Anda di halaman 1dari 8

NAMA PAHLAWAN

Jawa Tengah:

1. Jenderal Gatot Subroto


Jenderal Gatot Subroto lahir di Banyumas 10 Oktober 1909 Tentara yang aktif dalam
tiga zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada masa pendudukan Belanda,
anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang dan Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia serta turut menumpas PKI pada tahun 1948. Ia
juga menjadi penggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(AKABRI). Setelah kemerdekaan Indonesia, Gatot langsung masuk Tentara Keamanan Rakyat
(TKR), tentara bentukan pemerintah Indonesia sendiri dan merupakan tentara resmi RI yang
dalam perjalanannya kemudian berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sejak kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan kemerdekaan RI atau pada masa
Perang Kemerdekaan yakni antara tahun 1945-1950, dia dipercayai memegang beberapa jabatan
penting. Pernah dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan
Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.
Gatot Subroto akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, pada usia
55 tahun. Sang Jenderal ini dimakamkan di desa Sidomulyo, kecamatan Ungaran Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Atas jasa-jasanya yang begitu besar bagi negara, seminggu setelah
kematiannya, Jenderal Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang
dikuatkan dengan SK Presiden RI No.222 Tahun 1962, tgl 18 Juni 1962

2. Sukardjo Wirjopranoto
Sukarjo Wiryopranoto lahir di Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, 5 Juni 1903 adalah
seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Sukardjo menjadi anggota
Volksraad pada tahun 1931. Selain itu bersama Dr. Soetomo ia mendirikan Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI). Ia juga menjadi anggota BPUPKI. Ia pun pernah menjabat sebagai Wakil Tetap
Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sampai akhir hayatnya. Ia meninggal di New
York, Amerika Serikat, 23 Oktober 1962 pada umur 59 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata,
Jakarta.

3. MGR A.Sugiopranoto, S.J


Mgr. Albertus Soegijapranata, lahir 25 November 1896. Ia lebih dikenal dengan nama
lahir Soegija, merupakan Vikaris Apostolik Semarang, kemudian menjadi uskup agung. Ia
merupakan uskup pribumi Indonesia pertama dan dikenal karena pendiriannya yang pro-
nasionalis, yang sering disebut "100% Katolik, 100% Indonesia".
Ia meninggal pada tanggal 22 Juli 1963 ketika berumur 66 tahun 1963 di Steyl, Belanda
dan jenazahnya diterbangkan kembali ke Indonesia. Ia dijadikan seorang Pahlawan Nasional dan
dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang.

4. Kartawidjaja
Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911
adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957
hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I.
Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang
menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan
Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan sebagai negara
kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on Law of the Sea
(UNCLOS).
Beliau meninggal di Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun.

5. Dr. Sahardjo, SH
Dr. Sahardjo, SH lahir di Solo, Jawa Tengah, 26 Juni 1909 adalah Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Indonesia pada Kabinet Kerja I (10 Juli 195918 Februari 1960),
Kabinet Kerja II (18 Februari 19606 Maret 1962), Kabinet Kerja III (6 Maret 196213
November 1963). Saharjo merupakan tokoh penting dalam bidang hukum di Indonesia. Hasil
buah pemikirannya yang penting adalah Undang-undang Warga Negara Indonesia pada tahun
1947 dan Undang-undang Pemilihan Umum pada tahun 1953.
Ia meninggal di Jakarta, 13 November 1963 pada umur 54 tahun dan dimakamkan di
TMP Kalibata, Jakarta.

6. Raden Adjeng Kartini


Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 atau sebenarnya
lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional
Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Beliau meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun.

7. Dr. Muwardi
Dr. Moewardi, lahir di Pati, Jawa Tengah, 1907 - Surakarta adalah seorang pahlawan
nasional Indonesia. Moewardi adalah seorang dokter lulusan STOVIA. Setelah lulus, beliau
melanjutkan pendidikan Spesialisasi Telinga Hidung Tenggorokan (THT). Selain itu ia adalah
ketua Barisan Pelopor tahun 1945 di Surakarta dan terlibat dalam peristiwa proklamasi 17
Agustus 1945. Di Solo, dr.Muwardi mendirikan sekolah kedokteran dan membentuk gerakan
rakyat untuk melawan aksi-aksi PKI. Pada peristiwa Madiun dia adalah salah satu tokoh yang
dikabarkan hilang dan didiuga dibunuh oleh pemberontak selain Gubernur Soeryo.
Ia meninggal di Jawa Tengah, 13 Oktober 1948.

