Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto adalah salah satu
perguruan tinggi islam negeri di Purwokerto. IAIN Purwokerto memiliki lima
fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syariah,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan
Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora. Kampus IAIN Purwokerto telah
melakukan pengembangan fasilitas untuk menunjang kegiatan akademik
maupun non akademik, salah satunya adalah dengan adanya proyek
pembangunan gedung kuliah terpadu sebagai penunjang sarana perkuliahan.
Kerja praktik adalah mata kuliah dalam kurikulum program strata satu yang
wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa di lingkungan Universitas Jenderal
Soedirman. Untuk dapat melaksanakan kerja praktik, mahasiswa diharuskan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu persyaratan akademik dan
administratif. Selanjutnya, hasil kerja praktik dibuat suatu laporan dan
diseminarkan sebagai dasar memperoleh nilai mata kuliah kerja praktik.
Materi yang diperoleh pada proses perkuliahan akan dapat lebih dikuasai
oleh mahasiswa dengan melaksanakan kegiatan kerja praktik. Selain untuk
memperdalam materi, mahasiswa dapat mengetahui secara langsung proses
pelaksanaan proyek dengan permasalahan-permasalahan dan cara mengatasi
masalah-masalah tersebut. Dalam hal ini penyusun melakukan kerja praktek di
salah satu cabang ilmu teknik sipil, yaitu pada cabang struktural dan penyusun
kerja praktik pada proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN
Purwokerto dengan mengambil judul Pekerjaan Balok, Pelat dan Tangga Pada
Proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktik


Selama melakukan kerja praktik, mahasiswa teknik sipil diharapkan
mengetahui proses pelaksanaan konstruksi dari suatu proyek. Adapun maksud

1
dan tujuan pelaksanaan kerja praktik pada Proyek Pembangunan Gedung
Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto adalah sebagai berikut.
1) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik dalam
bidang perencanaan maupun pelaksanaan di lapangan yang tidak diperoleh
di bangku perkuliahan.
2) Mahasiswa diharapkan dapat membandingkan antara teori yang diperoleh
dengan pelaksanaan di lapangan sehingga dapat memperoleh keseimbangan
ilmu keteknikan.
3) Mahasiswa diharapkan mengetahui kumpulan sumber-sumber dasar atau
input proyek sehingga proyek dapat terlaksana dengan baik.
4) Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung pelaksanaan atau kinerja
pembangunan gedung, khususnya pekerjaan Balok, Pelat dan Tangga pada
bangunan gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto.
5) Mahasiswa dapat menganalisis masalah-masalah yang timbul dalam
pelaksanaan proyek serta pemecahan yang dapat dilakukan.

1.3 Manfaat Kerja Praktik


Dalam melakukan kerja praktik di lokasi proyek, banyak manfaat yang
bisa diperoleh mahasiswa teknik sipil. Bisa memperoleh bekal dalam
melangsungkan karirnya sebagai seorang engineer di dunia konstruksi baik
wilayah nasional maupun internasional. Manfaat dari kerja praktik yang bisa
didapat oleh mahasiswa teknik sipil antara lain:
1) Mahasiswa mengetahui bagaimana proses pelaksanaan konstruksi
terutama bangunan gedung tingkat tinggi,
2) Mengetahui bukan hanya pekerjaan yang ditinjau tetapi juga seluruh
pekerjaan karena rentan waktu yang diberikan dalam melaksanakan kerja
praktik cukup lama,
3) Mampu membandingkan teori di perkuliahan dengan kenyataan yang
dilaksanakan di lapangan,
4) Mengetahui urutan pekerjaan di lapangan,

2
5) Mengasah feel of engineer dalam mencari solusi dari permasalahan yang
terjadi di lapangan,
6) Memperluas jaringan dalam dunia konstruksi karena beraktivitas bersama
secara langsung dengan unsur-unsur pelaksana suatu proyek.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik


Ruang lingkup pekerjaan yang ditinjau pada pelaksanaan kerja praktik ini
adalah pelaksanaan pekerjaan kolom dan tangga pada Proyek Pembangunan
Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto yang meliputi:
1) Pekerjaan pembesian pada struktur balok, pelat dan tangga,
2) Pekerjaan bekisting pada struktur balok, pelat dan tangga,
3) Pekerjaan pengecoran pada struktur balok, pelat dan tangga,
4) Pekerjaan pembongkaran bekisting pada struktur balok, pelat dan tangga,
5) Pekerjaan perawatan beton pada struktur balok, pelat dan tangga,
6) Pembahasan permasalahan dan pemecahan masalah pada struktur balok,
pelat dan tangga.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Laporan ini ditulis dengan metode deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan dan menguraikan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
praktikan dan dilengkapi dengan data laporan, gambar-gambar dan foto-foto
kegiatan dilapangan yang mendukung penyajian laporan ini. Dalam
penyusunan laporan ini data diperoleh dari berbagai sumber yaitu sebagai
berikut:
1) Pengamatan langsung (Observasi), yaitu melakukan pengamatan langsung
di lapangan mengenai teknik-teknik pekerjaan struktur yang sedang
berlangsung,
2) Wawancara (Interview), yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan
semua pihak yang terlibat dalam proyek, mengenai hal-hal yang belum
diketahui dan berbagai masalah yang dijumpai di lapangan,

3
3) Pengumpulan data tertulis dan gambar-gambar proyek dari kontraktor dan
konsultan, maupun yang didapat sendiri oleh penyusun dengan alat bantu
kamera, pensil dan buku tulis yang digunakan saat pengambilan data proyek
ketika pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
4) Beberapa literature sebagai bahan pembanding.

1.6 Sistematika Penyusunan Laporan


Sistematika penyusunan laporan pada Laporan Kerja Praktik ini, adalah
sebagai berikut:
1) BAB I Pendahuluan
Bab ini meliputi: latar belakang kerja praktik, tujuan kerja praktik, manfaat
kerja praktik, alasan pemilihan proyek, ruang lingkup kerja praktik, metode
pengumpulan data, dan sistematika penyusunan laporan.
2) BAB II Tinjauan Umum Proyek
Bab ini meliputi: latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, serta
data-data proyek.
3) BAB III Manajemen Proyek
Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum manajemen, tahapan
pelaksanaan proyek, unsur-unsur pengelola proyek, hubungan unsur-unsur
pengelola proyek, struktur organisasi proyek, serta jadwal pelaksanaan
pekerjaan.
4) BAB IV Sumber Daya Proyek
Bab ini menguraikan tentang macam-macam sumber daya proyek, peralatan
proyek, material, dan tenaga kerja pada proyek.
5) Bab V Tinjauan Khusus Pekerjaan Kolom dan Tangga
Bab ini membahas tentang pelaksanaan pekerjaan struktur balok, pelat dan
tangga, permasalahan dan penyelesaian.
6) BAB VI Pengendalian Proyek
Bab ini berisi tentang permasalahan apa saja yang dihadapi ketika proyek
berjalan dan bagaimana penyelesaian yang harus dilakukan oleh proyek
berdasarkan pengamatan saat kerja praktik.

4
7) Bab VII Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulis selama melaksanakan
kerja praktik di Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Purwokerto,
berdasarkan permasalahan yang ada dan pengamatan penyusun.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Gambaran Umum Proyek


Pada Pembangunan Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto tahun
ini merupakan tahap pertama, yang terdiri dari pembangunan seluruh struktur
utama dari pondasi sampai atap, serta pekerjaan arsitektur luar. Proyek ini
dibangun dengan metode konvensional, semua pembuatan elemen struktur
adalah insitu atau non precast. Gedung Perkuliahan Terpadu ini direncanakan 4
lantai dengan urutan lantai dasar (basement), lantai 1, lantai 2, dan lantai 3
dengan elevasi lantai 3 adalah 10,74 m.
Gedung tersebut direncanakan untuk berbagai kebutuhan. Lantai dasar
(basement) direncanakan untuk lahan parkir. Lantai 1 akan dijadikan ruang
dosen, ruang kuliah, ruang kajur, ruang kaprodi, ruang pelayanan umum dan
pelayanan akademik. Lantai 2 direncanakan untuk ruang kuliah, ruang rapat
jurusan, ruang dekan dan wakil dekan. Sedangkan pada lantai 3 direncanakan
untuk ruang kuliah, ruang pendadaran dan ruang arsip. Berikut ini adalah
gambar tampak sisi barat gedung perkuliahan terpadu IAIN Purwokerto yang
terlampir pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tampak sisi barat Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN


Purwokerto

6
2.2 Maksud dan Tujuan Proyek
Tujuan dalam pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan sarana dan prasarana kampus
2) Meningkatkan sumber daya kampus guna mendukung proses pendidikan
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
3) Menambah nilai lebih kampus dibandingkan dengan kampus lain
4) Menambahkan fasilitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
dengan adanya penambahan bangunan gedung pendidikan ini.

