Frozen Vegetables
Market Brief
ITPC Osaka
Daftar Isi
Kata Pengantar 3
Peta Jepang 4
I. Pendahuluan 5
1. Pemilihan Negara 5
2. Pemilihan Produk 5
3. Profil Jepang 6
II. Potensi Pasar Jepang 10
1. Ekspor Impor Sayur Beku Jepang - Dunia 15
2. Potensi Pasar Ekspor Sayur Beku di Jepang 13
3. Kebijakan Impor Sayur Beku di Jepang 19
4. Saluran Distribusi Sayur Beku di Jepang 12
1
Daftar Tabel dan Gambar
2
KATA PENGANTAR
ITPC Osaka mengucapkan puji syukur pada hadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
dapat menyelesaikan Market Brief: HS 0710 Frozen Vegetables untuk Edisi pada bulan
Pebruari 2013 ini. Market brief (MB) merupakan kajian singkat yang memberikan gambaran
kondisi dan potensi pasar komoditi Frozen Vegetables di Jepang. Adapun isi dari MB ini dibuat
berdasarkan acuan Outline Market Intelligence dan Market Brief yang disampaikan kepada
seluruh Perwakilan Luar Negeri Kementerian Perdagangan tanggal 8 Maret 2011 di Hotel
Borobudur, Jakarta.
Selain merupakan bagian dari tugas dan fungsi perwakilan luar negeri, MB disusun untuk
memberikan informasi terkini mengenai pasar suatu komoditi, peraturan impor di negara
akreditasi setempat, potensi pasar, negara pesaing, strategi penetrasi pasar dan informasi
penting lainnya. Sehingga diharapkan secara tidak langsung MB ini dapat menjadi informasi
Akhir kata ITPC Osaka mengharapkan kiranya informasi dalam MB ini dapat bermanfaat
bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dan para pelaku usaha dalam menentukan strategi
3
PETA JEPANG
Luas daratan Jepang 378.000 km2, yaitu 1/25 dari luas Amerika Serikat (bandingkan dengan luas
daratan Indonesia 2.027.087 km2).
Jepang berbatasan dengan Rusia di sebelah barat, Korea Utara dan Korea Selatan di bagian
selatan dan China di bagian barat daya.
Empat pulau utama adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu.
4
BAB I. PENDAHULUAN
1. Pemilihan Negara
Jepang sebagai Negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia, dikarenakan Jepang
menduduki peringkat pertama sebagai tujuan ekspor non migas Indonesia dan urutan kedua
sebagai Negara asal impor non migas setelah China. Pada periode Januari November 2011,
menurut data yang diperoleh dari kementerian perdagangan RI, bahwa Selama periode
Januari-Nopember 2011 neraca perdagangan Jepang dengan Indonesia surplus bagi Indonesia
sebesar US$ 15,02 miliar, meningkat 14,25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,
sebesar US$ 13,15 miliar. Total perdagangan periode Januari-Nopember 2011 tercatat sebesar
US$ 46,94 miliar, atau meningkat 11,83% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,
sebesar US$ 41,98 miliar. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor Jepang ke Indonesia
sebesar US$ 15,96 miliar, atau meningkat 10,72% dibanding periode yang sama tahun 2010,
yaitu sebesar US$ 14,41 miliar, dan impor Jepang dari Indonesia sebesar US$ 30,98 miliar, atau
meningkat sebesar 12,40% dibanding periode yang sama tahun 2010, sebesar US$ 27,56
miliar.
Berdasarkan data statistic Japan Customs, menyatakan bahwa nilai ekspor non migas
Jepang ke Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar US $ 15,84 milyar dan impor non migas
Jepang dari Indonesia sebesar US $ 18,32 milyar, sehingga Jepang mengalami deficit sebesar US
$2,48 milyar.
Produk ekspor non migas utama Indonesia ke Jepang adalah (1) copper ores and
concentrates; (2) coal;briquettes;avoid and similar solid fuels manufactured from coal; (3)
nickel; (4) natural rubber, (5) refined copper and copper alloys; (6) plywood; (7) paper and
paperboard, uncoated, for writing; (8) insulated wire, cable and other insulated electrical
conductors; (9) crustaceans, live, fresh, chilled, frozen dan (10) unwrought almunium.
(kemendag)
Sedangkan untuk produk dari Jepang, Indonesia mengimpor beberapa produk yaitu (1)
incompletely knocked down motor vehicles; (2) part accessories of motor vehicles; (3) self-
propelled bulldozers , angledozers; (4) parts, suitable for use solely or principally with the
engines; (5) motor vehicles for the transport of goods; (6) transmission shafts and
cranks;bearing housings; (7) flat-rolled products of iron on non-alloy steel; (8) refined copper
and copper alloys; (9) tubes, pipes and hollow profiles, seamless of iron dan (10) parts, suitable
for use solely or principally with the machinery. (kemendag)
2. Pemilihan Produk
Kebutuhan untuk sayuran beku yang diproses menjadi bentuk yang mudah digunakan
bagi pengguna yang stabil, dari segi komoditas pangan industri jasa, karena permintaan untuk
hidangan disiapkan dan pengolahan bahan baku primer meningkat, sayuran beku pasar secara
5
keseluruhan sedang berkembang. Konsumsi sayuran beku dalam rumah tangga secara umum
meningkat sebagai akibat dari preservability tinggi dibandingkan dengan sayuran segar,
persiapan mudah, dan kemampuan untuk menggunakan sejumlah kecil.
3. Profil Jepang
a. Geografi
Berdasarkan kondisi geografis Jepang, Jepang terdiri dari 47 perfektur yang
dikelompokkan menjadi 9 kawasan yaitu Hokkaido, Tohoku, Kanto,Chubu, Kinki,
Chugoku,Shikoku, Kyushu dan Okinawa. Sedangkan kota utama Jepang yaitu Tokyo,
Osaka, Kobe, Kyoto, Sapporo,Sendai, Nagoya, Hiroshima dan Fukuoka.
b. Pemerintahan
Jepang merupakan negara constitutional monarchy dimana kekuasaan Kaisar sangat
terbatas. Disini Kaisar hanya sebagai simbol negara dan persatuan dabgi rakyat Jepang.
