Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu program kerja kami yaitu Buku
Kastrat Departemen Kajian dan Strategis HIMATEKLA FTK ITS 2016/2017.
Maksud dan tujuan kami menulis Buku Katrat ini adalah sebagai bentuk rasa syukur dan menjadi
sebuah media untuk proses berbagi ilmu yang berkaitan dengan keprofesian khususnya bagi
Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan dan umumnya bagi seluruh civitas akademika ITS Surabaya.
Isi dari Buku Katrat sendiri ini pun berkaitan dengan rangkuman dari Diskusi Terbuka yang telah
kami adakan selama satu tahun kepengurusan HIMATEKLA FTK ITS 2016/2017. Kami juga
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam pembuatan Buku Kastrat ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Buku Kastrat ini. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak semua guna kami jadikan bahan evaluasi dan untuk meningkatkan kualitas dari
Departemen Kajian dan Strategis HIMATEKLA FTK ITS periode 2017/2018.
Terakhir semoga penyusuan Buku Kastrat ini dapat menjadi tambahan ilmu dan penambah
wawasan khususnya di bidang keprofesian Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS sehingga pada
akhirnya Buku Kastrat ini berguna bagi khayalak luas.
1. Latar Belakang
Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan pencabutan SK pengehentian
reklamasi pulau G Pantai Utara Jakarta oleh mentri koordinator kemaritiman yang baru
yaitu Bapak Luhut B. Panjaitan. Hal ini sangat mengundang perhatian karena sebelumnya
reklamasi sempat dihentikan oleh mentri yaitu Rizal Ramli karena banyak menuai protes.
Namun sebenarnya di Indonesia sebelum konflik reklamasi Jakarta mencuat sudah banyak
reklamasi reklamasi di daerah lain yang bermasalah. Diantaranya adalah Teluk Benoa di
Bali, Pantai Losari di Makassar dll. Kemudian kita berfikir mengapa rata- rata reklamasi
di Indonesia bermasalah, ada apa? Mengapa di Negara lain yang juga menerapkan
reklamasi didaerahnya tidak seperti ini, bahkan di Negara lain dinilia sangat
menguntungkan Negara. Salah satu contoh Negara tetangga Singa pura yang 20%
wilayahnya sekarang adalah daratan hasil reklamasi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Apa Pengertian Reklamasi?
2. Bagaimanakah reklamasi jika dilihat dari kacamata engineering?
3. Mengapa Reklamasi di Indonesia rata rata menuai pro dan kontra dalam
pelaksanaannya?
4. Apakah sajakah hal hal yang harus dilakukan jika ingin melaksanakan proyek
reklamasi di Indonesia?
3. Pembahasan
3.1 Pengertian Reklamasi
3.1.1 Pengertian Secara Umum
Reklamasi merupakan proses membuat lahan baru baik dari laut,
sungai, teluk, maupun danau. Lahan hasil reklamasi umumnya disebut
sebagai reclamation ground atau lahan reklamasi.
Di beberapa wilayah, contohnya salah satu bagian dari Amerika
Serikat, proses reklamasi dikaitkan untuk mengubah lahan yang sebelumnya
rusak atau tidak terpakai menjadi lahan yang lebih baik dan produktif. Salah
satu contohnya yaitu di Alberta, Canada dimana reklamasi didefinisikan oleh
pemerintah setempat sebagai proses mengubah (reconvert) tanah yang rusak
akibat dari salah penggunaan tanah. Di Oceania, reklamasi sering dikaitkan
ke rehabilitasi tanah
3.1.2 Pengertian Menurut Undang Undang
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase
(UU No 27 Tahun 2007)
3.1.3 Pengertian oleh Drs. Save M Dagun (1997)
Reklamasi merupakan sebuah pemanfaatan lahan yang tidak
ekonomis sebagai kepentingan pemukiman, pertanian, industri, rekreasi dan
yang lainnya, yang mencakup pengawetan tanah, pengawetan sumber air,
pembebasan tanah tandus, drainase daerah rawa atau lembah dan proyek
pasang surut.
