OLEH :
PSIK VI/A
Nursanti
Pk 115 014 027
Diajukan sebagai syarat Tugas Individu
Mata Kuliah Riset Keperawatan
Kepada dosen Pembimbing Mata kuliah (Ns.Diah Fitri,M.Kep)
A. FENOMENA
Hasil dari data Riset Kesehatan Dasar atau (Riskesdas) pada tahun 2013
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6 % dari populasi dan 0,17%
sedangkan Prevalensi menderita gangguan jiwa berat. 14,3% seperti
Skizofrenia mencapai 400.000 orang atau sebanyak 1.7 per 1.000 penduduk
dan diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6 % penduduk berusia
15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Prevalensi gangguan mental
emosional tertinggi adalah adalah Sulawesi tengah sebanyak 6.0 persen.
Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan rekam medik pasien yang
pelayanan rawat jalan di Polik Jiwa RSD Madani Palu pada tahun 2016
tercatat jumlah kunjungan pasien Jiwa dengan jenis Kelamin laki-laki =
4.505 dan wanita = 2.290 orang. Untuk pasien dengan diagnosa Skizofrenia
tercatat pada tahun 2014 sebesar 2.230 jiwa sementara tahun 2015 terdapat
2.569 jiwa, dan tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah penderita Skizofrenia
sebesar 2.364 jiwa. (Rekam Medik RSD Madani Palu)
P =f x 100%
n
Keterangan :
P = persentasi
f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah
dipilih responden atas pernyataan yang diajukan
n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden
selaku peneliti
100% = bilangan genap (Serbaguna, 2008)
Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : hasil presentasi76%-100%
2) Cukup : hasil presentasi 56%-75%
3) Kurang : hasil presentasi<56% (A. Wawan dan Dewi M, 2010)
d. Proses Adaptasi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku yangdidasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007:121)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran)
Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih
dahulu
2) Interest (tertarik)
Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang sudah diketahui dan
dipahami terlebih dahulu.
3) Evaluation
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang sudahdilakukan serta
pengaruh terhadap dirinya
4) Trial
Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan perilaku baru yang sudah
diketahui dan dipahami terlebih dahulu.
5) Adoption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga
dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhpersepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide
dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam
menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap
akanmemperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi
pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena
pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik
yang menjadikan hidup yang berkualitas.
3) Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka
berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,
sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
4) Sosial ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga, status
ekonomi yang baik akanlebih mudah tercukupi dibanding orang dengan
status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang
semakin mudah dalam mendapatkanpengetahuan, sehingga menjadikan
hidup lebih berkualitas
5) Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.
Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka
pengetahuan yang dimiliki juga akanbertambah.
6) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu carauntuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman
seseorang individu tentang berbagai hal biasanyadiperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering
mengikuti organisasi.
2. Skizofrenia
A. Pengertian Skizofrenia
Beberapa ahli menguraikan istilah Skizofrenia berdasarkan gejala,
penyebab dandampak yang ditimbulkan. Menurut Kraepelin (1919, dalam
Benhard, 2007) menyebut istilah skizofrenia dengan penurunan fungsi
kognitif terjadi pada usiamuda ditandai dengan proses kognitif yang makin
memburuk dengan gejala halusinasi dan waham. Skizofrenia adalah gangguan
psikotik yang bersifat kronis,dapat mengalami kekambuhan dengan gejala
klinis yang beragam dan tidak khas (Kusuma, 2007). Skizofrenia adalah
penyakit otak neurobiogical yang serius dan menetap, ditandai dengan
kognitif dan persepsi serta efek yang tidak wajar (Laraia, 2009). Skizofrenia
dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi, disorganisasi
pembicaraan dan perilaku, efek datar, penurunan kemampuan kognitif,
ketidakmampuan bekerja atau kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk
(Bustillo, 2008).
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan pengertian skizofrenia
adalah gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan bisa terjadi
kekambuhandengan gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas, seperti:
penurunan fungsi kognitif yang disertai halusinasi dan waham, efek datar,
disorganisasi perilakudan memburuknya hubungan sosial.
B. Penyebab Skizofrenia
Penyebab skizofrenia tidak diketahui secara pasti, berbagai macam
faktor predisposisi dan presipitasi yang mendukung terjadinya kekambuhan.
