Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Tinjauan pustaka
BAB II METODE
BAB III RUANG LINGKUP
3.1
a. Iklim/curah hujan
b. Bentuklahan
c. Tata Air
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSATAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan
tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut
daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang
mengalami perpindahan tempat dan perubahan wujud secara berurutan dan terus
menerus. Adapun wujud air seperti kita ketahui adalah gas, cair, dan padat yang kita
kenal dengan es. Jumlah air di sekitar bumi ini selalu tetap, tetapi kwantitas
wujudnya yang selalu berubah.
Masalah terkait dengan air tanah selalu menarik untuk dibahas mengingat air
merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup di bumi. Namun sering kali timbul
permasalahan air tanah seperti kekeringan, air tercemar dan kelangkaan air bersih.
Seiring perkembangan lingkungan yang terus mengikuti pesatnya pembangunan,
maka berdampak terhadap bentuk lahan dan ketersediaan sumber air pada daerah
tersebut. Adanya penggunaan atau penyedotan air secara berlebih, dapat
menyebabkan penurunan permukaan tanah. Hal tersebut karena adanya pembuatan
sumur bor yang banyak sehingga mempercepat proses penurunan permukaan tanah
yang tingkat kekerasannya masih rendah.
Permasalahan yang terjadi akibat kurangnya kepekaan terhadap kondisi
lingkungan yang terus dikembangkan bukanlah menjadi tanggung jawab satu pihak
saja, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh pihak untuk tetap menjaganya
sesuai dengan peruntukkannya. Pembangunan yang melibatkan pertimbangan akan
kondisi air di lingkungan merupakan hal penting dan dapat menyelamatkan bumi ini.
Karena tidak mengalir melewati batas yang imperameable, garis aliran akan
sejajar. Demikian pula jika aliran melewati permukaan akuifer bebas, arah aliran
yang sesuai dengan batas aliran permukaan. Karena itu, dalam kondisi sejajar, elevasi
pada setiap titik dipermukaan air. Dengan tiga elevasi air tanah dari sumur penduduk
bentuk garis kontur air tanah bebas dan arah aliran dapat ditentukan seperti gambar
1.2
Gambar 1.2 Penentuan kontur muka air tanah dan arah aliran air tanah
bedasarkan elevasi permukaan air tanah di tiga sumur (Sumber : Todd,1995)
Peta kontur air tanah, dan dengan garis aliran berguna untuk dasar
pembuatan lokasi sumur baru. Garis aliran sebagai batas impermeable karena
aliran dapat melintasi garis aliran, jika akuifer tebal seragam seperti gambar 1.3
berikut :
Gambar 1.3 Peta kontur air tanah dengan garis aliran (Sumber : Todd,1995)
Pada saat sumur dipompa, air diambil dari akuifer didekat sumur, dan
muka air tanah atau permukaan pizieometrik. Surutan (drawdown) pada suatu
titik tertentu adalah jarak penurunan muka air. Kurva surutan menunjukan
variasi surutan dengan jarak dari sumur. Dalam kurva surutan tiga dimensi
menggambarkan bentuk kerucut sama seperti kurva surutan. Begitu juga batas
luar kerucut surutan mendefinisikan pengaruh dari sumur.
BAB II
METODE
Input Proses Output
Pekerjaan Studio I Pekerjaaan Studio II Analisis Kuantitatif,
(Pengolahan Data Deskriptif, dan
(Persiapan Survei Spasial
Lapangan) Primer & Sekunder)
Pembuatan Peta Pembuatan Peta
Administrasi Muka Air Tanah
Pembuatan Peta Pembuatan Peta
Topografi Penggunaan Lahan
Pekerjaan Lapangan Pembuatan Peta
(Survei Secara Kemiringan Lereng
Langsung)
Pemetaan sumur
Pengukuran
kedalaman muka air
tanah
Observasi
Penggunaan Lahan
Pengumpulan Data
Sekunder (Kondisi
Geofisik)
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan
tahunan di Kabupaten Sleman selama 10 tahun sebesar 2.141,2 mm/tahun. Rata-rata
curah hujan terbesar adalah 375,7 mm terjadi pada bulan Desember, sedangkan rata-
rata curah hujan terkecil sebesar 16,8 mm 90 terjadi pada bulan Agustus. Rata-rata
bulan basah adalah 7 bulan, rata-rata bulan lembab 0,6 bulan dan rata- rata bulan
kering 4,4 bulan.
b. Bentuklahan
Menurut Wirosuprojo (2005) Kecamatan Berbah termasuk kedalam
bentuklahan dataran alluvial gunung api. Di wilayah Kabupaten Sleman secara
geomorfologis terdiri dari bentuklahan yang terbentuk oleh proses gunungapi dan
denudasional. Beberapa satuan bentuklahan tersebut dijelaskan pada Tabel 3.2
berikut.
Tabel 3.2 Bentuklahan Daerah Sleman
c. Tata Air
Air permukaan yang teradapat di Desa Jogotirto hanya berupa sungai dan
terdapat air tanah yang berasal dari akuifer bebas. Hasil dari pembuatan peta MAT
berdasarkan dari data yang diperoleh langsung di lapangan dapat diketahui kontur
dari MAT tersebut. Pengambilan titik sumur dilakukan secara menyeluruh di daerah
tersebut, supaya tiap bagian dari Desa Jogotirto dapat terwakilkan dalam pengerjaan
data sehingga hasilnya lebih dapat dipertanggung jawabkan dan akurat.