3.5 Hal hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan reklamasi di Indonesia
Pada akhirnya reklamasi di Indonesia tetap akan berjalan dengan berbagai
konflik didalamnya. Yang harus dipahami adalah bahwa reklamasi merupakan
usaha untuk yang dilakukan untuk meraih beberapa keuntungan apakah itu dari
factor ekonomi maupun factor linkungan berupa perlindungan diri dari bencana.
Namun yang harus diperhatikan adalah sebelum melakukan proyek reklamasi ada
beberapa hal yang sepatut nya dilakukan terlebih dahulu jika ingin terhindar dari
konflik sehingga pada akhirnya menemukan win win solution. Dari beberapa
konflik yang telah terjadi kita dapat belajar beberapa hal, berikut adalah hal hal
yang harus diperhatikan jika ingin menerapkan reklamasi :
1. Latar Belakang
Sudah tidak asing lagi di telinga kita bersama bahwasanya semenjak terpilihnya
Presiden Indonesia ke-7 Bapak Ir. Joko Widodo, Negara kita tercinta Indonesia akan
diproyeksikan sebagai poros maritim dunia. Hal ini acap kali disampaikan presiden kita
diberbagai kesempatan, salah satunya saat memberi sambutan di Konferensi Tingkat
Tinggi Asia Timur pada tahun 2015 silam. Untuk mewujudkan cita- cita sebagai Negara
poros maritim dunia setidaknya ada 5 pilar utama yang wajib diperhatikan. Pilar pertama
yaitu pembangunan kembali budaya maritim Indonesia. Kedua komitmen menjaga dan
mengelola sumber daya laut. Ketiga komitmen mendorong pengembangan infrastruktur
dan konektivitas maritim. Keempat diplomasi maritim. Kelima Indonesia berkewajiban
membangun pertahanan maritim. Dari beberapa pilar yang telah dipaparkan sebelumnya
pada poin kelima menyebutkan Indonesia berkewajiban membangun pertahanan
maritim.
Berbicara soal pertahanan maritim sangat erat kaitannya dengan bagaimana Negara
ini menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim. Mengapa menjaga kedaulatan maritim
NKRI begitu penting? Faktanya, Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan luas wilayah lautan mencapai 3.257.483 km persegi dan luas
daratan sebesar 1.922.570 km persegi. Ini berarti, dua pertiga wilayah Indonesia adalah
lautan. Jika zona ekonomi eksklusif (ZEE) ikut diperhitungkan, maka luas lautan menjadi
sekitar 7,9 juta km persegi atau 81 persen dari seluruh wilayah Indonesia. Panjang pantai
negeri ini mencapai 95.181 km. Jika dibentangkan di Eropa, maka wilayah Indonesia akan
menutup wilayah Inggris hingga laut Kaspia dekat Iran. Karena luasnya didominasi oleh
lautan, maka sebagian besar perbatasan Indonesia dengan negara lain berada di perairan.
Ada sepuluh negara yang berbatasan laut dengan Indonesia yakni India, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua
Nugini (PNG). Faktor yang juga tidak kalah penting adalah kita harus menyadari
bahwasanya Indonesia sejatinya merupakan Negara yang sangat potensial. Potensi- potensi
Indonesia yang begitu besar membuat Negara ini rawan akan terjadinya berbagai ancaman
dari luar, dimana tujuannya adalah untuk mengambil alih potensi yang dimiliki Indonesia.
Perlu diketahui bahwa intervensi asing akan lebih mudah masuk melalui 4 celah,
berikut poin- poinnya : (1) Birokrasi Internasional, (2) Konflik Internal suatu Negara, (3)
Pasar Internasional/ jalur perdagangan, (4) Bencana alam. Suhu politik yang akhir- akhir
ini terus meningkat ditandai dengan aksi demonstrasi besar- besaran yang sudah beberapa
kali terjadi membuat Indonesia harus makin waspada akan datangnya intervensi dari luar.