Kekuasaan tertinggi pemerintahan terletak pada Perdana Menteri . Sedangkan untuk
badan legislatif di Jepang adalah adalah National Diet yang terdiri dari House of
Representatives dan House of Councillors.
c. Demografi
Populasi penduduk Jepang per 1 Oktober 2010 mencapai 128.957.352 jiwa. Data ini
relatif stabil, meningkat 0.2% dari data tahun 2005, atau mengalami peningkatan 0.05%
secara anual. Angka ini merupakan peningkatan yang terendah sejak sensus penduduk
dimulai pada tahun 1920. Berdasarkan kategori jenis kelamin, populasi penduduk pria
berjumlah 62.327.737 (48.7% dari total populasi) dan penduduk wanita berjumlah
65,729,615 (51.3%). Populasi penduduk asing yang tinggal di Jepang pada tahun 2010
adalah 1.646.000 jiwa, meningkat 5.9% dari tahun 2005.
Presentase penduduk yang berusia 65 tahun keatas meningkat dari 20.2% ke 23.0%.
Populasi penduduk berusia 15 tahun adalah 16.803.000 (13.2% dari total populasi),
mereka yang berusia 15-64 tahun berjumlah 63.8% dan mereka yang berusia 65 tahun
keatas berjumlah 29.246.000 jiwa (23% dari total populasi). Populasi berusia 15 tahun
berkurang sebanyak 718.000 jiwa (4.1%) dari tahun 2005, dan mereka yang berusia
15064 tahun menurun sebanyak 3.061.000 jiwa (3.6 %). Populasi mereka yang berusia
65 tahun keatas meningkat sebanyak 3.574.000 jiwa (13.9%). Persentasi penduduk yang
berusia 65 tahun keatas di Jepang merupakan tertinggi di dunia.
6
Gambar 2: Populasi yang didasarkan pada usia dan jenis kelamin di Jepang tahun 2010
Source: Statistics Bureau of Japan (2010 Japan Census)
Populasi terbesar adalah sepanjang pesisir Pasifik di mana cuaca ringan dengan fasilitas
transportasi dan industri yang sangat berkembang. Bahkan,sekitar 70% dari penduduk
tinggal di dataran pantai antara Tokyo dan bagian utara Kyushu. Hal ini mengakibatkan
majunya industrialisasi disertai dengan pergeseran penduduk ke arah kota-kota besar
dan ditandai penurunan populasi di daerah pertanian.
Tokyo menduduki peringkat pertama dalam peningkatan populasi (4.6%), disusul oleh
Kanagawa-ken (2.9%) dan Chiba-ken (2.6%). Tercatat 9 prefektur mengalami
peningkatan populasi sejak tahun 2005 hingga 2010.
7
Jumlah rumah tangga yang beranggotakan 1 orang berjumlah 16.785.000, merupakan
kategori terbesar dalam pembagian populasi Jepang berdasarkan jumlah keluarga dalam
satu rumah tangga. Jumlah total rumah tangga di Jepang sebanyak 51.950.504 per 1
Oktober 2010. Jumlah rumah tangga yang beranggotakan 3 orang dan kurang dari 3
orang meningkat, sedangkan jumlah rumah tangga yang beranggotakan 4 orang keatas
menurun. Penduduk yang berusia 65 tahun keatas 1 per 10 pria hidup sendiri sedangkan
1 per 5 wanita hidup seorang diri. Jumlah persentasi penduduk berusia 65 tahun keatas
dan tinggal sendiri meningkat. Sebesar 11.1% untuk pria dan 20.3% untuk wanita.
Pada tahun 2006, tingkat harapan hidup di Jepang adalah 81,25 tahun, dan merupakan
salah satu tingkat harapan hidup tertinggi di dunia. Namun populasi Jepang dengan
cepat menua sebagai dampak dari ledakan kelahiran pascaperang diikuti dengan
penurunan tingkat kelahiran.
Masyarakat Jepang homogen dalam etnis, budaya dan bahasa, dengan sedikit populasi
pekerja asing. Di antara sedikit penduduk minoritas di Jepang terdapat orang Korea
Zainichi, Cina Zainichi, orang Filipina, orang Brazil-Jepang, dan orang Peru-Jepang. Pada
2003, ada sekitar 136.000 orang Barat yang menjadi ekspatriat di Jepang.
d. Infrastruktur
Berdasarkan data tahun 2008, sebanyak 46,4 % energy di Jepang berasal dari minyak
bumi, 21,4 % batu bara,16,7 % gas alam, 9,7 % tenaga nuklir,dan 2,9% tenaga air.
Sebesar 25,1 % listrik jepang dipasok oleh tenaga nuklir. Transportasi utama di jepang
adalah kereta yang sangat tepat waktu dan aman bagi konsumen. Jepang memiliki 173
bandara, untuk penerbanan domestik terbesar adalah Haneda airport, dan untuk
penerbangan internasional adalah Narita International Airport, Kansai International
Airport,dan Chubu Centrair International Airport dan untuk pelabuhan terbesarnya
adalah Nagoya Airport.
e. Ekonomi
Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju
didunia. Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah
ekonomi terbesar kedua di Asia (Dibawah China) dan ketiga didunia (Selain AS dan
China). Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki
semangat berkarya yang tinggi sehingga walaupun bangsa mereka bukan bangsa
8
penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam
sejarah dunia.
Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan dan kemajuan Jepang ialah karena Jepang
memiliki kultur dan watak penduduk yang mau bekerja keras, pantang menyerah,
berjiwa wirausahawan sejati, berani dan sangat berdisiplin. Data dari PBB ditahun 2011,
Jepang memiliki GDP perkapita $37,039 dan GNP perkapita $30.455, dengan demikian
Jepang berada diurutan ke 21 negara dengan GDP dan GNP perkapita terbesar didunia.
