PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut peraturan kementrian kesehatan No 46 tahun 2015 tentang
akreditasi Puskesmas, klinik pratama, tempat praktek mandiri dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi, pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (Permenkes, 2015).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2015).
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pembangunan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok
(Herlambang, 2016).
Puskesmas merupakan unit pelayanan terdepan dan langsung dapat
menjangkau masyarakat, melaksanakan pelayanan kesehatan melalui upaya pokok
kegiatan Puskesmas yang salah satunya pelayanan kesehatan dengan memberi
pengobatan, Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas meliputi pengobatan
rawat jalan dan rawat inap termasuk di dalamnya upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Puskesmas sebagai
fasiltas kesehatan tingkat pertama wajib menyediakan pelayanan kesehatan sesuai
1
2
pada tanggal 16 Desember 2016 di peroleh data bahwa terdapat 12 Puskesmas dari
3
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang menentukan kemana suatu
penelitian diarahkan. Berdasarkan peninjauan latar belakang maka penulis
merumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan Akreditasi Puskesmas
dengan tingkat kepuasan pasien di Kabupaten Bantul?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status Akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan
pasien Puskesmas di kabupaten Bantul.
4
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran akreditasi Dasar puskesmas Jetis I.
b. Mengetahui gambaran akreditasi Madya puskesmas Pundong.
c. Mengetahui gambaran akreditasi Utama puskesmas Pleret.
d. Mengetahui gambaran akreditasi Paripurna puskesmas Pajangan.
e. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Jetis I
f. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pundong.
g. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pleret.
h. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pajangan.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi puskesmas.
Di harapkan penelitian ini dapat memberi masukan bagi manajemen puskesmas
dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan untuk memenuhi
kepuasan pasien yang lebih baik.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti tentang
akreditasi Puskesmas dan tingkat kepuasan pasien di puskesmas.
E. Keaslian Penelitian
Untuk keaslian Penelitian ini penelity mengambil referensi dari penelitian
sebelumnya yaitu :
1. Indrianti retno dwi (2010), Analisis pengaruh tingkat kualitas pelayanan jasa
Puskesmas terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Gunungpati Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat kualitas pelayanan
jasa puskesmas terhadap kepuasan pasien. Penelitian ini menggunakan metode
analisis kuantitatif dengan menggunakan uji validitas dan reabilitas, uji asumsi
klasik, uji F, koefisien determinasi, uji T, dan analisis regresi berganda. Sampel
yang di gunakan berjumlah 100 responden. Metode pengambilan sampel
5
terikat yaitu kepuasan pasien serta metode pendekatan yang di gunakan adalah
metode pendekatan kuantitatif, sedangkan perbedaannya metode yang di
gunakan adalah Purposive Sampling.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Akreditasi
B. Akreditasi Puskesmas
C. Puskesmas
1. Defisini Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan oraganisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Herlambang, 2016). Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (permenkes, 2014)
Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi sleuruh penduduk yang tinggal di
wilayah kerja puskesmas. Progaram dan upaya kesehatan yang di
selenggarakan oleh puskesmas merupakan program pokok (public health
essential) yang wajib di laksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat (Herlambang, 2016).
Keputusan Menteri Kesehatan NO. 128/Menkes/SK/II/2004 menyatakan
bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Departemen Kesehatan, 2004). Sebagai UPT dari Dinas Kabupaten/Kota
(UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
13
2. Fungsi Puskesmas
a. Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, fungsi Puskesmas
menyelenggarakan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu :
1) melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.
5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat.
6) melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas.
7) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h.
melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
8) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
b. Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, fungsi Puskesmas
menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu :
1) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
3) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
14
D. Kepuasan Pasien
e. Tangibles (wujud nyata) yaitu wujud kenyataan fisik yang meleputi fasilitas,
peralatan, pegawai, dan barang barang komunikasi.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan
Faktor faktor yang mempenagruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan
kesehatan, kepuasan jasa pelayanan kesehatan pasien/klien di pengaruhi oleh
beberapa faktor (Juliana, 2008).
a. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan di terimanya,
dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting.
b. Empati (sikap peduli) yang di tunjukan oleh petugas kesehatan. Sikap ini
akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat
kepatuhan pasien (complance). Untuk bisa berempati, seorang tenaga
kesehatan harus bisa mengamati dan menginterpretasikan perilaku pasien.
Hal ini tergantung pada kemampuan tenaga kesehatan untuk
menginterpretasikan informasi informasi yang di berian oleh pasien tentang
situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan berbeda beda dalam berempati
c. Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan dapat di anggap sebagai sumber
moral pasien dan keluarganya. yang penting sembuh sehingga
menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang di
tawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal.
Informasi terbatas yang di miliki pihak pasien dan keluarganya tentang
perawatan yang di terima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem
asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
d. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan
ruangan (tangibility). Kenyaman dalam pelayanan kesehatan dapat di
tunjukan dari penampilan fisik, peralatan personel dan media komunikasi.
Serta kenyamanan tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang di sediakan,
tetapi terpenting lagi menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
22
1. Product Quality
Bagaimana konsumen akan merasa puas atau produk barang yang di
gunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang adalah
performance, reliability, conformance, durability, feature dan lain lain.
2. Service Quality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah di konsumsinya.
Dimensi service quality yang lebih di kenal dengan servqual meliputi 5
dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy, responsiveness.
Skala nilai di nyatakan dengan skala 1-5. Skala 1 adalah pihak tidak puas
dan skala 5 adalah puas.nilai rerata skala adalah nilai skor (skor = jumlah n
pengukuran di katakan skala).
3. Emotional factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang di gunakan di
bandingkan pesaing. Emotional factor di ukur dari preceived best score,
artinya persepsi kualitas terbaik di bandingkan pesaingnya.
4. Price
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat di bandingkan
dengan biaya yang di keluarkan konsumen. Harga adalah pelayanan medis
medical care) yang harus di bayar konsumen (price is that which is given in
an exchage to aquire a good a service).
5. Cost of aquaring
Biaya yang di keluarkan untuk mendapat produk atau jasa.
5. Pengukuran Kepuasan Pasien
Pengukuran kepuasan pasien akan di gunakan sebagai dasar untuk
mendukunng perubahan sistem layanan kesehatan, perangkat yang di gunakan
untuk mengukur kepuasan pasien itu harus handal dan dapat di percaya.
Pengukuran kepuasan pasien merupakan hal yang penting bagi setiap
perusahaan pelayanan jasa khususnya di bidang kesehatan, dengan mengetahui
harapan pasien maka perusahaan dapat mempersiapkan strategi dalam perbaikan
26
mutu pelayanan kesehatan yang sudah pasti mengarah pada kepuasan pasien
(Pohan, 2011).
Pengukuran kepuasan pasien dapat di lakukan dengan menggunakan soft
measure sebagai indikator mutu. Ukuran ini di sebut lunak (soft), sebab ukuran
ukuran ini berfokus pada persepsi dan sikap (perception dan attitudes).
Pengukuran lunak ini meliputi kuesioner kepuasan pelanggan untuk menentukan
persepsi dan sikap pelanggan mengenai mutu barang atau jasa yang mereka beli,
termasuk juga kuesioner sikap karyawan yang memungkinkan untuk
mengetahui persepsi mereka dalam bekerja.
6. Alat Ukur Kepuasan
Kepuasan pasien merupakan ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu
pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kepada pasiennya. Menurut
Muninjaya (2001), kepuasan pasien dapat di ukur menggunkana instrumen yang
di kembangkan oleh Pararusman berdasarkan lima dimensi mutu yang terdiri
dari : tangibles (kenyataan), reliability (keandalan), responsiveness (cepat
tanggap), assurance (jaminan/kepastian), dan empathy (empati).
