DI SUSUN OLEH:
DISUSUN OLEH :
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
iv
5. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku dosen penguji I yang
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ........................................................................ 39
B. Pengkajian ............................................................................. 39
C. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 45
D. Perencanaan ........................................................................... 46
E. Implementasi .......................................................................... 48
F. Evaluasi ................................................................................. 54
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................... 59
B. Perumusan masalah keperawatan ............................................ 70
C. Intervensi ................................................................................. 75
D. Implementasi ........................................................................... 78
E. Evaluasi ................................................................................... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 87
B. Saran........................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 Jurnal
Lampiran 9 SOP Prosedur Tindakan Pemberian Terapi Rendam Kaki Air Hangat
x
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada
suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke
(terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit
penyempitan ventrikel kiri atau bilik kiri (terjadi pada otot jantung)
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
Pada saat ini hipertensi adalah faktor resiko ketiga terbesar yang
serta penyakit gangguan otak. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara kebiasaan
hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena merupakan
2006). Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
sebesar 29,2% dan wanita sebesar 24,8% (WHO, 2013). Berdasarkan data
1
2
peningkatandari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007 dan
peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah kasusnya sebanyak 18,23%, tahun 2006
sebanyak 18,26% kasus, tahun 2007 sebanyak 19,61% kasus, tahun 2008
sebanyak 12,64 kasus, dan pada tahun 2009 sebanyak 31,25% kasus, dimana
penyakit vaskuler pada orang-orang yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan
Masalah yang sering muncul pada pasien hipertensi itu sendiri adalah
arteri terjadi karena beberapa sebab pertama, jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kedua, arteri besar
mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri. Oleh karena itu,
setiap jantung berdenyut, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang
Adib, 2011).
seperti jantung, ginjal dan otak. Untuk pengobatan hipertensi tidak hanya
farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup yang lebih sehat
dan melakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat yang mudah
sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi
4
yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta menyembuhkan stroke
membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Oleh karena itu, penderita hipertensi
lebih mudah dan murah yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki air
dkk , 2014).
Manfaat terapi rendam kaki air hangat ini adalah efek fisik panas/hangat
yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke
segala arah dan dapat meningkatkaan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi
kapiler. Respon dari hangat inilah yang dipergunakan untuk keperluan terapi
ada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia, dkk, 2014 dalam
Menurut Destia, dkk (2014) dalam Santoso, dkk, (2014), prinsip kerja
terapi rendam kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara
mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus
aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang
otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ
rendam kaki menggunakan air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dengan hipertensi
dengan hipertensi
6
hipertensi
C. Manfaat Penulisan
Dapat dijadikan salah satu solusi yang dapat digunakan dalam mengatasi
4. Bagi Penulis
tekanan darah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a. Definisi
otak, mata, tulang dan fungsi seksual. Selain itu juga hipertensi
>160 mmHg dan tekanan darah diastolik >95 mmHg. Tekanan darah
(Poerwati, 2008).
8
9
1) Diit
hipertensi berat.
ringan .
10
2) Faktor stress
4) Merokok
menjadi dua kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak
merokok.
5) Alkohol
c. Klasifikasi hipertensi
berdasarkan etiologi :
b) Hipertensi sekunder
kortikosteroid
Tabel 1.1
Klasifikasi Hipertensi
Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre-hipertensi 120 139 Atau 80 89
Hipertensi derajat I 140- 159 Atau 90 99
Tabel 1.2
Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan Tekanan
Sistolik Diatolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 129 Dan/atau 80 84
Normal tinggi 130 139 Dan/atau 85 89
d. Manifestasi Klinis
klinis timbul :
saraf pusat
glomerulus
tekanan kapiler
e. Patofisiologi
Suddarth, 2005).
16
f. Pemeriksaan penunjang
yaitu :
2) Pemeriksaan retina
g. Komplikasi
didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
1) Jantung
2) Otak
3) Ginjal
darah.
4) Mata
h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non-farmakologi
yaitu :
2007).
beralkohol.
e) Menghindari merokok
f) Penurunan stress
(Sheps, 2005).
2) Pengobatan Farmakologi
hipertensi yaitu :
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
lebih ringan.
hipoglikemia
lemas.
i. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian
b) Riwayat kesehatan
(1) Aktivitas/istirahat
monoton
24
jantung, takipnea
(2) Sirkulasi
(4) Eliminasi
(6) Neurosensori
(8) Pernapasan
(9) Keamanan
postural
(10) Pembelajaran/Penyuluhan
atau hormon.
