Anda di halaman 1dari 34

Kematian Akibat Kekerasan Benda Tajam

Karina Patricia (102010157/E-2)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

Email: leaveyourmailhere@gmail.com

Pendahuluan

Ilmu kedokteran forensik (legal medicine) adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
pemanfaatan ilmu untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam hal peristiwa
pelanggaran hukum yang berkenaan dengan tubuh dan nyawa manusia, baik penyidikan,
pengusutan, maupun pemutusan perkara, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait
untuk memperjelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antartindakan dalam peristiwa tersebut.
Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat kejadian
tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi
para pihak yang menangani kasus tersebut.

Adapun kasus yang menjadi permasalahan adalah:

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan
mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian
bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang
kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke
sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang
terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai
adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak
yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki
ciri-ciri yang sesuai akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP
adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.

Aspek Hukum 1, 2
Pada kasus penganiayaan maupun pembunuhan memiliki hukum tersendiri dalam
pelaksanaannya terhadap tindak pidana tersebut sebagaimana telah tertulis dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Kasus pembunuhan dan penganiayaan tersebut masuk dalam
kategori Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia dan akan dikenai hukuman sesuai
dengan tindak pidana yang telah dilakukan, yang meliputi:

Pasal 90 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)


Luka berat berarti:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus menerus untuk menjalankan
tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu pancaindra; mendapat
cacat berat; menderita sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu
lebih; gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Pasal 170 KUHP
1. Barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan keke-
rasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan.
2. Yang bersalah diancam:
1) Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja
menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan
mengakibatkan luka-luka.
2) Dengan pidana penjara paling lama 9 tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat.
3) Dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.
3. Pasal 89 tidak berlaku bagi pasal ini

Pasal 338 KUHP


Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
2|Kematian Akibat Kekerasan Tajam
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
HR (Hooge Raad) 25 Juni 1894
Menganiaya adalah dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka. Kesengajaan ini harus
dituduhkan dalam surat tuduhan.
HR 21 Oktober 1935
Kesengajaan harus ditujukan untuk menimbulkan luka pada badan atau terhadap
kesehatan. Dalam hal ini dalam surat tuduhan cukup dengan menyalakan ada
"penganiayaan. Ini bukan saja merupakan suatu kwalifikasi akan tetapi juga suatu
pengertian yang nyata.
HR 8 April 1929
Adalah cukup bahwa terdapat suatu hubungan sebab akibat antara penganiayaan dan
adanya luka-luka berat. Tidaklah menjadi persoalan bahwa dalam keadaan normal
akibatnya tidaklah demikian.
Pasal 352 KUHP
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

3|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap
orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353 KUHP
1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun.
Pasal 354 KUHP
1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15 tahun.
Pasal 356 KUHP
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga:
1) Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya, menurut undang-
undang, isterinya atau anaknya;
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan
tugasnya yang sah
3) Jika kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa
atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.

Prosedur Medikolegal

Kewajiban dokter membantu peradilan:1

4|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


Pasal 133 KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana)
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 134 KUHAP
1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pasal 120 KUHAP
1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
2. AhIi tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa
ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali

5|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang
mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan
yang diminta.
Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
1. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sarnpai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
2. saudara dan terdakwa atau yang brsama-sama sebagal terdakwa, saudara ibu atau
saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dari
anak-anak saudara terdakwa sampal derajat ketiga;
3. suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
Pasal 170 KUHAP
1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.1-4

Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya:


Pasal 179 KUHAP
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pasal 180 KUHAP
1. Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula
minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

6|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


2. Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3. Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
4. Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang
mempunyai wewenang untuk itu.
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Pasal 184 KUHAP
1. Alat bukti yang sah ialah:
keterangan saksi;
keterangan ahli;
surat;
petunjuk;
keterangan terdakwa.
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Pasal 185 KUHAP
1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan.
2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai
dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi
itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
5. Baik pendapat maupun rekan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
merupakan keterangan saksi.

7|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


6. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-
sungguh memperhatikan
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan
yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya
dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
e. Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan
yang lain tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai
dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai
tambahan alat bukti sah yang lain.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
1. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
2. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
3. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;
4. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.

Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter


Pasal 216 KUHP

8|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


1. Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu,
atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan undang- undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
pidana denda puling banyak sembilan ribu rupiah.
2. Disamakan dengan pejahat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas
menjalankan jabatan umum.
3. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka
pidananya dapat ditambah sepertiga.
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 KUHP
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.

Identifikasi

9|Kematian Akibat Kekerasan Tajam


Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat
penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan.2,3

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal,
jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru-
hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau
kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti
penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtuanya.2, 4

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit 2 metode yang digunakan memberikan
hasil positif (tidak meragukan). Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode
identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik, dan
secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi DNA.2

Pemeriksaan Sidik Jari. Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data
sidik jari antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang
diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang.
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari
tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua
tangan jenazah dengan kantong plastik.2, 4
Metode Visual. Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-
orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada
jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya
oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor
emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah
tersebut.2
Pemeriksaan Dokumen. Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan
sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat
membantu mengenali jenazah tersebut. Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang
terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah
yang bersangkutan. 2,4

10 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan. Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan
jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik,
badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan
pada jenazah tersebut. Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta
NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.2
Identifikasi Medik. Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum
meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus
meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.2
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga
ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode
identifikasi ini.2,5
Melalui identifikasi medik diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan
tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Pemeriksaan Gigi. Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan
rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan
pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi dan sebagainya.3
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.
Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan
dengan data pembanding antemortem.3,5
Pemeriksaan Serologik. Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan
darah jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik
DNA yang akurasi nya sangat tinggi.2,5

Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensic, pemeriksaan harus
dilakukan dengan cermat meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik
terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dll. Juga terhadap tubuh
mayat sendiri.4

Sistematika pemeriksaan adalah:

1. Label mayat
11 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
2. Tutup mayat

3. Bungkus mayat

4. Pakaian

Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dari pakaian yang dikenakan pada bagian
tubuh sebelah atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan yang terluar sampai lapisan
yang terdalam.
Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak /motif dari tekstil, bentuk
/model pakaian, ukuran, merk /penjahit, cap binatu, monogram /inisial serta tambahan
atau tisikan bila ada. Bila terdapat pengotoran atau robekan pada pakaian, maka ini juga
harus dicatat dengan teliti dengan mengukur letaknya yang tepat menggunakan
koordinat, serta ukuran dari pengotoran dan atau robekan yang ditemukan.
5. Perhiasan

Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Meliputi jenis
perhiasan, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan
tersebut.
6. Benda di samping mayat

Kadangkala dalam pengiriman mayat terdapat benda di samping mayat seperti tas atau
bungkusan. Inipun dilakukan pencatatan yang teliti dan lengkap
7. Tanda kematian

a. Lebam mayat
Terhadap lebam mayat, dilakukan pencatatan letak/distribusi lebam, adanya bagian
tertentu di daerah lebam mayat yang justru tidak menunjukkan lebam. Warna dari
lebam mayat serta intensitas lebam mayat
b. Kaku mayat
Catat distribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada beberapa sendi (daerah
dagu/tengkuk, lengan atas, siku, pangkal paha, sendi lutut) dengan menentukan
mudah atau sukar dilawan. Apabila terdapat spasme kadaverik maka ini harus
dicatat sebaik-baiknya, karena spasme kadaverik memberi petunjuk apa yang
sedang dilakukan oleh korban saat terjadi kematian.
c. Suhu tubuh mayat

12 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Pengukuran suhu tubuh mayat dilakukan dengan menggunakan thermometer rectal.
Jangan lupa juga melakukan pencatatan suhu pada saat yang sama
d. Pembusukan
Tanda pembusukan yang pertama tampak berupa kulit perut sebelah kanan bawah
yang berwarna kehijau-hijauan. Kadang-kadang mayat diterima dalam keadaan
pembusukan yang lebih lanjut.
e. Lain-lain
Catat perubahan tanatologik lain yang mungkin ditemukan, misalnya mumifikasi
atau adipocere
8. Identifikasi umum

Catat tanda umum yang menunjukkan identitas mayat, seperti: jenis kelamin, bangsa,
umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi, dan berat badan, keadaan zakar yang di
sirkumsisi, adanya striae albicantes pada dinding perut.
9. Identifikasi khusus

a. Tattoo
b. Jaringan parut
c. Kapalan
d. Kelainan pada kulit
e. Anomaly dan cacat pada tubuh
10. Pemeriksaan rambut