8. Jenderal Soedirman
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah, 24 Januari 1916 adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada
masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat
sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia
telah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI.
Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di
Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia
menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia (Panglima TKR).
Pada tanggal 29 Januari 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis di Magelang, Jawa
Tengah dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.

9. Jenderal Oerip Soemohardjo


Letnan Jenderal Urip Sumohardjo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 23
Februari 1893, adalah seorang tokoh militer Indonesia dan pahlawan nasional Indonesia.
Ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang mencapai pangkat mayor dalam KNIL. Pada
tanggal 15 Oktober ia diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letjen.
Beliau meninggal di Yogyakarta, 17 November 1948 pada umur 55 tahun dan
dimakamkan di TMP Semaki, Yogyakarta.

10. Prof. Dr. Soepomo, SH.


Prof. Mr. Dr Soepomo lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Januari adalah
seorang pahlawan nasional Indonesia. Soepomo dikenal sebagai arsitek Undang-undang Dasar
1945, bersama dengan Muhammad Yamin dan Sukarno.
Soepomo meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun
akibat serangan jantung dan kemudian dimakamkan di Solo.

11. Brigjen TNI (Anm) Ignatius Slamet Rijadi


Brigadir Jenderal TNI Anumerta Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, Jawa
Tengah, 26 Juli 1927 adalah pahlawan nasional Indonesia. Anak dari Idris Prawiropralebdo,
seorang perwira anggota legiun Kasunanan Surakarta, ini sangat menonjol kecakapan dan
keberaniannya, terutama setelah Jepang bertekuk lutut dan kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan. Ia merupakan pencetus pasukan khusus TNI yang dikemudian hari dikenal
dengan nama Kopassus.
Beliau meninggal di Ambon, Maluku, 4 November 1950 pada umur 23 tahun.
Karier,Pangkat,Jabatan Kegiatan, Pendidikan ,Operasi Militer Waktu
Siswa, MULO Afd.B Pertahanan Bumi Putra 1940
Sekolah Tinggi Pelayaran Rekrutmen Pemuda oleh tentara Jepang 1943
Navigator kapal kayu Pemberontakan kapal,milik Jepang 1945
Dan.Yon.Res.I, Divisi I Perang di Krsd. Solo melawan Jepang & Belanda 1945
Dan.Yon.Res.I, Divisi I Penumpasan pemberontakan PKI Madiun 1948
Dan.Wehrkreise I Perang Kemerdekaan II, Serangan Umum Solo 1949
Wakil Pemerintah RI Penyerahan Kota Solo 29-12-1949
Mendukung Div.Siliwangi menumpas APRA di
Komando Yon.352 1949
Jabar.
Penumpasan Pemberontakan di Makasar, RMS
Wakil.Panglima TT VII. 1950
Ambon
Wakil.Panglima TT VII. Gugur di gerbang benteng Victoria, Ambon 4-11-1950
Brigadir Jendral Anumerta Kenaikan pangkat atas jasa almarhum 1950

12. Pangeran Sambernyowo (KGPAA Mangkunegoro I )


Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran
Sambernyawa alias Raden Mas Said lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 adalah pendiri Praja
Mangkunegaran, sebuah kadipaten agung di wilayah Jawa Tengah bagian timur, dan Pahlawan
Nasional Indonesia. Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan oleh Nicolaas Hartingh, gubernur
VOC, karena di dalam peperangan RM. Said selalu membawa kematian bagi musuh-musuhnya.
Pada 1983, pemerintah mengangkat Mangkunegara I sebagai pahlawan nasional,
karena jasa-jasa kepahlawanannya.Ia mendapat penghargaan Bintang Mahaputra. Mangkunegara
I memerintah wilayah Kadaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang
sebelah utara dan Kedu.
Ia bertahta selama 40 tahun, dan wafat pada 28 Desember 1795 di Surakarta.
1. K.H. Samanhudi
8. Dr. Tjiptomangunkusumo
9. Alimin
11. Sri Susushunan
12. Sri Susuhunan Pakubuwono VI
17. K.H. Ahmad RifaI
19. Nji Ageng Serang
20. Prof.DR.R. Soeharso
DIY :