2) Diagnosa Keperawatan
dengan hipertensi
dengan hipertensi
diharapkan
27
Intervensi keperawatan :
tampak nyaman
Intervensi keperawatan :
analgetik
28
Intervensi keperwatan :
informasi
Intervensi keperawatan :
tepat
2. Lansia
Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal 1 ayat 2, lanjut usia
luar tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami
Pranaka, 2009).
tidak dapat lentur dan cenderng kaku, sehingga volume darah yang
tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan
3. Tekanan Darah
arteri adalah pada saat sistol ventrikel dan diastol ventrikel. Tekanan
darah terdiri dari lesi focal yang diawali dari lapisan intima, yang
mempunyai celah lipid yang lunak, kuning dan ditutupi oleh fibrous cap
32
yang lunak dan putih, disebut juga fibrofatty lipid ataupun fibrolipid
dinding arteri hanya sebagian saja dari lumen (eccentric lesion). Hal
2010).
120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Alat
tekanan darah pada seseorang tidak dapat diukur dengan adekuat melalui
satu kali pengukuran saja. Tekanan darah berubah dengan cepat bahkan
terjadi pada seseorang, hal ini dipengaruhi oleh usia, stres, etnik, jenis
sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu
terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta menyembuhkan
air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Oleh karena itu, penderita
rumah (Kusumaastuti,2008).
Manfaat terapi rendam kaki air hangat ini adalah efek fisik
peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek
terapi ada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia, dkk,2014
kerja terapi rendam kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat
sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang
dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh
kaki air hangat dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik
B. Kerangka Teori
Etiologi Hipertensi :
1. Asupan garam yang berlebihan
2. Faktor stress
3. Obesitas atau kegemukan
4. Merokok
5. Alkohol
6. Konsumsi kopi yang berlebihan
7. Genetik atau keturunan
8. Asupan natrium meningkat
Hipertensi
Pasien yang menderita Hipertensi di ruang rawat inap di Panti Sasana Tresna
1. Spignomanometer
2. Air hangat
3. Baskom
4. Suhu air
5. Handuk bersih
36
37
Tabel 3.1
Prosedur Tindakan Pemberian Terapi Rendam Kaki Air Hangat
No. TINDAKAN YANG DILAKUKAN
A. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur
4. Menanyakan kesiapan Klien
B. Fase Kerja
1. Menjaga privasi Klien
2. Mengatur posisi Klien
3. Mengukur tekanan darah Klien sebelum dilakukan terapi rendam
kaki air hangat
4. Memasukan air hangat di baskom tempat merendam kaki
5. Membantu masukan kaki Klien ke dalam baskom setinggi
pergelangan kaki
6. Rendam kaki selama 30 menit dengan suhu 40C
7. Mengangkat kaki dari air hangat dan keringkan dengan handuk
Bersih
8. Mengukur tekanan darah Klien sesudah dilakukan terapi rendam
kaki air hangat
E. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan
Sumber : (Kusumaastuti, 2008)
38
lembar evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan terapi rendam kaki
Tabel 3.2
Alat Ukur Dengan Spignomanometer
Ttd
No. Hari/Tanggal Waktu TD sebelum Waktu TD sesudah
Pasien
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Juli 2015 jam 09.00 WIB. Dengan diagnosa medis hipertensi, yang
B. Pengkajian
hari yang lalu kepalanya pusing dan terasa cekot-cekot di kepala. Pasien
39
40
beraktivitas tidak bisa sendiri dan harus dibantu oleh orang lain. Warna
riwayat penyakit stroke 1 tahun yang lalu tidak bisa jalan dan bicaranya
Genogram
th883 th
41
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: Meninggal dunia
kesehatan sangat penting bagi dirinya sehingga pasien jika sedang sakit
kesehatannya dengan selalu makan tepat waktu dan minum obat secara
teratur.
makan 3 kali per hari, jenis nasi , sayur , lauk dan air putih, porsinya
mengatakan makan 3 kali per hari, jenis nasi, lauk dan air putih, porsinya
porsi habis.
hari, jumlah urine kurang lebih 1200cc, warna kuning dan tidak ada
keluhan. Pasien mengatakan BAB 2 kali per hari, warna kuning dan tidak
ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan BAK 4 kali per hari,
jumlah urine kurang lebih 1200cc, warna kuning dan tidak ada keluhan.