11. Pemeriksaan mata

12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung

13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut

14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan

15. Lain-lain

16. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan / luka

a. Letak luka
b. Jenis luka
c. Bentuk luka

13 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
d. Arah luka
e. Tepi luka
f. Sudut luka
g. Dasar luka
h. Sekitar luka
i. Ukuran luka
j. Saluran luka
k. Lain-lain
17. Pemeriksaan terhadap patah tulang2

Pemeriksaan Dalam 4

Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari lidah, oesofagus, trakea, dan
seterusnya sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.

1. Lidah. Pada lidah, perhatikan pemurkaan lidah, adakah kelainan bekas gigitan baik
yang baru maupun yang lama. Pengirisan lidah sebaiknya tidak sampai teriris putus,
agar setelah selesai autopsi, mayat masih tampak berlidah utuh.

2. Tonsil. Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran


infeksi, nanah dan sebagainya.

3. Kelenjar gondok. Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah pemrukaanya rata,
catat warnanya, adakah pembedahan berbintik / resapan darah. Lihat juga perangkat
penampang kelenjar ini.

4. Kerongkongan. Perhatikan adanya benda-benda asing , keadaan selaut lendir serta


kelainan yang mungkin ditemukan.

5. Batang tenggorok. Dimulai dari epiglottis, perhatikan adakan edema, benda asing,
perdarahan dan kelainan lain. Perhatikan pula pita suara dan kotak suara.

6. Tulang lidah, rawan gondok, dan rawan cincin. Tulang lidah kadang ditemukan
patah unilateral pada kasus pencekikan. Perhatikan adanya patah tulang, resapan darah.
Rawan gondok dan rawan cincin seringkali juga menunjukkan resapan darah pada kasus
dengan kekerasan pada daerah leher (pencekikan, penjeratan, gantung).

14 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
7. Arteri carotis interna. Perhatikan adanya tanda kekerasan pada sekitar arteri ini. Bila
terjadi kekerasan pada derah leher mengenai arteria ini, kadang-kadang dapat ditemukan
kerusakan pada intima di samping terdapatnya resapan darah.

8. Thymus. Pada permukaanya perhatikan adanya perdarahan berbintik serta


kemungkinan adanya kelainan lain.

9. Paru-paru. Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaanpatu-


paru. Perhatikan warnanya, serta bintik perdarahan, bercak perdarahan akibat aspirasi
darah ke dalam alveoli, resapan darah, luka, bulla dan sebagainya. Lakukan perabaan
paru. Peraaan paru yang normal terasa seperti meraba spons/ karet busa. Pada
penampang paru tentukan warnanya serta catat kelainan yang mungkin ditemukan.

10. Jantung. Perhatikan besarnya jantung, bandingkan dengan kepalan tinju mayat.
Perhatikan adanya resapan darah, luka atau bintik bintik perdarahan. Pada penampang
irisan diperhatikan tebal dinding arteri, keadaan lumen serta kemungkinan terdapatnya
trombus. Belah septum jantung untuk melihat kelainan otot.

Nilai pengukuran pada jantung normal orang dewasa adalah ukuran jantung sebesar
kepalan tangan kanan mayat. Berat sekitar 300 gram. Ukuran lingkaran katup serambi
bilik kanan sekitar 11cm, yang kiri sekitar 9.5 cm, lingkaran stup pulmonal sekitar 7 cm
dan aortal sekitar 6.5cm. Tebal otot bilik kanan 3 5 mm sedangkan yang kiri sekitar
14 mm.

11. Aorta thoracalis. Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau
pembentukan aneurisma. Tanda kekerasan dapat ditemukan resapan darah atau luka.

12. Aorta abdominalis. Perhatikan dinding aorta terhadap adanya pembunuhan perkapuran
atau atheroma. Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang keluar dari aorta ini,
terumana aa. Renalis kanan dan kiri. Perhatikan apakah terdapat kelainan pada dinding
pembuluh darah.

