Anda di halaman 1dari 23

Metode Prediksi Usia Fatigue untuk Stainless Steel AISI 316 dibwah kondisi

pembebanan amplitudo bervariasi dengan mempertimbangkan pembebanan


amplitudo rendah dibawah batas ketahanan dalam kondisi ultra-high cycle

1. Abstrak
Untuk menyelidiki pengaruh dari siklus pembebanan kombinasi beban besar dan kecil yang sesuai
dengan pembebanan diatas dan dibawah batas fatigue dan usia fatigue (damage akibat cumulative
fatigue/cumulative fatigue damage), uji fatigue telah diadakan dengan kondisi pembebanan
amplitudo 2 langkah berulang dengan rasio siklus yang beragam (jumlah siklus untuk amplitudo
pembebanan besar ditetapkan 10 siklus, jumlah siklus pembebanan kecil di buat dalam 4 nilai berbeda,
yaitu 103, 104, 5x104 dan 105 siklus dalam satu blok) menggunakan material AISI 316, tipe stainless steel
austenit komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembebanan amplitudo kecil yang dilakukan
setelah pembebanan amplitudo besar memiliki kontribusi pada fatigue damage dan mempengaruhi
usia fatigue material. Lebih jauh, baik standar EN (Eropa) dan KHK (Institut Keselamatan Gas Tekanan
Tinggi Jepang), yang menguraikan pendekatan prediktif untuk kondisi pembebanan dengan amplitudo
beban berubah-ubah yang mempertimbangkan tingkat tegangan dibawah batas fatigue material
dalam kurva S-N berdasarkan model hiperbola miring, memberikan evaluasi usia fatigue yang tidak
akurat yang disebabkan pengaruh dari siklus pembebanan dengan amplitudo kecil dibawah batas
fatigue dalam satu blok. Dengan demikian, terjadinya fatigue damage dalam kondisi jenuh dalam satu
blok yang disebabkan oleh amplitudo kecil adalah terbukti. Pendekatan prediktif yang masuk akal yang
mempertimbangkan jumlah siklus pembebanan amplitudo rendah dalam satu blok menggunakan
aturan cumulative fatigue damage linier telah ditetapkan berdasarkan hasil uji pembebanan amplitudo
2 langkah berulang yang mana ketelitiannya telah dikonfirmasi melalui uji pembebanan amplitudo
acak.

2. Pendahuluan
Dalam beberapa dekade terakhir, telah banyak penelitian dilakukan yang berfokus pada sifat
ultrahigh cycle fatigue dari material struktural karena material yang patah setelah lebih dari 107 siklus
pembebanan memiliki mekanisme kegagalan yang sama sekali berbeda daripada material yang patah
hanya setelah beberapa siklus yang biasa disebut mode patah optical dark area (ODA). Secara umum,
tingkat tegangan yang menyebabkan fatigue damage pada material dalam kondisi ultrahigh cycle
adalah mendekati atau dibawah batas fatigue konvensional. Dengan majunya sistem transportasi yang
ada, periode servis yang panjang menjadi semakin dibutuhkan karena perpanjangan usia fatigue dari
desain dapat secara efektif mengurangi konsumsi energi dan sumberdaya serta produksi limbah.
Banyak artikel telah membahas sifat ultrahigh cycle fatigue dari berbagai material seperti baja, logam
ringan dan tembaga dibawah pembebanan amplitudo konstan telah dipublikasikan. Dalam beberapa
kondisi, pembebanan amplitudo kecil dibawah batas fatigue dapat meningkatkan hambatan fatigue,
fenomena ini disebut dengan efek co-axing. Namun demikian, kebanyakan struktur logam dalam
prakteknya mendapatkan kondisi pembebanan dengan amplitudo yang bervariasi. Untuk desain usia
yang sangat panjang, komponen logam secara umum dirancang untuk menahan beban amplitudo kecil
yang lebih rendah dari batas fatigue konvensional dengan aplikasi intermiten dari sejumlah kecil siklus
pembebanan amplitudo besar. Pembebanan kecil seperti itu tampaknya tidak berbahaya bagi
komponen, akan tetapi tidak jarang menyebabkan fatigue yang tidak terduga.
Ngiau dan Mayer, telah melaporkan bahwa pembebanan amplitudo kecil dibawah batas fatigue
berkontribusi pada fatigue damage dalam kondisi pembebanan blok dari Alluminium alloy 2014-T351
dan Alluminium alloy cor 319-T7 dan menemukan bahwa pembebanan amplitudo kecil bukan hanya
dapat mempercepat inisiasi crack tetapi juga perambatan crack. Miller dan Tokaji menemukan
fenomena yang serupa yakni bahwa pembebanan dengan amplitudo kecil dapat meningkatkan
pertumbuhan fatigue crack. Jono, telah mengadakan penyelidikan eksperimental yang lebih sistematis
pada isu ini dengan menggunakan baja karbon dan stainless steel martensit.
Mereka telah melaporkan bahwa pembebanan amplitudo kecil dibawah batas fatigue bersifat
sangat merusak dan jumlah siklus pembebanan amplitudo kecil yang diaplikasikan pada suatu blok
dapat mempengaruhi usia fatigue dari blok tersebut. Mereka juga menurunkan kurva S-N yang telah
dimodifikasi berdasarkan pengukuran rentang deformasi plastis yang disebabkan oleh pasangan
pembebanan amplitudo besar dan kecil. Meski demikian, kesulitan dalam pengukuran deformasi
plastis pada pembebanan amplitudo kecil yang disebabkan lokalisasinya dan nilainya yang sangat kecil
(kurang dari 0,04%) membatasi peluang untuk aplikasi praktis dari pendekatan ini. Hal inilah yang
menyebabkannya jarang digunakan dalam rekayasa desain.
Stainless steel austenit AISI 316 pada umumnya digunakan dalam jaringan pipa pendinginan pada
pembangkit listrik tenaga nuklir karena ketahanannya terhadap suhu tinggi dan korosi dan sifat
mekanisnya yang sangat baik. Dalam kondisi operasional, jaringan pipa pendingin mengalami secara
simultan fluktuasi suhu air pendingin dan getaran mekanis yang berakhir pada fracture fatigue pada
kondisi high cycle atau ultrahigh cycle. Dalam hal ini, fluktuasi suhu dan getaran mekanis secara
berturut-turut terjadi pada pembebanan dengan amplitudo kecil dan besar. Dikarenakan batasan pada
pendekatan Jono sebagaimana yang telah disebutkan diatas, pendekatan ini tidak dapat digunakan
dalam studi saat ini. Lebih jauh, sebuah versi modifikasi dari aturan yang dikembangkan oleh Miner
dan Haibach hanya bisa diimplementasikan ketika persamaan regresi dari Kurva S-N adalah bilinier
pada skala log-log. Vincent dan Kamaya mendemonstrasikan bahwa Kurva S-N dari stainless steel
austenit adalah tidak linier untuk uji fatigue yang dilakukan baik pada kondisi tegangan maupun
regangan. Bagaimanapun, ada 2 pendekatan prediktif untuk memperoleh sebuah kurva S-N non linier
dalam kondisi pembebanan amplitudo rendah, yaitu:
a. standar 0220 dari Institut Keselamatan Gas Tekanan Tinggi Jepang(KHK) yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi fatigue damage yang terjadi dibawah batas fatigue dengan
memperluas kurva S-N dari 107 hingga 108 siklus dan melewati garis vertikal dari beban yang
sesuai dengan 108 siklus menjadi setengah beban tersebut.
b. standar 13445-3 dari Eropa (EN) yang dapat digunakan untuk memprediksi usia fatigue
dengan menggambar garis miring dengan kemiringan -0,1 dari 2x106 sampai 108 siklus.
Kedua standar tersebut diilustrasikan oleh gambar 1. Garis horizontal pada gambar 1
mengindikasikan jumlah siklus dibawahnya dimana usia fatigue adalah tak terhingga yang artinya
beban yang kurang dari beban tersebut pada 108 siklus menunjukkan perilaku tidak merusak.