42
Pasien mengatakan BAB 2 kali per hari, warna kuning dan tidak ada
keluhan.
siang 1 jam dan tidur malam 7 jam, tidur dengan nyenyak dan perasaan
tidur siang hanya 45 menit, tidur malam 6 ajm, tidur dengan sering
skala nyeri 6, Time nyeri hilang timbul saat bergerak dan beraktivitas.
perawat dan dokter di panti. Pasien juga mendapat perhatian yang baik
lainnya.
yang beragama islam, sholat 5 waktu tepat waktu, mengaji dan berdoa.
Selama sakit pasien mengatakan masih rajin sholat 5 waktu tepat waktu.
tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37
Kepala bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, kulit kepala bersih,
rambut berwarna putih dan mulai rontok. Pada mata palbebra tampak
hitam dan tidak ada udem, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, diameter kanan kiri simetris, reflek terhadap cahaya baik,
ada secret, mulut tidak ada stomatitis kebersihan cukup. Gigi sudah tidak
lengkap banyak yang sudah ompong. Telinga bersih tidak ada serumen.
dada kanan kiri sama, palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama pada
sinistra, perkusi hasilnya pekak dan auskultasi bunyi jantung I dan bunyi
redup, kuadran II, III, IV timpani, dan palpasi tidak terdapat nyeri tekan
terpasang kateter. Rektum bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan
hemoroid.
kanan kiri bisa bergerak dengan normal tidak ada udem, capilary refile 4
45
kiri bisa digerakkan tetapi memakai alat bantu, ROM kanan kiri kaki
kembali, perubahan bentuk tulang ada perubahan bentuk tulang pada kaki
Januari 2015, jam 09.00 WIB penulis melakukan analisa data dan kemudian
terlihat lemas, warna kulit pasien tampak pucat, pasien tampak memijat
180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius,
dapat melakukan aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain. Data
obyektif pasien tampak lesu dan lemah, pasien tampak terbaring lemah di
46
tempat tidur, tampak orang lain membantu pasien dalam makan, toileting dan
berpakaian. Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit,
didapatkan hasil nyeri hilang timbul. Data objektif pasien tampak menahan
mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius, frekuensi
D. Perencanaan
systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan, tidak ada ortostatik
terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit untuk melancarkan peredaran
pasien.
tanda vital untuk mengetahui peningkatan tekanan darah, kaji respon paien
pemenuhan ADL.
musik) untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi dengan tim medic untuk
E. Implementasi
tanggal 05 Januari 2016 untuk diagnosa pertama pukul 08.00 WIB memonitor
tekanan darah sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat, respon
pasien tampak kooperatif Tekanan darah 180/100 mmHg. Pukul 08.30 WIB
rendam kaki air hangat, data obyektif pasien tampak melakukan terapi
rendam kaki air hangat selama 30 menit. Pukul 09.00 WIB memonitor
tanggal 06 Januari 2016 untuk diagnosa pertama pukul 08.00 WIB memonitor
tekanan darah sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat selama 30
data obyektif pasien tampak kooperatif Tekanan darah 170/100 mmHg. Pukul
dilakukan terapi rendam kaki air hangat, data obyektif pasien tampak
kooperatif dalam melakukan terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit.
Pukul 09.00 WIB memonitor tekanan darah sesudah dilakukan terapi rendam
pusingnya sudah sedikit berkurang dan tidak kliyengan, data obyektif pasien
tampak lebih rileks Tekanan darah 160/90 mmHg. Pukul 09.15 WIB
tanggal 07 Januari 2016 untuk diagnosa pertama pada pukul 08.00 WIB
memonitor tekanan darah sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat
terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit, respon subyektif pasien
mengatakan sudah tidak terasa pusing kepala lagi setelah dilakukan terapi
rendam kaki air hangat, data obyektif pasien tampak lebih rileks. Pukul 09.00
WIB memonitor tekanan darah sesudah dilakukan terapi rendam kaki air
terasa pusing dan lebih rileks, data obyektif pasien tampak lebih tenang dan
rileks setelah dilakukan terapi rendam kaki air hangat Tekanan darah 140/90
50
baring, respon subyektif pasien mengatakan badannya sudah segar lagi dan
sudah tidak terasa pusing lagi, data obyektif pasien sudah tampak bugar dan
tanggal 05 Januari 2016 untuk diagnosa kedua pukul 09.30 WIB memonitor
170/90 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius,
frekuensi pernafasan 20 kali per menit. Pukul 09.50 WIB mengkaji respon
setelah beraktivitas, data obyektif pasien tampak lemah dan lesu. Pukul 10.15
pasien, data obyektif pengurus panti tampak kooperatif dengan saran perawat.