13. Anak ginjal. Periksa lokasi anak ginjal dan periksa adanya kelainan ukuran, resapan
darah dan lainnya.

14. Ginjal, ureter, dan kandung kencing. Bila ada trauma yang mengenai ginjal, terdapat
resapan darah pada capsula. Pada penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks dan

15 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
medula ginjal. Perhatikan juga pelvis renis akan kemungkinan terdapatnya batu ginjal,
tanda peradangan, nanah dan sebagainya. Perhatikan pada ureter kemungkinan
terdapatnya batu, ukuran penampang, isi saluran serta keadaan mukosa. Perhatikan isi
serta selaput lendir pada kandung kencing.

15. Hati dan kantung empedu. Pemeriksaan dilakukan terhadap permukaan hati, yang
nromalnya permukaan rata dan licin, warna merah coklat. Pada perabaan, hati normal
memberikan perabaan kenyal. Tepi hati biasanya tajam. Kandung empedu diperiksa
ukurannya serta diraba akan kemungkinan terdapatnya batu empedu.

16. Limpa dan kelenjar getah bening. Limpa yang normal menunjukkan permukaan yang
berkeriput, berwarna ungu dengan perabaan lunak kenyal.

17. Lambung, usus halus, dan usus besar. Perhatikan isi lambung dan simpan dalam botol
atau kantung plastik bersih bila isi lambung ini diperlukan untuk pemeriksaan
toksikologik atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Periksa selaput lendir terhadap
kemungkinan adanya erosi, ulserasi, perdarahan/resapan darah. Usus diperiksa akan
kemungkinan terdapat darah dalam lumen serta kemungkinan terdapatnya kelainan
bersifat ulceratif, polip, dll.

18. Pancreas. Kelenjar liur perut yang normal mempunyai warna kelabu agak kekuningan,
dengan permukaan yang berbelah-belah dan perabaan yang kenyal. Perhatikan ukuran
serta beratnya.

19. Otak besar, otak kecil dan batang otak. Perhatikan permukaan luar dari otak dan
kelainan yang ditemukan. Adakah perdarahan subdural, perdarahan subarakhnoid,
kontusio jaringan otak atau kadang sampai terjadi laserasi. Pada oedema cerebri, girus
otak akan tampak mendatar dan sulkus tampak menyempit. Perhatikan pula akan
kemungkinan terdapatnya tanda penekanana yang menyebabkan sebagian permukaan
otak mejadi datar. Pada daerah ventral otak, perhatikan keadaan Sirkulus Willisi, adakah
penebalan dinding akibat kelainan atheroma, adakah penipisan dinding akibat
aneurysma, adakah perdarahan. Perhatikan bentuk serebelum, pada keadaan
peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebri msialnya, dapat terjadi hemiasi
serebellum ke arah foramen magnum, sehingga bagian bawah serebllum tampak
menonjol. Perhatikan penampang pada otak besar, otak kecil dan batang otak. lihat
apakah adanya perdarahan.
16 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
20. Alat kelamin. Pada mayat laki-laki, testis dikeluarkan dari scrotum melalui rongga
perrut. Perhatikan ukuran, konsistensi serta kemungkinan terdapatnya resapan darah.
Perhatikan pula bentuk dan ukuran dari epididimis. Perhatikan ukuran serta konsistensi
kelenjar prostat.

21. Timbang dan catatlah berat masing-masing alat / organ.2

Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.2

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, antara lain :

1. Mati somatis disebut juga mati klinis yang terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem
penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem
pernapasan, yang menetap (irreversible). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,
EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak
pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem
kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan
kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.
Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
3. Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau
jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan
tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

17 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
5. Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal
intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya
mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak
dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.2
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan
peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata
menghilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati
yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal
sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pascamati), kaku
mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mummifikasi dan adiposera.2

Tanda kematian tidak pasti, antara lain :

1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi
spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit
menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan
pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat
yang terlentang.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-
segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.2
Tanda pasti kematian, antara lain :
1. Lebam mayat (livor mortis)
Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya
tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak berwarna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh

18 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama
intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu
ini, lebam mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi
mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan sempurna apabila penekanan atau
perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi,
walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih dapat
mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang-kadang
dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah.
Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu, kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah
ikut mempersulit perpindahan tersebut.2
Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab
kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna
kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat
yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap; dan memperkirakan saat
kematian.
Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan
perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam
mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang
pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat
pemeriksaan.2
Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan
ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi).
Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna
merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak
menghilang.2