Ketidakstabilan keadaan suatu Negara yang bisa kita sebut dengan konflik internal
merupakan salah satu celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar untuk dapat memecah
belah bangsa sehingga Negara ini mudah diintervensi. Membangun Kedaulatan maritim
adalah salah satu opsi bagaimana Negara ini dapat mewujudkan kewaspadaan tersebut.
Melihat kondisi kekininian dari permasalahan yang sedang terjadi di wilayah laut
Indonesia, banyak sekali perspektif ancaman yang dikhawatirkan dapat mengganggu
kestabialan kedaulatan maritim NKRI, hal ini perlu diperhatikan dan diwaspadai, beberapa
diantaranya yaitu, perlu diperhatikannya pulau- pulau kecil yang berada di wilayah garis
terluar perbatasan Indonesia, sudah menjadi persoalan lama bahwasanya pulau- pulau kecil
tersebut telah banyak yang diakuisisi oleh Negara- Negara tetangga yang memiliki batas
wilayah laut yang berdekatan, kemudian Tumpang tindihnya wilayah laut Indonesia akibat
aktivitas penambahan muka daratan oleh Negara lain contohnya yaitu hasil reklamasi
berupa pulau- pulau buatan oleh Singapura. Terakhir pemasalahan yang sampai saat ini
belum kunjung usai mengenai klaim Tiongkok akan kawasan wilayah laut cina selatan
dimana Indonesia terkena dampak pada wilayah Natuna yang memiliki cadangan gas alam
yang sangat besar.
Dengan berbagai paparan permasalahan kedaulatan diatas selanjutnya timbul
pertanyaan bagaimana seharusnya menyikapi permasahan ini dengan tepat dan akurat.
Pihak pemerintah sudah berupaya keras untuk mengatasi problematika perbatasan salah
satunya dengan berbagai aksi penenggelaman kapal bebendara asing yang dewasa ini
marak terjadi. Sekarang giliran kita sebagai civitas akademika tekhususus sebagai calon
engineer masa depan mari kita lihat permasalahan ini dari kacamata teknologi. Bagaimana
kesiapan teknologi maritim Indonesia saat ini dalam menghalau ancaman- ancaman yang
datang silih berganti. Kondisi kekinian maupun kondisi ideal patut dikaji, karena melalui
kondisi saat ini kita dapat mengetahui apa yang akhirnya harus direncanakan untuk
persiapan dihari esok.
2. Landasan Teori
1. Pengertian kedaulatan maritim
2. Landasan hukum laut Internasional
3. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan kedaulatan yang terjadi di Indonesia?
2. Apa saja teknologi maritim yang dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan?
3. Bagaimana kondisi teknologi maritim Indonesia saat ini?
4. Bagaimana kondisi ideal teknologi maritim Indoenesia?
4. Pembahasan
4.1 Pengertian Kedaulatan Maritim
Indonesia memiliki kedaulatan penuh di wilayah NKRI yang merupakan
satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut
territorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya
termasuk seluruh sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Di wilayah
daratan sampai dengan batas garis air
rendah (low water line) atau garis pangkal (base line), termasuk teluk dan muara
sungai yang dibatasi garis pangkal (perairan pedalaman) merupakan wilayah
negara yang mempunyai kedaulatan mutlak. Sedangkan wilayah laut yang meliputi
laut territorial dan perairan kepulauan merupakan wilayah negara dengan
kedaulatan yang dibatasi sebagaimana diatur dalam UNCLOS 1982, wilayah laut
tersebut mengakomodasikan berbagai kepentingan internasional seperti lintas
damai, lintas transit maupun lintas alur laut kepulauan.
Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan lndonesia
disebutkan, lndonesia mempunyai kedaulatan (sovereignty) di Perairan lndonesia,
yang wilayahnya terdiri dari Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan dan Laut
Teritorial lndonesia. Dengan adanya pembatasan itu secara jelas lndonesia tidak
mempunyai kedaulatan di ZEE dan landasan kontinen lndonesia ataupun di tempat
lain selain di perairan lndonesia. Pembatasan penunjukan wilayah kedaulatan
negara lndonesia tersebut sesuai dengan ketentuan dalam konvensi hukum laut
yang menyatakan bahwa negara pantai/kepulauan di ZEE dan landasan kontinen
hanya mempunyai hak berdaulat.
4.2 Landasan hukum laut Internasional
Tommy T.B. Koh, Presiden Konferensi Hukum Laut PBB Ketiga, asal
singapura, menyatakan bahwa Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (
1982 United Nations Convention on the Law of the Sea / UNCLOS 1982) sebagai A
Constitution for the Oceans. Mengapa? Karena UNCLOS 1982 merupakan satu-
satunya dasar hukum yang mengatur tata cara hubungan dan perilaku negara di
laut. UNCLOS 1982 disepakati oleh berbagai negara pada tanggal 10 Desember
1982 di Montego Bay, Jamaica, dan mulai berkekuatan hukum tetap serta mengikat
negara-negara pada tanggal 16 November 1994.
Zona Maritim
Hukum internasional mengatur laut dengan membaginya ke dalam zona-
zona berdasarkan perhitungan lebarnya dari garis pantai. Secara umum, UNCLOS
1982 mengatur tiga zona maritim utama di mana negara memiliki hak-hak tertentu
dalam menguasai dan memanfaatkan area perairan di masing-masing zona maritim
tersebut. Adapun zona maritim tersebut adalah (i) Laut Teritorial / Laut Wilayah
(Territorial Sea); (ii) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone /
EEZ); dan (iii) Landas Kontinen (Continental Shelf). Adapun pembabakan lebar
dari masing-masing zona maritim tersebut diukur dari garis pangkal negara pantai.
Lihat diagram di bawah.
Laut Wilayah / Laut Teritorial / Territorial Sea
Negara berhak untuk memiliki laut wilayah selebar 12 mil laut atau 22,224
kilometer (1 mil laut = 1,852 kilometer) diukur dari garis pangkalnya (baseline)
lihat Pasal 3 UNCLOS 1982. Khusus untuk negara kepulauan (archipelagic state),
seperti Indonesia, berhak untuk memperoleh laut wilayah selebar 12 mil laut yang
dihitung dari garis pangkal kepulauannya yang menghubungkan titik terluar pulau
terluar (outermost points of the outermost islands).
Negara pantai memiliki kedaulatan penuh di Laut Wilayahnya (Pasal 2).
Meskipun demikian, negara pantai wajib memberikan hak lintas damai bagi kapal
sipil berbendera negara asing di Laut Wilayahnya (Pasal 17). Pasal 18 UNCLOS
1982 menyatakan bahwa hak lintas damai itu harus berkelanjutan dan tanpa henti
(continuous and expeditious), karena bila kapal berbendera negara asing itu
melakukan perhentian di Laut Wilayah suatu negara pantai, di luar alasan
kecelakaan atau hal-hal yang memaksa (incidental, rendered by force majeure or
distress), maka hak lintas damainya tidak berlaku dan negara pantai dapat
mengintersep kapal tersebut untuk penyelidikan sesuai dengan ketentuan hukum
nasionalnya. Kapal juga dikatakan melakukan hal lintas damai sepanjang
pelayarannya di Laut Wilayah negara pantai tidak mencederai perdamaian,
ketertiban dan keamanan negara pantai (Pasal 19). Adapun parameter-parameter
yang dapat digunakan untuk menilai bahwa kapal tersebut melanggar hak lintas
damainya dapat dilihat di Pasal 19 ayat 2).