2.3 Data-Data Proyek


Tahapan penyelenggaraan proyek pembangunan secara menyeluruh
dimulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik
sampai dengan pemanfaatannya harus dikerjakan secara sistematik. Di dalam
proses atau tahapan ini terdapat bermacam-macam unsur pendukung yang
saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur yang membentuk suatu ikatan
kerja sama dimana masing-masing mempunyai peranan, fungsi dan tanggung
jawab yang jelas. Tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya adalah efisiensi
yang optimum dari tenaga, waktu dan biaya proyek terhadap hasil yang
diperoleh. Data-data umum dan data-data teknis sangat diperlukan demi
penyelenggaraan proyek yang efektif, detail dan menyeluruh.

2.3.1 Data Umum Proyek


Data umum proyek adalah data-data yang menggambarkan proyek secara
umum. Data umum pada proyek ini antara lain :
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto
Lokasi Proyek : Jalan Jend. A. Yani, No.40A, Purwokerto
Pemilik Proyek : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Konsultan Perencana : CV. Arsigrapi, Yogyakarta
Konsultan Pengawas : CV. Citra Vastu Vidya, Tegal
Kontraktor Pelaksana : PT. Bina Agung Damar Buana

7
Lingkup Pekerjaan : Terdiri dari 4 lantai
Luas Bangunan : 2832,88 m2
Nilai Kontrak : Rp 10.904.980.000,-
Sumber Dana : APBN 2016
Waktu Pelaksanaan : 165 Hari

2.3.2 Lokasi Proyek


Secara geografis, batas-batas Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
IAIN Purwokerto antara lain, sebelah selatan berbatasan dengan Gedung
Pusat Kegiatan Mahasiswa, sebelah barat berbatasan dengan Gedung
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, sebelah timur berbatasan dengan
laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi, sedangkan sebelah utara
berupa Gedung Perkuliahan. Lokasi proyek akan dijelaskan pada gambar 2.2
berikut.

LOKASI
PROYEK

Gambar 2.2 Lokasi Proyek

8
2.3.3 Data Teknis Proyek
Data teknis proyek adalah data yang menjelaskan keadaan struktur suatu
proyek. Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto memiliki
data struktur sebagai berikut:
1) Jumlah Tingkat : 4 lantai
2) Luas Bangunan : 2832,88m2, meliputi:
Basement floor : 708,22 m2
1st floor : 708,22 m2
2nd floor : 708,22 m2
3rd floor : 708,22 m2
3) Fungsi bangunan :
Basement floor : Ruang parkir
1st floor : Ruang Kuliah, Ruang dosen, Ruang Kajur, Ruang
Kaprodi, Ruang Pelayanan Umum, Ruang
Pelayanan Akademik.
2nd floor : Ruang kuliah, Ruang rapat jurusan, Ruang Dekan,
Ruang Wakil Dekan.
3rd floor : Ruang kuliah, Ruang pendadaran, Ruang arsip.

4) Fondasi :
Ada empat tipe fondasi yang digunakan pada proyek ini yang tercantum
dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis Fondasi Footplat


Tipe Dimensi (mm)
F1 2500x2500x350
F2 2000x2000x350
F3 1500x1500x350
F4 800x800x200

9
5) Sloof :
Ada dua tipe ukuran sloof yang digunakan pada proyek ini yang tercantum
dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tipe dan Dimensi Sloof


Tipe Dimensi Sloof (mm)
S1 250 x 500
S2 150 x 250

6) Kolom :
Ada empat tipe ukuran kolom yang digunakan pada proyek ini yang
tercantum dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kolom Persegi dengan Mutu beton K300

Tipe Dimensi Kolom (mm) Tulangan (mm)

K1 600/600 16D22
K2 400/400 14D22
K2 200/200 412
K4 150/150 412

7) Balok:
Ada empat tipe ukuran balok yang digunakan pada proyek ini yang
tercantum dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4 Dimensi Balok


Tipe Balok Dimensi
B1 300 x 600
B2 250 x 500
B3 200 x 400
B4 200 x 300

10
8) Pelat : Pada gedung utama menggunakan weirmesh dan
bondek dengan tebal plat 13 cm.
9) Mutu Beton : K-250 (Tangga), K-300 (Kolom), K-300 (Balok),
K-300 (Pelat)
10) Pembesian : Tulangan yang digunakan memiliki ukuran besi
polos : 12, 10 ; besi ulir: D13, D16, D19, D22
11) Bekisting : Bekisting kolom dan balok digunakan multipleks
dengan tebal 5 mm dan besi 3/5, dan bekisting pelat
digunakan bondek
12) Atap : Struktur Rangka Baja
13) Mutu Baja : BJTP 34 (Fy = 210 MPa)
BJTD37 (Fy = 240 MPa)

2.3.4 Data Tanah


Penyelidikan tanah harus dilakukan secara detail dan teliti sehingga
diperoleh data dan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat, dan susunan
lapisan tanahnya. Penyelidikan tanah secara umum bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai kondisi dan karakteristik lapisan tanah, jenis
tanah, parameter tanah, dan muka air tanah pada lokasi rencana bangunan,
sehingga diketahui susunan lapisan tanah yang ada di lokasi. Salah satu
penyelidikan tanah pada proyek ini menggunakan uji sondir (Cone Penetration
Test). Dari hasil penyelidikan titik sondir, kedalaman tanah kerasnya
didapatkan pada kedalaman -3,1m dari muka tanah asli. Dari hasil penyelidikan
tanah tersebut dipilih jenis fondasi footplate.

2.3.5 Fasilitas Proyek dan Fasilitas Bangunan


Pada pelaksanaan Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto ini terdapat beberapa fasilitas yang dapat menunjang kelancaran
proyek yang bersifat sementara serta fasilitas bangunan yang bersifat
permanen. Berikut ini adalah denah lantai basement dan lantai satu gedung

11
kuliah terpadu IAIN Purwokerto yang tercantum dalam gambar 2.3 dan gambar
2.4.

Gambar 2.3 Denah Lantai Basement Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto

Gambar 2.4 Denah Lantai Satu Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto

12
1. Fasilitas Proyek
Fasilitas proyek bersifat sementara yang dapat dipergunakan baik
dalam proses pengerjaan proyek maupun dalam pengawasan proyek.
Fasilitas tersebut antara lain:
1) Basecamp (kantor sementara),
2) gudang material,
3) listrik dan air, dan
4) kantin pekerja.
2. Fasilitas Bangunan
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto ini nantinya
akan dilengkapi dengan fasilitas, antara lain:
1) jaringan listrik,
2) jaringan air bersih,
3) jaringan air kotor,
4) penangkal petir, dan
5) lain - lain.

2.4 Data Struktur


Setelah diperoleh data-data dari hasil survey, dilakukan kompilasi data.
Kemudian dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil yang valid
sebelum dilakukan tahap analisis yang lebih lanjut. Hasil yang telah diperoleh
kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan atau acuan dalam kajian
terhadap struktur bangunan.
Struktur adalah bagian utama dari suatu bangunan gedung yang berfungsi
sebagai penyangga atau dukungan bagi beban-beban yang bekerja, baik beban
transversal maupun beban longitudinal.
Pemilihan struktur sangat erat hubungannya dengan bentuk arsitektur,
konstruksi, dan kondisi alam dengan tidak mengesampingkan segi ekonomis
dan efisiensi untuk mendapat hasil yang optimal, untuk itu harus dipilih jenis
struktur yang tepat.