Gambar 1. Ilustrasi standar EN dan KHK (skala log-log)

Cumulative fatigue damage dapat dihitung dengan menggunakan model Palmgren-Miner [19,25],
satu-satunya parameternya adalah jumlah siklus yang diaplikasikan dan siklus total pada tingkat
pembebanan konstan yang diaplikasikan. Kelemahan dari model ini adalah bahwa ia mengabaikan efek
dari rangkaian pembebanan pada kondisi pembebanan dengan amplitudo bervariasi. Dalam rangkaian
urutan tinggi-rendah (H-L), cumulative fatigue damage bernilai kurang dari satu, sedangkan pada
rangkaian urutan rendah-tinggi (L-H) ia bernilai lebih besar dari satu. Untuk menggambarkan kondisi
ini, model cumulative damage lainnya, seperti model kurva damage, model bilinier termasuk inisiasi
retak dan tahap perambatan, dan model berbasis energi, telah ditetapkan sejak 1920 [26]. Namun,
model ini selain mengandung terlalu banyak parameter juga melibatkan perhitungan rumit, sehingga
mempersulit penerapannya dalam pratek rekayasa desain sebenarnya. Meski model Palmgren-Miner
memiliki kekurangan yang jelas, model ini masih banyak digunakan dalam penelitian ilmiah dan
praktek rekayasa desain karena kesederhanaannya.
Dalam penelitian ini, untuk menguraikan pengaruh rasio frekuensi dari gabungan pembebanan
dengan amplitudo besar dan kecil yang sesuai dengan pemuatan diatas dan dibawah batas fatigue
pada usia fatigue (damage akibat cumulative fatigue),sebuah penyelidikan eksperimental sistematis
dilakukan. Uji fatigue dengan menggunakan amplitudo konstan dilakukan , pertama mendapatkan
data dasar dan menghitung persamaan regresi menggunakan model hiperbola miring dalam koordinat
log-log. yang kedua, untuk menyelidiki ketepatan standar EN dan KHK dan pengaruh rasio frekuensi
dari pembebanan menggunakan amplitudo beban kecil pada fatigue damage, maka uji pembebanan
menggunakan amplitudo 2 langkah berulang dilakukan. Selanjutnya, metode evaluasi yang baru telah
dikembangkan dengan menggunakan data yang diperoleh dari uji berulang 2 langkah; metode ini
mempertimbangkan jumlah siklus pembebanan amplitudo kecil dalam satu blok. Akhirnya, uji
pembebanan amplitudo acak dilakukan untuk menguji keakuratan dari pendekatan prediksi usia
fatigue yang diajukan.

3. Prosedur Eksperimen
3.1 Material dan spesimen
AISI 316, sejenis baja tahan karat austenitik komersial, digunakan dalam penyelidikan ini.
Komposisi kimia dan sifat mekanik baja ini masing-masing diberikan dalam Tabel 1 dan 2. Spesimen
berbentuk hourglass dibuat dari beberapa round bar, masing-masing dengan diameter minimum 4,5
mm, dan takik bulat dengan radius 20 mm. Gambar 2 menunjukkan rincian dimensi dari spesimen.
Setiap spesimen dipoles ke permukaan mirip cermin menggunakan kertas amplas pasir dan bubuk
alumina (1,0 lm) mulai dari 360 sampai 2000 sebelum pengujian fatigue.

Gambar 2. bentuk dan dimensi spesimen

3.2 Uji Fatigue


Uji fatigue dengan pembebanan terkontrol dilakukan pada suhu kamar dalam kondisi atmosfer
dengan rasio tegangan R = -1 menggunakan mesin uji fatigue MTS 810. Selama uji fatigue dengan
amplitudo pembebanan konstan (frekuensi 10-20 Hz), tingkat tegangan di mana pecah tidak terjadi
pada beban di atas 107 siklus didefinisikan sebagai batas fatigue rw.