Secara keseluruhan Indonesia memiliki sekitar 17.506 buah pulau hal ini
tercantum pada UU No. 17 Tahun 1985, Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2005
menyebutkan bahwa ada sebanyak 92 pulau di wilayah Indonesia yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga. Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan
tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara
perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura,
Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, India, Thailand, Australia, dan
Palau. Kondisi di wilayah perbatasan tentu sangat rawan terhadap permasalahan
kedaulatan,
Sudah menjadi permasalahan klasik bahwa akses listrik dan kebutuhan ait
bersih menjadi persoalan utama di pulau- pulau tersebut. Tidak adanya ladang
penghasilan yang menjanjikan juga membuat pulau- pulau kecil sering ditinggalkan
penghuninya padahal potensi kekayaan laut merupakan salah satu ladang yang bisa
dimaksimalkan. Pulau-pulau ini seharusnya mendapatkan perhatian dan
pengawasan serius agar tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu
keutuhan wilayah Indonesia. Ada beberapa kondisi yang membahayakan keutuhan
wilayah jika terjadi pada pulau-pulau terluar, diantaranya:
1. Hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi, tenggelam, atau karena kesengajaan
manusia.
2. Hilangnya pulau secara kepemilikan, akibat perubahan status kepemilikan
akibat pemaksaan militer atau sebagai sebuah ketaatan pada keputusan hukum
seperti yang terjadi pada kasus berpindahnya status kepemilikan Sipadan dan
Ligitan dari Indonesia ke Malaysia
3. Hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek ekonomi dan sosial dari
masyarakat di pulau tersebut. Misalnya pulau yang secara turun temurun
didiami oleh masyarakat dari negara lain.
Illegal Fishing
Illegal fishing bukan lagi menjadi permasalahan yang baru di Indonesia.
Laut Indonesia yang begitu luas dan memiliki kekayaan potensi hasil tangkapan
ikan yang beragam membuat kapal- kapal asing banyak yang melakukan praktek
illegal fishing. Kelebihan dan potensi yang dimiliki Indonesia membuat
pemertintah kewalahan dalam menangani permasalahan ini.
Sejauh ini dan yang sama- sama kita ketahui bersama semenjak era
kepemimpinan presiden Jokowi praktek- praktek illegal fishing ditindak secara
tegas. Dibwah komando Mentri Kelautan dan Perikanan Ibu Sussi Pudjiastuti kapal
kapal berbendera asing yang melakukan aktivitas pemberhentian bukan karena
kondisi emergency ditenggelamkan. Berikut merupakan data aktivitas
penenggelaman kapal yang dilakukan nelayan asing:
Sumber: CNN Indonesia
Sigma Belanda
Kapal Korvet 25
Fathahillah Belanda
Cakra Jerman
Kapal Selam 2
Changbogo Korsel Indonesia
Clurit Indonesia
Sampari Indonesia
Kakap Indonesia
Andau Indonesia
Kapal Patroli cepat 57 km 14
Pandrong Indonesia
Boa Indonesia
Kobra Indonesia
Tarihu Indonesia
Pari Indonesia
Krait Indonesia
Badau Indonesia
Sibarau Australia
Cucut Singapura
Barquentine Jerman
Kondor Jerman
Kapal Penyapu Ranjau 12
Pulau Rengat Belanda
Khobi Jepang
Tarakan Indonesia
Armada Kapal
Kapal Tunda Ocean Cruiser 3
Lainnya
Kapal Hidrooseanografi Rigel 3 Prancis
3. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Terusan Kra?
2. Apa dampak yang diterima Indonesia dan Negara Negara tetangga dengan kehadiran
Terusan Kra?
3. Bagaimana langkah yang harus dipersiapkan Indoensia dalam menyikapi kehadiran
Terusan Kra?