Ekonomi Jepang adalah ekonomi no.3 yang tercepat sepanjang sejarah modern umat
manusia selain ekonomi Korea Selatan dan China. Tonggak kebangkitan dan kemajuan
ekonomi Jepang dimulai sesaat setelah Jepang dikalahkan Sekutu dalam perang Dunia
ke-2. Saat kota-kota dan ekonomi yang pernah dibangun Jepang sebelum 1945 hancur,
bangsa Jepang membangun negaranya hanya dengan modal dengkul ditambah
semangat kerja, etos kerja dan kedisiplinan. Tak perlu waktu yang lama, mereka mampu
membangun kembali ekonomi dan negerinya menjadi salah satu yang raksasa ekonomi
global.
Ekonomi Jepang yang bertumbuh dengan cepat, dalam sekejap telah mampu
menembus pasar internasional sekaligus menumpas pameo lama produk Jepang enak
dipandang, cepat dibuang. Sejak akhir tahun 1950-an produk-produk manufaktur
Jepang telah menyaingi produk-produk manufaktur AS dan negara-negara Eropa
sehingga dibeberapa negara terjadi anti-Jepang dan pelarangan produk-produk Jepang.
Meskipun begitu, Jepang tetap percaya diri dan membuktikan bahwa bangsa mereka
adalah yang unggul.
Walaupun Jepang negara maju, negara ini tidak melupakan bidang usaha lain seperti
pertanian, perikanan dan peternakan. Pertanian di Jepang tergolong maju dan
menerapkan intensifikasi pertanian, sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang
dijadikan lahan pertanian kurang dari 15 % Jepang dapat berswasembada memenuhi
kebutuhan domestiknya.
9
BAB II. POTENSI PASAR JEPANG
Kondisi pasar Jepang untuk fresh vegetables dan frozen vegetables dilihat dari
klasifikasinya dan no. HS nya adalah sebagai berikut:
Sampai sekitar tahun 1990, konsumsi sayuran di Jepang telah stabil berfluktuasi sekitar
110 kg per orang per tahun, meskipun pasca-1990-an, kecenderungan terlihat meningkat pada
sayuran hijau dan kuning, konsumsi sayuran secara keseluruhan kecenderungan menurun.
Konsumsi tahunan per orang tahun 1990 adalah 107,8 kg, dan 96,2 kg pada tahun 2005 atau
turun sekitar 10% dalam 15 tahun. Sebagian alasan-alasannya adalah sebagai berikut
penurunan konsumsi sayuran berat yang sering digunakan dalam makanan Jepang, seperti kubis
Cina dan lobak, sebagai akibat dari perkembangan lebih lanjut dari westernisasi diet,
penurunan peluang memasak sayuran sebagai akibat dari perkembangan diet lebih nyaman, dan
berkembangnya pola makan menuju diet eksternal, seperti makan di luar (makan di luar
rumah) dan pengganti masakan (menggunakan produk makanan instant) di mana proporsi
sayuran kecil. Selanjutnya, dibandingkan dengan proporsi penurunan konsumsi, dapat dipahami
bahwa sejak proporsi penurunan produksi dalam negeri lebih besar, perbedaan ini dikompensasi
oleh impor.
10
Tabel 2. Tren produksi dan konsumsi sayuran di Jepang
Menurut sebuah studi oleh Asosiasi Makanan Beku di Jepang, konsumsi sayuran beku
pada tahun 2005 adalah 878.851 ton, meskipun itu adalah struktur di mana hampir 90% dari
total konsumsi bergantung pada impor. Untuk sayuran beku yang diproduksi di dalam negeri,
volume produksi kentang Hokkaido, labu, dan sejenisnya cukup signifikan dan menyumbang
80% atau lebih sayuran beku yang diproduksi di dalam negeri. Selain itu, komoditas menjadi
lebih beragam adanya produksi sayuran berdaun, seperti produksi bayam Kyushu. Dalam hal
volume, peningkatan produksi komoditas bayam, labu, dan sejenisnya terlihat signifikan.
Sehubungan dengan konsumsi rumah tangga, talas, bayam, brokoli, kedelai hijau, dan sejenisnya
merupakan sayuran beku dengan frekuensi penggunaan yang tinggi, dan dapat dilihat bahwa
ada kecenderungan konsumen saat ini untuk tidak menggunakan sayuran segar yang persiapan
yang merepotkan, sehingga produk beku digunakan.
Sayuran beku merupakan makanan penting yang diperlukan dari diversifikasi makanan
saat ini karena preservability tinggi dan persiapan yang nyaman, sehingga permintaan untuk
komoditas konsumsi bisnis dan rumah tangga diperkirakan stabil berfluktuasi. Dalam hal volume
produksi dalam negeri dari sayuran beku, meskipun ada permintaan tetap karena kebutuhan
orientasi diproduksi di dalam negeri, karena persaingan dengan produk impor dari segi harga,
peningkatan besar dianggap sulit. Akibatnya, produsen Jepang mendirikan basis produksi di
11
negara-negara tetangga di Asia, seperti China, Vietnam dan Thailand. Dengan demikian struktur
pasokan yang stabil dari sayuran beku sedang dibangun.
Produk industri makanan Jepang ritel terdiri dari banyak toko-toko ritel berskala kecil,
yang menjual berbagai jenis sayuran, sedangkan toko daging biasanya khusus tersendiri. Hal ini
mencerminkan perilaku konsumen yang mengedepankan "frekuensi tinggi, belanja nyaman",
dalam pengertian konsumen berbelanja dalam frekuensi yang sering namun tetap
memprioritaskan kenyamanan dalam berbelanja. Dalam rangka untuk mengumpulkan hasil dari
"komoditas tunggal massal" dari banyak produsen dan lancar mendistribusikan komoditas
sehubungan dengan pengecer produk pangan banyak seperti nasional, pasar grosir (bisnis grosir,
usaha grosir intermediate) telah menjadi pusat distribusi di menganggap dengan distribusi
produk makanan segar. Revisi UU Pasar Grosir dilakukan pada Juni 2004 sehubungan dengan
pasar grosir, dan konversi ke sistem distribusi "aman dan aman" dan "efisien" yang dapat
merespon harapan dari kedua belah pihak produksi dan konsumsi, sedang dicoba.