tanggal 06 Januari 2016 untuk diagnosa kedua Pukul 09.30 WIB memonitor
tanda vitalnya, data obyektif pasien tampak kooperatif tekanan darah 160/90
mmHg, frekuensi nadi 72 kali per menit, suhu 36, 7 derajad celcius, frekuensi
51
sudah sedikit tidak merasakan letih lagi, data obyektif pasien sudah sedikit
tampak segar dan bugar. Pukul 10.15 WIB menganjurkan teknik penghemat
data obyektif pasien sudah tampak melakukan aktivitas secara mandiri sedikit
demi sedikit.
tanggal 07 Januari 2016 untuk diagnosa kedua pada pukul 09.30 WIB
setelah beraktivitas sudah tidak merasa letih lagi, data obyektf pasien tampak
lebih segar dan bugar. Pukul 09.50 WIB menganjurkan teknik penghemat
obyektif pasien sudah tampak melakukan aktivitas sendiri secara mandiri dan
nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak menahan nyeri, pasien
nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali
per menit. Pukul 11.00 WIB memberikan posisi nyaman, respon subyektif
obyektif pasien tampak nyaman dan lebih rileks setelah duduk bersandar di
kursi. Pukul 11.15 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon
tanggal 06 Januari 2016 untuk diagnosa ketiga pada pukul 10.30 WIB
nyeri di bagian leher dan kepala belakang, S (Scale) didapatkan hasil skalanya
5 dan T (Time) didapatkan hasil nyeri hilang timbul, data obyektif pasien
darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 72 kali per menit, suhu 36,7 derajad
nyaman jika tiduran di atas tempat tidur dengan posisi setengah duduk, data
obyektif pasien tampak nyaman tiduran di atas tempat tidur dengan posisi
setengah duduk. Pukul 11.15 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
tanggal 07 Januari 2016 untuk diagnosa ketiga pada pukul 10.15 WIB
mengatakan kepalanya sudah sedikit tidak pusing dan sedikit tidak merasakan
nyeri di bagian leher dan kepala belakang, S (Scale) didapatkan hasil skalanya
4 dan T (Time) didapatkan hasil nyeri hilang timbul, data obyektif pasien
tampak lebih rileks tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per
menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali per menit.
mengatakan sudah lebih nyaman dan rileks setelah diberikan posisi yang
nyaman, data obyektif pasien tampak lebih rileks dan nyaman. Pukul 11.00
mengatakan bersedia diajari teknik relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul,
54
data obyektif pasien tampak lebih rileks setelah melakukan teknik relaksasi
nafas dalam.