4. Pembahasan
4.1 Pengertian Terusan
Menurut KBBI terusan dapat diartikan sebagai (1) kali buatan; kanal; (2) saluran
buatan untuk keperluan mengalihkan lalu lintas pelayaran atau mengatur pengaliran air
irigasi; (3) tali air galian di daratan yg dapat menghubungkan badan air yg terpisah
Sumber Wikipedia menyebutkan terusan adalah kanal yang digunakan untuk
mempercepat pelayaran kapal. Kanal itu sendiri merupakan saluran air buatan. Kanal
terdiri dari dua macam, yaitu kanal yang hanya digunakan untuk mengarahkan dan
mengalirkan air saja dan satunya adalah kanal yang merupakan jalur transportasi yang
dapat dinavigasi, digunakan untuk angkutan barang dan orang, seringkali terhubung
dengan sungai, laut dan danau. Tanpa melewati terusan, kapal harus berlayar mengelilingi
daratan yang jauh jaraknya. Terusan dapat berupa sungai yang dimodifikasi atau kanal
khusus yang dibangun dari awal untuk keperluan tersebut.
Syarat suatu kanal untuk dapat dipakai sebagai terusan adalah kanal tersebut harus
memiliki kedalaman minimal 5 m. Tujuan dari terusan adalah:
Sebagai jalan singkat dan menghindari rute pelayaran yang lebih jauh.
Sebagai jalan antara dua buah laut atau danau yang tertutup oleh daratan.
Sebagai sarana akses ke lautan bagi kota yang berada jauh di daratan.
Ada 2 jenis terusan yang dikenal yaitu :
Terusan Irigasi : adalah terusan yang hanya digunakan untuk mengarahkan dan
mengalirkan air saja.
Terusan Navigasi : adalah terusan yang digunakan sebagai jalan pintas untuk
berbagai kendaraan laut yang mengangkut barang dan orang seperti kapal.
Berikut adalah beberapa terusan paling penting di dunia :
a) Terusan Laut Putih-Baltik : Terletak di Rusia, panjang 141 mil (227 km), dibuka
pada 1933, sebagian merupakan sungai yang dikonstruksi, kanal buatan dan danau.
b) Terusan Suez : Terletak di Mesir, panjang 100 mil (160 km), dibuka pada 1869,
menghubungkan Laut Tengah ke Laut Merah.
c) Terusan Volga-Don : Terletak di Rusia, panjang 62 mil (100 km), dibuka pada 1952,
menghubungkan Laut Hitam, Laut Azov dan Laut Kaspia.
d) Terusan Kiel : Terletak di Jerman, panjang 60 mil (98 km), dibuka pada 1895,
menghubungkan Laut Utara dan Laut Baltik.
e) Terusan Panama : Terletak di Panama, panjang 51 mil (82 km), dibuka pada 1914,
menghubungkan Laut Karibia dengan Samudra Pasifik.
4.2 Visi Indonesia Poros Maritim Dunia
Berdasarkan keterangan pada website resmi kepresidenan, poros maritim diartikan
sebagai sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas antar
pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta
fokus pada keamanan maritim.
Poros Maritim Dunia sendiri menurut sumber lain dapat diartikan secara sederhana
dengan istilah Jalan Raya Maritim Dunia , artinya jalur laut yang digunakan untuk
berlalu lintas oleh kapal-kapal negara-negara dunia dalam mewujudkan kepentingan
nasional negaranya. Oleh karena itu, adalah tidak salah apabila negara-negara dunia akan
mengambil sikap dan langkah-langkah apa saja yang diperlukan untuk melindungi,
mengamankan kepentingan nasional negaranya selama melintas di jalur Jalan Raya
Maritim Dunia tersebut. Kepentingan nasional meliputi kepentingan politik, ekonomi,
sosial-budaya dan pertahanan keamanan.
Disisi lain poros maritim dunia juga dapat diartikan dengan istilah Indonesia Pintu
Dunia. Sebagai pintu dunia, maka isyarat yang disampaikan jelas bahwa Indonesia
mempunyai kedaulatan dan kewenangan penuh terhadap Jalan Raya Maritim Dunia ,
kewenangan menjaga pintu tersebut, kewenangan kapan pintu harus dibuka dan kapan
harus ditutup.