2. Kaku mayat (rigor mortis)


Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat
seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka
serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi
tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.2

19 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-
kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam
(sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah
mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian
menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan
serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka
saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.2
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum
mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan
tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan
memperkirakan saat kematian.2
Terdapat kekakuan pada mayatyang menyerupai kaku mayat, antara lain :
a) Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekauan otot yang terjadi pada saat
kematian dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang
timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya
adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati
klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric
spasm ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi dalam masa perang. Kepentingan
medikolegalnya adalah menunjukkkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang
menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.
b) Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot
berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai
pada korban mati terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek
sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap petinju.
Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas,
penyebab atau cara kematian.
c) Cold stiffening, yaitu kekauan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan
otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.2

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

20 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke
benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
Grafik penurunan suhu tubuh ini hamper berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S.
Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara,
bentuk tubuh, posisi tubuh dan pakaian. Selain itu, suhu saat mati perlu diketahui untuk
perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu
keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus,
posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta
anak kecil.2
Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui
pengukuran suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Caranya adalah dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rectal dengan interval waktu
yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap konstan karena faktor-
faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat mati dianggap 37o C bila tidak ada
penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa perubahan suhu lingkungan kurang dari 2o
C tidak mengakibatkan perubahan yang bermakna. Dari angka-angka di atas, dengan
menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu antara saat mati dengan saat
pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna penghitungan saat mati melalui
cara ini.2

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)


Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja
bakteri. Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan
steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan
hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.2
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke
jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian
besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses
pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.2
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta
terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-

21 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada,
dan bau busuk pun mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar
dan berwarna hijau kehitaman.2
Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan
kemerahan berbau busuk. Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan
usus, akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya
derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, tetapi
ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar, seperti skrotum dan
payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic attitude), yaitu kedua lengan
dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam
rongga sendi.2
Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah
mengembung dan warna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembam, bibir
tebal, lidah membengkak dan sering terjulur di antara gigi. Keadaan seperti ini sangat
berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.2
Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama
bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat
khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.2
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira
36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati,
di alis mata, sudut mata, lubang hidung dan di antara bibir. Telur lalat tersebut kemudian
akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies, lalat dan
mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat dipergunakan
untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat biasanya secepatnya meletakkan
telur setelah seseorang meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir lalat yang hinggap).2
Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang berbeda.
Perubahan warna terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus, menjadi ungu
kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan, endokardium dan intima pembuluh
darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah. Difusi empedu dari kandung empedu
mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya. Otak melunak, hati menjadi
berongga seperti spons, limpa melunak dan mudah robek. Kemudian alat dalam akan

22 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
mengerut. Prostat dan uterus non-gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan
terhadap perubahan pembusukan.
Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26.5oC hingga sekitar
suhu normal tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh
gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga
berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan
yang terdapat dalam air atau dalam tanah. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat membusuk,
karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat
dan bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.2

5. Adiposera atau lilin mayat.


Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak,
berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu disebut sebagai
saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena penunjukan sifat-sifat di antara
lemak dan lilin.2
Adiposera terutama terdiridari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh
hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca
mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi
dan kristal-kristal sferis dengan gambaran radial. Adiposera terapung di air, bila dipanaskan
mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut dalam alkohol dan eter.2
Adiposera dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi
lemak superficial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat
terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak
tubuh berubah menjadi adiposera.2
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga
bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih
dimungkinkan.2
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan
lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang meghambat adalah air yang mengalir yang
membuang elektrolit.2
Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat akan
mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan mempercepat
pembentukannya.2

23 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan
dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0.5% asam lemak
bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12
minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini, adiposera menjadi jelas secara makroskopik
sebagai bahan berwana putih kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian-bagian
lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannya sebelum makroskopik jelas, adiposera
paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.2

6. Mummifikasi
Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.
Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk
karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mummifikasi terjadi
bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan
waktu yang lama (12-14 minggu). Mummifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.2
Pemeriksaan medis yang dilakukan juga yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan
dalam.1