Gambar 3. Spektrum pembebanan dari sebuah blok dalam kondisi uji pembebanan amplitudo 2 langkah
berulang

Dalam uji fatigue dengan pembebanan amplitudo 2 langkah berulang (frekuensi dari 1 dan 200
Hz), tingkat tegangan tinggi dan rendah H dan L masing-masing diatur ke nilai di atas dan di bawah
batas fatigue. Gambar 3 menunjukkan plotting dari kondisi spektrum pembebanan ini. Pada nilai
konstan dari H / L, jumlah siklus H dalam satu blok ditetapkan 10 siklus, dan empat nilai berbeda
dari jumlah siklus L dalam satu blok digunakan untuk menyelidiki pengaruh dari rasio siklus yang
beragam (nH / nL) pada usia fatigue ataupun fatigue damage.

Tabel 1. Komposisi kimia Stainless Steel AISI 316 (% massa)

C Si Mn P S Ni Cr Mo Fe
0.04 0.30 1.25 0.038 0.025 10.13 16.01 2.00 Bal.

Tabel 2. Sifat mekanis Stainless Steel AISI 316

Ultimate Tensile
Elongation Reduction of Area
Yield Strength Strength

570 MPa 62% 75%


263 MPa

Uji pembebanan amplitudo acak dilakukan dengan menggunakan mesin uji fatigue Servopulser
(Shimadzu Corporation) dan dikendalikan dengan sebuah program yang diciptakan oleh Tanagashima
[27,28]. Sinyal tegangan berbentuk gelombang acak diinputkan ke dalam controller Servopulser dalam
bentuk sinyal analog menggunakan konektor pita miniatur 50-pin. Dalam penelitian saat ini,
persamaan Gaussian stochastic stasioner (t) berikut dengan nilai rata-rata nol diaplikasikan untuk
menghasilkan bentuk gelombang acak:

() =
=1 cos( + ) (1)

dimana

2 = 4 ( ) (2)

Dengan N adalah jumlah spektrum daya yang terbagi; k adalah frekuensi angular; t adalah waktu;
dan uk adalah angka k variabel stochastic yang seragam, yang bisa didapat dengan menggunakan
metode perkalian kongruen; S (k) dan masing-masing menyatakan fungsi kepadatan spektrum
daya dan lebar terbagi dari frekuensi angular. Bentuk gelombang pseudo-wideband dengan amplitudo
pembebanan baik di atas maupun di bawah batas fatigue digunakan di serangkaian uji fatigue dengan
beban acak. Nilai ekstrim masing-masing gelombang acak ditetapkan 1000, dan frekuensi pengujian
menggunakan 10 Hz. Sinyal tegangan maksimum dan minimum yang berhubungan dengan amplitudo
pembebanan maksimum dan minimum dibatasi pada 8 V dengan maksud untuk melindungi sel
pembebanan dari mesin uji fatigue Servopulser.

Gambar 4a. Distribusi Spektrum daya


Gambar 4b. Contoh bentuk gelombang acak wide-band

Distribusi dari spektrum daya ditunjukkan pada Gambar 4a dengan fl dan fu masing-masing 1 Hz
dan 10 Hz. Gambar 4b menunjukkan sebuah contoh dari gelombang acak pseudo-wideband yang
digunakan dalam penelitian ini. Siklus efektif diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan
siklus hujan, dan nilai cumulative fatigue damage kemudian dihitung dengan menggunakan
persamaan linear damage Palmgren-Miner, yang diberikan oleh:


= =1 (3)

Dimana Ni adalah jumlah siklus failure dalam pembebanan amplitudo konstan dan ni jumlah siklus
yang diaplikasikan pada amplitudo pembebanan yang sama.
Setiap permukaan fracture diperiksa dengan Scanning Electron Microscope (SEM; Hitachi, S-
3000N). Untuk memahami perilaku perambatan fatigue crack pada kondisi pembebanan amplitudo
beragam, permukaan fracture dianalisis secara kuantitatif untuk spesimen tertentu karena beach mark
dan striation diamati pada permukaan fracture.

4. Hasil Eksperimen
4.1. Pembebanan dengan amplitudo konstan
Gambar 5 menunjukkan kurva S-N yang didapatkan selama uji pembebanan amplitudo konstan.
Kurva hitam dalam yang terdapat dalam gambar adalah persamaan regresi untuk titik-titik data yang
diuji dibawah kondisi pembebanan amplitudo konstan, model yang mana adalah model double-
logarithmic oblique hiperbolic model diberikan oleh:

(10 2.3726)(10 + 0.565810 4.5610) = 0.0206 (4)

Dimana dan N masing-masing menunjukkan amplitudo tegangan dan jumlah siklus kegagalan.
Gambar 5. Kurva S-N dari Stainless Steel AISI 316 dibawah pembebanan dengan amplitudo konstan

Model ini telah dihitung pada dasar dari standar oleh Japan Society of Material Science (JSMS)
berjudul Metode Evaluasi Standar dari Ketahanan Uji Fatigue untuk Metode Regresi Material Standar
dari kurva S-N. Model objektif menunjukkan kesesuaian yang lebih baik dengan hasil eksperimen
dibanding model biliner logaritmik ganda yang sering dipakai dalam penelitian mengenai fatigue.

Tabel 3. Hasil uji fatigue dalam kondisi pembebanan dengan amplitudo 2 langkah berulang