Namun pada dasarnya ada hubungan dengan faktor bawaan atau bakat yang
diturunkan dari orang tua secara genetik. Benhard (2007) menjelaskan
penyebab skizofrenia sebagai berikut:
1) Model diatesis stres, menjelaskan bahwaskizofrenia timbul karena adanya
kesatuan antara faktor biologis, faktorpsikososial dan lingkungan.
Individu yang rentan mengalami stresor akan lebihmudah menjadi
skizofreniaFaktor pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia dipengaruhi
oleh emotionalturbulent families, stressful life event, diskriminasi dan
kemiskinan.
2) Faktorneurobiologis, perkembangan saraf pada awal kehamilan
ditentukan oleh intakenutrisi (ibu hamil yang malnutrisi beresiko janinnya
kelak berkembang menjadiskizofrenia) begitu pula trauma psikologis
yang dialami ibu selama hamil. Padamasa kanak disfungsi situasi sosial
seperti trauma masa kecil, kekerasan,hostilitas dan hubungan
interpersonal yang kurang hangat sangat mempengaruhiperkembangan
neurological sehingga anak lebih beresiko mengalamiskizofrenia.
Dari berbagai pendapat tentang penyebab skizofrenia tersebut, maka
peneliti berpendapat bahwa terjadinya skizofrenia sangatlah unik artinya tiap
individu akan berbeda tergantung riwayat perkembangan syaraf dari masa
intra uteri sampai pada perkembangan ketika dewasa. Selain itu cara pandang
dan cara koping mekanisme individu dalam mengatasi berbagai stressor baik
dari dalam diri, keluarga dan lingkungan sekitarnya juga menjadi faktor
pencetus terjadinyaskizofrenia. Adanya gangguan fisik yang didapat ketika
individu sedah dewasa, seperti trauma fisik merupakan salah satu faktor
pendukung terjadinya skizofrenia.
C. Manifestasi Klinik
Gejala skizofrenia biasanya dimulai di usia remaja atau dewasa muda awal.
Skizofrenia mempengaruhi pria dan wanita dengan frekuensi yang sama.Penyakit ini
cenderung terjadi pada laki-laki berusia 16-24 tahun dan perempuandi antara 20-34
tahun (Bustillo, 2008). Jadi jenis kelamin tidak menentukan dan mempengaruhi
kejadian skizofrenia.
D. Gejala Skizofrenia
Menurut Benhard (2007), gejala yang tampak dari skizofrenia dibagi dalam 5
dimensi, yaitu:
a. Gejala positif
Menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas, meliputi:
waham,halusinasi, disorganisasi pembicaraan dan perilaku seperti katatonia
atau agitasi.
b. Gejala negatif
Yaitu: affective flattening, alogia, avoliyion, anhedonia dan gangguan atensi.
Selain itu ditemukan pula adanya penurunan fungsi normal seperti efek tumpul,
penarikan emosi dalam berkomunikasi, raport yang buruk dengan lingkungan
sekitar, bersifat pasif dan menarik diri dari hubungan sosial.
c. Gejala kognitif
Adanya gangguan proses kognitif dapat juga terjadi inkoheren, asosiasilonggar,
atau neologisme. Selain itu adanya gangguan atensi dan pengolahan informasi.
Gangguan kognitif yang berat seperti: gangguan kemampuan menghasilkan
pembicaraan yang spontan, uratan peristiwa, kewaspadaan dan masalah atensi,
proritas dan prilaku pada hubugan sosial.
d. Gejala agresif dan hostile
Menekankan pada masalah pengendalian impuls. Hostilitas berupa penyerangan
secara fisik atau verbal terhadap orang lain, termasuk perilaku bunuh diri
(suicide), merusak barang orang lain, atau sexual acting out. e. Gejala depresi
dan anxiousGejala ini bersamaan dengan mood yang terdepresi, mood cemas,
rasa bersalah, tension, irritabilitas atau kecemasan. Secara garis besar gejala
yang muncul pada skizofrenia adalah adanya gejala positif seperti gejala
halusinasi, waham, perilaku aneh dan gejala negatif seperti gejala dalam
penurunan interaksi sosial, gangguan tidur, gangguan pemenuhan nutrisi, deficit
perawatan diri. Gejala ini yang menentukan pemberian terapi baik psikofarma
maupun asuhan keperawatan yang akan diberikan.