7. Penilaian IKM unit pelayanan
Dari Kementerian pendayagunaan aparatur negara menentukan bahwa
untuk mengukur kepuasan pelayanan Puskesmas di suatu wilayag memiliki
penetapan responden, lokasi dan waktu pengumpulan data. Dimana untuk
memilih jumlah responden di tentukan dengan cakupan wilayah masing masing
unit pelayanan. Dimana responden di ambil dengan cara acak. Setelah itu, masing
masing responden mengisi kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan
masing masing pertanyaan memiliki point tidak mudah dengan skor 1, kurang
mudah skor 2, mudah skor 3 dan sangat mudah dengan skor 4. Dari masing
masing pertanyaan untuk mengetahui jumlah Nilai/unsur di jumlahkan skor yang
di dapatkan dari responden tersebut. Di dapatkan hasil nilai pertanyaan nomor 1
sampai dengan 14. Setelah itu, untuk mengetahui NRR/unsur dengan cara jumlah
skor tiap pertanyaan di bagi dengan jumlah responden. Langkah selanjutnya yaitu
27
E. Kerangka teori
Mutu Pelayanan
Akreditasi Dasar
Dimensi kepuasan
Akreditasi Madya
Status Akreditasi Kepuasan pasien a. Relliability
(kehandalan)
Akreditasi Utama b. Responsiveness
(ketanggapan)
Akreditasi Paripurna Indeks Kepuasan Pasien : c. Empathy (empati)
d. Tangibles (wujud
1. Produk Quality. nyata)
2. Service Quality.
3. Emotional Faktor.
4. Price.
5. Cost of Aquaring.
Permenkes No 46 tahun 2015, Walyani (2015), Juliana (2008), Supriyanto dan Ratna
(2007).
29
F. Kerangka konsep
Status Akreditasi
Tingkat Kepuasan Pasien
Puskesmas
G. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah Ha : Terdapat hubungan antara status Akreditasi
Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Kabupaten Bantul
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasional yaitu melihat hubungan antara gejala satu dengan yang lain, atau
variable satu dengan variable yang lain (Notoatmojo, 2012). Pendekatan
penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
Cross sectional yaitu studi yang dapat di lakukan dengan data hanya sekali di
kumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, bulanan, dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian (Juliansyah, 2011). Pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Akreditasi puskesmas dengan
tingkat kepuasan pasien di Puskesmas yang terakreditasi Dasar, Madya, Utama,
dan Paripurna dikabupaten Bantul.
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang berada di
Puskesmas yang Terakreditasi di Kabupaten Bantul sebanyak 602 pasien
diantaranya yaitu :
a. Puskesmas yang terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I sebanyak
pasien
b. Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong
sebanyak pasien
c. Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret sebanyak
pasien
d. Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan
sebanyak pasien
2. Sampel.
Sampel adalah bagian bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada populasi. Teknik sampling merupakan cara
cara yang di tempuh dalam pengambilan sampel (Sugiyono, 2010).
Penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode cluster
sampling yaitu di gunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan di
teliti atau sumber data sangat luas. (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas yang terakreditasi di Kabupaten
Bantul di antaranya yaitu :
a. Puskesmas yang terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I.
b. Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong.
c. Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret.
d. Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan
3. Kriteria inklusi dan ekslusi
a. Kriteria inklusi
Pasien rawat jalan di Puskesmas Jetis I, Puskesmas Pundong,
Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan.
32
b. Kriteria ekslusi
Sampel yang menolak ikut dalam penelitian.
4. Besar sampel
Menurut Nursalam (2008), semakin besar sampel semakin mengurangi
angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam
penelitian di gunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Makin kecil jumlah
populasi, presentasi sampel harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus
yang dapat di pergunakan untuk menentukan besar sampel. Penentuan besar
sampel jika besar populasi <1000, maka menggunakan rumus slovin:
=
1 + . ()2
Keterangan
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
602
=
1 + 602. (0,1)2
602
=
1 + 602. 0,01
602
=
7,02
= 86
33
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif)
atau nilai mutu (kualitatif) (Juliansyah, 2011). Variabel bebas (variabel
independent) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono, 2015), variabel bebas pada penelitian ini adalah status akreditasi
Puskesmas. Variabel terikat (variabel dependen) adalah merupakan variabel
yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2015), variable terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan
pasien.