Jumlah blok yang gagal pada rasio siklus


Tegangan (MPa) 10/103 10/104 10/5 X 104 10/105

- 549 - 4036
260/255
2447 483 548 1023
260/200 757

- 1081 - -
260/180

2176 1107 1180 1153


260/160

3253 1820 - 1958


260/140

3676 3337 2473 2281


260/120
4266 4329 2010 3944
260/100 2544

- 5382 - 3631
260/80

Dalam kondisi tegangan tinggi (diatas 280-350 MPa), usia fatigue meningkat secara perlahan
seiring menurunnya amplitudo tegangan yang diaplikasikan. Namun demikian, usia fatigue meningkat
dengan cepat pada tegangan 40 MPa dibawah kondisi tegangan tinggi (280-240 MPa). Batas fatigue
pada 236 MPa telah ditetapkan menggunakan standar JSMS diatas. Untuk membuktikan kebenaran
dari batas ketahanan yang telah ditetapkan tersebut, sebuah uji fatigue dengan pembebanan
amplitudo konstan dilaksanakan pada tingkat tegangan batas fatigue tersebut; dimana dengan
bertahannya spesimen dari pembebanan menunjukkan bahwa nilai yang telah dihitung benar-benar
mewakili batas fatigue.
4.2. Pembebanan amplitudo 2 langkah berulang
4.2.1. Hasil pengujian
Uji pembebanan amplitudo 2 langkah berulang dilaksanakan dengan tegangan H dari fase
pembebanan amplitudo besar yang telah dijaga agar tetap diatas batas fatigue pada nilai konstan 260
MPa dan fase pembebanan amplitudo kecil dijaga tetap dibawah batas fatigue pada sebuah nilai yang
beragam mulai dari 80 sampai 225 MPa. Dalam pengujian ini, rasio frekuensi pembebanan nH/nL (rasio
siklus) diatur dalam 4 nilai yang berbeda (10/103, 10/104, 10/5x104, dan 10/105) untuk menentukan
pengaruh dari jumlah siklus L dibawah batas ketahanan terhadap cumulative fatigue damage dari
satu blok.
Metode evaluasi dari standar EN dan KHK juga diplotkan pada Gambar 5. Hasil pengujian fatigue
ditunjukkan oleh Tabel 3. Semua sampel kecuali satu, gagal dalam kondisi pembebanan amplitudo 2
langkah berulang ini dengan fase pembebanan diatas dan dibawah batas fatigue; lebih jauh, pada
kondisi ini, batas fatigue menghilang. Pada tingkat tegangan konstan dengan rasio siklus yang
beragam, jumlah blok yang gagal pada rasio 10/103 adalah yang terpanjang diantara semua rasio siklus.
Karena besarnya sebaran rasio 10/103 pada pembebanan amplitudo kecil antara 200 dan 100 MPa, uji
fatigue dilakukan 2 kali untuk memastikan dapat diperoleh data yang teliti. Untuk hasil pengujian rasio
siklus yang lainnya, yang secara umum memperlihatkan jumlah blok yang sama yang gagal untuk
tegangan diatas 160 MPa. Fenomena ini akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya. Untuk rasio
10/105 pada H/L = (260 MPa)/(225 MPa), tidak terjadi kegagalan; pada kasus ini, L adalah 0.95W,
dan jumlah nL dari siklus amplitudo kecil dalam satu blok adalah 105 siklus. Lu menyelidiki pengaruh
penguatan dari pembebanan amplitudo rendah dibawah batas fatigue pada pembebanan amplitudo
2 langkah berulang untuk material 20MnCr5, dan menemukan bahwa pada tingkat pembebanan
tertentu dan jumlah siklus pada pembebanan amplitudo kecil, kekuatan fatigue dapat ditingkatkan
meskipun jumlah dari siklus pembebanan amplitudo rendah pada suatu blok adalah kurang dari 10 7
siklus. Berdasarkan kesimpulan Lu, dapat dipertimbangkan bahwa kekuatan fatigue dari spesimen
yang mampu bertahan yang telah disampaikan diatas telah meningkat sebagai akibat dari terjadinya
efek co-axing.
Hubungan antara usia fatigue dan pembebanan amplitudo tegangan dari L ditunjukkan oleh
Gambar 6. Garis horisontal pada Gambar 6 mewakili usia fatigue yang dihitung berdasarkan asumsi
bahwa L tidak merusak spesimen; bahwasanya, blok-blok yang gagal diperhitungkan berdasarkan
damage yang dihasilkan hanya dari H. Setiap blok dari rangkaian pembebanan 2 langkah ini terdiri
dari 10 siklus pembebanan amplitudo besar, jumlah siklus yang gagal pada pembebanan amplitudo
konstan dari H (260 MPa) adalah 4.5 x 104, sehingga jumlah blok yang gagal adalah B=4.5 x 103 blok;
berdasarkan asumsi ini, usia fatigue dalam hubungannya dengan jumlah siklus dapat dihitung sebagai
B(nH+nL) dengan rasio siklus beragam. Meski demikian, untuk setiap seri, data yang diperoleh adalah
dibawah garis horisontal yang sesuai seperti yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa pembebanan
amplitudo rendah dibawah batas ketahanan berkontribusi pada fatigue damage dari spesimen atau
material dalam kondisi pembebanan amplitudo beragam.

Gambar 6. perbandingan usia fatigue yang didapat dari eksperimen dan yang menggunakan asumsi spesimen
tidak mengalami damage ketika tegangan yang diaplikasikan berada dibawah batas fatigue

Nilai cumulative fatigue damage yang dihitung menggunakan model damage linier (pers. 3)
menurut standar EN dan KHK disimpulkan dalam Tabel 4. Dalam penyelidikan ini, batas fatigue yang
dihitung menggunakan standar EN adalah 165 MPa dan standar KHK 120 MPa. Nilai tersebut ditandai
oleh tanda bintang menunjukkan bahwa amplitudo tegangan rendah adalah dibawah batas fatigue
yang dipertimbangkan. Cumulative fatigue damage akan dijelaskan lebih rinci pada sub-bab
selanjutnya, yang menampilkan analisis berdasarkan standar EN dan KHK.
4.3. Cumulative fatigue damage berdasarkan standar EN dan KHK

Tabel 4. Cumulative fatigue damage yang dihitung berdasarkan standar EN dan KHK

Nilai cumulative fatigue damage (EN) Nilai cumulative fatigue damage (KHK)
Tegangan
(MPa) 10/103 10/104 10/5x104 10/105 10/103 10/104 10/5x104 10/105
H/L
90.29 4.67
- 1.31 - - 0.14 -
260/225 (run out) (run out)
0.72 0.40 4.95 7.16 0.57 0.12 0.36
1.18
260/200 0.72 0.18

