Jawa Tengah:
2. Sukardjo Wirjopranoto
Sukarjo Wiryopranoto lahir di Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, 5 Juni 1903 adalah
seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Sukardjo menjadi anggota
Volksraad pada tahun 1931. Selain itu bersama Dr. Soetomo ia mendirikan Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI). Ia juga menjadi anggota BPUPKI. Ia pun pernah menjabat sebagai Wakil Tetap
Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sampai akhir hayatnya. Ia meninggal di New
York, Amerika Serikat, 23 Oktober 1962 pada umur 59 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata,
Jakarta.
4. Kartawidjaja
Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911
adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957
hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I.
Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang
menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan
Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan sebagai negara
kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on Law of the Sea
(UNCLOS).
Beliau meninggal di Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun.
5. Dr. Sahardjo, SH
Dr. Sahardjo, SH lahir di Solo, Jawa Tengah, 26 Juni 1909 adalah Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Indonesia pada Kabinet Kerja I (10 Juli 195918 Februari 1960),
Kabinet Kerja II (18 Februari 19606 Maret 1962), Kabinet Kerja III (6 Maret 196213
November 1963). Saharjo merupakan tokoh penting dalam bidang hukum di Indonesia. Hasil
buah pemikirannya yang penting adalah Undang-undang Warga Negara Indonesia pada tahun
1947 dan Undang-undang Pemilihan Umum pada tahun 1953.
Ia meninggal di Jakarta, 13 November 1963 pada umur 54 tahun dan dimakamkan di
TMP Kalibata, Jakarta.
7. Dr. Muwardi
Dr. Moewardi, lahir di Pati, Jawa Tengah, 1907 - Surakarta adalah seorang pahlawan
nasional Indonesia. Moewardi adalah seorang dokter lulusan STOVIA. Setelah lulus, beliau
melanjutkan pendidikan Spesialisasi Telinga Hidung Tenggorokan (THT). Selain itu ia adalah
ketua Barisan Pelopor tahun 1945 di Surakarta dan terlibat dalam peristiwa proklamasi 17
Agustus 1945. Di Solo, dr.Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan membentuk gerakan
rakyat untuk melawan aksi-aksi PKI. Pada peristiwa Madiun dia adalah salah satu tokoh yang
dikabarkan hilang dan didiuga dibunuh oleh pemberontak selain Gubernur Soeryo.
Ia meninggal di Jawa Tengah, 13 Oktober 1948.
8. Jenderal Soedirman
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah, 24 Januari 1916 adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada
masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat
sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia
telah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI.
Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di
Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia
menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia (Panglima TKR).
Pada tanggal 29 Januari 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis di Magelang, Jawa
Tengah dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
1. Ki Hadjar Dewantoro
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang
Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000
rupiah tahun emisi 1998.
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28
November 1959 saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia
mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan
rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan
pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani ("di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam
dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran
Indonesia yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan dari universitas
tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum,
ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan
Hari Pendidikan Nasional. Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan
dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran
Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan
beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa
ajaran Islam; dan
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori
kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat
dengan kaum pria.
Beliau meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun
3. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro, lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 adalah salah seorang
pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden
Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya,
Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya
bukanlah permaisuri. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat
sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya.
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V
(1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi
Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang
oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui
Diponegoro.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik
Dipanegara di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda
yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan
pembebanan pajak. Sampai akhirnya Dipanegara ditangkap pada tahun 1830.
Beliau meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun
2. Surjopranoto
4. Brigjen. TNI. Anm.
5. Kol.Inf.Anm.Sugiono
6. Nyai Achmad Dachlan 8. DR. Wahidin Soedirohoesodo
9. Sultan Agung Anyokrokusumo 12. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
13. Hamengkubuwono I
Jawa Timur:
1. H.O.S. Tjokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, lahir di Desa Bukur, Madiun, Jawa Timur,
16 Agustus 1882 adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang
selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang
sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.Namun ketiga
muridnya itu saling berselisih. Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan
organisasi Sarekat Islam.
Ia meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun dan dimakamkan di
TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.
Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-
murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada
masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Ia adalah ayah
dari Oetari, istri pertama Soekarno, presiden pertama Indonesia.
5. Dr.Ir.Soekarno
Dr.(HC) Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dengan nama lahir Koesno
Sosrodihardjo adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 19451966. Ia
memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai
dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17
Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial,
yang isinya berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat menugaskan
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah
pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada
sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai
pejabat Presiden Republik Indonesia.
Beliau meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun.
6. Dr. Soetomo
Dr. Soetomo, lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 ) adalah
tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.
Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen, Batavia. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo
mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908. Setelah lulus pada tahun
1911, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun
1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda. Pada tahun 1919 sampai 1923,
Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Belanda.
Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda
Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya, pada tahun 1930
mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia
Raya).
Beliau meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun.
3. Setyabudi
5. K.H. Hasjim Asjarie
6. Gubernur Surjo
7. K.H. Mas Mansur
8. Serda.KKO. Anm.Djanatin Alias Osman Bin Haji
9. Kopral.KKO.Anm.Harun Bin Said
10. Jend.TNI.Anm. Basuki Rachmat
11. W.R. Soepratman
13. Marsma. TNI. Anm.R.Iswahjudi
14. Soeprijadi
15. Untung Surapati
17. R.P. Soeroso