13
Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditinjau
dari beberapa segi antara lain:
a. Kekuatan (strength),
b. Kekakuan (stiffness),
c. Kestabilan (stability),
d. Ekonomis (optimum design).
Tahap ini akan dilakukan dengan meninjau struktur bangunan yang dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian struktur utama bangunan, yaitu:
2.4.1 Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bagian bawah merupakan bagian dari struktur bangunan
yang terletak di bagian bawah tanah, sebagai penghubung dari struktur
bagian atas dengan tanah dasar, serta bertugas memikul beban struktur di
atasnya dan meneruskan ke dasar bangunan. Lingkup pekerjaan struktur
bawah ini meliputi pondasi dan sloof. Struktur ini berfungsi sebagai
penghubung dari struktur bagian atas dengan tanah dasar, serta bertugas
memikul beban struktur di atasnya dan meneruskan ke dasar bangunan.
Struktur bagian bawah yang digunakan dalam pembangunan Gedung
Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto adalah pondasi footplate. Potongan
pondasi footplate terlampir pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Potongan pondasi footplate

2.4.2 Struktur Atas (Upper Structure)


Struktur atas adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di
atas muka tanah. Struktur atas berfungsi menampung beban-beban yang

14
ditimbulkan oleh beban di atasnya, kemudian menyalurkan pada struktur
bagian bawah.
Bagian-bagian dari struktur atas adalah sebagai berikut ini:

a. Kolom

Kolom adalah struktur atas fondasi yang berfungsi untuk menyangga


beban aksial vertikal. Kolom menempati posisi penting dalam sistem
struktur bangunan, karena kolom akan berakibat langsung pada
keruntuhan komponen struktur lain yang berhubungan dengannya.
Berikut ini adalah lampiran gambar denah kolom pada lantai basement
yang terlampir pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Denah kolom lantai basement

b. Pelat Lantai

Pelat lantai adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi


sebagai landasan. Pelat secara struktur berfungsi untuk menahan beban-
beban yang bekerja di atasnya untuk didistribusikan ke balok. Pelat
dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan dibatasi oleh balok
induk pada kedua sisi pendeknya. Jika pada lantai ingin didirikan dinding

15
penyekat dari pasangan bata, maka di bawahnya harus diberi balok anak
sebagai pengaku pelat. Pada proyek ini digunakan beton bertulang
konvensional dan metal deck seperti yang terlampir pada gambar 2.7
berikut.

Gambar 2.7 Beton konvensional dan metal deck

Pelat lantai dari beton bertulang mempunyai banyak keuntungan,


yaitu: mampu mendukung beban besar, merupakan isolasi suara yang
baik, tidak dapat terbakar dan dapat dibuat lapis kedap air, jadi di atasnya
boleh dibuat dapur dan kamar mandi atau WC, dapat dipasang tegel
untuk keindahan lantai.

c. Balok Lantai

Balok lantai adalah komponen struktur yang mendukung pelat, berat


sendiri struktur, dan beban hidup yang bekerja di atasnya. Balok
diharapkan mampu mendukung beban lentur, gaya geser, serta torsi yang
terjadi pada balok tersebut, sehingga beban dapat didistribusikan ke
kolom. Berikut ini adalah gambar rencana balok pada lantai 3 yang
terlampir pada gambar 2.8.

16
Gambar 2.8 Rencana balok pada lantai 3

d. Tangga

Tangga adalah jalur yang bergerigi (memiliki trap-trap) yang


menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Bagian-bagian
tangga antara lain fondasi tangga, ibu tangga, anak tangga, pagar tangga,
pegangan tangga, dan bordes. Fungsi fondasi tangga adalah sebagai dasar
tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan, dan
pergeseran. Ibu tangga berfungsi sebagai pendukung anak tangga. Anak
tangga berfungsi sebagai tempat bertumpunya telapak kaki sehingga
dipasang teratur dengan bentuk dan lebar, serta selisih tinggi masing-
masing anak tangga dibuat sama besar agar nyaman dan aman bila
dilalui. Pagar tangga berfungsi sebagai pengaman di sisi samping kanan
dan kiri agar orang tidak terperosok. Pegangan tangan dipasang di
sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar orang merasa
aman ketika menaiki tangga. Sedangkan bordes berguna sebagai tempat
untuk memberi kesempatan orang yang melakukan aktivitas naik dan
turun tangga beristirahat sejenak. Berikut adalah gambar detail tangga
yang terlampir pada gambar 2.9.

17
Gambar 2.9 Detail Tangga

e. Atap

Fungsi atap adalah untuk melindungi bangunan beserta isinya dari


pengaruh panas dan hujan. Bentuk dan bahan atap harus berdasarkan
dengan rangka bangunannya, agar dapat menambah indah dan anggun,
serta menambah nilai dari harga bangunannya. Bentuk atap pada
bangunan bertingkat dapat dibagi menjadi dua macam atap yaitu atap
datar dan atap sudut.
Dalam proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto, konstruksi atap yang digunakan pada proyek ini berupa
konstruksi rangka atap baja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar potongan melintang Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto
pada gambar 2.4 berikut ini.

18
Gambar 2.10 Potongan melintang Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto

19
BAB III
MANAJEMEN PROYEK

3.1. Tinjauan Umum Manajemen


Manajemen suatu proyek adalah kegiatan merencanakan, mengelola,
memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek
menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun
horisontal (Dipohusodo, 1999).
Secara umum, yang dimaksud dengan mengelola suatu proyek adalah
mengatur unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri atas tenaga kerja,
tenaga ahli, material, dana dan lain-lain dalam satu gerak langkah yang
sinkron untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Sarana untuk
mencapai maksud tersebut adalah organisasi.
Dasar-dasar pedoman dan petunjuk kegiatan, jalur pelaporan, pembagian
tugas dan tanggung jawab masing-masing kelompok dan pimpinan disusun
dan diletakkan dalam organisasi. Susunan organisasi berbeda-beda sesuai
dengan tujuan perusahaan. Hal ini berarti bahwa tidak satu pun struktur
organisasi yang dapat digunakan untuk segala macam kegiatan dan situasi
dengan hasil yang sama (Dipohusodo, 1999).

3.2. Tahapan Pelaksanaan Proyek


Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan, maka sumber-sumber dasar yang tersedia harus mengalami
proses manajemen. Proses manajemen terdiri atas perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan
(controlling), agar proses berjalan efektif dan efisien dengan hasil yang
optimal (Dipohusodo, 1999). Keempat fungsi manajemen tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.

20
3.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) adalah kegiatan pertama yang dilakukan
dalam administrasi. Perencanaan berarti menetapkan tujuan berdasarkan
perkiraan apa yang akan terjadi dalam waktu yang akan datang, dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan dan masalah
pada waktu tersebut.
Dalam perencanaan umumnya sangat memperhatikan hal-hal berikut:
a. Apa yang akan terjadi,
b. Mengapa hal itu dilakukan,
c. Bagaimana akan dilaksanakan,
d. Siapa yang akan melaksanakan,
e. Mengadakan penelitian,
f. Kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan dan perubahan rencana.

3.2.2 Pengorganisasian (Organizing)


Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan, pengelompokkan
dan pengaturan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.
Kegiatan ini meliputi penugasan kepada orang-orang dalam kegiatan
serta penunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan kepada setiap
orang yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan.

3.2.3 Pelaksanaan (Actuating)


Pelaksanaan (actuating) adalah kegiatan pelaksanaan, merupakan
tindakan agar semua anggota kelompok dengan kesadaran berusaha
untuk mencapai tujuan atau sasaran dengan berpedoman pada
perencanaan organisasi.

3.2.4 Pengawasan (Controlling)


Pengawasan (controlling) adalah kegiatan mengawasi aktivitas-
aktivitas pekerjaan, agar sesuai dengan sasaran. Setelah selesai disiapkan
rancangannya, maka penting sekali untuk segera mengecek pekerjaan

21
yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana semula. Apabila terjadi
penyimpangan, maka perlu peringatan supaya segera mengambil
tindakan perbaikan. Sistem pengawasan yang dilaksanakan adalah
pengawasan mutu bahan, serta mutu produksi dan peralatan permesinan
yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang ada.