Dalam kasus sayuran beku, hampir tidak ada kasus-kasus di mana mereka
diperdagangkan di pasar grosir. Rute distribusi dasar untuk impor adalah melalui perusahaan
dagang, sedangkan penerimaan oleh pengecer atau pengguna bisnis dari dalam negeri.
Produsen makanan beku melalui toko grosir, cara yang sama seperti sayuran beku diproduksi di
dalam negeri dan makanan beku lainnya. Selain itu, impor dan distribusi pola yang tidak
melewati satu tahap peralihan distribusi dapat diamati, seperti kasus di mana produsen
makanan beku langsung mengimpor, atau merchandiser massa langsung mengimpor komoditas
sebagai bahan baku makanan olahan. Saat ini, pengemasan domestik (pengemasan ulang
diarahkan pada pengguna akhir) tidak sering dilakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai saluran
distribusi produk sayuran segar dan sayuran beku bisa dilihat pada gambar berikut.
12
Gambar 4: Saluran distribusi sayuran segar dan sayuran beku di Jepang
Sayuran beku meningkat lebih cepat daripada sayuran segar dalam impor skala besar
sejak awal 1990-an. Pangsa impor dalam hal sayuran beku sangat tinggi, dan sekitar 90% dicatat
oleh komoditas impor. Sejak "eksternal diet" telah berkembang, seperti makanan cepat saji dan
restoran keluarga, terdapat peningkatan permintaan dari rumah tangga biasa, seperti konsumsi
skala kecil oleh generasi muda dan konsumsi rumah tangga sebesar 110.6 milliar dengan
volume melebihi 770.000 ton pada tahun 2001 untuk impor sayuran beku. Namun, pada musim
semi 2002, terdeteksi sisa bahan kimia pertanian dari China melebihi nilai standar kesehatan.
Produk yang terkait adalah bayam beku. Sehingga terdapat efek dalam pengendalian impor yang
menyebabkan penurunan citra Cina untuk produksi sayuran beku pada umumnya, dan kedelai
hijau beku, sehingga menyebabkan penurunan volume impor. Kasus ini telah meningkatkan
kekhawatiran mengenai keamanan produk makanan yang diimpor secara umum di Jepang.
13
Gambar 5: Trend di dalam pemasaran impor sayuran beku di Jepang
Pada tahun 2005, impor sayuran beku sebesar 106.9 milliar (naik 7,6% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya), dan 783.613 ton (3,2% meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya),
dan telah kembali meningkat sekitar tahun 2001 sebagian karena pemulihan impor dari China.
Bila diamati per komoditas, kentang, yang memiliki impor tertinggi, telah mempertahankan
volume impor stabil meskipun sedikit menurun pada tahun 2003, dan pada tahun 2005, 29,24
milliar (6,7% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya), dan 281.071 ton (4,7 meningkat%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya). Kedelai hijau 11,97 milliar (0,8% meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya), dan jagung manis 63,7 milliar (0.3% peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya), sedikit meningkat, meskipun talas sebesar 4,83 miliar
yen ( 0,9% menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya) berada dalam tren menurun.
Bayam telah sangat meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 3,28 miliar yen (43,8%
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya), sebagian karena berkaitan dengan upaya
pengendalian impor terhadap China setelah Mei 2003. Pengendalian impor terhadap
pemerintah China dan kontrol terhadap 18 perusahaan yang terdaftar dicabut dengan hormat
pada Agustus 2005.
14
4. Ekspor Impor Sayur Beku Jepang
Para eksportir utama sayuran beku ke Jepang adalah Cina (46,6% pangsa nilai moneter)
dan Amerika Serikat (27,6%). China telah menyusul Amerika Serikat pada nilai moneter dan
volume sejak tahun 2000, dan pada tahun 2005 49,84 juta (46,6%), 343.737 ton (43,9%), dan
berbagai komoditas, seperti talas (99,4%), kedelai hijau (38,8%), bayam (51,6%). Meskipun
impor dari Amerika Serikat, yang dalam tren menurun, secara volume dan nilai moneter
meningkat pada tahun 2005, mereka adalah 29,5 milliar (27,6%), 267.419 ton (34,1%), dengan
demikian perbedaan dengan China mulai melebar. Komoditas pusat adalah, kentang untuk
kentang goreng ( 22,67 milliar dengan saham 77,6%), jagung (64,8%). Bagian tempat ketiga ke
bawah, yaitu Thailand, Taiwan, dan Kanada, adalah sekitar 5% dan mereka telah menyaingi satu
sama lain dalam beberapa tahun terakhir, meskipun impor dari Thailand telah menunjukkan
peningkatan yang mulus. Dalam hal impor dari ASEAN, meskipun kedelai hijau adalah komoditas
utama, komoditas seperti jagung dan bayam, yang telah meningkat pesat. Pada tahun 2005,
impor sayuran beku dari ASEAN adalah 88,2 milliar (8,3%), 46.663 ton (6,0%) walaupun tidak
besar namun meningkat secara perlahan.
Gambar 6: Volume dan nilai impor sayur beku di Jepang dari tahun 2001-2005
Tabel 4: Volume dan nilai impor sayur beku di Jepang dari tahun 2001-2005
15
Tabel 5: Negara pengekspor sayuran beku ke Jepang per kategori sayuran beku tahun 2005
Bahkan ketika volume impor sayuran beku menurun pada tahun 2003, volume impor dari
ASEAN, yang juga memiliki aspek menjadi pengganti untuk China, menunjukkan peningkatan. Berkaitan
dengan impor kedelai hijau, tiga negara Thailand, Indonesia, dan Vietnam, memiliki nilai 21,8% (lihat
Tabel 4). Selanjutnya, sehubungan dengan bayam, produsen makanan Jepang beku memindahkan
pabrik produksi mereka dari China ke Vietnam dan Thailand, sebagai akibat dari kontrol impor karena
masalah kimia sisa pertanian tahun 2002.