Jumlah sumur yang diperoleh di lapangan sebanyak 26 sumur dengan rincian
data ketinggian MAT, yaitu:
Sumur 1: 98.33 m, Sumur 2: 98.70 m Sumur 3: 98.70 m, Sumur 4: 98.70 m, Sumur
5: 99.30 m, Sumur 6: 99.37 m, Sumur 7: 99.30 m, Sumur 8: 99.16 m, Sumur 9: 97.74
m, Sumur 10: 97.74 m, Sumur 11: 97.32 m, Sumur 12: 98.98 m, Sumur 13: 100.38
m, Sumur 14: 94.29 m, Sumur 15: 95.06 m, Sumur 16: 95.06 m, Sumur 17: 96.58 m,
Sumur 18: 97.80 m, Sumur 19: 91.79 m, Sumur 20: 94.65 m, Sumur 21: 93.73 m,
Sumur 22: 97.45 m, Sumur 23: 96.48 m, Sumur 24: 103.70 m, Sumur 25: 91.82 m
dan Sumur 26: 92.68 m.
Sumur yang terdapat di Desa Jogotirto teridiri dari sumur gali dan sumur bor,
namun sebagian besar penduduk masih menggunakan sumur gali untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Berdasarkan survey dan kegiatan Tanya jawab dengan
penduduk, dikatakan bahwa daerah tersebut hampir tidak pernah mengalami
kekeringan dan kondisi air juga tetap terjaga, dimana maksudnya adalah tidak keruh
ataupun berbau. Rata-rata kedalam sumur pada daerah ini adalah 6 14 meter.
Berdasarkan arah alirannya, air mengalir dari arah utara ke selatan peta. Peta MAT
dapat dilihat pada gambar 3.6.
3.3 Sosial
Hasil dari pembuatan peta penggunaan lahan Daerah Desa Jogotirto didapati
penggunaan lahan yang mendominasi adalah sawah irigasi, mengingat daerah
tersebut merupakan daerah pedesaan dimana pembangunan masih terbatas.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Desa
Jogotirto bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu, berdasarkan hasil
pengamatan dapat dikatakan bahwa sanitasi lingkungan Daerah Desa Jogotirto
tergolong baik karena tidak ditemukannya perlakuan masyarakat yang menyebabkan
adanya penurunan kualitas lingkungan. Peta Penggunaan Lahan dapat dilihat pada
Gambar 3.7
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi lapangan terkait dengan pembuatan peta MAT, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Daerah penelitian terletak di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,
DIY.
2. Jarak daerah penelitian dengan pusat pemerintahan yakni sejauh 23,6 Km
3. Curah hujan di Kabupaten Sleman:
- Tertinggi: 375,7 mm (bulan Desember)
- Terendah: 16,8 mm (bulan Agustus)
4. Bentuklahan daerah penelitian merupakan dataran alluvial gunungapi.
5. Kondisi batuan daerah penelitian terdiri dari batuan sedimen vulkanistik.
6. Kondisi hidrogeologi dipengaruhi oleh keberadaan Gunung Merapi dimana material
vulkanik Merapi muda ini terbagi menjadi Formasi Sleman dan formasi Yogyakarta
yang berfungsi sebagai lapisan pembawa air utama yang sangat potensial dan
membentuk satu sistem akifer yang di sebut Sistem Akifer Merapi (SAM).
7. Desa Jogotirto tergolong daerah dengan topografi datar yang didominasi oleh
penggunaan lahan berupa sawah irigasi.
8. Titik sumur yang diperoleh sebanyak 26 titik dengan kedalaman sumur rata-rata
yakni 6 14 meter.
4.2 Saran
1. Data titik sumur harus lebih banyak lagi agar dapat terlihat lebih detail dalam
pembuatan Peta MAT
2. Pada pelaksanaan pengukuran di lapangan harus dilakukan dengan baik dan
maksimal, seperti lebih teliti dalam pengambilan dan perhitungan data.
3. Penguasaan terhadap aplikasi yang akan dipakai untuk pembuatan peta.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhil, Nur. dkk. 2014. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Pemetaan
Pola Aliran Air Tanah Di Kawasan Sukajadi Pekanbaru. Jom FTEKNIK
Volume 1 No. 2 Oktober 2014. Riau: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Riau
Imam, Fajri D. dkk. 2013. Potensi Air Tanah Dangkal Daerah Kecamatan Ngemplak
dan Sekitarnya, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. Yogyakarta: Teknik
Geologi Universitas Gadjah Mada.
Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Pristanto, Adhitya Irvan. 2010. Upaya Peningkatan Pemahaman Masyarakat
Tentang Mitigasi Bencana Gempa Bumi di Desa Tirtomartani Kecamatan
Kalasan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tood, Peter and Chin Wayne. W. 1995. On The Use, Usefullness and Ease of Use a
Structural Equation Modeling in MIS Research: A Note of Caustion. MIS
Quarterly.