1. Ki Hadjar Dewantoro
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang
Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000
rupiah tahun emisi 1998.
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28
November 1959 saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia
mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan
rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan
pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani ("di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam
dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran
Indonesia yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan dari universitas
tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum,
ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan
Hari Pendidikan Nasional. Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan
dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

2. K.H. Ahmad Dahlan


Kyai Haji Ahmad Dahlan, lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 adalah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia. Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan
kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah
Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan
Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:

1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran
Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan
beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa
ajaran Islam; dan
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori
kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat
dengan kaum pria.
Beliau meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun

3. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro, lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 adalah salah seorang
pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden
Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya,
Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya
bukanlah permaisuri. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat
sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya.
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V
(1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi
Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang
oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui
Diponegoro.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik
Dipanegara di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda
yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan
pembebanan pajak. Sampai akhirnya Dipanegara ditangkap pada tahun 1830.
Beliau meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun

4. Marsda. TNI.Anm.Prof. DR. Abdulrachman Saleh


Abdulrahman Saleh, Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda Anumerta atau sering dikenal
dengan nama julukan "Karbol, lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 adalah seorang pahlawan nasional
Indonesia, tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia.
Setelah ia memperoleh ijazah dokter, ia mendalami pengetahuan ilmu faal. Setelah itu ia
mengembangkan ilmu faal ini di Indonesia. Oleh karena itu, Universitas Indonesia pada 5
Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia.
Ia juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau
surat izin terbang. Selain itu, ia juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse
Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan
diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia
Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang
proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan dalam mendirikan
Radio Republik Indonesia yang berdiri pada 11 September 1945.
Setelah menyelesaikan tugasnya itu, ia berpindah ke bidang militer dan memasuki dinas
Angkatan Udara Ia diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946. Ia turut
mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Sebagai Angakatan
Udara, ia tidak melupakan profesinya sebagai dokter, ia tetap memberikan kuliah pada Perguruan
Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.
Beliau meninggal di Maguwoharjo, Sleman, 29 Juli 1947 pada umur 38 tahun.

5. Marsda, TNI Anm. Mas Agustinus Adisutjipto


Agustinus Adisutjipto Marsekal Muda Anumerta, lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 3
Juli 1916 adalah seorang pahlawan nasional dan seorang komodor udara Indonesia. Beliau
adalah seorang penganut agama Katolik. Beliau mengenyam pendidikan GHS (Geneeskundige
Hoge School) (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan lulusan Sekolah Penerbang Militaire Luchtvaart
di Kalijati.
Pada tanggal 15 November 1945, Adisutjipto mendirikan Sekolah Penerbang di
Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo, yang kemudian diganti namanya menjadi
Bandara Adisutjipto, untuk mengenang jasa beliau sebagai pahlawan nasional.
Pada saat Agresi Militer Belanda I, Adisujipto dan Abdulrahman Saleh diperintahkan
terbang ke India. Penerobosan blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan berhasil
dilakukan. Namun dalam perjalanan pulang membawa bantuan obat-obatan dari Malaya, pesawat
Dakota VT-CLA ditumpanginya jatuh ditembak oleh dua pesawat P-40 Kittyhawk, Belanda di
Dusun Ngoto pada tanggal 29 Juli 1947.
Beliau meninggal di Bantul, Yogyakarta, 29 Juli 1947 pada umur 31 tahun, dan
dimakamkan di pekaman umum Kuncen I dan II. Lalu pada tanggal 14 Juli 2000 dipindahkan ke
Monumen Perjuangan di Desa Ngoto, Bantul, Yogyakarta.