34
E. Definisi Operasional
2. Analisis data
a. Analisis univariate (analisis deskriptif)
Notoatmodjo, (2012) mengatakan bahwa analisis univariate bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Analisa
univariate di lakukan untuk menghitung prosentasi karakteristik responden,
dengan teknik distribusi frekuensi menggunakan rumus dari analisa data
deskriptif yaitu sebai berikut :
= x 100%
Keterangan
P : Prosntase
f : Frekuensi
n : Jumlah seluruh observasi (Arikunto, 2010)
b. Analisis bevariate
42
I. Etika penelitian
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang di teliti, yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang di tetapkan
2. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti hanya kelompok data
tertentu yang di laporkan sebagai hasil penelitian.
3. Benefit
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian
dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian ini.
4. Tanpa nama (anonimity)
43
J. Pelakasanaan penelitian
Proses untuk mempermudah jalannya penelitian perlu di tetapkan
serangkaian kegiatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Tahap jalannya
penelitian adalah :
1. Tahap persiapan penelitian
a. Peneliti melakukan studi pustaka untuk menetapkan materi
penelitian peneliti.
b. Mengurus surat ijin studi pendahuluan.
c. Koordinasi dengan kepala Puskesmas.
d. Melakukan studi pendahuluan.
e. Membuat proposal penelitian, melakukan konsultasi kembali
dan bimbingan dengan pembimbing.
2. Tahap pelaksanaan
a. Koordinasi dengan kepala Puskesmas.
b. Peneliti meminta ijin kepada responden dan menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian.
c. Peneliti menjelaskan bagian bagian kuesioner dan cara
mengisinya. Peneliti juga mempersilahkan responden untuk
bertanya jika masih ada yang kurang di mengerti.
d. Peneliti memberikan kuesioner dengan di bantu 1 orang asisten.
44
Daftar pustaka
Departemen Kesehatan RI. 1994. Standar pelayanan rumah sakit. Jakarta: direktorat
pelayanan medik.
mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi. Diakses dari
www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 16 januari 2017).
Noor, jualiansyah. (2011). Metofologi penelitian :skripsi, tesis, disertasi, dan karya
ilmiah. Jakarta: kencana prenada media group.
Peraturan Bupati Bantul Nomor 65 Tahun 2011 tentang pedoman umum penyusunan
indeks kepuasan masyarakat (IKM) pemerintah kabupaten bantul.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2015 tentang akreditasi
puskesmas, klinik pratama, tempat praktek mandiri dokter, dan tempat praktik
mandiri dokter gigi. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 16
januari 2017).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang. Pusat
kesahatan masyarakat. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal
12 april 2017).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2014 tentang. Klinik.
Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 12 april 2017).
Pohan, I. S. (2007). Jaminan mutu pelayanan kesehatan: dasar -dasar pengertian dan
penerapan, Jakarta; EGC.
Satrianegara, M.F. dan S. Saleha. 1999, buku ajar organisasi dan manajemen pelayanan
kesehatan serta kebidanan. Salemba medik. Jakarta.
Setyobudi Ismanto, 2014. Konsumen dan pelayanan prima. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Supriyanto S., dan Ratna. 2007. Manajemen mutu, health advocacy. Surabaya.
Tjiptono, Fandy dan Gregorius C. 2005. Quality and satification. Ando Offset:
Yogyakarta.
Undang Undang RI. No. 25 Tahun 2009. Tentang pelayanan publik.
Woodruff dan Gardial. 2002. Practical people oriented prespective. Kanada: Mc.
Graw Hill. Hlm 36 45.