16
Di Jepang, "List untuk sisa bahan kimia pertanian dalam produk makanan" yang
diberlakukan sebagai 29 Mei 2006, dan peraturan tentang bahan kimia pertanian residu
diperkuat. Setelah terjadi penurunan yang sangat signifikan dari volume impor sayuran yang
diproduksi di Cina, ada gerakan oleh supermarket dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan pada China dengan meningkatkan pengadaan dari Asia Tenggara, hal ini
dilakukan juga untuk menyebar risiko stocking. Selanjutnya, bahkan dalam kasus mengimpor
komoditas yang diproduksi di Cina, gerakan untuk mengamankan keamanan dengan
menetapkan standar yang independen, seperti pengaturan metode kimia manajemen pertanian
dan mempercepat diberlakukannya bimbingan produksi.
17
Berdasarkan temuan dari Frozen Foods Association Jepang, volume produksi dalam negeri dari sayuran
beku pada tahun 2005 adalah 92.000 ton. Dalam hal bayam, meskipun volume produksi telah jatuh ke
3.536 ton pada tahun 2001, dengan efek seperti permintaan pengganti yang timbul dari kontrol impor
produk yang dihasilkan China, telah meningkat menjadi 7.689 ton. Selain itu, meskipun wortel
(meningkat 35,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya), labu (meningkat 7,3% dibanding tahun
sebelumnya), talas (meningkat 3,9% dibanding tahun sebelumnya), dan sejenisnya, telah meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya , tidak ada perubahan dalam struktur dalam mayoritas pasar
tergantung pada produk impor, dan pada tahun 2005, pangsa produk impor berada pada 89,5% (tinggi).
Tabel 7. Total ekspor dan impor sayur segar dan sayur beku di Jepang
Dari data total ekspor dan impor sayur segar dan sayur beku di Jepang, dapat dilihat bahwa bagian
terbesar dari produksi sayur segar adalah dari produksi dalam negeri sedangkan sebaliknya produksi
sayur beku bagian terbesar (90.3%) dari impor. Produk yang menjadi andalan dari sayuran beku antara
lain adalah kentang, labu, kentang olahan (kentang goreng), bayam, jagung dan ubi.
18
5. Kebijakan Ekspor Barang ke Jepang
Peraturan dan Persyaratan Prosedural pada saat Mengimpor di Jepang adalah sebagai
berikut. Sayuran segar dan beku tunduk pada ketentuan di bawah "Hukum Perlindungan
Tanaman" dan Hukum sanitasi makanan. Selain itu, mengimpor panen atau barang diproses
tanpa izin dari pemegang hak yang memiliki hak peternak mengenai keturunan terdaftar
dilarang sebagai suatu prinsip yang didasarkan pada "Hukum Bibit", dan akan dikenai tindakan
pencegahan yang diambil.
Di bawah Undang-Undang Perlindungan Tanaman, impor tanaman kotor dan tanaman dikirim
dari daerah yang dihuni oleh hama yang belum muncul di Jepang (seperti Ceratitis capitata,
Leptinotarsa decemlineata, dan ngengat Codling), atau tanaman yang datang melalui daerah-
daerah (yang diberikan dalam Peraturan Perlindungan Tanaman Hukum), dilarang. Item dilarang
ditentukan sesuai dengan jenis hama, dan dalam kasus di mana sayuran berlaku diimpor ke
Jepang akan dikenai tindakan, seperti insinerasi.
Pemasaran Panduan untuk Eksportir ASEAN ke Jepang sebagai penelitian eksperimental dan
untuk tampilan dimungkinkan untuk impor dengan izin dari Menteri Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan dalam kondisi tetap. Selain itu, ada kasus di mana impor diperbolehkan di bawah
kondisi sesuai dengan standar, seperti dekontaminasi, sebagaimana ditentukan oleh Menteri
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
19
Dalam hal kentang dan ubi jalar, ada kebutuhan untuk menerima inspeksi karantina untuk
pemeriksaan virus dengan kultur untuk jangka waktu tertentu,meskipun bila tumbuhan tersebut
berasal dari daerah selain daerah dimana impor dilarang. Sehubungan dengan jahe, okra, dan
sejenisnya, inspeksi perkebunan diperlukan tergantung pada daerah, dan tidak diperbolehkan
untuk mengimpor produk tanpa melampirkan sertifikat inspeksi tanaman dari instansi
pemerintah negara pengekspor yang menunjukkan bahwa hal ini telah dilakukan . Untuk detail
lebih lanjut, lihat situs Departemen Pertanian Kehutanan dan Perikanan Stasiun Karantina.
Semua sayuran, baik segar dan beku, tunduk pada ketentuan UU Perlindungan Tanaman.
Namun, bahkan item impor yang dilarang- dapat diimpor jika dapat dibuktikan bahwa mereka
benar-benar beku-kering, benar-benar kering, atau acar atau diproses. Dalam hal ini, importir
harus menyerahkan "Phytosanitary Certificate" yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang
berwenang dari negara pengekspor menegaskan bahwa sayuran beku telah cepat beku dan
dipertahankan pada suhu tidak lebih dari -17,8 C (0 F) . Jika sayuran bukan merupakan produk
impor yang dilarang, importir harus mendapatkan dokumentasi dari produsen menunjukkan
bahwa sayuran beku pada suhu -17,8 C (0 F) atau lebih rendah. Jika pembekuan tidak
memadai, sayur akan gagal pemeriksaan karantina tumbuhan.