- 0.61 - - - 0.28 - -
260/180

0.49a 0.17a 0.18a 0.18a 0.51 0.28 0.77 1.33


260/160

0.73a 0.29a - 0.31a 0.76 0.47 - 2.26


260/140

0.82a 0.52a 0.39a 0.36a 0.82a 0.52a 0.39a 0.36a


260/120
0.95a 0.68a 0.31a 0.62a 0.95a 0.68a 0.31a
0.62a
260/100 0.57a 0.57a

- 0.84 - 0.57a - 0.84a - 0.57a


260/80
a = amplitudo tegangan rendah dibawah batas fatigue yang bersesuaian

Fatigue damage yang dihitung berdasarkan standar EN untuk tegangan diatas 165 MPa (Gambar
5 dan Tabel 4) menunjukkan bahwa standar EN secara umum memberikan perkiraan non-konservatif
dari usia fatigue untuk seri rasio siklus 10/103 dan 10/104, sekalipun satu nilai fatigue damage yang
dihitung untuk seri yang terakhir adalah lebih besar dari kesatuan (fatigue damage dari 1.31 pada
L=225 MPa). Disisi lain, untuk seri rasio siklus 10/5 x 103 dan 10/104 dengan pembebanan amplitudo
kecil dibawah 165 MPa, standar EN memberikan perkiraan nilai fatigue damage yang sangat besar
daripada kesatuan. Bagaimanapun, cumulative fatigue damage masih memiliki kontribusi untuk
L,walaupun pada amplitudo pembebanan yang sangat rendah (dibawah 160 MPa).
Untuk standar KHK, nilai cumulative fatige damage untuk tegangan pembebanan amplitudo kecil
diatas 120 MPa dianalisa. Tabel 4 menunjukkan bahwa standar KHK memberikan perkiraan usia fatigue
yang non-konservatif untuk seri rasio siklus 10/103, 10/104, dan 10/5 x 104. Meski demikian, nilai
cumulative fatigue damage untuk seri 10/105 bernilai lebih besar dari kesatuan, terlalu besar untuk
diterapkan dalam rekayasa desain. Untuk L < 120 MPa, setiap nilai fatigue damage bernilai lebih kecil
dari kesatuan; hasil ini sangat mirip dengan hasil yang didapat untuk standar EN.
Hasil-hasil ini memberi kesan bahwa baik standar EN maupun KHK memberikan perkiraan yang
non-konservatif untuk usia fatigue pada uji pembebanan amplitudo 2 langkah berulang ketika
sejumlah kecil dari siklus pembebanan amplitudo kecil dimasukkan ke dalam spektrum pembebanan.
Lebih jauh, perkiraan konservatif telah diberikan oleh kedua metode evaluasi ketika sebagian besar
siklus pembebanan amplitudo kecil dimasukkan ke dalam spektrum pembebanan. Tampaknya
mungkin ada sejumlah kecil siklus , diatas perkiraan usia fatigue yang menjadi konservatif. Oleh karena
itu, menjadi penting untuk menetapkan metode evaluasi yang lebih akurat yang mencakup pengaruh
pembebanan amplitudo rendah dibawah batas fatigue untuk penerapan praktis pada rekayasa desain.
4.4. Morfologi fracture
Gambar 7 dan 8 menjelaskan fracture micrograph yang diambil oleh mikroskop digital (KH-1300,
Hirox Co., Ltd) dan sebuah SEM (S-3000N, Hitachi, Ltd). Pada Gambar 7 sampel yang pecah pada
pembebanan amplitudo konstan dan permukaan patahan memperlihatkan satu titik inisiasi.

Gambar 7. (a) perbesaran biasa dan (b) perbesaran skala besar mikrograf dari permukaan fracture dibawah
pembebanan amplitudo konstan dengan a = 240 MPa dan Nf = 7.04 x 105 siklus

Gambar 8. (a) perbesaran biasa dan (b) perbesaran skala besar mikrograf dari permukaan fracture dibawah
pembebanan dengan amplitudo 2 langkah berulang dengan H/L = (260) / (120 MPa), nH/nL =10/105 dan N =
2281 blok
Gambar 8 menunjukkan fracture micrograph dari spesimen yang mengalami fracture pada
pembebanan amplitudo 2 langkah. Pada Gambar 8, sebuah titik inisiasi tunggal dihasilkan pada
permukaan spesimen sebagaimana pada spesimen di Gambar 7. Beach mark dan striation terbentuk
di permukaan patahan sebagai hasil dari pembebanan dengan amplitudo yang bervariasi dan tegangan
yang cukup rendah L dari fase pembebanan amplitudo kecil (Gambar 8). Sebagai tambahan,
keseluruhan dari titik inisisiasi yang bermula pada permukaan sampel; dengan demikian, sangat
mungkin bahwa tegangan H dari fase pembebanan amplitudo besar mendominasi periode inti pada
pembebanan amplitudo 2 langkah berulang. Oleh karena itu, model-model fracture untuk amplitudo
konstan dan skenario pembebanan amplitudo 2 langkah berulang adalah hampir sama.

5. Pembahasan
5.1. Kurva S-N modifikasi dibawah batas ketahanan
Nilai cumulative fatigue damage yang diprediksi oleh standar EN dan KHK tidak sesuai dengan
nilai teoritis dari kesatuan. Akibatnya, sebuah pendekatan rasiobal harus ditetapkan untuk
mengevaluasi cumulative fatigue damage dibawah batas fatigue.
Usia fatigue fiktif Nf* dari L pada setiap tingkat pembebanan yang diuji dan rasio siklus dihitung
menggunakan model cumulative damage linier sebagai berikut:


( + ) = 1, (5)

Berdasarkan asumsi bahwa cumulative fatigue damage sama dengan satu. Dimana blok dan NH
menunjukkan jumlah blok yang gagal pada uji pembebanan dengan amplitudo 2 langkah berulang dan
jumlah siklus gagal pada besar tegangan 260 MPa.
Gambar 9. Kurva S-N dari Stainless Steel AISI 316 dibawah batas fatigue bersama dengan usia fatigue fiktif yang
dihitung berdasarkan asumsi bahwa nilai cumulative damage adalah sama dengan satu (pers. 5)