3.3. Unsur Pengelola Proyek


Dalam proses pelaksanaan pembangunan yang berupa bangunan sipil,
bangunan instansi maupun bangunan gedung akan melibatkan orang atau
badan yang melaksanakan pekerjaan bangunan tersebut. Orang atau badan
yang melaksanakan proses pembangunan tersebut disebut unsur-unsur
pengelola proyek. Unsur-unsur pengelola proyek ini saling berkaitan satu
dengan yang lainnya dan berhubungan mengikuti pola hubungan kerja yang
telah ditetapkan. Setiap unsur pengelola proyek mempunyai tugas, kewajiban,
tanggung jawab, dan wewenang sesuai dengan kedudukan dan kegiatan yang
dilakukan. Bagan struktur hubungan antar pengelola proyek pada Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto seperti pada
Gambar 3.1 berikut.

Pemilik Proyek
IAIN Purwokerto

Perencana Pengawas
CV. Arsigapi CV. Citra Vastu Vidya

Kontraktor
PT. Bina Agung Damar
Buana

Gambar 3.1 Struktur hubungan pengelola proyek Gedung Kuliah Terpadu


IAIN Purwokerto

22
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi
Pada Gambar 3.1 menjelaskan hubungan kerjasama yang ada terdiri
atas hubungan antara pemilik proyek dengan perencana, pemilik proyek
dengan pengawas, dan pemilik proyek dengan kontraktor. Garis komando
pada gambar 3.1 menjelaskan bahwa pemilik proyek dapat menyampaikan
perintah kepada perencana, pengawas, dan kontraktor. Sedangkan garis
koordinasi yang terdapat pada gambar 3.1 menjelaskan bahwa adanya
hubungan timbal balik managerial antara pemilik proyek dengan perencana,
pemilik proyek dengan pengawas, pemilik proyek dengan kontraktor, serta
perencana dengan pengawas.

3.3.1 Pemilik Proyek (Owner)


Pemberi tugas (owner) adalah orang atau badan yang memberikan
pekerjaan bangunan dan membiayai pekerjaan tersebut. Pemberi tugas
ini dapat berupa perorangan, badan atau instansi baik swasta maupun
pemerintah. Pemberi tugas dalam hal ini dapat meminta bantuan kepada
seseorang atau badan yang ahli dalam bidang bangunan dengan
membuat surat perjanjian dan memberi honor kepada ahli tersebut atas
jasa yang diberikannya sesuai dengan peraturan yang telah disepakati
bersama dalam Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto.
Tugas dan wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut:
a. Memberi ide, gagasan dan nasihat serta instruksi kepada pelaksana
proyek melalui pengawas pelaksana proyek serta menerima laporan
kemajuan proyek dari pengawas,
b. Membentuk panitia kegiatan serta panitia lelang bila diadakan lelang
pekerjaan dan mempunyai wewenang untuk menentukan dan
mengangkat perencana, manajer konstruksi, dan kontraktor. Dalam
proses tender menentukan pihak pelaksana, panitia lelang harus

23
menerima dokumen penawaran dari pihak kontraktor yang mendaftar,
berkewajiban untuk menyediakan tempat dan menyediakan dana yang
diperlukan untuk terwujudnya suatu pekerjaan bangunan,
c. Bersama-sama pengawas ikut mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan
berhak memberi instruksi kepada kontraktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung,
d. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga berhak
menerima atau menolak suatu pekerjaan, apabila sudah sesuai rencana
kerja maka tidak berkeberatan untuk menyetujui,
e. Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
f. Mengesahkan terjadinya pekerjaan dan membuat Surat Perintah Kerja
kepada pelaksana serta menandatangani berita acara pemeriksaan,
g. Memberikan fasilitas yang kiranya perlu untuk menghindari
terjadinya keterlambatan pekerjaan.
Dalam Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto yang bertindak sebagai Owner adalah IAIN Purwokerto.

3.3.2 Konsultan Perencana (Designer)


Perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan
lengkap dari pekerjaan suatu bangunan. Perencana dapat berupa
perorangan atau kelompok yang berbadan hukum yang bergerak di
bidang perencanaan pekerjaan bangunan. Tugas, kewajiban dan
wewenang perencana adalah sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan lengkap, meliputi gambar, rencana kerja dan
syarat-syarat hitungan struktur beserta perencanaan anggaran dan
biaya yang harus mendapat persetujuan pemilik proyek,
b. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan kepada pemberi tugas
tentang perencanaan pekerjaan dan membantu segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses pelelangan,

24
c. Merencanakan bahan dan alat yang digunakan sesuai peraturan dan
syarat yang ada serta memberikan metode yang harus ditetapkan
dalam pelaksanaan,
d. Memberikan saran, usulan dan pertimbangan kepada pengawas dan
kontraktor apabila terjadi permasalahan-permasalahan di lapangan
dalam bidang arsitektur, struktur konstruksi dan mekanikal/elektrikal,
e. Menghadiri rapat evaluasi dan koordinasi pengelola proyek,
f. Berhak melakukan pengujian suatu pekerjaan secara khusus untuk
menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak melalui
konsultan pengawas.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto yang bertindak sebagai konsultan perencana yaitu CV.
Arsigrapi, Yogyakarta.

3.3.3 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah suatu badan atau perorangan yang
ditunjuk khusus untuk mewakili pemberi tugas dalam mengawasi
jalannya pelaksanaan pekerjaan sehingga hasil pekerjaan yang dihasilkan
sesuai dengan isi dokumen kontrak yang telah disepakati. Adapun tugas
dan kewajiban konsultan pengawas adalah sebagai berikut:
a. Membimbing dan mengadakan pengawasan dalam pelaksanaan
pekerjaan,
b. Mengatur, meneliti dan menerima pembayaran angsuran biaya
pelaksanaan pekerjaan,
c. Membuat gambar-gambar tambahan atau revisi jika perlu serta
memeriksa dan memperbaiki gambar-gambar kerja yang dibuat
kontraktor,
d. Menyusun laporan pekerjaan untuk disampaikan kepada pemberi
tugas yang berupa laporan harian, mingguan dan bulanan,
e. Menyiapkan dan menghitung kemungkinan adanya pekerjaan tambah
kurang,

25
f. Mengawasi dan menguji kualitas atau mutu material yang akan
digunakan dalam proyek,
g. Menolak pelaksanaan pekerjaan apabila bahan yang dipakai dan cara
pelaksanaan pekerjaan tidak memenuhi syarat,
h. Menyusun berita acara rapat yang telah dikoordinasikan pada saat
rapat koordinasi antar unsur pengelola proyek,
i. Memberikan saran-saran yang menyangkut masalah yang timbul
dalam pelaksanaan dan memonitor waktu pelaksanaan agar sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai konsultan pengawas pada
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto adalah CV.
Citra Vastu Vidya, Tegal.

3.3.4 Pelaksana (Contractor)


Pelaksana adalah orang atau badan yang menerima dan
menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah
tersedia dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat
serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaannya, pihak pelaksana atau kontraktor dapat menunjuk sub
kontraktor untuk membantunya dalam melaksanakan pekerjaan dengan
sepengetahuan pemberi tugas (owner) dan unsur pengelola proyek
lainya. Tugas, kewajiban dan wewenang tim pelaksana adalah sebagai
berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, risalah
pekerjaan, peraturan dan syarat-syarat,
b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pekerjaan
untuk memudahkan pelaksanaan,
c. Menghadiri rapat koordinasi pengelola proyek,
d. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang harus disetujui oleh
pengawas disertai keterangan mutu bahan, alat dan hasil tes
laboratorium,

26
e. Selalu berkonsultasi dan memberitahukan masalah yang timbul
dilapangan kepada perencana dan pengawas,
f. Menyelesaikan dan menyerahkan hasil pekerjaan,
g. Menerima pembayaran sesuai dengan perjanjian,
h. Membuat jadwal kerja,
i. Menyerahkan pekerjaan kepada pemilik proyek apabila pekerjaan
telah sesuai secara keseluruhan,
j. Menjamin pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto yang bertindak sebagai pelaksana atau kontraktor adalah PT.
Bina Agung Damar Buana, Purwokerto.
Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor membentuk bagan struktur
jabatan, tugas dan wewenang. Hal tersebut perlu dilakukan agar
pelaksanaan menjadi mudah dan terkoordinir. Berikut ini adalah bagan
struktur organisasi pada proyek gedung kuliah terpadu IAIN Purwokerto
yang terlampir pada gambar 3.2.

