Distribusi Jaringan Tegangan Menengah
Distribusi Jaringan Tegangan Menengah
Disusun Oleh :
Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar 2.2 Adalah sistem distribusi
yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat sebuah feeder
yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial
Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.4 adalah suatu pola kombinasi jaringan dari
pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa feeder yang tegangannya
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu
Hubung (GH).
Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Hantaran Penghubung Sistem ini memiliki minimal
dua feeder sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic
Transfer Switch, setiap feeder terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut
sehingga bila salah satu feeder mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di
pindah ke feeder lain.
4. Tiang
4.1. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah
pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan
sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
4.2. Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.
Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih
diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton.
Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan
transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah
tersebut belum ada pabrik tiang beton.
4.3. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh
PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya
termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.
SPESIFIKASI TEKNIS MATERIAL
1. Jenis Isolator
Isolator tumpu dan isolator tarik yang digunakan dapat dengan material dasar
keramik atau gelas ataupun polimer. Dimensi dan kekuatan jenis-jenis isolator
tumpu dan tarik dapat dilihat pada gambar konstruksi
2. Jenis Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat
penghantar. Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :
a. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus)
b. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan)
c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka pasang)
Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan
penghantar pada posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor yang
digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pencabangan.
Live Line connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk pekerjaan
dalam keadaan bertegangan (PDKB).
3. Peralatan Hubung (Switching)
Pada jaringan SUTM digunakan juga peralatan switching untuk optimasi operasi
distribusi. Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :
1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)
2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)
4. Peralatan Proteksi Jaringan SUTM
1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )
2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)
4. Penghantar tanah (Shield Wire)
KONSTRUKSI SKUTM
1. Penggunaan SKUTM
Saluran kabel udara Tegangan Menengah adalah saluran udara Tegangan
Menengah yang menggunakan kabel sebagai sarana penghantar.
Terdapat dua jenis kabel yang dipakai :
Kabel udara dengan ketahanan isolator 6 kV / half insulated AAAC S yang
berukuran 150 mm dan 70 mm.
Kabel udara dengan ketahanan isolator penuh / 24 kV / Fasa Fasa ) dari jenis
NFA2XSEY T, berukuran ( 3 x 150 A1 + 90 SE ) dan 9 3 x 70 A1 + 70 SE ).
2. Konstruksi Kabel Udara AAAC 5
Konstruksi Jaringan yang memakai Penghantar AAAC S sama dengan AAA C
murni. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila melakukan penggantian AAAC
menjadi AAAC S, mengingat beban massa jaringan bertambah 37 %. Perlu
diprtimbangkan pemasangan penopang tiang / Guy wire pada tiang tiang
sudut dan tiang akhir.
3. Konstruksi Kabel Udara Twisted
Mengingat berat massa kabel ini, kekuatan tiang untuk SKUTM memakai tiang
350 daN. Jenis konstruksinya terbagi atas fungsi tiang pada jaringan.
a) Konstruksi Tiang Awal
Pada konstrtuksi ini digunakan kotak ujung ( Cable Terminator ) dan Lightning
Arrester 10 kA dengan kekuatan tiang awal sekurang kurangnya 500 daN.
Dead End Clamp / Strain Clamp dengan kelengkapannya sebagai penarik
pemikul / Messenger SKUTM. Nilai tahanan pembumian Lightning Arrester tidak
melebihi 1 ohm.
b) Konstruksi Tiang Penumpu ( Live Role )
Tiang penumpu memakai konstruksi Line Role dengan Suspension Clamp dan
Suspension Bracket dan kelengkapannya.
Tiang penumpu dapat berfungsi sebagai tiang sudut dengan dan besarnya sudut
lintasan 0 - 15.
c) Konstruksi Tiang Sudut Kecil ( 15 s/d 30 )
Pada konstruksi ini pada sudut lintasan 15 s/d 30 digunakan dua buah
Suspension Clamp pada komponen tambahan, Yoke. Komponen pelengkapnya
sama dengan konstruksi tiang penumpu dan penopang tiang 9 Guy Wire ).
d) Konstruksi Tiang Sudut Sedang ( 30 s/d 45)
Dua buah Suspension Clamp, satu buah Yoke tetap digunaka, namun ditambah
satu buah Yoke berbentuk segi tiga yang digantung Pole Bracket.
e) Konstruksi Tiang Sudut Besar ( 45 s/d 90)
Untuk sudut lintasan antara 45 s/d 90 harus memakai konstruksi Double Dead
End yaitu dua konstruksi pada tiang awal.
f) Konstruksi Tiang Akhir
Konstruksi tiang akhir sama dengan tiang awal. Kabel diterminasi dengan
dihubungkan ke Lightning Arrester 10 KA.