Hasilnya diplot dalam Gambar 9. Pada tingkat pembebanan konstan, rasio siklus yang lebih kecil
berhubungan dengan usia fatigue fiktif yang lebih lama Nf* dan pada rasio siklus konstan, panjang usia
fatigue fiktif meningkat seiring menurunnya tingkat pembebanan dengan amplitudo kecil L.
Persamaan regresi usia fatigue fiktif Nf* dari keempat seri rasio siklus dengan rasio siklus yang berbeda
diplotkan dengan warna yang berbeda pada Gambar 9. Keempat persamaan menunjukkan kemiringan
yang hampir serupa dengan nilai -0,228, -0,231, -0,331 dan -0,296 pada skala log-log untuk masing-
masing seri rasio siklus 10/103, 10/104, 10/5 x 104 dan 10/105.
Gambar 10. Kontribusi pembebanan dengan amplitudo rendah pada cumulative fatigue damage

Gambar 10 menampilkan hubungan antara prosentase cumulative fatigue damage yang


disumbang oleh L dan amplitudo tegangan yang sesuai L. Gambar 10 menunjukkan bahwa pada
tingkat tinggi dari pembebanan dengan amplitudo kecil L (seperti 225 MPa), sangat banyak cumulative
fatigue damage (mendekati 90%) diakibatkan oleh L; bahkan pada amplitudo pembebanan yang
sangat kecil seperti 80 MPa, L masih membebani spesimen dengan sejumlah kecil fatigue damage,
garis hitam menampilkan kurva yang terbaik untuk data pada seri rasio siklus 10/104, 10/5 x 105 dan
10/105 yang menunjukkan pernyataan damage saturation;hal ini akan dibahas lebih jauh di sub-bab
selanjutnya. Persamaan regresi dari seri rasio siklus 10/103 dan kebanyakan untuk seri 10/104 terletak
sepanjang garis prediktif dari standar EN. Dengan demikian, standar EN menghasilkan sebuah
perkiraan yang kurang tepat tentang kontribusi dari fase pembebanan amplitudo rendah terhadap
fatigue damage di tiap rasio siklus yang berbeda bergantung pada posisi dari persamaan regresi
variabel. Standar KHK memberikan nilai cumulative fatigue damage yang konservatif dan non-
konservatif untuk alasan yang sama.
5.2. Damage yang disumbang oleh pembebanan amplitudo rendah dalam pembebanan
amplitudo 2 langkah
Cumulative fatigue damage dari sebuah blok untuk seri rasio siklus 10/103 ditemukan cukup
berbeda dari seri yang lain yang mengalami amplitudo pembebanan yang sama; sebagai tambahan,
besaran dari cumulative fatigue damage bernilai hampir sepadan diantara seri lainnya pada amplitudo
pembebanan yang sama, meskipun terdapat beberapa sebaran, sebagaimana ditampilkan dalam
Gambar 11. Hal ini menunjukkan bahwa diluar jumlah tertentu dari siklus pembebanan amplitudo
rendah, pembebanan lebih jauh tidak berkontribusi terhadap cumulative fatigue damage dari
spesimen. Dalam Gambar 11, hal ini membatasi jumlah siklus bernilai kurang dari 10 4 siklus
berdasarkan pembehasan diatas.

Gambar 11. Hubungan antara cumulative fatigue damage selama satu blok pembebanan dengan amplitudo
kecil dan amplitudo tegangan pembebanan L yang berhubungan
Gambar 12a. Skema dari proses damage pada kondisi pembebanan dengan amplitudo kecil dibawah batas
fatigue

Gambar 12a memberikan penjelasan tentang proses damage dibawah batas fatigue dalam
kondisi pembebabanan amplitudo 2 langkah berulang. Setelah mendapat pembebanan amplitudo
besar (10 siklus dalam satu blok) spesimen menjalani pembebanan amplitudo rendah, yang
berkontribusi terhadap fatigue damage dari spesimen, sampai amplitudo rendah berhenti
membebankan damage lebih lanjut. Pada titik ini, cumulative fatigue damage dapat dikatakan
dipenuhi oleh pembebanan amplitudo rendah, dan jumlah siklus yang jenuh dinyatakan oleh nSa.
Jumlah siklus jenuh dihitung sebagai berikut:


= (6)
0

Dengan DSa dan D0 adalah cumulative fatigue damage pada kondisi jenuh dan cumulative fatigue
damage setelah satu siklus pembebanan amplitudo rendah untuk seri rasio siklus 10/103. Sebelum
batas jenuh dihitung, untuk mengurangi pengaruh jumlah sebaran terhadap hasil perhitungan,
cumulative damage rata-rata pada batas jenuh dihitung untuk seri rasio siklus 10/104, 10/5 x 104 dan
10/105 pada tingkat tegangan H/L yang sama, hasil dari batas jenuh ditunjukkan dalam Gambar 12b.
Karena jumlah sebaran pada hasil pengujian untuk seri 10/103 pada L=100 dan 200 MPa, sebaran dari
hasil uji yang ditunjukkan di Gambar 12b adalah cukup besar. Jumlah rata-rata dari siklus jenuh adalah
5680 siklus. Sejalan dengan ini, pada Gambar 10, kurva yang paling cocok menunjukkan kontribusi L
terhadap cumulative fatigue damage dalam kondisi jenuh.
Gambar 12b. Jumlah siklus jenuh

Pada Gambar 11, garis putus-putus menunjukkan persamaan regresi dari damage pada kondisi
jenuh dalam satu blok, persamaan ini dihitung oleh sedikitnya prosedur kuadrat dan diberikan
sebagaimana Pers. 7. Usia fatigue fiktif Nf* dibawah batas fatigue dapat dihitung jika jumlah nL dari
siklus pemebanan amplitudo rendah mencapai jumlah siklus jenuh (nL > 5680) menggunakan
persamaan berikut:

= 1.18 105 0.0239 (7)


= (8)

Yang dapat dikombinasikan untuk mendapatkan hubungan antara usia fatigue fiktif dan tingkat
tegangan dari pembebanan amplitudo rendah sebagai berikut:


= (9)
1.18 10 0.0239
5
Usia fatigue fiktif pada tingkat tegangan yang bersesuaian dengan kondisi eksperimen dihitung
dengan rasio siklus yang bersesuaian. Hasil perhitungan menyatakan kesesuaian dengan data
eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13. Oleh karena itu, Pers. 9 dapat digunakan
untuk menaksir usia fatigue fiktif dibawah batas fatigue dalam rasio siklus dimana kondisi
pembebanan sesuai dengan kriteria kejenuhan yang disebutkan sebelumnya.