2. Surjopranoto
4. Brigjen. TNI. Anm.
5. Kol.Inf.Anm.Sugiono
6. Nyai Achmad Dachlan 8. DR. Wahidin Soedirohoesodo
9. Sultan Agung Anyokrokusumo 12. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
13. Hamengkubuwono I
Jawa Timur:

1. H.O.S. Tjokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, lahir di Desa Bukur, Madiun, Jawa Timur,
16 Agustus 1882 adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang
selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Musso yang
sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.Namun ketiga
muridnya itu saling berselisih. Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan
organisasi Sarekat Islam.
Ia meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun dan dimakamkan di
TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.
Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-
murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada
masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Ia adalah ayah
dari Oetari, istri pertama Soekarno, presiden pertama Indonesia.

2. Sutomo (Bung Tomo)


Sutomo, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 lebih dikenal dengan sapaan
akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam
membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara
NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama
Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai
pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di
kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku
mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang
dikebumikan di Malang.
Ia meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada usia 61 tahun.

3. K.H. Abdul Wahid Hasjim


Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 adalah
pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah
ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie,
salah satu pahlawan nasional Indonesia.
Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI),
federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua
MIAI. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk
menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku
pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan
umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau
mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar
Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Wahid Hasjim mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah
menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21
tahun Wahid membuat gebrakan baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan
semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang
menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum. Sistem klasikal diubah
menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan
Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah.
Karier politiknya terus menanjak dengan cepat. Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman).
Banyak kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa.
Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila sebagai pengganti dari
"Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang
Wahid Hasjim. Wahid dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif.
Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal
19 April 1953 dan dimakamkan di Tebuireng, Jombang.
4. Marsda.TNI.Anm.Abdul Halim Perdana Kusuma.
Abdul Halim Perdanakusuma lahir di Sampang, 18 November 1922 adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia di Malaysia, 14 Desember 1947 pada umur 25
tahun saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda, yaitu ketika ditugaskan
membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.
Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di
Sumatera pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan Marsma Iswahyudi ditugaskan membeli
perlengkapan senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang jenis Anderson.
Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api, diantaranya karabin, stun gun, pistol
dan bom tangan.
Dalam perjalanan pulang, pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya,
namun diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak (disabotase). Bangkai pesawat terbang
tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, Perak, Malaysia (ketika itu
masih bernama Uni Malaya). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim, sementara
jasad Iswahyudi tidak diketemukan dan tidak diketahui nasibnya hingga sekarang. Begitu juga
dengan berbagai perlengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui kemana
rimbanya. Ketika Perjanjian Haadyai antara Malaysia dengan Partai Komunis Malaya diadakan
pada tahun 1989, seorang Indonesia turut muncul dalam gencatan senjata tersebut. Seorang
penulis nasionalis Malaysia, Ishak Haji Muhammad (Pak Sako), menduga komunis warga
Indonesia tersebut ialah Iswahyudi.
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung Gunung Mesah, tidak jauh dari
Gopeng, Perak, Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu
banyak bermukim penduduk keturunan Sumatera. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim
digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, Jakarta.
Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan
menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara
Halim Perdanakusuma di Jakarta. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang
KRI Abdul Halim Perdanakusuma.

5. Dr.Ir.Soekarno
Dr.(HC) Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dengan nama lahir Koesno
Sosrodihardjo adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 19451966. Ia
memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai
dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17
Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial,
yang isinya berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat menugaskan
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah
pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada
sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai
pejabat Presiden Republik Indonesia.
Beliau meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun.

6. Dr. Soetomo
Dr. Soetomo, lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 ) adalah
tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia.
Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen, Batavia. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo
mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908. Setelah lulus pada tahun
1911, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun
1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda. Pada tahun 1919 sampai 1923,
Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Belanda.
Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda
Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya, pada tahun 1930
mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia
Raya).
Beliau meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun.

3. Setyabudi
5. K.H. Hasjim Asjarie
6. Gubernur Surjo
7. K.H. Mas Mansur
8. Serda.KKO. Anm.Djanatin Alias Osman Bin Haji
9. Kopral.KKO.Anm.Harun Bin Said
10. Jend.TNI.Anm. Basuki Rachmat
11. W.R. Soepratman
13. Marsma. TNI. Anm.R.Iswahjudi
14. Soeprijadi
15. Untung Surapati
17. R.P. Soeroso

Anda mungkin juga menyukai