Pemeriksaan Luka

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), sedangkan yang di maksud dengan luka adalah suatu
keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang
bersifat :

Mekanik
- Kekerasan oleh benda tajam
- Kekerasan oleh benda tumpul
- Tembakan senjata api
Fisika
- Suhu
- Listrik dan petir
24 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
- Perubahan tekanan udara
- Akustik
- Radiasi
Kimia
- Asam atau basa kuat.2

1. Luka Akibat Kekerasan Tumpul


Luka yang terjadi akibat kekerasan tumpul bisa berupa memar (kontusio, hematome),
luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka terbuka atau robek (vulnus laseratum).

Memar / Hematoma
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar
kadangkala member petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya.2
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan
(jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit,
kerapuhan pembuluh darah, penyakit penyerta (hipertensi, diastesis hemorragik,
penyakit kardiovaskular). Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari
letak benturan.2
Pada bayi, hematome cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang longgar
dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut
sehubungnya dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang
kurang terlindung.2
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya.
Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam,
setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam
7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepid an waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai
factor yang mempengaruhinya.2,6
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar merupakan hal penting,
apalagi bila luka memar itu disertai luka lecet. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang
hidup atau mati, luka memar akan memberikan gambaran yang makin jelas.

25 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Hematoma ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan
menunjukkan pembengkakan dan infltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan
dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit.
Pada lebam mayat, darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat
sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih. Sedangkan pada hematom
penampang sayatn tetap berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada
pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.2
Luka lecet (ekskoriasi / abrasi)
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing.2
Manfaat interpretasi luka lecet ditinju dari aspek medikolegal seringkali diremehkan,
padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan TKP dapat mengungkapkan
peristiwa yang sebenarnya terjadi.2
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, lika lecet diklasifikasikan sebagai luka lecet gores
(scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression) dan luka lecet geser (friction
abrasion).
Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang
menggores kulit) yang menggesar lapisan permukaan kulit (epidermis) didepannya dan
menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan
yang terjadi.2,6
Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.2
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk kula lecet tekan belum tentu sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi
benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas.2
Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang
kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan
yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.2
Luka lecet geser disebabkan oleh tekananlinier pada kulit disertai gerakan bergeser.
Misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka lecet geser yang

26 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet yang terjadi segera pasca
kematian.2,6
Luka robek
Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang
ke satu arah dan bila batas elstisitas kulit terlampaui makan akan terjadi robekan pada
kulit. Luka ini mempunyai ciri yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak
rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan,
sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.2
Kekerasan benda tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila
terdapat lebih dari 1 garis patah tulang yang saling bersinggungan maka garis yang
terjadi belakangan akan terhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya.2

2. Luka Akibat Kekerasan Tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat
seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca.2

Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata,
berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka
akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau luka sayat, luka tusuk dan luka bacok.2

Selain gambaran umum luka di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok mempunyai
kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip
dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik
atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang
tidak selalu segaris.2,6

Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebab, apakah
berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul
berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka
tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat
menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja
yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dbentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya
luka lecet atau memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.2

27 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda
tajam tersebut. Hali ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.2

3. Penjeratan

Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,
kabel, kaos kaki dan sebagainya., melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat,
sehingga saluran pernapasan tertutup.2

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan bunuh diri, maka penjeratan
biasanya adalah pembunuhan. Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau
refleks vaso-vagal (perangsangan reseptor pada carotid body).2

Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan, sedangkan pada penjeratan,
arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal inidisebabkan oleh karena kekuatan atau beban yang
menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.2

Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan dengan
baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama-sama
dengan Visum et Repertum-nya.

Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau
diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Simpul harus diamankan dengan
melakukan pengikatan dengan benang agar tidak berubah pada waktu mengangkat jerat.2,7

Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat harus digunting serong (jangan melintang) pada
tempat yang berlawanan dari letak simpul, sehingga dapat direkonstruksikan kembali di
kemudian hari. Kedua ujung jerat harus diikat sehingga bentuknya tidak berubah.

Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah
daripada jejas jerat pada kasus gantung. Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan
gondok.2

Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti
handuk atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher

28 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaos
kaki nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.2

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat korban melawan akan
menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, yang tampak jelas berupa kulit yang mencekung
berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan), pada otot-
otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah.2,7

Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan Luar

1. Label mayat: -

2. Tutup mayat: -

3. Bungkus mayat: -

4. Pakaian

Korban menggunakan kaos dalam (oblong) berwarna putih tanpa merek yang
berlumuran darah di bagian dada dan perut kiri tubuh korban dan celana panjang kain
berwarna cokelat tidak bermerek dengan dua buah saku di bagian belakang dan satu
buah saku masing-masing pada bagian kanan dan kiri yang dibagian bawahnya digulung
hingga setengah tungkai bawahnya. Pada saku kiri belakang terdapat dompet beserta
tanda pengenal korban. Pada bagian depan atas celana terdapat bercak darah, serta
celana dalam berwarna hitam dengan dengan tulisan GT-Man. Lehernya terikat lengan
baju dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm.
Merk bajunya adalah Cubitus dengan warna putih dan nampak lusuh serta kusut dan
kotor.

5. Perhiasan

Tidak ada.

6. Benda di samping mayat

Pohon perdu, batu, rumput.

7. Tanda kematian:

29 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Lebam mayat. Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam. Pada kasus ini
korban ditemukan dalam posisi tertelungkup, sehingga lebam mayat ditemukan pada
bagian perut dan dada korban. Dan lebam mayat tidak hilang pada penekanan dan
tidak dapat berpindah.

Kaku mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,dan
distribusinya dimulai dari kepala ke kaki. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap. 12 jam berikutnya kaku menjadi tidak ada. Pada mayat tersebut
tidak ditemukan adanya kaku mayat.

Suhu tubuh. Suhu tubuh korban menurun.


Pembusukan. Pembusukan tampak kira-kira 24 jam pasca mati. Pada kasus ini telah
ditemukan adanya pembusukan, jadi perkiraan saat kematian pada korban ini adalah
lebih dari 24 jam.

8. Identifikasi umum
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Ras : Sumatera
Umur : 35 tahun
Warna Kulit : Sawo matang
Keadaan gizi : Sedang
Tinggi badan : 175 cm
Berat badan : 80 kg

9. Identifikasi khusus:
Tato : Gambar pohon beringin di area lengan atas kanan.
Jaringan parut : -
Anomali lain : -
10. Pemeriksaan rambut
Hitam kemerahan dan lurus.
11. Pemeriksaan mata
Tertutup, tidak ada bintik-bintik perdarahan pada konjungtiva bulbi dan palpebra.
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung

30 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Tidak terdapat busa/cairan dan darah.
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
Terdapat luka lecet jenis tekan atau geser dan luka memar pada bagian/ permukaan bibir
akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Tidak ditemukan busa
halus.
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
Tidak tampak kelainan.
15. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan :
a) Letak luka: ditemukan adanya satu luka terbuka sangat besar didaerah ketiak kiri dan
beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.
b) Jenis luka: luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus dan
luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang
sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
c) Arah luka: melintang.
d) Tepi luka: rata dan teratur.
e) Sudut luka: salah satu sudut luka lancip.
f) Dasar luka: dalam luka tidak melebihi panjang luka.
g) Ukuran luka: Pada ketiak kiri panjangnya 20cm, pada tungkai kanan dan kiri
panjangnya 15cm
16. Pemeriksaan terhadap patah tulang: tidak ada tanda patah tulang

Pemeriksaan Dalam
1. Lidah : tidak ada bekas gigitan dan masih utuh
2. Tonsil : tidak ada kelainan
3. Kerongkongan : tidak ditemukan benda asing
4. Batang tenggorok : tidak ditemukan busa
5. Rawan gondok : terdapat sedikit resapan darah
6. Arteria karotis interna : tidak terdapat kerusakan
7. Kelenjar timus : ditemukan adanya thymic fat body
8. Paru-paru : tidak tampak adanya edema
9. Jantung : sebesar kepalan tangan kanan mayat. Selaput luar tampak
licin, tidak terdapat bintik perdarahan.
10. Aorta thorakalis : tidak ada kelainan