Kekuatan tiang akhir sekurang kurangnya 500 daN.
g) Konstruksi Tiang Peregang dan Sambungan Kabel
Tiang peregang ( Tension Pole ) memakai dua jenis konstruksi Dead End
sebagaimana pada tiang awal dan tiang akhir. Kekuatan tiang yang dipakai sama
dengan kekuatan tiang awal dan akhir.
Konstruksi tiang peregang dapat digunakan sebagai titik sambung antara dua
penghantar SKUTM. Bulusan / kotak sambung kabel ditopang sedemikian rupa
sehingga tidak menahan beban mekanis dan pada posisii lurus. Pada titik
sambungan kabel Twisted TM diberi cadangan sekurang kurangnya 3 meter
sebagai penghantar pada gawang jaringan.
h) Konstruksi Sambungan Antara SUTM dan SKUTM pada Kabel Twisted
Sambungan antara SUTM dan SKUTM kabel Twisted harus memakai kotak ujung
/ Cable Terminator pada kabel Twisted dan Lightning Wrrester 10 KA. Posisi
kotak ujung kabel harus tegak lurus dan tahanan Pembumian Lightning Arrester
tidak melebihi 1 ohm.
i) Konstruksi Tiang Pencabangan
Untuk SKUTM yang menggunakan kabel AAAC S / half in Sulated ketentuan
konstruksi sama dengan SUTM yang menggunakan AAAC.
Pada SKUTM yang menggunakan kabel Twisted, sadapan pencabangan harus
dilengkapi dengan Lightning Arrester 10 KA.
j) Ikatan AAAC S pada Isolator Tumpu
Mengingat AAAC S adalah kabel, maka efek Transformator terhubung singkat
akan timbul pada ikatan kabel / bending wire dan Isolator, sehingga kabel dapat
putus. Perlu diperbaiki metode pengikatan kawat pengikat / Bending Wire pada
Isolator tumpu ini.
4. Ruang Bebas dan Jarak Aman
Ruang Bebas ( Right of Way ) dan jarak aman ( Safety Clearence) pada konstruksi
SKUTM harus tetap memenuhi syarat keamanan lingkungan dan keandalan.
SKUTM yang menggunakan kabel Twisted, jarak aman sekurang kurangnya 60
cm, dan ROW kabel tidak boleh bersentuhan dengan pohon / bangunan. Pada
titik sambungan SKUTM kabel Twisted dan SUTM AAAC, jarak aman sama
dengan ketentuan pada SUTM AAAC.
5. Konstruksi Saklar Tiang dan Peralatan Proteksi
Setiap pemakaian saklar tiang harus dilengkapi dengan Lightning Arrester 10 KA
pada kedua sisi saklar. Demikian juga pada konstruksi yang memakai peralatan
proteksi ( pemutus balik / Recloser jarak seksi otomatis / Sectionalized ).
Semua bagian konduktif terbuka harus di bumikan dapat menjadi satu dengan
Penghantar Pembumian Lightning Arrester.
KOMPONEN UTAMA KONSTRUKSI SKTM
1. Penandaan Kabel SKTM
Menggunakan kode pengenal dari masing-masing bahan pada kabel dimulai dari
bagian paling dalam (inti) sampai dengan bagian paling luar (Selubung Luar)
KONSTRUKSI SKTM
Bila saat instalasi kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk pemenuhan jarak
aman tersebut diatas, pelaksanaan akhir harus ditambahkan penguatan struktur
pelindung dan dengan sepengetahuan PEMDA.
Jenis Konstruksi SKTM bawah tanah pada garis besarnya dibedakan atas sistem
tanam langsung (direct buried cable) menggunakan pipa saluran/ducting atau
terowongan (tunneling cable). Dasar pemilihan jenis konstruksi ini secara ringkas
dapat dilihat sebagai berikut.
Sebelum kabel diletakan pada galian, untuk mengantisipasi dissipasi panas dan
kelenturan, galian harus di lapisi pasir setebal 10 cm terlebih dulu; demikian
juga setelah diletakan untuk kemudian ditutup dengan batu pengaman dengan
tebal 6 cm. Batu pengaman yang berwujud lempengan beton harus diberi
tanda PLN 20 kV. Untuk peletakan lebih dari 1 kabel, diantara kabel juga harus
disekat dengan batu pengaman setebal 6 cm. Saat konstruksi harus
diperhatikan struktur tanah setempat, bilamana diperlukan dindingnya perlu
ditopang, agar tepinya terhindar dari longsor.
Konstruksi SKTM Tanam Langsung di bawah Trotoar atau Jalan Lingkungan.
Konstruksi SKTM dibawah trotoar berbeda dengan dibawah tanah biasa atau
taman. Sebelum SKTM digelar, harus memperhitungkan konstruksi trotoar,
sehingga kedalaman galian disesuaikan menurut tabel 8.4.