Project Manager

Quality Control

Site Engineer Site Operational Site Administrator


Manager Manager Manager

Drafter Surveyor Akuntansi


dan umum

Peralatan Pelaksana

Logistik Mandor

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Kontraktor/Pelaksana Lapangan

27
Struktur organisasi dari pengguna jasa dapat dijabarkan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan kedudukannya sebagai berikut:
a. Kepala Proyek (Project Manager)
Tugas dan tanggung jawab seorang kepala proyek yaitu sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab terhadap masalah di lapangan, tugas, dan wewenang
yang diterapkannya,
2. Mewakili perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan pihak luar (Direksi Lapangan, Konsultan, dan Pemilik Proyek),
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
proyek pihak yang berwenang / pemerintah,
4. Melakukan pengawasan mutu dan keselamatan kerja.
b. Pelaksana
Pelaksana struktur mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
menganalisa sistem desain konstruksi yang berhubungan dengan struktur.
Dalam pekerjaannya pelaksana didampingi oleh asisten pelaksana.
Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Menyimpan gambar kerja dengan baik dan tidak boleh merubah gambar
kerja,
2. Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan Rencana
Mutu (Instruksi Kerja) Spesifikasi teknis dan gambar kerja yang
diterimanya dengan mengarahkan tukang atau bas borong/sub
kontraktor dan pekerja sehingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat
waktu, dan biaya,
3. Melaksanakan disposisi terhadap hasil pekerjaannya yang sesuai dengan
persyaratan,
4. Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
mingguan/harian yang ada,
5. Melaporkan prestasi kerja ke bagian Manajer Operasi,
6. Membuat Buku Harian Pelaksanaan Sipil (BHPS),

28
7. Memimpin, menggerakkan, mengkoordinir, dan mengawasi serta
membimbing bawahannya termasuk pelatihan terhadap sub kontraktor
dan mandor borong,
8. Menyelenggarakan percetakan-percetakan atas tindakan yeng telah
dikerjakan baik kualitatif maupun kuantitatif untuk membuat laporan-
laporan mingguan.
c. Administrasi dan Keuangan Proyek (KUP)
Tugas dan tanggung jawab seorang administrasi dan keuangan proyek
yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan seleksi/merekrut tenaga kerja di proyek sebagai pegawai
harian lepas proyek,
2. Menyimpan arsip kebutuhan training yang dibuat KUP maupun Kepala
Proyek,
3. Membuat laporan keuangan/laporan kas bank proyek,
4. Melaksanakan verifikasi pemeriksaan bukti-bukti yang akan dibayar,
5. Melayani tamu-tamu dari intern maupun extern, dan tugas umum,
6. Mengisi data-data kepegawaian, pelaksanaan, kepersonaliaan, dan lain-
lain,
7. Menyimpan data-data kepegawaian karyawan di tingkat proyek,
8. Mengadakan opname kas setiap akhir pekan atas kuasa Kepala Proyek.
9. Pembayaran gaji dan tunjangan karyawan,
10. Membuat Laporan Akuntansi Proyek setiap akhir bulan dibantu oleh
petugas khusus,
11. Menyiapkan data dan menyelesaikan perpajakan/retribusi,
12. Mengurus tagihan, koordinasi dengan urusan teknik dan selalu
melaporkan perkembangan proses tagihan/termin ke Kepala Bagian
Administrasi atau Kepala Seksi Keuangan,
13. Membantu Kepala Proyek dalam bidangnya, terutama yang berkaitan
dengan sumber daya manusia dan keuangan,
14. Melaporkan ke Pemerintah Daerah/Lurah/Kepolisian/Koramil setempat
atas keberadan proyek dan karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan,

29
15. Mencatat aktivas perusahaan di proyek (inventaris kendaraan, alat, dan
lain-lain).
d. Pembekalan (logistik)
Tugas dan tanggung jawab logistik yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan pembelian barang atau alat sesuai dengan tingkatan proyek,
2. Menyediakan tempat yang layak dan memelihara dengan baik barang/
alat yang dipasok,
3. Memberi label pada setiap barang yang disimpannya untuk menghindari
kesalahan penggunaan,
4. Bertanggungjawab terhadap cara penyimpanan barang dan mencatat
keluar-masuknya barang di gudang,
5. Mengelola penyediaan bahan/material dalam jumlah yang
cukup/memadai pada waktu diperlukan,
6. Menyusun laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan laporan lain
yang berhubungan dengan tugasnya,
7. Membuat Berita Acara Penerimaan/Penolakan material setelah
pengontrolan kualitas dan kuantitas oleh pengawas mutu,
8. Mencari data jumlah bahan-bahan beserta harganya dari supplier
perorangan,
9. Selalu koordinasi dengan bagian teknik dan pelaksaaan dalam
pengiriman material,
10. Mengamankan dan menginventarisir aktiva perusahaan (bahan/material
perusahaan).
e. Drafter
Tugas dan tanggung jawab seorang drafter yaitu sebagai berikut:
1. Membuat gambar kerja pelaksanaan (Drawing) dan As-built Drawing
termasuk membuat catatan hasil konsultasi dengan Pemberi Tugas atau
wakilnya,
2. Mengendalikan buku-buku Standar Internal dan Eksternal bila terdapat
di proyek,

30
3. Pembuatan gambar-gambar prasarana, pengukuran (dengan dibantu
pengukuran), serta pembuatan data pendukung termin,
4. Memelihara bukti-bukti kerja.
f. Surveyor
Tugas dan tanggung jawab seorang surveyor adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengukuran cross section, long section, dan polygon sebagai
dasar penggambaran konstruksi bangunan,
2. Membantu bagian teknik dalam penggambaran konstruksi berdasarkan
data pengukuran,
3. Pembuatan profil-profil untuk konstruksi yang dikerjakan sebagai dasar
pelaksanaan di lapangan,
4. Membantu bagian teknik dalam pembuatan data-data untuk pendukung
termin.
g. Mandor
Mandor adalah orang yang mengetuai suatu bagian pekerjaan yang
memiliki tugas mengatur pekerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar. Mandor dapat juga melaksanaan beberapa
pekerjaan karena mandor memiliki kemampuan di beberapa pekerjaan
karena pengalamanya.
h. Security Guard
Tugas dan tanggung jawab seorang security yaitu sebagai berikut:
1. Menjaga keamanan dan kelancaran proyek di lapangan,
2. Mencatat setiap tamu yang masuk ke area proyek, dan
3. Mencatat setiap barang yang masuk dan keluar dari area proyek.

3.4. Hubungan Kerja Sama Pengelola dalam Proyek


Tiap unsur-unsur dalam proyek mempunyai hubungan yang saling terkait
antara satu pengelola dengan pengelola lainnya.
a. Antara Pemilik Proyek (owner) dengan Konsultan Pengawas
Owner memberikan imbalan jasa atau biaya pengawasan kepada
konsultan pengawas.

31
b. Antara Pemilik Proyek (owner) dengan Konsultan Perencana
Konsultan perencana memberikan jasa atau karya perencanaannya
kepada owner, dan owner memberikan imbalan jasa atau biaya
perencanaan kepada konsultan perencana.
c. Antara Pemilik Proyek (owner) dengan Kontraktor
Owner memberikan biaya pelaksanaan sampai proyek pembangunan
selesai dan kontraktor menyerahkan hasil pelaksanaan serta melakukan
perawatan pembangunan.
d. Antara Konsultan Perencana dengan Konsultan Pengawas
Konsultan perencana dan konsultan pengawas saling berkoordinasi
mengenai perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
e. Antara Kontraktor dengan Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas mengontrol pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
oleh kontraktor agar sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang telah
disepakati.