Gambar 13. perbandingan usia fatigue fiktif yang diperoleh menggunakan aturan fatigue damage linier dan
persamaan (7)-(9)

Meski demikian, ketika rasio siklus tidak dalam wilayah jenuh (nL < 5680), garis regresi dari seri
rasio siklus 10/103 yang diplotkan pada gambar 13 dapat diaplikasikan untuk memprediksi usia fatigue
dalam pembebanan amplitudo yang bervariasi. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
persamaan regresi dari seri rasio siklus 10/103, 10/104, 10/5 x 104 dan 10/105 memiliki kemiringan yang
hampir sama; kemiringan rata-rata daari keempat garis dihitung dan dimasukkan pada Gambar 13
sebagai garis putus-putus menggantikan garis regresi dari seri rasio siklus 10/103 untuk meningkatkan
akurasi evaluasi, perpotongan absis antara kurva S-N dalam pembebanan amplitudo konstan dan garis
kemiringan rata-rata keempat seri rasio siklus terjadi pada 106 siklus. Dengan demikian, sebuah kurva
S-N modifikasi diajukan. Ketika nL < 5680 dalam satu blok, usia fatigue dapat dievaluasi menggunakan
persamaan regresi yang telah disebutkan diatas dengan kemiringan rata-rata dari keempat seri rasio
siklus yang telah diselidiki (garis putus-putus pada Gambar 13) dan ketika nL > 5680 dalam satu blok,
pers. 9 dan 5 seharusnya digunakan untuk memprediksi usia fatigue.
Sudah banyak diketahui bahwa fatigue damage disebabkan oleh dislocation yang terbentuk ketika
material dikenai pembebanan berulang. Telah banyak karya perintis yang telah dikerjakan untuk
menetapkan sebuah hipotesis atau model yang rasional untuk mengungkap mekanisme fatigue
damage.
Dalam penelitian ini, dengan menggunakan hasil eksperimen sebagai dasar, pengaruh dari rasio
siklus pada usia fatigue dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Sebuah proses damage yang
disederhanakan dengan mempertimbangkan pengaruh dari rasio siklus juga dikembangkan. Pada
model ini, jenis-jenis glide dislocation, seperti climbing, jogging, dan cross-slipping diabaikan. Proses
ini dibagi menjadi empat langkah berikut:
1. Ketika spesimen dikenai pembebanan bersiklus diatas batas fatigue, akan tercipta dislocation
dan glide sepanjang favored grain orientation slip plane, dan bentuk-bentuk presistent slip
band (PSB).
2. Setelah transisi antara pembebanan amplitudo besar dan pembebanan amplitudo kecil,
dislocation terus meluncur hingga sampai pada batas grain, yang menahan pergerakan dari
dislocation.
3. Setelah itu, dislocation menumpuk sepanjang batas butir akibat dari pembebanan terlalu
rendah sehingga dislocation tidak dapat melewati batas grain atau mempengaruhi sistem slip
di grain lain. Sebagaimana dibahas sebelumnya, setelah jumlah siklus tertentu, damage akan
mencapai batas jenuh. Setelah mencapai jumlah siklus jenuh, siklus pembebanan amplitudo
rendah yang tersisa dalam satu blok tidak lagi membebani spesimen dengan damage.
4. Selama blok pembebanan berikutnya, dislocation yang menumpuk menerima gaya yang
cukup dari pembebanan amplitudo besar untuk melewati pembatas; oleh karena itu, PSB
bisa memperpanjang hingga ke grain yang berdekatan.
Langkah 1-4 terus berulang hingga terjadi fracture.

6. Keabsahan dari pendekatan yang diajukan


Untuk memeriksa keabsahan dari kurva S-N yang telah dimodifikasi yang dijabarkan dalam Sub-
bab 5.1, uji pembuktian dilakukan dalam kondisi pembebanan wide-band amplitudo acak dengan
menggunakan nilai ekstrim 1000. Tegangan maksimum pada uji pembebanan amplitudo acak ini diatur
pada 260 MPa, sama dengan yang digunakan pada uji pembebanan dengan amplitudo 2 langkah
berulang. Detil-detil dari pemicu bentuk gelombang amplitudo acak telah diperkenalkan pada sub-bab
3.2. Gambar 14 menampilkan hubungan antara output bentuk gelombang amplitudo acak dari sel
pembebanan dan perilaku regangan lokal, yang diukur oleh pengukur regangan yang terpasang. Garis
putus-putus dan utuh masing-masing menunjukkan sinyal tegangan output dan nilai regangan lokal.
Bentuk gelombang amplitudo acak yang dihasilkan oleh program dipertimbangkan kemungkinannya.
Metode perhitungan rainflow cycle dipakai untuk menghitung jumlah efektif bentuk gelombang acak
dalam satu blok.

Gambar 14. Hubungan antara tegangan output dan regangan lokal

Telah diketahui bahwa usia fatigue dari berbagai material dipengaruhi oleh tegangan rata-rata
dan dengan demikian persamaan Goodman dan Smith-Watson-Topper (SWT) yang telah terkenal
digunakan untuk memodifikasi pengaruh dari tegangan rata-rata pada usia fatigue. Kedua persamaan
tersebut diberikan sebagai berikut:


= (10)
1 /

= (11)

Dimana a, m, max dan b masing-masing menunjukkan amplitudo tegangan, tegangan rata-rata,


tegangan maksimum dan kuat tarik material. Persamaan SWT tidak hanya mencakup tegangan rata-
rata m dan amplitudo tegangan a tapi juga tegangan maksimum max.
Hasil dari pengujian disimpulkan dalam Tabel 5 untuk uji pembebanan dengan amplitudo acak
pertama dan kedua W1 dan W2. Pada W1 dan W2, nilai cumulative fatigue damage yang didapat
menggunakan Persamaan SWT bernilai lebih besar daripada yang dimodifikasi menggunakan
Persamaan Goodman. Oleh karena itu, analisis berikut yang berasal dari data uji pembebanan dengan
amplitudo acak didasarkan pada modifikasi menggunakan Persamaan SWT.