F. Evaluasi
pasien terlihat lemas, warna kulit pasien tampak pucat, pasien tampak memiat
180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius,
berikan terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit, monitor tekanan darah
sesudah diberikan terapi rendam kaki air hangat, anjurkan pasien untuk
terus-menerus, data obyektif pasien masih terlihat sedikit lemas, warna kulit
pasien sudah tidak sedikit pucat lagi, capilary refile 4 detik kembali, tekanan
darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 72 kali per menit, suhu 36,7 derajad
55
tekanan darah, berikan terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit,
monitor tekanan darah sesudah diberikan terapi rendam kaki air hangat,
merasakan pegal pada punggung dan sedikit merasakan nyeri di kepala, data
obyektif pasien tampak sedikit lebih segar, warna kulit pasien sudah sedikit
tidak pucat lagi, capilary refile 4 detik kembali, tekanan darah 140/90 mmHg,
frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi
berikan terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit, monitor tekanan darah
sesudah diberikan terapi rendam kaki air hangat, anjurkan pasien untuk
sendirian harus dibantu oleh orang lain, data obyektif pasien tampak lesu dan
lemah, pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur dan tampak oramg lain
56
180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius,
debar dan masih merasakan sedikit letih ketika beraktivitas dan pasien
obyektif pasien tampak sedikit lebih segar, pasien masih sedikit tampak
lemah, tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 72 kali per menit, suhu
36,7 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, maka dapat
tanda vital, kaji respon klien terhadap aktivitas, anjurkan teknik penghemat
mandiri seperti makan, mandi dan berpakaian. Pasien mengatakan sudah lebih
rileks dan tenang, data obyektif pasien tampak lebih segar dan bugar tekanan
darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 36,5 derajad
Pada tanggal 05 Januari 2016, pukul 11.45 WIB untuk diagnosa ketiga
nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak menahan nyeri, pasien
nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali
intervensi kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T), beri posisi nyaman, ajarkan
Pada tanggal 06 Januari 2016, pukul 11.30 WIB untuk diagnosa ketiga
nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak menahan nyeri, pasien
nadi 72 kali per menit, suhu 36,7 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali
intervensi kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T), beri posisi nyaman, ajarkan
Pada tanggal 07 Januari 2016, pukul 11.30 WIB untuk diagnosa ketiga
didapatkan hasil nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak lebih rileks
tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 36,5
nyeri (P, Q, R, S, T), beri posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Pemberian terapi rendam kaki
air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny.T
A. Pengkajian
datang dengan keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pusing dan
bagian kuduk terasa berat. Seperti yang telah disebutkan menurut Wjaya dan
Putri (2013), keluhan utama pada pasien hipertensi adalah biasanya pasien
datang ke RS dengan keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa
sesuai dengan teori yang ditemukan oleh penulis berupa kepala terasa pusing
dan bagian kuduk terasa berat, sehingga tidak ada kesenjangan dengan teori
yang ada.
mengatakan sejak 2 hari yang lalu kepalanya pusing dan terasa cekot-cekot di
59
60
kepala dan bagian kuduk terasa berat. Pasien mengatakan pusing bila
seperti ditusuk-tusuk pada bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak,
mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per
menit, suhu 37 derajat celcius. Pasien tampak lemah di tempat tidur, pasien
mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa sendiri dan harus dibantu oleh
orang lain. Warna kulit pasien tampak pucat. Capilary refile 4 detik
biasanya pada saat dilakukan pengkajan pasien masih mengeluh kepala terasa
pengkajian pada Ny. T dengan hipertensi telah sesuai dengan teori dengan
penyakit stroke 1 tahun yang lalu tidak bisa jalan dan bicaranya pelo. Pasien
keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan atau menular lainnya.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi bukan penyakit yang menular tetapi
karena penyakit keturunan saja tapi juga karena faktor gaya hidup yang tidak
baik dan sehat (Corwin, 2009). Berdasarkan hasil dari pengkajian pada Ny. T
dengan hipertensi telah sesuai dengan teori dengan yang ditemukan oleh
penulis.
sebelas pola gordon yang didapat dari wawancara dan observasi Ny.T
Pada pola persepsi dan tata laksana hidup sehat menggambarkan persepsi,
fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada kesenjangan yang didapat.