32
BAB IV
SUMBER DAYA PROYEK

4.1. Macam Sumber Daya Proyek


Proyek merupakan gabungan dari sumber daya manusia, material,
alat/machine dan modal/biaya dalam suatu wadah organisasi sementara untuk
mencapai tujuan dalam sasaran dan tujuan. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek adalah sebagai beikut
ini:
1) Biaya/ modal
Biaya yang digunakan harus dikelola sesuai perencanaan, hal ini
dimaksudkan agar alokasi dana tidak membengkak. Biaya-biaya tersebut
misalnya biaya memahami gambar dan kemudian menerapkannya di
peralatan, upah tenaga kerja, harga bahan, dan lain-lain. Antara jumlah
pekerjaan, peralatan, bahan, dan tenaga kerja yang digunakan mempunyai
hubungan yang sangat erat untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal.
2) Tenaga Kerja
Tenaga yang dimaksud disini adalah sumber daya manusia yang mengelola
pekerjaan, dapat membaca lapangan, mengerti apa yang harus dikerjakan
dan dapat mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi.
3) Peralatan
Memilih jenis peralatan untuk suatu jenis pekerjaan tertentu dengan tepat
agar diperoleh hasil kerja yang optimal.
4) Material
Material merupakan komponen yang sangat menentukan mutu dari hasil
pekerjaan.
5) Metode
Koordinasi pelaksanaan dan metode yang tepat dalam pelaksanaan proyek
ini sangat diperlukan guna memenuhi kualitas yang diharapkan dan proyek
ini dapat berjalan tepat waktu.

33
6) Waktu
Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan harus cukup dan seefisien
mungkin. Didalam pekerjaan pembangunan gedung, penggunaan waktu
membutuhkan perhatian yang khusus, sebab pada saat-saat tertentu dapat
mengalami hambatan. Optimalisasi penggunaan waktu untuk pekerjaan
yang bisa dikerjakan secara bersamaan harus dioptimalkan sebaik mungkin.

4.2. Peralatan
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan tidak selalu dapat dilaksanakan
dengan tenaga manusia atau dengan tangan, tetapi untuk jenis pekerjaan
tertentu dibutuhkan alat bantu, sehingga dengan adanya alat bantu tersebut
pekerjaan dapat berlangsung cepat dan efisien serta didapatkan hasil yang
baik dan memuaskan. Penggunaan peralatan di lokasi pekerjaan dan jumlah
alat yang digunakan disesuaikan dengan berbagai faktor yang ada di lapangan,
antara lain (Suryadharma dan Wigroho,1998) :
a) Lokasi pekerjaan,
b) Keadaan lapangan,
c) Jenis pekerjaan,
d) Volume pekerjaan,
e) Waktu yang tersedia,
f) Biaya yang tersedia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja dalam suatu
proyek antara lain:
1. Kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak dioperasikan,
sebelum dipakai diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin, air
untuk pendingin dan sebagainya,
2. Diusahakan untuk tidak membebani alat kerja melebihi kapasitas yang
telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya,
3. Dipilih operator yang benar-benar ahli dan berpengalaman.
Selain hal tersebut juga perlu dipertimbangkan apakah alat tersebut akan
dibeli atau disewa, yang merupakan bagian dari pekerjaan tersebut atau akan

34
disubkontraktorkan. Pertimbangan ini dihasilkan dari analisa usia kegunaan,
nilai guna dan juga besarnya keuntungan yang diperoleh dari penggunaan alat
tersebut.
Peralatan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah
Terpadu IAIN Purwokerto adalah sebagai berikut :

4.2.1 Peralatan Pekerjaan Pengukuran


1. Theodolite
Theodolite digunakan untuk menentukan titik ketinggian dan sudut-
sudut karena alat ini memiliki ketepatan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini untuk menghindari adanya
ketidakcocokan yang mungkin terjadi antar gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya.
Pengukuran yang dapat dilakukan antara lain untuk menetapkan
titik-titik pondasi, penetapan as bangunan terhadap bangunan-bangunan
disekitarnya, kedudukan antara as satu dengan as lainnya,
penentuan tinggi lantai, penyetelan kolom, menentukan kedataran posisi
balok dan lain-lain. Selain theodolit papan bowplank digunakan sebagai
penanda kelurusan bangunan. Alat pengukuran disajikan pada Gambar
4.1.

Gambar 4.1. Alat Pengukuran Theodolite

35
2. Mistar dan Threepod
Mistar digunakan untuk mengecek dimensi dari suatu struktur agar
sesuai dengan gambar yang telah dibuat. Threepod digunakan untuk
menempatkan theodolite. Alat pengukuran disajikan pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Mistar dan Threepod

4.2.2 Peralatan Pekerjaan Tanah


Dalam pekerjaan tanah proyek ini menggunakan alat manual dan mesin
antara lain sebagai berikut:
1. Cangkul
Alat ini berfungsi untuk menggali pada tanah lunak dan juga
digunakan untuk mengambil atau membuang tanah hasil galian ke tepi
atau ke atas galian.
Cangkul juga bisa digunakan untuk menimbun bekas galian. Alat
pekerjaan disajikan pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Cangkul

36
2. Linggis
Linggis adalah alat yang digunakan untuk mengais secara vertikal
pada tanah atau permukaan yang tidak terlalu keras. Ukuran dari linggis
yang dipakai berbagai macam tergantung kebutuhan pekerja. Alat
pekerjaan pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Linggis


3. Backhoe
Alat ini digunakan untuk menggali dan menimbun tanah dengan
volume yang besar, pertimbangan menggunakan alat ini adalah sebagai
upaya untuk mengefisiensikan waktu dan biaya proyek. Alat pekerjaan
pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Backhoe


4. Peralatan Pendukung
Peralatan pendukung yang digunakan dalam pekerjaan tanah ini
adalah ember plastik, drum, dan lain-lain. Penggunaan ember digunakan
untuk memindahkan tanah galian atau urugan jika volumenya tidak

37
terlalu banyak. Sedangkan peralatan lainya seperti drum yang digunakan
untuk menyimpan bahan bahan cair seperti solar.

4.2.3 PeralatanPekerjaan Pembetonan


1. Concrete Mixer/ Mollen
Alat ini dipergunakan untuk keperluan pengadukan campuran
agregat beton di lapangan. Adukan beton yang didapatkan oleh alat ini
akan lebih homogen jika dibandingkan dengan cara adukan manual. Alat
ini terdiri dari dua bagian yaitu.
a. Bagian pengaduk yang berupa silinder atau drum yang dapat
berputar.
b. Bagian penggerak yang dijalankan oleh diesel.
Bagian pertama dan kedua dihubungkan dengan penghubung roda
gigi atau karet. Dinding dalam drum pengaduk dilengkapi dengan sirip-
sirip pengaduk yang dapat mencampur adukan dengan lebih homogen.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.
a. Pemakaian alat terbatas pada kapasitas maksimal.
b. Alat tidak dimatikan sebelum adukan beton teraduk minimal 15
menit setelah semua campuran masuk.
c. Perhatikan kebersihan alat sebelum campuran beton masuk.
Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Concrete Mixer

38
2. Alat bantu
Alat bantu ini yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan
permukaan beton yang masih dalam proses pengerasan dengan cara
manual. Alat yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran antara lain
sendok semen, alat penggaruk dan kayu perata. Sendok semen
digunakan pada finishing pekerjaan beton. Alat pekerjaan disajikan pada
Gambar 4.7

Gambar 4.7 Kayu Perata

3. Alat pendukung pengecoran


Dalam pengecoran ini dibutuhkan alat bantu seperti ember, katrol dan
tali. Ember digunkan sebagai alat pembawa campuran beton segar dari
tempat pengadukan ke tempat pengecoran sedangkan katrol dan tali
digunakan sebagai alat pengangkut ember yang berisi adukan beton
segar menuju tempat yang lebih tinggi.