Tabel 5. Hasil uji pembebanan amplitudo acak

Tegangan rata-rata Damage dalam Pembebanan diatas


Total blok Damage total
No. yang dimodifikasi satu blok batas fatigue (%)
Goodman 8.52 x 10-5 0.54 0.60
7068
W1 SWT 9.11 x 10-5 0.54 0.64
Goodman 5.94 x 10-5 0.53 0.59
9989
W2 SWT 6.08 x 10-5 0.53 0.61

Persentase dari semua siklus yang merupakan siklus pembebanan amplitudo besar diatas batas
fatigue dalam satu blok bentuk gelombang amplitudo acak masing-masing adalah 0.54% dan 0.53%
untuk W1 dan W2 sebagaimana yang dihitung berdasarkan metode perhitungan rainflow cycle. Selain
itu, nilai cumulative fatigue damage untuk satu blok masing-masing adalah 9.11 x 10-5 dan 6.08 x 10-5
untuk W1 dan W2. Pembebanan amplitudo besar diatas batas fatigue berkontribusi masing-masing
sebesar 71.59% dan 68.72% dari cumulative fatigue damage dalam W1 dan W2 pada satu blok. Dengan
demikian pembebanan amplitudo besar menghasilkan sebagian besar damage pada spesimen selama
uji pembebanan dengan amplitudo acak. Meski demikian, hampir 61% dari siklus merupakan beban
dibawah 50 MPa. Dikombinasikan dengan kurva best fit dalam kondisi pernyataan jenuh damage yang
ditunjukkan pada Gambar 10, kontribusi oleh pembebanan amplitudo rendah dibawah 50 MPa kepada
cumulative fatigue damage bernilai sangat kecil. Dalam kondisi demikian, dapat dipertimbangkan
bahwa fatigue dibawah 50 MPa dapat diabaikan.
Ketika siklus dengan tingkat tegangan dibawah 50 MPa dihilangkan, ditemukan bahwa cumulative
fatigue damage dari satu blok dalam pengujian amplitudo acak juga berubah. hal ini menjadi lebih
sesuai dengan hasil pengujian dengan amplitudo 2 langkah berulang. Bahwa tingkat tegangan diantara
50 dan 236 MPa (batas fatigue) berkontribusi pada sisa hampir 30% fatigue damage dalam bentuk
gelombang acak dari sebuah blok. Nilai total cumulative fatigue damage adalah 0.64 dan 0.61 masing-
masing untuk W1 dan W2. Penyebab yang mungkin untuk perkiraan yang berlebihan dari usia fatigue
adalah bahwa spresimen dikenai dengan kondisi pembebanan yang benar-benar rumit, yang
mengarah pada usia fatigue yang lebih pendek dari yang diperkirakan. Meskipun nilai damage yang
diperkirakan bernilai kurang dari satu, karena pembebanan dengan amplitudo acak adalah kondisi
pembebanan yang sangat kompleks, keluaran yang didapatkan tampaknya layak. Lagipula, kurva S-N
modifikasi yang diajukan dibawah batas fatigue dapat digunakan untuk memperkirakan usia fatigue
dibawah pembebanan amplitudo beragam ketika dikombinasikan dengan kurva fatigue desain.

7. Kesimpulan
Dalam rangka untuk menyelidiki pengaruh rasio siklus dari kombinasi pembebanan amplitudo
besar dan kecil yang sesuai dengan pembebanan diatas dan dibawah batas fatigue pada usia fatigue,
uji fatigue dilaksanakan dibawah kondisi pembebanan amplitudo beragam menggunakan AISI 316,
tipikal stainless steel austenit komersil. Dengan menggunakan dasar dari keluaran yang diperoleh,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Dibawah uji pembebanan dengan amplitudo 2 langkah berulang dengan rasio siklus yang
beragam, baik standar EN maupun KHK memberikan perkiraan yang berlebihan tentang usia
fatigue pada jumlah siklus pembebanan amplitudo kecil pada satu blok yang kecil. Dengan
tingkat tegangan konstan, usia fatigue meningkat sebagaimana jumlah siklus pembebanan
amplitudo kecil juga meningkat. Dengan demikian, telah didemonstrasikan bahwa
pembebanan amplitudo kecil yang mengikuti pembebanan amplitudo besar berkontribusi
pada fatigue damage. Dibawah kondisi pembebanan ini, damage mencapai kejenuhan setelah
jumlah kritis pembebanan amplitudo kecil. Pernyataan kejenuhan damage yang disumbang
oleh pembebanan amplitudo kecil dibawah batas fatigue dalam satu blok telah terbukti.
Micrograph dari permukaan fracture mengungkapkan bahwa fatigue crack selalu dimulai pada
permukaan spesimen tanpa mempedulikan apakah spesimen dikenai pembebanan amplitudo
konstan, 2 langkah berulang, atau pembebanan amplitudo acak. Meskipun jika usia fatigue
mencapai 107 siklus. Dibawah kondisi pembebanan amplitudo yang beragam, tingkat tegangan
tinggi mendominasi pada tempat inisiasi fatigue crack.
Sebuah pendekatan prediktif yang menggunakan aturan cumulative fatigue damage linier
berdasarkan pada uji pembebanan dengan amplitudo 2 langkah berulang ditetapkan, dan
keabsahannya telah dibuktikan melalui uji pembebanan dengan amplitudo acak. Pendekatan
yang diajukan menghasilkan perkiraan yang akurat dari cumulative fatigue damage untuk
material dengan kurva S-N yang berdasarkan pada model hiperbola miring yang mengalami
pembebanan kombinasi amplitudo besar dan kecil diatas dan dibawah batas fatigue.

Anda mungkin juga menyukai