Pintu disini yang dimaksud adalah 4 selat besar yang melintasi Kepulauan
Indonesia. Hal ini, sesuai UNCLOS 1982, sebagai Negara Kepulauan Indonesia
diperbolehkan mengganti (menutup) ALKI, bila diperlukan oleh negara, dengan catatan
harus menyediakan ALKI yang lain sebagai pengganti. Dengan istilah Indonesia Pintu
Dunia, maka Indonesia mempunyai kewenangan kuat untuk mengambil langkah-langkah
kebijaksanaan dalam mengelola Jalan Raya Maritim Dunia, demi kepentingan nasional
Indonesia.
Visi Indonesia poros maritim dunia ini digagas pada saat pemerintahan Presiden
Joko widodo. Presiden ke- 7 Indonesia ini mendeklarasikan visi Indonesia poros maritim
dunia pada saat KTT Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar, pada hari Kamis 13 November
2015
Ada berbagai macam sebab yang melatarbelakangi terlahirnya visi ini di
pemerintahan Joko Widodo diantaranya Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia. Indonesia juga berada di daerah di daerah equator, antara dua benua Asia dan
Australia, antara dua samudera Pasifik dan Hindia, serta negara-negara Asia Tenggara.
Serta diperkuat dengan kondisi dunia saat ini dimana pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-
politik dunia yang bergeser dari Barat ke Asia Timur. Hal ini Membuat Negara-negara Asia
sedang bangkit.
Untuk mewujudkan visi Indonesia poros maritim dunia terdapat program- program
yang digagas pada masa pemerintahan Presiden Jokowi diantaranya, Penegakkan
kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan
pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi
biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan.
4.3 Terusan Kra
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 1970an, peningkatan harga minyak dan lambatnya
perkembangan ekonomi menjadi bencana di seluruh dunia, khususnya di negara
dengan perekonomian muda (remaja) seperti di Asia Tenggara. Pada saat
lambatnya laju ekonomi ini pula pemimpin di Thailand mengajukan berbagai
pengembangan infrastruktur yang ditujukan untuk menstimulasi dan membantu
perkembangan ekonomi di negara dan bagiannya secara keseluruhan. Pada saat
kembimbangan ekonomi ini pula ide yang lama tidak aktif seperti membuat terusan
yang melewati bagian selatan Thailand kembali ke permukaan.
Proyek Terusan Kra diestimasikan akan selesai dalam kurun waktu delapan
hingga sepuluh tahun dengan biaya $28 milyar USD (Su, 2015). Pemain industri di
dunia maritim terlhat sangat reseptif, karena Terusan Kra akan memungkinkan
kapal untuk tidak perlu melewati Selat Malaka sehingga dapat memperpendek jarak
pelayaran hingga 1200 km. pemendekan jarak pelayaran tersebut juga mengartikan
bahwa kapal dapat memperpendek waktu pelayaran hingga 72 jam. Oleh sebab itu,
maka kapal kemungkinan besar akan melewati terusan. Pastinya, perusahaan
shipping dan logistic akan menyambut penurunan operasional dan biaya pelayaran
kapal yang melewati Asia Timur dan Eropa. Selain itu, pemendekan jarak pelayaran
juga akan menurunkan resiko perompakan dan menghindari kemacetan.
Terusan Kra akan memiliki panjang 102km, lebar 400m, dan kedalaman
25m (Su 2015; Cathcart 2008). Dengan spesifikasi tersebut, jenis kapal cargo
apapun,bahkan ultra large crude carriers (300,000 ton DWT), atau supertankers
dapat menggunakan jalur ini. Hal tersebut sudah terverifikasi dari Kra Canal
International Forum (2014) pada website mereka.