Pada pengkajian pada Ny.T dalam pola nutrisi dan cairan, Pola nutrisi
dan cairan pasien, sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan
nasi, sayur, lauk seperti tempe, tahu maupun ayam dan minumnya air putih
dengan satu porsi habis dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien
mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk seperti tempe, tahu
maupun ayam dan mengurangi garam dan minumnya air putih dengan
setengah porsi habis dan tidak ada keluhan. Pola nutrisi pasien mendapatkan
diit rendah garam. Diit rendah garam mempunyai tujuan yaitu menghilangkan
retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan untuk menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi (Almatsier 2005 dalam Novika 2013). Dari data
62
pengkajian nutrisi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan yang terjadi
kali per hari, jumlah urine kurang lebih 1200cc, warna kuning dan tidak ada
keluhan. Pasien mengatakan BAB 2 kali per hari, warna kuning dan tidak ada
keluhan. Selama sakit pasien mengatakan BAK 4 kali per hari, jumlah urine
kurang lebih 1200cc, warna kuning dan tidak ada keluhan. Pasien
mengatakan BAB 2 kali per hari, warna kuning dan tidak ada
manusia. Menurut teori eliminasi terbagi dua bagian utama pula, yaitu
eliminasi fekal (buang air besar) dan eliminasi urine (buang air kecil)
lain : pola defekasi, perilaku defekasi, deskripsi feses, diet, cairan, jumlah dan
pengkajian eliminasi fekal dan urine Ny.T tidak ada masalah keperawatan
(perdarahan pada rektum dan anus). Ciri urine normal baik, kejernihan
normal jernih bila dibiarkan lama akan menjadi keruh. Warna kuning, bau
63
yang tidak nyaman dan hal ini dapat berpengaruh pada aktivitasnya, tidak
aktivitas atau istirahat pada pasien hipertensi kelemahan, letih, nafas pendek,
fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada kesenjangan yang terjadi dan
tidur siang 1 jam dan tidur malam 7 jam, tidur dengan nyenyak dan perasaan
64
setelah bangun terlihat segar. Selama sakit pasien mengatakan biasanya tidur
siang hanya 45 menit, tidur malam 6 jam, tidur dengan sering terbangun,
tidak nyenyak dan perasaan setelah bangun biasa. Pada pasien hipertensi
biasanya pada saat tidur sering terbangun karena merasakan nyeri kepala dan
kuduk terasa berat (Wijaya dan Putri, 2013).Sehingga antara fakta atau
penyebab nyeri kepala pada kasus hipertensi berat gejala yang dialami oleh
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda,
sulit tidur, dan gejala paling umum adalah nyeri kepala (rasa berat di
hipertensi mengalami gejala umum yaitu nyeri kepala (rasa berat ditengkuk),
65
sehingga antara fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada kesenjangan yang
merasa diperlakukan dengan baik oleh pengurus panti, perawat dan dokter di
panti. Pasien juga mendapat perhatian yang baik dari teman sekamarnya.
Harga diri pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan tetap mensyukuri.
rumah tangga. Identitas diri pasien bernama Ny.T dengan umur 83 tahun dan
tinggal di Batu, Wonogiri. Menurut (Aspiani, 2012) pola persepsi konsep diri
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
baik dengan keluarga, tetangga, ataupun penghuni panti jompo lainnya. Pola
(Nurlaila,2009). Sehingga antara fakta atau kenyataan dengan teori tidak ada
jika ada masalah selalu berdiskusi dengan pengurus panti. Berdasarkan teori
upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengatur emosi, kognisi, perilaku,
yang beragama islam, sholat 5 waktu tepat waktu, mengaji dan berdoa.
Selama sakit pasien mengatakan masih rajin sholat 5 waktu tepat waktu.
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus) (Brunner & Suddarth, 2005). Dari data
pengkajian dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang terjadi pada gejala hipertensi yang dialami oleh Ny.T.
tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37
darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Menurut WHO
fisik dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang terjadi pada gejala hipertensi yang dialami oleh Ny.T.
berbentuk bulat, tidak ada lesi, kulit kepala bersih, rambut berwarna putih dan
68
mulai rontok. Pada mata palbebra tampak hitam dan tidak ada udem,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan
kiri simetris, reflek terhadap cahaya baik, pasien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan. Hidung bersih tidak ada secret, mulut tidak ada stomatitis
kebersihan cukup. Gigi sudah tidak lengkap banyak yang sudah ompong.
Telinga bersih tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar
hanya beberapa bagian saja yang dianggap perlu oleh dokter yang
pemeriksaan secara menyeluruh dimulai dari kepala sampai ujung kaki (head
tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala
fremitus kanan dan kiri sama pada paru, perkusi sonor di semua lapang paru,
(2012) adalah inspeksi pengembangan dada kanan kiri sama, palpasi vokal
fremitus kanan dan kiri sama pada paru, perkusi sonor di semua lapang paru,
auskultasi suara nafas vesikuler. Dalam pemeriksaan fisik paru tidak ada
inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di intercosta 5
mid clavikula sinistra, perkusi hasilnya pekak dan auskultasi bunyi jantung I
jantung normal menurut Debora (2012) adalah inspeksi bentuk dada simetris,
palpasi ictus cordis teraba di intercosta 5 mid clavikula sinistra, perkusi bunyi
jantung normal pekak, auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II murni.
