses secara online berbasis internet.
Proses pemesanan ini disebut e-purchasing. Pemesanan e-Purchasing adalah
tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik.
18
Gambar 4.1 Alur Proses E- Purchasing Obat
19
Sumber dana pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berasal dari:
a. APBD TK. I (Provinsi)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan
rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan semua belanja daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu.
b. APBN (Program dan Buffer Stock) atau DAK (Dana Alokasi Khusus)
Setiap perbekalan kesehatan yang masuk ke Instalasi Farmasi
Kabupaten Deli Serdang dipisahkan menurut sumber anggaran pengadaan obat.
Pengadaan obat yang terjadi, obat-obat program yang dari pusat, seperti obat
TB Paru.
c. BPJS (Badan Penyelenggara Sosial Ketenagakerjaan)
Pengadaan obat diperoleh dari BPJS. Dana yang diperoleh dari BPJS
juga dipergunakan semaksimal mungkin agar obat yang diterima oleh
puskesmas dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Dan perencanaan
dilakukan setiap tiga bulan sekali.
20
4.3. Penerimaan
Obat yang telah diadakan diterima dan diperiksa oleh panitia
pemeriksaan dan penerimaan obat yang telah ditetapkan sesuai dengan Surat
Penyerahan Barang (SPB) yang menyertainya. Pemeriksaan obat meliputi :
a. Nama dan jumlah obat
b. Kualitas dan kondisi obat
c. Sediaan Obat Dosis
d. Isi
e. Nomor batch
f. Nomor registrasi
g. Exp. Date (kadaluarsa)
h. Kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat
4.4. Penyimpanan
Obat yang telah diadakan maka diterima dan diperiksa oleh panitia
pemeriksaan dan penerimaan obat yang telah ditetapkan sesuai dengan
dokumen yang menyertainya. Pemeriksaan obat, meliputi:
1. Jenis dan jumlah obat
2. Kualitas dan kondisi obat
3. Isi kemasan sediaan obat
4. Kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat
5. Nomor Batch
6. Nomor Registrasi
7. Exp. Date (Kadaluarsa)
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan obat, maka obat yang diterima
selanjutnya disimpan di Instalasi Farmasi di tempat yang dinilai aman dari
gangguan fisik obat yang dapat merusak mutu obat.Obat disimpan dan disusun
menurut bentuk sediaan dan berdasarkan sumber anggaran, karena banyaknya
item obat dan kondisi instalasi yang tidak memungkinkan.
Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi dilakukan berdasarkan:
1. Suhu
2. Sumber anggaran.
21
Tujuan penyimpanan obat, yaitu:
1. Memelihara mutu obat
2. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan kesediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
5. Obat Narkotika/Psikotropika disimpan di dalam ruangan tersendiri
6. Obat yang disimpan di kulkas yaitu obat yang sediaannya tidak tahan
pada suhu ruangan misalnya vaksin, suppositoria dan reagensia.
4.5. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat
jenis jumlah dari instalasi obat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan
kesehatan. Distribusi obat ke Puskesmas dilakukan setiap 2 bulan sekali.
Pendistribusian obat dilakukan 1 hari maksimal 4 Puskesmas. Sebelum
penyerahan obat, Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Puskesmas
(LPLPO) harus sudah diserahkan ke Instalasi Farmasi. Penyerahan LPLPO
22
dilakukan setiap bulan. Pendistribusian dilakukan atas dasar prinsip ekonomi
seperti:
1. First In First Out (FIFO): Barang atau obat yang pertama kali dibeli
atau diterima dianggap sebagai barang atau obat yang pertama kali
dijual atau didistribusikan.
2. First Expired First Out (FEFO): Barang atau obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal, yaitu barang atau obat yang terlebih dahulu
dikeluarkan atau didistribusikan.
Di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang obat didistribusikan menurut
prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO), yaitu obat
yang diterima dari awal dan yang masa kadaluarsanya lebih awal harus
digunakan terkebih dahulu sebab umumnya obat yang datang lebih awal
diproduksi lebih awal. Pendistribusian obat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
obat bagi masyarakat Deli Serdang melalui Puskesmas yang terdiri dari 34
Puskesmas, dimana mulai tahun 2017 obat dari Instalasi Farmasi langsung
diantar kesetiap puskesmas dalam 2 bulan sekali yaitu setiap bulan ganjil di
Kabupaten Deli Serdang.
