Sop Ugd
Sop Ugd
Prosedur 1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
2. Ambil peralatan bekas pakai yang telah didekontaminasi ( hati-hati
bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum
jahit)
3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastic atau
karet jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang
terbuat dari logam
4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati
5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain
6. Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalnya dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam
wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses
DTT
7. Peralatan yang akan didisinfeksi di dalam otoklaf atau oven panas
kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi
dimulai
8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan
air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan
menggunakan air bersih
9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara dianginkan
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
Judul SOP : Desinfeksi Tingkat Tinggi
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa spora
bacterial dari obyek dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektan kimiawi
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur Penatalaksanaan
a. Petugas UGD / Rawat Inap menyatakan pasien perlu rujukan
b. Petugas UGD / Rawat Inap menjelaskan dan meminta persetujuan
kepada keluarga pasien untuk dirujuk
c. Keluarga pasien setuju
d. Petugas UGD / Rawat Inap membuat surat rujukan
e. Petugas UGD / Rawat Inap membuat rincian biaya pasien pulang
dan biaya penggunaan ambulan (untuk pasien rawat inap atau
pasien UGD yang sudah diberikab terapi, bagi pasien UGD yang
tidak mendapat terapi cukup membayar biaya ambulan saja)
f. Keluarga pasien membayar dan menerima kwitansi dan surat
rujukan
g. Petugas UGD / Rawat Inap menerima pembayaran
h. Petugas UGD / Rawat Inap mempersiapkan kesiapan pasien dan
Petugas UGD/rawat inap yang lain segera menghubungi sopir
Ambulan
i. Sopir menyiapkan ambulan (jika sudah siap sopir segera
menghubungi petugas UGD bahwa ambulan sudah siap)
j. Petugas UGD / Rawat Inap mendampingi dan mengantarkan
pasien ke tempat tujuan dengan ambulan
k. Setelah selasai mengantarakan dan kembali ke Rumah Sakit
Petugas UGD / Rawat Inap menulis laporan kegiatan pada buku
kegiatan UGD / Rawat Inap
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
TINDAKAN SUCTION
Judul SOP : Tindakan Suction
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang
bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas
dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan 1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring,
trakeal dan bronki.
Komplikasi:
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
Kriteria
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang
tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu
klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan
intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital
Indikasi
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu
membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan
ditandai terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu
ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien.
Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada
alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan
pembuangan secret oral
Persiapan
a. Lingkungan
- Penjelasan pada kleuarga
- Pasang skerem/ tabir
- Pencahayaan yang baik
b. Klien
- Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
- Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi
(oral suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal
suction)
Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral
menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction)
c. Alat-alat
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
d. Pelaksanaan
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
B. Fase kerja
1. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak
mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan
sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah
klien batuk.
a. Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien
b. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
c. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum
klien)
d. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu
klien
e. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
f. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
g. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator
vakum
h. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung
klien
i. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
j. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan
arahkan ke orofaring dengan perlahan
k. Sumbat port penghisap dengan ibu jari. Dengan
perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak boleh
lebih dari 15 detik.
l. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak
mengalami disteress pernafasan, istirahat 20-30
detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
m. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9
-11
n. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan
batuk efektif diantara penghisapan.
o. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah
penghisapan orofaringeal.
p. Buang kateter penghisap bersamaan dengn
pelepasan hanscoon
q. Cuci tangan
2. Suction ETT
a. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan
gejala adanya sekresi jalan nafas bagian atas
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
c. Persiapkan alat dan bahan
d. Tutup pintu atau tarik gorden
e. Berikan pasien posisi yang benar
f. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah
dagu klien
g. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien.