Pada konstruksi jalan lingkungan dengan kedalaman galian yang sama, sebagai
antisipasi akibat beban untuk mencegah terjadinya deformasi kabel TM yang
berpengaruh dan beresiko terhadap kerusakan kabel, maka seluruh galian diisi
dengan pasir urug. Struktur jalan lingkungan harus dikembalikan sesuai kondisi
semula.
Dalam hal pemotongan jalan tidak dijinkan atau tidak memungkinkan oleh
PEMDA, pelaksanaan crossing harus dilakukan dengan membuat bor atau
terowongan melintang jalan.
Pembuatan sistem bor atau terowongan dapat dengan cara manual atau
mesin.
Segera setelah pekerjaan bor selesai segera dilakukan pemasangan pipa besi
minimal 6 Inci untuk pelintasan kabel TM. Kedalaman persilangan untuk jalan
raya ini minimal sama dengan untuk jalan kereta api, kecuali bila ditetapkan
khusus oleh PEMDA/PJKA .
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang paling
dekat dengan pelanggan/ konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan dis-
tribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan jaringan transmisi
dan jumlah gangguannya (sekian kali per 100 km pertahun) juga paling tinggi
dibandingkan jumlah gangguan pada saluransaluran transmisi. Jaringan
distribusi seperti diketahui terdiri dari jaringan distribusi tegangan menengah
(JTM) dan jaringan distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan distribusi
tegangan menengah mempunyai tegangan antara 3 kV sampai 20 kV. Pada saat
ini PLN hanya mengembangkan jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV.
Jaringan distribusi tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara
tegangan menengah dan kabel tanah. Pada saat ini gangguan pada saluran
udara tegangan menengah ada yang mencapai angka 100 kali per 100 km per
tahun. Sebagian besar gangguan pada saluran udara tegangan menengah tidak
disebabkan oleh petir melainkan oleh sentuhan pohon, apalagi saluran udara
tegangan menengah banyak berada di dalam kota yang memiliki bangunan-
bangunan tinggi dan
a. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1
fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran
distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat
dikelompokkan atas dua hal, yaitu :
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR
atau pengatur tap pada trafo distribusi.
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surjapetir. Dari
ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan
berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung
singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu
kepada gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang
cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini.
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling
sederhana, yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu.
Batang logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos (post type
insulator) dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi,
sedangkan batang logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar isolator
jenis pos yang langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah kedua batang
logam tersebut disesuaikan dengan tegangan percikan untuk suatu bentuk
gelombang tegangan tertentu. Pada tabel di bawah ini memperlihatkan
panjang celah yang diizinkan pada suatu tegangan sisitem.
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini
diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator
batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada ujung kawat
penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan ground
(tanah) yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur api tidak akan
mengenai isolator saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas dan
bawah diatur sekitar 75-85 % dari panjang isolator keseluruhan. Tegangan
loncatan api untuk isolator gandengan dengan tanduk api ditentukan oleh jarak
tanduk tersebut. Untuk jelasnya lihat gambar
Alat pengaman celah sekring ini merupakan gabungan antara celah batang (rod
gap) dengan sekring yang dihubungkan secara seri. Penggabungan ini
digunakan untuk menginterupsikan arus susulan (power follow current) yang
diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu celah sekring mempunyai
karakteristik yang sama dengan celah batang, dan alat ini dapat
menghindarkan adanya pemutusan jaringan sebagai akibat percikan, serta
memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai. Kecuali itu
agar supaya penggunaannya efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara
waktu leleh sekring dengan waktu kerja rele pengaman.
d. Alat Pengaman Celah Kontrol (control gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur
sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau dari
segi lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik dari
celah batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama atau tanpa sekring;
meskipun alat ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau sekunder,
dan dianggap sekelas dengan celah batang.
Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-masing
diletakkan diatas isolator. Celah yang dibuat oleh kedua batang besi itu, satu
batang dihubungkan langsung dengan kawat penghantar jaringan sedangkan
yang lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang langsung terhubung ke
ground (tanah). Celah tanduk ini biasanya bekerja pada saat terjadi tegangan
loncatan api pada celahnya. Ketika tegangan surja mencapai 150 200 % dari
tegangan nominal jaringan, maka akan terjadi pelepasan langsung pada celah
dan langsung diteruskan ke ground melalui resistor. Fungsi dari celah tanduk ini
untuk pemutus busur api yang terjadi pada saat tegangan lebih. Busur api
cenderung naik akibat panas yang terlalu tinggi, juga disebabkan peristiwa arus
loop sebesar mungkin pada sisi lain membuat tembus rangkaian magnit
maksimum. Hanya celah tanduk sebagai arrester jauh dari memuaskan yang
seringkali busur api yang tak perlu. Pengaman ini tidak cukup karena dapat
dibandingkan dari nilai pelepasan yang rendah resistor. Dan ini tidak selalu
menahan secara dinamis busur api yang mengikuti pelepasan peralihan
(transient discharge). Akibatnya salah satu pada keadaan tetap tanduk ground
atau dibinasakan oleh celah. Oleh sebab itu celah tanduk arrester sekarang
hampir tidak diapakai lagi sebagai alat pengaman petir.