Pada tanggal 29 Mei 2006, sistem daftar baru positif diperkenalkan dan mulai berlaku. Sistem ini
menetapkan semua produk makanan, jika terdeteksi pestisida pertanian, aditif pakan, obat-
obatan hewan ternak untuk tetap di atas tertentu, impor kuantitas dan penjualan produk
makanan tersebut pada prinsipnya akan dilarang. Dalam sistem ini, apabila mengakui
20
menggunakan pestisida pertanian dan tetap dalam produk, maka tingkat residu maksimum
adalah tetap, dan bahan kimia lainnya seragam standar tingkat residu 0.01ppm berlaku
(kuantitas dipahami sebagai hampir tidak mempengaruhi kesehatan manusia).
Semua produk makanan, termasuk produk makanan olahan, tunduk pada sistem daftar positif,
dan tentu saja sayuran segar dan sayuran beku juga tunduk pada sistem. Selain itu, bahkan jika
itu adalah produk makanan hasil rekayasa genetika yang diizinkan di luar negeri, impor,
penjualan, dan sejenisnya, produk teruji dilarang berdasarkan Undang-Undang Sanitasi Pangan.
Dalam hal produk pangan hasil rekayasa genetika dan produk olahannya, pemberitahuan impor
adalah wajib.
Hal ini diperlukan agar importir mengumpulkan informasi yang cukup terhadap makanan impor
untuk mempelajari apakah produk memenuhi persyaratan UU Sanitasi Makanan dalam
spesifikasi dan standar. Maka dianjurkan untuk mendapatkan bahan daftar dan grafik proses
produksi atau dengan berkonsultasi dengan kantor karantina.
Sebelum mengimpor, importir dapat mengambil sampel dari impor yang akan datang ke
laboratorium terdaftar di Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan atau instansi
pemerintah yang berwenang dari negara pengekspor. Hasil tes dapat menggantikan
pemeriksaan yang sesuai di pelabuhan masuk, sehingga mempercepat proses karantina.
Selain itu, importir yang ingin mengajukan pemberitahuan mereka dengan komputer dapat
memanfaatkan FAINS terkomputerisasi (Makanan Impor Pemberitahuan otomatis dan Sistem
Inspeksi Jaringan) untuk memproses impor yang berhubungan dengan dokumentasi. Importir
yang memiliki hardware dan software harus mendaftarkan kode keamanan dari Menteri
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan untuk mengakses sistem.
21
Tabel 10. Kebijakan tarif untuk negara ASEAN
22
7. Hukum dan Prosedur yang berlaku terkait dengan waktu penjualan
Pada saat penjualan, sayuran segar dan beku berlaku peraturan di bawah "Hukum
Sanitasi Makanan", "Hukum JAS", "Hukum Pengukuran", "Hukum Promosi Kesehatan ", dan "Act
Against Unjustifiable Premiums and Misleading Representations. Dalam kaitan dengan kemasan
kontainer,berlaku peraturan di bawah "Wadah dan Hukum Kemasan Daur Ulang" dan "Hukum
Promosi Pemanfaatan Efektif Sumber Daya", dan untuk detail lebih lanjut mengenai kemasan
kontainer yang ditargetkan, kisaran yang ditentukan bisnis, pelabelan metode, dan sejenisnya,
dianjurkan untuk menanyakan pada otoritas yang bersangkutan.
2) Hukum JAS. (UU Standardisasi Mengenai dan Pelabelan Tepat Produk Pertanian dan
Kehutanan). Hukum JAS menetapkan standar pelabelan yang tepat untuk semua produk
makanan dan minuman yang dijual kepada konsumen. Hukum JAS memberikan standar
kualitas yang terpisah untuk pelabelan sayuran segar dengan "Standar Makanan Segar
Kualitas Produk Labeling," dan untuk sayuran beku oleh "Standar Pelabelan Pangan
Olahan Kualitas," dan Selain "Sayuran Standar Kualitas Makanan Labeling beku.",
kewajiban hukum telah ditambahkan untuk label standar untuk makanan yang
dimodifikasi secara genetik.
3) Hukum Pengukuran. Sayuran beku disegel dalam pembungkus atau wadah yang
diperlukan dengan pelabelan isi bersih dalam akurasi tertentu.
4) Hukum Promosi Kesehatan. Bila label data gizi pada kemasan dan paket termasuk
dalam dokumen promosi makanan olahan yang ditujukan untuk dijual ke konsumen,
wajib untuk menampilkan Pelabelan data gizi menyatakan kalori, protein, lemak,
karbohidrat, sodium, dan bahan gizi dalam urutan isi kuantitas sesuai dengan Standar
sayur Segar dan Sayuran Beku
23
8. Peraturan Pelabelan pada Waktu Dijual di Jepang
Sayuran Beku
Dalam kasus sayuran beku yang dijual, maka wajib untuk bersama label item di bawah ini dalam
bahasa Jepang, berdasarkan pada "Hukum Sanitasi Pangan", yang "Pelabelan Standar Mutu
Makanan Olahan" dan "Standar Pelabelan Kualitas Makanan Beku Sayuran "di bawah Hukum
JAS, dan UU Pengukuran. Selain itu, berdasarkan UU Sanitasi Makanan, maka wajib secara
terpisah label yang menyatakan bahwa itu adalah makanan beku.
Nama produk
Daftar bahan dan aditif makanan, jika ada
Daerah produksi bahan baku (selain impor)
Net konten
tanggal penggunaan terbaik-
Metode pengawetan
Cara memasak, jika ada
Indikasi pepanasan (hanya untuk produk yang membutuhkan memasak)
Negara asal
Nama importir dan alamat
Berdasarkan "Standar Makanan Beku Sayuran Pelabelan Kualitas" sayuran beku produksi dalam
negeri atau diproses diwajibkan untuk mencantumkan tempat asal untuk bahan bahan utama
(atas tiga sayuran agar persentase berat, bagi mereka dengan persentase 5 % atau lebih) dalam
rangka persentase berat. Jika tempat asal Jepang, akan ada indikasi untuk efek ini (atau nama
yang tercantum dari prefektur, kota, atau nama tempat lainnya mudah diidentifikasi), dan jika
tempat asal adalah negara asing, maka nama negara asing akan muncul, dengan bahan-bahan
dari negara yang tercantum dalam urutan persentase berat dalam tanda kurung. Pelabelan
dapat dihilangkan ketika kemasan kontainer memiliki luas total di bawah 30 cm2.