23
Alur pendistribusian Obat/Alkes pada Instalasi Farmasi
Ka. Dinas
IFK
Puskesmas
Pustu Pustu
24
4.6.1. Pencatatan Kartu Stock
Fungsi kartu stock :
a. Untuk mencatat mutasi obat, yaitu : penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak atau kadaluarsa
b. Untuk mencatat data mutasi 1 jenis obat yang berasal dari 1 sumber
anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan menyusun perencanaan, pengadaan,
serta distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanan.
Disamping itu Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang tetap mengisi
laporan mutasi obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan
Provinsi
Yang perlu diisi pada kartu stok :
a. Nama barang
b. Satuan
c. Asal
d. Tanggal
e. Nomor
f. Jumlah barang masuk/keluar
g. Sisa
25
Item dari LPLPO :
a. Nama obat
b. Satuan
c. Stok awal
d. Penerimaan obat
e. Persediaan obat
f. Sisa stok
g. Permintaan
h. Pemberian
Informasi dan manfaat LPLPO yaitu :
26
Contoh soal stok optimum :
Puskesmas rawat jalan
Pemakaian Paracetamol 500 mg di Puskesmas Lubuk Pakam pada bulan Maret-
April 2017 sebanyak 2000 tablet. Sisa stok per 30 April 2017 adalah 100 tablet.
Permintaan ke InstalasiFarmasi dilakukan setiap 2(dua) bulan sekali.
Jawaban :
Pemakaian bulan Maret-April :2000 tablet
Pemakaian rata-rata perbulan :2000/2 = 1000 tablet
Pemakaian rata rata perhari :1000/25=40 tablet
Stok pengaman 10% :10% x 1000 tablet = 100 tablet
Waktu tunggu 5 hari :5 x 40 tablet = 200 tablet
Stok optimum :1000 + 100 + 200 = 1300 tablet
Kebutuhan : 1300 100 = 1200 tablet
CATATAN :
Jumlah hari kerja :
Puskesmas rawat jalan : 25 hari
Puskesmas rawat inap : 30 hari
Stok pengaman : 10%
Waktu tunggu : 5 hari
STOK OPTIMUM= PEMAKAIAN PER PERIODE DISTRIBUSI + STOK
PENGAMAN + WAKTU TUNGGU
27
CATATAN :
Jumlah hari kerja :
Puskesmas rawat jalan : 25 hari
Puskesmas rawat inap : 30 hari
Stok pengaman : 10%
Waktu tunggu : 5 hari
STOK OPTIMUM= PEMAKAIAN PER PERIODE DISTRIBUSI + STOK
PENGAMAN + WAKTU TUNGGU
BAB V
PENUTUP
28
5.1 Kesimpulan
a. Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang merupakan tempat
pelaksanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian yang
dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang.
b. InstalasiFarmasi Kabupaten Deli Serdang melakukan pendistribusian
obat, alat kesehatan kepada 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Deli
Serdang.
c. Perencanaan obat dilakukan di puskesmas.
d. Sumber dana obat di Instalasi Farmasi Deli Serdang berasal dari APBD
Provinsi,BPJS dan APBN/DAK .
e. Penyimpanan obat, alat kesehatan di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli
Serdang dilakukan berdasarkan suhu dan sumber anggaran.
f. Pendistribusian obat langsung dilakukan oleh petugas instalasi Farmasi
dengan cara mengantar ke setiapPuskesmas. Pendistribusian sistem
FIFO dan FEFO
g. Pendistribusian obat di Instalasi Farmasi Deli Serdang dilakukan 2 bulan
sekali.
h. Pencatatan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang serta alat
kesehatan dilakukan secara komputerisasi. Kemudian untuk pengisian
kartu stok dilakukan secara manual.
5.2 Saran
a. Sebaiknya Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang di Lubuk Pakam
bisa lebih memperbaiki kegiatan Manajemen Pengelolaan Obat menjadi
lebih baik seperti yang telah ditentukan misalnya dalam hal penyimpanan
obat yang harus dipisahkan sesuai jenisnya, bentuk sediaannya dan
kententuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan.
b. Sebaiknya bangunan tidak disekat-sekat sehingga penyusunan obat bisa
di lakukan secara alfabetis dan berdasarkan sumber anggaran.
c. Sebaiknya suhu ruangan di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang
disesuaikan dengan standar suhu yang baik untuk obat sehingga
stabilitasnya dapat dijaga
d. Obat-obat Narkotika dan Psikotropika sebaiknya disimpan di lemari
khusus dan terpisah dari obat atau peralatan kesehatan lainnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Dirjen POM DEPKES RI. 1986. Buku Panduan Instalasi Farmasi di
Kabupaten/Kotamadya tentang Pengadaan Barang.Jakarta
31