31 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
11. Aorta abdominalis : tidak ada kelainan
12. Ginjal
Bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri, tampak rata dan licin, berwarna
coklat dan mudah dilepas.
13. Hati, kandung empedu, dan pankreas
Hati berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam dan perabaan kenyal. Penampang hati
berwarna merah-coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah seribu dua
ratus gram. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendir
berwarna hijau. Saluran empedu tidak menunjukkan penyumbatan.
14. Limpa dan kelenjar getah bening
Limpa penampang berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa
seratus sepuluh gram.
15. Lambung dan Usus:
Lambung selaput lendir berwarna putih dan menunjukkan lipatan yang biasa, tidak
terdapat kelainan. Usus tidak ada kelainan.
16. Otak besar, otak kecil, dan batang otak
Tidak ada kelainan
17. Alat kelamin dalam
Tidak ada kelainan

Interpretasi Temuan: Sebab, Cara dan Mekanisme Kematian

Sebab mati adalah penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab atas terjadinya kematian.
Sementara cara kematian adalah macam kejadian yang menimbulkan penyakit kematian. Bila
kematian terjadi sebagai suatu penyakit semata-mata, maka cara kematian adalah wajar (natural
death). Bila kematian terjadi akibat cedera atau luka, maka kematian tersebut adalah kematian
yang tidak wajar (unnatural death). Kematian tidak wajar ini dapat terjadi sebagai akibat
kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan.
Mekanisme kematian adalah gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan
oleh penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup lagi. 4
Pada autopsi semua organ harus diperiksa secara menyeluruh untuk dapat mengetahui
kemungkinan-kemungkinan lain penyebab kematian. Berdasarkan temuan dari hasil
pemeriksaan, berupa adanya satu luka terbuka yang cukup dalam di daerah ketiak kiri yang
32 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, maka diduga sebab kematian korban
adalah akibat kekerasan tajam dan bukan diakibatkan penjeratan karena dalam kasus ini tidak
ditemukan adanya tanda-tanda kematian akibat jeratan berupa tanda-tanda asfiksia, kulit seperti
perkamen, maupun resapan darah pada otot-otot leher sebelah dalam. Cara kematiannya tidak
wajar, karena tidak ditemukan adanya penyakit yang menyertai tubuh korban. Saat kematian
diduga telah terjadi lebih dari 24 jam yang lalu karena adanya pembusukan. Mekanisme
kematian korban diduga karena syok hipovolemik akibat perdarahan yang tidak ditangani
akibat putusnya pembuluh darah ketiak kiri.

Kesimpulan

Seorang dokter wajib memberikan bantuan maksimal bagi berbagai keperluan suatu kasus
dengan memanfaatkan ilmu kedokteran secara optimal. Dokter yang diminta memberikan
bantuan dituntut oleh undang-undang untk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta
menggunakan pengetahuan yang sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan dokter adalah
melakukan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap seseorang, baik terhadap korban hidup
korban mati, maupun terhadap bagian tubuh, atau benda yang diduga berasal dari tubuh
manusia.

Dalam hal korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian
yang bersangkutan, mekanisme kematian serta memperkirakan saat kematian dan cara
kematian. Untuk kesemuanya itu, perlu dipelajari tatalaksana medikolegal, tanatologi,
traumatologi, teknik pemeriksaan, dan segala sesuatu yang terkait agar dapat memenuhi
kewajibannya membantu penyidik dan menegakkan kepentingan peradilan serta kepentingan
lain yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

33 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m
Daftar Pustaka

1. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Peraturan perundang-undangan


bidang kedokteran. Ed. 1. Jakarta: UI; 1994. h.11-6, 37-9.
2. Budiyanto,Widiatmaka, Sudiono, Winardi, Idries AM., Sidhi, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta: UI; 1997. h. 25-43.
3. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: EGC; 2008. h. 1-52.
4. Staf Pengajar Bagian Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: UI; 2000. h.7,
12-9, 32-44.
5. Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, Setiowulan W. Autopsi. Kapita selekta kedokteran.
Ed.3. Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius; 2000. h. 171-82.
6. Dahlan. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak hukum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000. h. 141-8.
7. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Ed I. Jakarta: Bina Rupa Aksara;
1997. h. 35-47.

34 | K e m a t i a n A k i b a t K e k e r a s a n T a j a m

Anda mungkin juga menyukai