Labeling wajib untuk makanan (bahan baku tertentu) yang memiliki kecenderungan tertentu
yang menyebabkan alergi. Lima item yang pelabelan telah dibuat wajib mempertimbangkan
jumlah kejadian dan tingkat keseriusan resiko. Dalam kasus di mana bahan baku tertentu
termasuk dalam makanan olahan (termasuk produk bisnis makanan penggunaan dan tambahan
makanan yang tidak langsung dijual ke konsumen) yang dimasukkan ke dalam kemasan
kontainer, dan pada dasarnya pemberitahuan untuk efek samping atau resiko penggunaan atau
konsumsi harus diberi label di kolom bahan baku.
24
Tabel 12. Pelabelan produk makanan di Jepang
25
Gambar 10. Skema inspeksi dan sistem sertifikasi untuk produk agrikultur dan produk terproses
agrikultur
26
BAB III. PELUANG DAN STRATEGI
9. Peluang
Impor sayuran beku biasanya dalam jumlah banyak melalui banyak kontainer. Impor
dikenakan biaya pembekuan, biaya pendinginan, sortasi dan kemasan selama proses distribusi.
Selain itu, Jepang memiliki standar kualitas dan pelabelan yang cukup ketat. Ini berarti bahwa
calon importir sayuran beku harus memastikan produk mereka memenuhi persyaratan yaitu
menuntut untuk kesegaran, tidak adanya kerusakan dan pembusukan,sesuai dengan ukuran dan
warna. Hal ini terutama penting bahwa makanan kesehatan yang layak dan prosedur
keselamatan diikuti pada setiap tahap proses, dari produksi di negara asal untuk impor dan
distribusi di Jepang.
Seiring dengan pergeseran ke sistem daftar positif bahan kimia pertanian sisa, sebagai
akibat dari produsen makanan dalam negeri beku mengamankan bahan baku aman dan
melakukan inspeksi berbagai produk, mereka membayar usaha yang maksimal sehingga
makanan melebihi nilai residu standar tidak diproduksi. Setelah masuk ke pasar, maka perlu
untuk dapat membangun sistem pengiriman yang sesuai dengan kebutuhan dengan cara ini.
Misalnya, dalam hal sayuran beku yang diproduksi di Cina, produk-satunya yang jelas kontrol
yang ketat dan standar diputuskan oleh kedua pemerintah Jepang dan Cina ekspor, dan lebih
jauh lagi, sertifikat inspeksi oleh pemerintah Cina diterbitkan pada saat ekspor, dan inspeksi oleh
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan dilakukan pada saat impor, dan mereka dalam negeri
disampaikan hanya setelah semua dihapus. Selain itu, pada produsen makanan tertentu beku,
keamanan kontrol dari bisnis ekspor klien diperkuat sebagai akibat dari Jepang manajer
pelatihan staf produksi di situs, dan mencapai inspeksi persiapan menyeluruh dengan
memasang sebuah pusat kimia sisa pertanian dalam pabrik pengolahan.
Salah satu kiat terpenting dalam memulai bisnis di Jepang adalah menetapkan sikap
yang mendasarkan pada pola pikir jangka panjang para pengusaha Jepang. Tujuan utamanya
adalah untuk membangun suatu kerangka kerja yang mantap sehingga akan mendukung
terjadinya transaksi-transaksi bisnis yang berkelanjutan, jadi bukan sekedar hubungan bisnis
yang sifatnya sesaat atau jangka pendek. Sedang ketulusan dan komitmen akan merupakan
landasan-landasan yang efektif yang perlu dimiliki oleh para pelaku bisnis manca negara.
I. Landasan Kerja
1. Kesesuaian Produk. Produk Anda harus sesuai dengan selera masyarakat Jepang
(menyangkut mutu, desain, warna, kemasan dan harga). Oleh karena itu perlu dilakukan
pendekatan yang fleksibel dalam pengembangan dan pemasaran produk Anda agar
dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri dan karakter masyarakat Jepang.
2. Persaingan. Dewasa ini, pasar di Jepang terpusat pada kesadaran konsumen terhadap
harga dan nilai barang. Dalam kaitan itu, yang perlu diperhatikan adalah apakah produk
Anda mampu bersaing dengan produk sejenis yang sudah ada di pasar Jepang dan
apakah bahan baku produk Anda tersebut sudah memenuhi persyaratan di Jepang.
27
II. Fasilitas Sumber Daya dan Jasa
Guna memperlancar upaya memasuki pasar Jepang, perusahaan manca negara dapat
memanfaatkan tersedianya berbagai dukungan jasa. Perusahaan manca negara dimaksud dapat
memperoleh informasi dan bantuan teknis untuk mendirikan kantor atau mengorganisasikan
hal-hal penting lainnya dalam kegiatan operasional mereka.
Perumusan suatu strategi untuk memasuki pasar Jepang harus didahului dengan analisis
yang mendalam tentang pesaing-pesaing produk Anda, termasuk analisis tentang harga pasar,
segmen pasar, pengembalian, marjin dan insentif lain untuk pedagang grosir atau pengecer,
tingkat produksi, serta kebijakan penentuan harga.
Pemilihan metode untuk memasuki pasar Jepang merupakan keputusan jangka panjang
yang tidak diubah. Untuk itu perlu hati-hati dalam memilih dari sejumlah alternatif yang ada.