Dalam pemeriksaan fisik jantung tidak ada perubahan yang dialami oleh
Ny.T. Pada pemeriksaan abdomen hasil inspeksi tidak ada jejas bentuk
hasilnya kuadran I redup, kuadran II, III, IV timpani, dan palpasi tidak
Debora (2012) adalah inspeksi bentuk simetris, tidak ada jejas, auskultasi
terdengar suara bising usus5-30 x/menit, perkusi kuadran I redup, II, III, IV
timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan di semua kuadran. Dari hasil
kateter. Rektum bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan hemoroid.
digerakkan, ROM kanan kiri bisa bergerak dengan normal tidak ada udem,
capilary refile 4 detik kembali, perubahan bentuk tulang tidak ada perubahan
bentuk tulang, perabaan akral hangat. Ekstremitas bawah kekuatan otot kanan
70
kiri bisa digerakkan tetapi memakai alat bantu, ROM kanan kiri kaki kanan
perubahan bentuk tulang ada perubahan bentuk tulang pada kaki kanan ,
menyatakan bahwa ada beberapa tanda dan gejala yang sering muncul pada
mulai terganggu karena mulai adanya kerusakan susunan saraf pusat, nokturia
intoleransi aktivitas.
Putri, 2013).
apatis, pengungkapan masalah karena saat dikaji pasien sudah paham tentang
penyakit hipertensi.
lemas, warna kulit pasien tampak pucat, pasien tampak memijat punggung
mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37 derajad celcius, frekuensi
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual, rasa aman dan nyaman, rasa mencintai, harga diri, serta
tindakan tersebut maka sirkulasi darah tubuh pasien akan mengalir dengan
lancar dengan pemberian terapi rendam kaki air hangat dapat memperlancar
dapat melakukan aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain. Data
obyektif pasien tampak lesu dan lemah, pasien tampak terbaring lemah di
tempat tidur, tampak orang lain membantu pasien dalam makan, toileting dan
berpakaian. Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit,
darah). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
atau gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (International for
the Study of pain), awitanyang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam buku. Perumusan masalah
keperawatan yang diambil oleh penulis adalah nyeri akut dengan alasan
timbul. Data objektif pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak terlihat
memegang kepala. Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per
melindungi daerah nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri
kebutuhan dasar Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, rasa mencintai, harga diri, serta aktualisasi diri. Diagnosa yang
latihan. Diagnosa ketiga nyeri akut karena termasuk dalam kebutuhan dasar
C. Intervensi
jam diharapkan sirkulasi darah dalam tubuh tidak terganggu dengan kriteria
hasil tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan, tidak ada
tekanan darah 120-140/80-90 mmHg, frekuensi nadi 60-100 kali per menit,
untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi, gunakan sarung tangan
untuk proteksi, batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung, monitor
(Corwin, 2009).
aktivitas secara mandiri, tidak ada tanda-tanda hipoksia, tekanan darah dalam
bantu aktivitas seperti kursi roda, krek, bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai, bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang, bantu
monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual. Tujuan dari aktivitas latihan
dengan agen cidera biologis (adanya peningkatan tekanan darah). Pada kasus
control nyeri masa lampau, bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak
D. Implementasi
tirah baring agar pasien selalu istirahat yang cukup, kolaborasi dalam
terapi rendam kaki air hangat selama 30 menit untuk melancarkan peredaran
terapi rendam kaki air hangat tekanan darah Ny. T 180/100 mmHg dan hari
kepada pasien agar terapi rendam kaki ini menjadi salah satu alternatif pilihan
disaat ingin menstabilkan tekanan darah saat kondisi pasien di panti sasana
tresna wredha dharma bhakti wonogiri. Hasilnya akan lebih baik jika
turun saat diberikan terapi rendam kaki air hangat. Hal tersebut karena terapi
rendam kaki air hangat dapt menurunkan tekanan darah sistolik dan diatolik
pada pendrita hipertensi, dengan terapi rendam kaki air hangat akan
menciptakan suasana yang lebih rileks. Manfaat terapi rendam kaki air hangat
ini adalah efek fisik panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat,
dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkaan reaksi
pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis
yang dipergunakan untuk keperluan terapi ada berbagai kondisi dan keadaan
Menurut Destia, dkk (2014) dalam Santoso, dkk, (2015), prinsip kerja
terapi rendam kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara
mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus
aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang
otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ
Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar blum terbuka.