4. Perancah (Schafolding)
Struktur penunjang keberhasilan pekerjaan acuan beton adalah
perancah. Perancah berfungsi sebagai penyangga, yang kemudian
meneruskan gaya dan beban dari atas ke bawah. Diharapkan penerusan
seluruh gaya dapat berlangsung merata. Perancah yang digunakan pada
proyek ini terbuat dari frame pipa besi. Kelebihan dari penggunaan
perancah frame adalah :
a. Lebih praktis, hemat, dan efisien,
b. Kekuatannya relatif besar,

39
c. Dapat disesuaikan dengan ukuran dan kebutuhan.
Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Perancah Frame

4.2.4 Peralatan PekerjaanTulangan Baja


1. Alat pembengkok besi tulangan manual (Bar Bender Manual)
Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk membengkokkan besi
tulangan sengkang dan daerah sambuungan guna mendapatkan bentuk
pembesian yang sesuai dengan rencana. Alat ini terdiri dari besi baja yang
berlubang yang sesuai dengan diameter tulangan dan papan yang dilengkapi
dengan besi yang menonjol yang berfungsi sebgaia tempat pembengkokan
tulangan secara manual.
Besi tulangan dapat dibengkokan 450 ataupun 900 sesuai dengan kebutuhan.
Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 Bar Bender Manual

40
2. Alat pemotong tulangan
Tulangan yang akan digunakan sebagai tulangan struktur harus disesuaikan
panjangnya dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Alat yang digunakan
untuk memotong besi tulangan pada proyek ini ada dua macam, yaitu mesin
pemotong besi/bar cutter untuk memotong besi berdiameter besar, dan catut
besi yang digunakan untuk memotong besi polos dan kawat bendrat. Alat
pekerjaan disajikan pada Gambar 4.10

(a) Bar Cutter (b) Catut Besi


Gambar 4.10 Alat Pemotong Besi dan Kawat

4.2.5 Peralatan Pekerjaan Kayu


1. Gergaji
Digunakan untuk memotong balok kayu dan papan kayu untuk
bekisting. Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.11

Gambar 4.11 Gergaji


2. Meteran
Digunakan untuk mengukur kayu sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.12

41
Gambar 4.12 Meteran
3. Penggaris siku dan pensil
Kedua alat ini digunakan untuk memberi garis batas kayu yang
akan dipotong atau dibelah. Alat pekerjaan disajikan pada Gambar
4.13

Gambar 4.13 Penggaris Siku dan Pensil

4. Palu dan catut


Digunakan untuk memasang paku pada pekerjaan bekisting dan
sambungan kayu atau untuk keperluan lain yang serupa.Alat
pekerjaan disajikan pada Gambar 4.14

Gambar 4.14. Alat Pekerjaan Kayu

42
5. Paku
Paku digunakan sebagai alat penyambung kayu untuk pembuatan
bekisting dengan ukuran yang bervariasi dari yang kecil, sedang
dan besar.Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.15

Gambar 4.15 Paku

4.2.6 Peralatan Pengangkutan


1. Mobil pengangkut (Truck)
Alat angkut sangat berguna dalam menunjang kelancaran
pekerjaan, yaitu untuk menjamin ketersediaan bahan bangunan di
lapangan. Alat ini juga digunakan untuk mengangkut material ke
lokasi proyek, mengangkut tanah timbunan, dan mengangkut
material sisa. Alat pekerjaan disajikan pada Gambar 4.16

Gambar 4.16 Truck

43
2. Gerobak Material
Gerobak ini berfungsi untuk mengangkut material guna
memperlancar pekerjaan mobilisasi secara manual. Alat pekerjaan
disajikan pada Gambar 4.17

Gambar 4.17 Gerobak Material

4.2.7 Pekerjaan Pembersihan


Untuk pekerjaan pembersihan, menggunakan tenaga manual dengan
cara sebelum pemasangan pembesian disapu terlebih dahulu. Untuk
material berat seperti potongan kayu, kawat bendrat atau sampah
plastik bisa menggunakan tangan dan magnet untuk membersihkannya.

4.3. Material
Material merupakan komponen yang sangat menentukan mutu dari hasil
pekerjaan. Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek Pembangunan
Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto antara lain sebagai berikut:
1. Semen Portland
Semen yang digunakan untuk kegiatan ini ada dua tipe, yaitu Semen
Portland jenis I (semen Gresik ). Material disajikan pada Gambar 4.18

44
Gambar 4.18 Semen Gresik

2. Agregrat Halus (Pasir)


Sebelum digunakan, pasir harus diayak terlebih dahulu, sehingga
pasir yang digunakan memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknis, yaitu :
a. Bahan pasir berupa pasir alami, cukup kuat, tidak rapuh, berbutir
tajam, keras, dan bersih.
b. Penyimpanan dan penggunaan agregat harus diatur sedemikian
untuk mencegah tercampurnya dengan material lain.
c. Penyimpanan pasir harus sedemikian sehingga dapat menjamin
kadar air dalam pasir yang merata. Material disajikan pada Gambar
4.19.

Gambar 4.19 Agregrat Halus

45
3. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan berupa batu-batuan yang diperoleh
dari pemecahan batu (split). Bahan ini terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori, tidak mengandung butir-butir yang pipih melampaui
20% dari berat agregat seluruhnya. Selain itu, agregat kasar ini tidak
boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat keringnya, serta
bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak seperti zat-zat yang reaktif
alkali. Penyimpanan dan penggunaan agregat juga harus diatur untuk
mencegah tercampurnya agregat dengan ukuran yang berbeda. Material
disajikan pada Gambar 4.20

Gambar 4.20 Agregat Kasar

4. Tulangan Baja
Tulangan baja merupakan bagian dari struktur beton bertulang
yang berfungsi menahan gaya tarik. Dalam penggunaannya, tulangan
baja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Sesuai dengan SKSNI T-15-1991-3 (Normalisasi Indonesia-2 Bab
III.7).
b. Bebas dari kotoran, lapisan lemak, minyak, karat dan tidak cacat
(retak, mengelupas, luka).
c. Mempunyai penampang rata.
d. Tulangan baja yang digunakan berupa batang polos dan ulir sesuai
ketentuan.
Material disajikan pada Gambar 4.21

46
Gambar 4.21Tulangan Baja

5. Kawat Bendrat
Kawat bendrat digunakan untuk mengikat baja tulangan satu dengan
lainnya agar bentuk rangka tulangan tidak berubah. Kawat bendrat
terbuat dari baja dengan diameter yang relatif kecil. Diameter kawat
bendrat yang digunakan dalam proyek ini adalah kawat bendrat dengan
diameter 1 mm. Material disajikan pada Gambar 4.22

Gambar 4.22Kawat Bendrat

6. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan beton lengkap dengan konstruksi
pendukung yang memungkinkan pengecoran beton sampai mengeras.
Pada proyek ini digunakan bekisting multipleks untuk konstruksi balok
dan tangga. Bekisting dibuat sedemikian rupa dengan perancah-

47
perancah/sekur-sekur yang kokoh dan cukup kuat, sehingga pada saat
pengecoran bekisting tidak mengalami perubahan dan kerusakan/jebol.
Material disajikan pada Gambar 4.24

Gambar 4.23 Bekisting pada Balok

7. Cat
Cat digunakan pada bekisting sebelum pengecoran dilakukan, baik
balok ataupun dinding supaya pada waktu pengangkatan beksiting balok
tidak menempel di tempat pengecoran. Dalam prakteknya penggunaan
cat hanya dioleskan merata di seluruh permukaan bekisting. Material
disajikan pada Gambar 4.25

Gambar 4.24 Cat

8. Pelat bondek dan weirmesh


Bondek digunakan pada pelat sebagai pengganti bekisting kayu
seperti yang sudah biasa digunakan. Bondek ini terbuat dari besi stainless

48
dan berbentuk lembaran. Bondek dipasang di atas balok, kemudian di las
di semua sisinya pada tulangan balok, lalu diberi tulangan weirmesh di
atasnya. Berikut ini adalah gambar pelat bondek dan weirmesh yg
dipasang di proyek ini yang tercantum pada gambar 4.25.

Gambar 4.25 Pelat Bondek dan Weirmesh

4.4. Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang memegang peranan
penting dan sangat menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan suatu
pekerjaan.
Pemilihan tenaga kerja yang tepat dan ahli akan memperlancar proyek,
menghemat biaya proyek, dan akan memberikan mutu dan kualitas hasil
pekerjaan yang baik.

4.4.1 Macam-macam Tenaga kerja


Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas:
a) Tenaga ahli
Tenaga ahli adalah tenaga yang mengelola bidang pekerjaan yang
menuntut ketelitian, misalnya perencanaan, project manager, site
engineer, staf manajemen proyek, operatoralat berat, surveyor.

49
b) Tenaga menengah
Tenaga menengah adalah tenaga yang mengelola bidang pekerjaan
teknik dan administrasi, misal penanggung jawab lapangan, pelaksana
lapangan, juru gambar.
c) Tenaga mandor
Tenaga mandor memberi komando kepada para tenaga kasar agar
pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Tenaga mandor
biasanya diperlukan untuk pekerjaan yang memerlukan tenaga kasar
yang banyak, misalnya pada pekerjaan galian, pemasangan bekisting,
perancah, penulangan, pengecoran.
d) Tenaga tukang
Tenaga tukang meliputi tenaga ahli dalam bidangnya berdasarkan
pengalaman serta cara kerja yang sederhana.