Menentukan metode yang cocok sangat tergantung pada nilai investasi yang ditanamkan dalam
membentuk satu posisi pasar yang diinginkan. Di antara sejumlah pilihan adalah:
28
1.Organisasi Publik dan Nirlaba
Disamping perwakilan RI di Jepang (KBRI Tokyo dan KJRI Osaka), terdapat sejumlah organisasi
nirlaba di Jepang yang dapat membantu melakukan riset awal serta pengumpulan
data/informasi tentang kondisi pasar di Jepang. Organisasi yang dimaksud adalah:
Sebagai tambahan informasi, jaringan dari pusat-pusat dukungan bisnis dijalankan oleh
JETRO di Tokyo, Osaka, Nagoya, Yokohama, Kobe dan Fukuoka. Pusat-pusat ini menawarkan
bantuan komprehensif kepada pengusaha manca negara di tahap awal kegiatan dalam kerangka
mengembangkan pasar mereka di Jepang, dengan memberikan fasilitas kantor untuk sementara
waktu. JETRO juga secara berkala menyelenggarakan Pameran Perumahan Impor di delapan
kota: Sapporo, Sendai, Yokohama, Nagoya, Osaka, Kobe, Hiroshima dan Fukuoka, disamping
mendirikan Pusat Material Perumahan Impor di Tokyo dan Osaka. JETRO memiliki pula tiga
showroom mobil impor di Tokyo, Osaka dan Nagoya yang dimaksudkan untuk memamerkan
manufaktur kendaraan di negara lain, termasuk aksesoris dan barang-barang lainnya.
2. Jasa Konsultan
Perusahaan konsultan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan saran bagi mereka yang
ingin memahami pasar Jepang secara lebih mendalam dan menyeluruh. Salah satu
perkembangan di bidang ini adalah munculnya perusahaan-perusahaan lobby yang memiliki
jalur dengan pemerintah Jepang, yang konon dapat menembus lingkaran birokratis.
Dalam memilih perusahaan konsultan Anda perlu mempertimbangkan:
c. Cakupan operasional
d. Perusahaan jasa konsultan dimaksud harus memiliki keahlian di bidang riset pasar,
penelitian perencanaan produk, saran investasi, akuisisi dan pencarian mitra bisnis,
analisis persaingan, konsultasi strategi, penamaan produk serta bahan-bahan promosi.
29
3. Jasa Terjemahan
Pertemuan-pertemuan bisnis di Jepang biasanya menggunakan tenaga penerjemah (interpreter).
Walau sebagian besar perusahaan-perusahaan besar di Jepang memiliki staf yang lancar
berbahasa Inggris, namun masih tetap yang terbaik adalah dengan menggunakan jasa
penerjemah untuk menjamin bahwa perbedaan bahasa tidak akan menjadi halangan komunikasi.
4. Lain-Lain
Untuk mengatasi biaya awal yang masih tinggi di Jepang, beberapa perusahaan di Jepang
menawarkan jasa inkubasi kepada perusahaan manca negara, antara lain penyediaan ruangan
kantor dan jasa kesekretariatan. Perusahaan manca negara lainnya dapat juga menggunakan
perusahaan telemarketing yang menyediakan fasilitas survei telepon, analisis data, operator,
belanja melalui telepon, penjualan katalog dan penjualan langsung lainnya.
Seseorang harus mengenali jenis dan metode promosi penjualan di Jepang yang mencerminkan
struktur dari sistem eceran dan distribusi secara nasional.
30
BAB IV. INFORMASI PENTING
31
Hiroshima Chamber of Kawasaki Chamber of Commerce
Commerce 44 Matomachi and Industry 11-2, Ekimae Honcho,
5-chome, Naka-ku Kawasaki-ku Kawasaki 210 Japan
Hiroshima 730 Japan T : (814) 4211 4111
T : (818) 2222 6610 F : (814) 4211 4118
F : (818) 2211 0108 W : www.kawasaki-cci.or.jp
W : ww.hiroshimacci.or.jp/
32
JAS Law
Labeling and Standards Division, Food Safety and Consumer Affairs Bureau,Ministry of
Agriculture, Forestry and Fisheries
TEL: 03-3502-8111 FAX: 03-3502-0594 (Direct) http://www.maff.go.jp
Measurement Law
Measurement and Intellectual Infrastructure Division, Industrial Science and Technology
Policy and Environment Bureau, Ministry of Economy, Trade and Industry
TEL: 03-3501-1511 http://www.meti.go.jp
Law for Promotion of Effective Utilization of Resources / Containers and Packaging Recycling
Law Recycling Promotion Division, Industrial Science and Technology Policy and
Environment Bureau, Ministry of Economy, Trade and Industry
TEL: 03-3501-1511 http://www.meti.go.jp
Office of Recycling Promotion, Policy Planning Division, Waste Management and Recycling
Department, Ministry of the Environment
TEL: 03-3581-3351 FAX: 03-3593-8262 (Direct) http://www.env.go.jp
Food Industry Environment Policy Office, Food Industry Policy Division, General Food Policy
Bureau, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries
TEL: 03-3502-8111 FAX: 03-3508-2417 (Direct) http://www.maff.go.jp
33
TEL : 03-3583-8196 FAX : 03-3582-3397 http://www.alic.lin.go.jp
34
5. Perwakilan Indonesia di Jepang
KJRI Osaka
Konsul Jenderal : Ibnu Hadi
Resona Semba Building 6th Floor, 4-4-21,
Minami Semba, Chuo-ku, Osaka 542-
0081, Japan
Phone : (81-6) 6252-9826
Fax : (81-6) 6252-9872
Email : kjri-osaka@indonesia-osaka.org
Website : www.indonesia-osaka.org
35
6. Daftar Importir Sayur Beku di Jepang
36
REFERENSI
1. Marketing Guide for ASEAN exporters to Japan
2. Trade statistic Ministry of Finance Japan , www.mof.go.jp
3. Japan Frozen Food Association, http://www.reishokukyo.or.jp
4. Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries, Vegetable Production Shipping Statistic,
www.maff.go.jp
5. http://www.indonesia-osaka.org/ja/informasi-umum/ekonomi/kiat-memasuki-pasar-
jepang/
6. Japan Custom www.customs.go.jp
7. Kompass Connects Business to Business
37