E. Tipe Skizofrenia
DSM-IV (Diagnostic Statistical Manual) membagi tipe skizofrenia
kedalam enam subtipe yaitu: tipe katatonik, disorganisasi (hebrefenik), paranoid,
tak terinci, residual dan skizofrenia simpleks. Sedangkan penggolongan
skizofreniamenurut PPDGJ (F20) antara lain: tipe paranoid (F20.0), tipe
hebrefenik(F20.5), tipe simpleks (F20.6), tipe depresi pasca skizofrenia (F20.4)
(Benhard,2007).
F. Terapi Skizofrenia
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada pasien skizofrenia.
Ha ini diberikan dengan kombinasi satu sama lain dengan jangka waktu yang
relatif cukup alam. Hawari (2001) menguraikan terapi skizofrenia terdiri dari
pemberian obat-obatan, psikoterapi dan rehabilitasi. Terapi psikososial pada
skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga,rehabilitasi
psikiatri, latihan keterampilan sosial dan manajemen kasus (Hawari,2001).
Terapi psikofarmaka pada skizofrenia dengan antipsikotik dua
kategori, yaitu: obat antipika (clozapin, risperidon, olanzapine, dan
trifluoperazine) ( Maslim, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi efek
terapeutik obat antipsikotik ini meliputi: usia, genetik, perilaku
penyalahgunaan zat, kondisi medis, obatmenginduksi enzim, obat yang
menghambat clearance dan perubahan dalam ikatan protein (Benhard,
2007).
Efek teraputik obat pada pasien skizofrenia memiliki respon yang berbeda
padasetiap individu dan membutuhkan waktu lama untuk merasakan manfaat dari
obat tersebut. Sampai saat ini dari obat yang telah ditemukan belum ada obat
yang sangat ideal untuk skizofrenia, karena masing-masing jenis obat memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Menurut Maslim (2001), efek samping yang
sering terjadi adalah gejala ekstra piramidal seperti: kedua tangan gemetar
(tremor), kekakukan alat gerak (bila berjalan seperti robot), otot leher kaku
sehingga kepala pasien seolah-olah terpelintir atau tertarik. Efek samping ini
menimbulkan rasa tidak nyaman buat pasien dan menimbulkan asumsi
negatifterkait ada dan tidak adanya manfaat dari obat tersebut bagi kesembuhan
pasien skizofrenia. Hal ini akan berdampak pada prilaku pasien dalam
menjalankan
regimen terapeutik yang disarankan dari petugas kesehatan.
G. Karateristik Skizofrenia yang Mengalami Ketidakpatuhan
Hasil penelitian Wardani (2009) menunjukkan perilaku tidak patuh minum
obat pada pasien skizofrenia sangat beragam, seperti: menurunkan dosis,
meningkatkan dosis, minum obat dengan dosis diluar pengawasan medis, menolak
obat dan minum obat tidak tepat waktu. Perilaku tidak patuh juga dapat dilihat ketika
pasien skizofrenia membeli obat sendiri tanpa pengawasan dan kontrol terlebih
dahulu ke medis.
e. Lingkungan klien
Keluarga dapat mempengaruhi keyakinan, nilai kesehatan dan
menentukanprogram pengobatan yang dapat diterima oleh klien. Keluarga
berperan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan anggota keluarga yang
sakit, menentukan keputusan mencari dan mematuhi anjuran pengobatan. Menurut
salimin (2010), faktor lingkungan, seperti tingkat dukungan sosial yangtersedia,
juga prediktor yang akurat dari kepatuhan.
C. Kerangka Teori
Tingkat pendidikan
Tingkat ekonomi
Gambar 1.1 Kerangka Teori
Carpenito, 2000
D. Kerangka Konsep
Variabel penelitian
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Pengetahuan
Keluarga
2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kepatuhan Minum
obat pada pasien skizofrenia
E. Hipotesis
1) Ha = Ada Hubungan antara Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum
Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Polik Jiwa RSD Madani Palu
2) H0 = tidak Ada Hubungan antara Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Polik Jiwa RSD Madani Palu