2. Alat Pengaman Tabung Pelindung (protector tube)
Alat pengaman tabung pelindung ini terdiri dari : (1) tanduk api (arcing horn)
yang dipasang di bawah kawat penghantar, yang terhubung dengan tabung
fiber. (2) Tabung fiber yang terdiri dari elektroda atas yang berhubungan
dengan tanduk api dan elektroda bawah yang berhubungan langsung dengan
tanah (ground). Apabila tegangan petir mengalir ke kawat penghantar, maka
akan terjadi percikan api antara kawat penghantar dengan tanduk api. Percikan
api akan mengalir dari elektroda atas ke elektroda bawah. Karena panas tabung
fiber akan menguap disekitar dindingnya, sehingga gas yang ditimbulkan akan
menyembur ke percikan apai dan memadamkannya. Alat pengaman tabung
pelindung ini digunakan pada saluran transmisi untuk melindungi isolator dan
mengurangi besarnya tegangan surja yang mengalir pada kawat penghantar.
Selain itu digunakan juga pada gardu induk untuk melindungi peralatan
disconnect switches, ril bus, dan sebagainya.
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan
peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran
petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan.
Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap
tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman
ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator. Oleh karena
itu lightning arrester merupakan alat yang peka terhadap tegangan, maka
pemakaiannya harus disesuaikan dengan tegangan sistem. Arrester petir atau
disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan system tenaga
listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini
berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi
surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ketanah. Disebabkan
oleh fungsinya, Arrester harus dapat menahan tegangan system 50 Hz untuk
waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa
mengalami kerusakan. Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi.
Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Selain
melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih
external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan
lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci
dalam koordinasi isolasi suatu system
tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan
muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai
peralatan dalam gardu induk. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester
adalah sebagai berikut :
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan system di mana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester. Pada prinsipnya
arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul
tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester
berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul
yang mempunyai sifat khusus, yaitu tahanannya kecil sekali bila tegangannya
dan arusnya besar. Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama
tegangan lebih mencapai harga puncak. Tegangan lebih dalam hal ini
mengakibatkan penurunan drastis pada tahanan sehingga jatuh tegangannya
dibatasi meskipun arusnya besar. Bila tegangan lebih habis dan tinggal
tegangan normal, tahanannya naik lagi sehingga arus susulannya dibatasi kira
kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu
tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini
bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini didapatkan nama
tahanan kran. Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang cukup
besar (200300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini,
baik amplitude maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadaman
dapat dilakukan sebelum tegangan system mencapai harga nol. Tegangan
dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester adalah tegangan
maksimum sistem, dimana lightning arrester ini harus mempunyai tegangan
dasar maksimum tak melebihi tegangan dasar maksimum dari sis-tem, yang
disebut dengan tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100 %.
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan
terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari
batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau
beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana
bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di
Gardu Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan
yang sama dengan pemutus beban tadi.
Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam
satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse
cut out sebanyak tiga buah. Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian
yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Sebab fuse cut out boleh dikatakan
hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan
besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat
tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan
pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity)
yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut.
Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat
perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari
bahanbahan tersebut. Mengingat kawat perak memiliki konduktivitas 60,6
mho/cm lebih tinggi dari kawat tembaga, dan memiliki temperatur 960 C,
maka pada jaringan distribusi banyak digunakan. Kawat perak ini dipasangkan
di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur
api, dan menghubungkan kawat
tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya. Jenis fuse cut out
ini untuk jaringan distribusi dugunakan dengan saklar pemisah. Pada ujung atas
dihubungkan dengan kontak-kontak yang berupa pisau yang dapat dilepaskan.
Sedangkan pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Kalau arus
beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di dalam
tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan.
Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir
yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di dalam
porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena
diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap
oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga
arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena
adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari
kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai
saklar pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari
gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat. Umur dari fuse cut out
initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang melalui fuse cut out
tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih pendek.
Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi hendaknya
yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih
kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang diperkenankan. Fuse cut out ini
biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi, dan
pengaman pada cabangcabang saluran feeder yang menuju ke jaringan
distribusi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Schneider Electric Industries SAS. 2015. Medium Voltage Switchgear & Products on the
MV Network. France .
Ziari Iman.2012.Planning of Distribution Networks for Medium Voltage and Low
Voltage.Australia.
Kenzelmann Stephan.2012.Modular DC/DC Converter for DC Distribution and Collection
Networks. Suisse.
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia.2010.Buku 5: Standar Konstruksi
Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik. PT. PLN Persero. Jakarta Selatan.