Misalnya tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa,
95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk
bayi.
h. Cuci tangan
Untuk pengisapan dengan kateter yankauer
1. Kenakan sarung tangan bersih
2. Hubungkan satu ujung selang penghubung
dengan mesin pengisap dan ujung lain
dengan kateter pengisap yankauer. Isi
mangkuk dengna air
3. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan
baik dengan mengisap sejumlah air dari
mangkuk
4. Pindahkan masker oksigen jika terpasang
5. Masukkan kateter ke dalam mulut
sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan
kateter mengelilingi lubang mulut sampai
sekresi terangkat
6. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker
oksigen
7. Bersihkan kateter dengan air di dalam
mangkuk atau Waskom sampai selang
penghubung bersih dari sekresi. Matikan
pengisap
8. Kaji kembali status pernafasan klien
9. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor
untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan
buang di wadah
10. Reposisikan klien, posisi sims mendorong
drainase dan harus digunakan jika klien
mengalami penurunan tingkat kesadaran
11. Buang air yang tersisa ke dalam wadah
yang tersedia
12. Tempatkan selang penghubung di daerah
kering dan bersih
13. Cuci tanganI
Suction tracheostomy
1. Nyalakan peralatan pengisap dan atur
regulator vakum pada tekanan negative
yang sesuai
2. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen
tambahan sampai 100% atau sesuai
program dokter
3. Gunakan peralatan pengisap dengan
membuka bungkusan dengan tetap
menjaga kesterilan pengisap tersebut.
4. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan
kateter steril yang terbuka tersebut tanpa
menyentuh bungkusannya.
5. Kenakan masker dan pelindung mata
6. Kenakan sarung tangan steril pada kedua
tangan atau kenakan sarung tangan bersih
pada tangan tidak dominan dan sarung
tangan steril pada tangan dominan
7. Angkat kateter pengisap dengan tangan
dominan tanpa menyentuh permukaaan
yang tidak steril. Angkat selang
penghubung dengan tangan tidak dominan.
Masukkan kateter ke dalam selang
8. Periksa apakah peralatan berfungi dengan
baik dengan mengisap sejumlah normal
saline dari Waskom
9. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna
pelumas larut air
10. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika
terpasang dengan tangan tidak dominan.
Tanpa melakukan pengisapan, dengan
perlahan tetapi cepat, insersikan kateter
dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan
ke dalam hidung dengan gerakan sedikit
mirimg ke arah bawah atau melalui mulut
saat klien menghirup nafas
11. Lakukan pengisapan secara intermitten
sampai selam 10 detik dengan meletakkan
dan mengangkat ibu jari tidak dominan
dari lubang ventilasi kateter sambil
memutarnya ke dalam dan keluar di antara
ibu jari dan jari telunjuk dominan
12. Bilas kateter dengan selang penghubung
dengan normal saline sampai bersih
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan dating
D. Pendokumentasian
Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter,
lama tindakan, secret (warna,bau,jumlah dan konsistensi),
toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
INFORMED CONSENT
Judul SOP : Informed Consent
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/
perawatan selama dirawat di Puskesmas
Tujuan Sebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap
tindakan yang dilakukan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur Alat :
Pengukur tinggi badan : MICROTOISE dengan kapasitas ukur 2 meter
dan ketelitian 0,1 cm
a. Pengukuran Tinggi badan untuk Orang Dewasa dan Anak yang
sudah Bisa Berdiri
- Persiapan (cara memasang Microtoise)
1. Gantungkan bandul benang untuk memasang microtoise di
dinding agak tegak lurus
2. Letakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding
jangan ada lekukan atau tonjolan (rata)
3. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan
benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka
pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian
dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas
microtoise
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi
perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas
microtoise
- Prosedur Pengukuran Tinggi Badan
1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu0,
topi (penutup kepala)
2. Pastikan alat geser berada diposisi atas
3. Responden diminta berdiri tegak, persis dibawah alat geser
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan
tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi
tergantung bebas
6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
responden. Pastikan alat geser tepat ditengah kepala
responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser
harus tetap menempel pada dinding
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka
yang lebih besar (ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di
depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata
petugas
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, penukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
dibelakang koma (0,1 cm) contoh: 157,3 cm; 163,7 cm
b. Pengukuran Tinggi Badan untuk Anak yang Belum Bisa Berdiri
1. Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang
rata. Bila tidak ada meja, alat dapat diletakkan di atas tempat
yang datar (misalnya, lantai)
2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri
dan panel penggeser di sebelah kanan pengukur. Panel kepala
adalah bagian yang tidak bisa digeser
3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai perkirakan
cukup panjang untuk menaruh bayi/anak
4. Baringkan bayi/anak dengan posisi telentang, diantara kedua
siku, dan kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang
tidak bisa di geser
5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/anak sampai lurus
dan menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan
telapak kaki bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian
geser bagian panel yang dapat digeser sampai persis menempel
pada telapak kaki bayi/anak
6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang
lebih besar. Misalkan ; 67,5 cm.
7. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENGUKURAN LINGKAR PERUT
Judul SOP : Pengukuran Lingkar Perut
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur a. Persiapan
1. Ruangan yang tertutup dari pandangan umum. Jika tidak ada
gunakan tirai pembatas
2. Pita pengukur
3. Spidol dan bulpen
b. Pelaksanaan
1. Jelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran
2. Untuk pengukuran ini responden diminta dengan cara yang
santun untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk
terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran
3. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
4. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul
5. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik
tengah tersbut dengan alat tulis
6. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernapas dengan
normal (ekspirasi normal)
7. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang
dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran
8. Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir
pada titik tengah tersebut lagi
9. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang
mendekati angka 0,1 cm
Hal-hal yang perlu diperhatikan;
a. Pengukuran lingkar perut yang benar dilakukan dengan
menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung.
Pengukuran di atas pakaian sangat tidak dibenarkan
b. Apabila responden tidak bersedia membuka/menyingkap
pakaian bagian atasnya, pengukuran dengan menggunakan
pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk dll)
diperbolehkan dan beri catatan pada kuesiner
c. Apabila responden tetap menolak untuk diukur, pengukuran
lingkar perut tidak boleh dipaksakan dan beri catatan pada
kuesioner.
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)
Judul SOP : Pengukuran Lingkar Lengan Atas
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengukuran Lingkar Lengan Atas dimaksudkan untuk mengetahui
prevalensi wanita usia subur umur 15 45 Tahun dan ibu hamil yang
menderita Kurang energy Kronis (KEK)
Tujuan Mengetahui status gizi wanita usia subur
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur a. Alat
Pita LILA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran
kain.
b. Persiapan
1. Pastikan pita LILA tidak kusut, tidak berlipat-lipat atau tidak
sobek
2. Jika lengan responden > 33 cm, gunakan meteran kain
3. Responden diminta berdiri dengantegak tetapi rileks, tidak
memegang apapun serta otot lengan tidak tegang
4. Baju pada lengan kiri disingsingkan ke atas sampai pangkal
bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup
c. Pengukuran
Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada responden
bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri responden
sampai pangkal bahu. Bila responden keberatan, minta izin
pengukuran dilakukan di dalam ruangan tertutup.
1. Tentukan posisi pangkal bahu
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan
telapak tangan ke arah perut
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
denganmenggunakan pita LILA atau meteran dan beri tanda
dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin
kepada responden). Bila menggunakan pita LILA perhatikan
titik nolnya
4. Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan
responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu
dan siku)
5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA
6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA
(kearah angka yang lebih besar)
8. Tuliskan angka pembacaan pada kuesiner
Keterangan:
Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri
keterangan pada kolom catatan pengumpul data)
1. Simpan pita LILA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat
2. Simpan pita LILA dengan baik, jangan sampai robek
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
PENGUMPULAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL URINE
Judul SOP : Pengumpulan, Pengemasan dan Pengiriman
No Sampel Urine
Dokumen : /PK.UGD/PKM/
No. Revisi : Tahun 2014
Tanggal mulai berlaku :
Pengertian Pengumpulan sampel urine untuk pemeriksaan penunjang
Tujuan Sebagai pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosa
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur Perhatian :
- Pengumpulan sampel urine harus terhindar dari kontaminasi
- Anak usia sekolah yang dipilih adalah umur 6-12 tahun belum
baligh (jika anak perempuan belum menstruasi)
Judul SOP :
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai :
berlaku
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap
SOP
Judul SOP :
No : /PK.UGD/PKM/
Dokumen : Tahun 2014
No. Revisi :
Tanggal mulai :
berlaku
Pengertian
Tujuan
Kebijakan Semua tenaga medis dan paramedic terampil
Penanggungjawab
disusun diperiksa disahkan
Prosedur
Unit Terkait UGD dan Rawat Inap