sehingga dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar
turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya pelebaran pembuluh darah
yang signifikan antara terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan
81
tekanan darah sistolik dan diastolik (Perry & Potter, 2006 dalam Santoso,
dkk, 2015).
mengatakan kepalanya sudah tidak pusing lagi, pasien tampak lebih nyaman
dan tenang setelah dilakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat,
pada kondisi klien yang lebih rileks yang terjadi adalah penurunan tekanan
rendam kaki menggunakan air hangat (Destia, dkk 2014 dalam Santoso, dkk,
kegiatan TAK yang dilakukan setiap pagi, pada saat kegiatan tersebut Ny.T
tidak bisa beristirahat dan setelah diberikan edukasi pada Ny.T pasien dapat
perencanaan berdasarkan teori sehingga antara teori dan kenyataan tidak ada
kesenjangan.
untuk menurunkan nyeri, dimana teknik relaksasi nafas dalam adalah salah
Syaiful & Rachmawan (2014) teknik relaksasi nafas dalam terbukti sangat
efektif untuk menurunkan nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga sangat
melibatkan sistem otot dan respirasi tidak membutuhkan alat lain sehingga
mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu dan dapat digunakan dalam
jangka waktu relatif lebih lama. Penulis melakukan teknik relaksasi nafas
dalam ini selama 3 hari pengelolaan, dan selama 1 hari berikan teknik
83
data sebagai berikut pada hari pertama skala nyeri 6, hari kedua skala nyeri 5,
hari ketiga skala nyeri 4. Hal ini sesuai dengan teori dalam jurnal Syaiful &
E. Evaluasi
wredha dharma bakti Wonogiri dimulai sejak hari Selasa tanggal 05 Januari
pada punggung dan sedikit merasakan nyeri di kepala, data obyektif pasien
tampak sedikit lebih segar, warna kulit pasien sudah sedikit tidak pucat lagi,
capilary refile 4 detik kembali, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi
71 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali per
kaki air hangat selama 30 menit, monitor tekanan darah sesudah diberikan
terapi rendam kaki air hangat, anjurkan pasien untuk mempertahankan tirah
tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan, tidak ada
tekanan darah dan mengurangi nyeri. Sebelum dilakukan rendam kaki air
hangat tekanan darah Ny.T 180/100 mmHg dan setelah dilakukan terapi
rendam kaki selama 3 hari dan per hari 1 kali, tekanan darah Ny.T menjadi
140/90 mmHg, skala nyeri menjadi 4 dan pasien dapat melakukan aktivitas
dkk, 2015), rendam kaki akan efektif jika dilakukan selama 1 bulan. Tindakan
yang dilakukan penulis juga dipengaruhi oleh diet akan rendah garam yang
wredha dharma bakti wonogiri dimulai sejak hari Selasa tanggal 05 Januari
seperti makan, mandi dan berpakaian. Pasien mengatakan sudah lebih rileks
dan tenang, data obyektif pasien tampak lebih segar dan bugar tekanan darah
140/90 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius,
85
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR, mampu melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri, tanda-tanda vital normal, mampu berpindah dengan atau
tanpa bantuan alat, hasilnya tidak sesuai karena ekstremitas bawah pasien
dharma bakti wonogiri dimulai sejak hari Selasa tanggal 05 Januari 2016
hasil evalusi data subyektif pasien mengatakan kepalanya sudah sedikit tidak
nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak lebih rileks tekanan darah
140/90 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius,
86
beri posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul.
Hal ini menyatakan masalah nyeri akut teratasi sebagian dan lanjutkan
intervensi.
A. Kesimpulan
Panti Sasana Tresna Wredha Dharma Bhakti Wonogiri, maka dapat ditarik
1. Pengkajian
obyektif pasien terlihat lemas, warna kulit pasien tampak pucat, pasien
Tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 71 kali per menit, suhu 37
2. Diagnosa Keperawatan
87
88
3. Intervensi
selama 30 menit.
4. Implementasi
terapi rendam kaki air hangat merupakan salah satu tindakan untuk
5. Evaluasi
6. Analisa Tindakan
mmHg. Tetapi penulis tetap melakukan terapi rendam kaki air hangat
B. Saran
dengan cara non-farmakologi yaitu dengan terapi rendam kaki air hangat
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. EGC. Jakarta