4.4.2 Waktu Kerja


Lama waktu pelaksanaan proyek ditentukan oleh volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan waktu kerja. Waktu kerja normal untuk pekerja
lapangan yang berlaku pada proyek ini yaitu dalam satu hari mulai pukul
08.00 WIB 22.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam pada pukul 12.00
WIB 13.00 WIB dan 17.30 18.30 WIB. Kemudian jika ada pekerjaan
penting yang harus segera diselesaikan, maka pekerjaan yang dilakukan
diatas jam kerja seharusnya dihitung sebagai waktu lembur. Hari kerja
pada proyek ini adalah 7 hari kerja tiap minggunya untuk pekerja
lapangan dan 6 hari kerja untuk konsultan pengawas.

50
BAB V
TINJAUAN KHUSUS
PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM DAN TANGGA

5.1 Umum
Menurut SK SNI T-15-1991-03 definisi kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial,tekan lateral dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang palingtidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain.. Sebagai bagian dari suatu
kerangka bangunan, kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur
bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya
komponen srtuktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan bisa
runtuh total keseluruhan struktur bangunan.
Pada umumnya kegagalan kolom tidak ditandai dengan peringatan yang
jelas, tetapi bersifat mendadak. Oleh sebab itu, dalam merencanakan suatu
kolom harus cermat dalam perhitungan dengan memberikan cadangan
kekuatan lebih tinggi dibandingkan struktur lainnya.

5.2 Pekerjaan Kolom


Perencanaan pilar merupakan hal yang sangat penting dan mendasar yang
akan mempengaruhi estetika, keekonomisan, serta perilaku struktur bangunan
gedung. Kolom akan menerima gaya dari balok dan kemudian diteruskan ke
pondasi.
Kolom struktur merupakan penahan dan penyalur seluruh beban bangunan
sehingga harus diperhatikan segi kekuatan dan segi keamanannya. Langkah
langkah pengerjaan kolom yaitu sebagai berikut :

5.2.1 Pengukuran Kolom


Pengukuran kolom dilakukan untuk menentukan as-as kolom dan
untuk mengetahui posisi serta ketegakan kolom sehingga hasilnya

51
diperoleh konstruksi gedung yang baik dan sesuai dengan perencanaan.
Tahapan pekerjaan pengukuran kolom adalah sebagai berikut :
1. Penentuan horisontal kolom
Pada saat awal proyek dilaksanakan sudah ditentukan as pada
bouwplank yang nantinya akan digunakan sebagai acuan penentuan as
kolom dan juga untuk menyesuaikan kolom yang sudah ada.
Pengecekan as kolom dilakukan dengan pesawat theodolite yaitu
dengan menembak dan meluruskan dari as yang sudah ada di
bouwplank.
2. Penentuan vertikal kolom
Penentuan vertikal kolom kolom bertujuan agar kolom tidak miring
atau muntir setelah dicor. Pengukuran vertikal dilakukan dua kali yaitu
sebelum dilakukan pengecoran dan setelah pengecoran. Alat yang
digunakan yaitu unting-unting (lot) dan meteran. Caranya adalah
sebagai berikut:
a. Bekisting dirakit terlebih dahulu di lokasi kolom.
b. Pemasangan dengan menempelkan bekisting ke kaki kolom yang
agar bekisting tegak lurus.
c. Pemasangan benang yang di bawahnya terdapat unting-unting (lot).
d. Diukur jarak benang ke permukaan bekisting mulai dari ujung atas
sampai ujung bawah harus sama hasilnya antara permukaan
bekisting bagian atas dan bawah.Kaki kolom disajikan pada gambar
5.1

52
Gambar 5.1Kaki Kolom
5.2.2 Penulangan Kolom
Penulangan kolom( Gambar 5.2 ) dilaksanakan sebelum penulangan
balok dan plat lantai. Penulangan pada kolom terdiri dari dua tulangan
yaitu tulangan pokok dan sengkang. Tulangan pokok berfungsi menahan
kombinasi beban aksial dan momen lentur, sedangkan sengkang berfungsi
untuk menahan gaya geser akibat torsi atau puntir. Pada proyek ini untuk
tulangan utama, diameter yang dipakai adalah D19, D16 dan D13 sedang
untuk tulangan sengkang menggunakan 8 dan 10. Untuk besarnya
panjang penyaluran (ld) berdasar SNI Beton 2013 untuk D-10 sampai D-
25 minimum 6 db / 96 mm, dalam pengecekan di lapangan besarnya
panjang penyaluran untuk Kolom K-1 (50/50) dengan D-19 adalah 120
mm dan Kolom K-2 (40/40) dengan D-13 adalah sebesar 100 mm dengan
sudut sebesar 90o.Adapun tahapan pelaksanaannya adalah :
1. Tulangan baja disiapkan, meliputi pembersihan permukaan,
pemotongan dan pembengkokan sesuai dengan panjang dan ketentuan
yang ada.
2. Tulangan kolom dirakit di tempat pembesian beserta pemasangan
sengkang di dekat kolom tersebut akan dipasang dengan meneruskan
stek yang berupa tulangan kolom dibawahnya yang mencuat di plat
lantai sepanjang tinggi kolom dengan dimensi sesuai gambar.

53
3. Penyambungan tulangan kolom dengan stek kolom di bawahnya
dilakukan di atas pelat lantai dan sambungan tulangan
4. Pemasangan tulangan dilengkapi dengan beton decking untuk menjaga
selimut beton dengan ketebalan sesuai dengan standar detail yang
digunakan.
5. Pengawas lapangan mengadakan pemeriksaan mengenai posisi,
kedudukan vertikal dan horisontal, jumlah tulangan, panjang
sambungan dan jarak sengkang. Apabila ada kesalahan maka berhak
untuk memerintahkan untuk perbaikan pekerjaan.

Gambar 5.2 Penulangan Kolom

5.2.3 Pekerjaan Bekisting Kolom


Untuk menjaga posisi bekisting kolom tetap tegak maka selama
pengerjaan pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku dari rangka
scaffolding dalam posisi tegak lurus. Pengaku berfungsi pula sebagai
tempat pijakan para pekerja pada saat pengecoran. Sedangkan untuk
menjaga bentuk bekisting kolom agar tetap persegi maupun lingkaran dan
menghindarkan kebocoran saat pengecoran digunakan mur pengikat di

54
sekeliling bekisting. Untuk mengetahui apakah bekisting kolom tersebut
sudah benar-benar tegak lurus, setelah pemasangan bekisting dikontrol
dengan waterpass, benang dan unting - unting.Secara lebih jelas tahapan
pelaksanaan bekisting kolom sebagai berikut :
1. Pemasangan beton decking pada beberapa bagian tulangan sisi
luarnyadan balok kecil di ujung atasnya. Hal ini bertujuan untuk
menjaga jarak antar tulangan kolom dengan bekisting.
2. Bekisting kolom dipasang pada seluruh permukaan kolom
3. Dipasang support yang ditahan oleh stek stek yang sengaja dipasang
di plat lantai untuk menjaga ketegaklurusan kolom.
4. Setelah bekisting berdiri kuat dan kaku, pada kedua sisinya yang
bersilangan diberi unting-unting untuk mengontrol ketegaklurusannya
(lot kolom) agar sesuai dengan as.
5. Setelah pekerjaan selesai maka pengawas lapangan mengadakan
pemeriksaan. Apabila ada kesalahan, pengawas berhak untuk
memerintahkan perbaikan pekerjaan.
Pada bagian dalam kayu bekisting diolesi dengan minyak solar
bekisting yang fungsinya supaya mudah saat dilepas, sedangkan pada
bagian luar dilengkapi dengan panel-panel dan pengaku berupa pipe
support. Untuk tebal bekisting Kolom K-1 (50/50) dan K-2 (40/40)
besarnya sesuai pengukuran di lapangan sama yaitu sebesar 12 mm
dengan jarak pengekang tiap 30 cm. Untuk perhitunganya kebutuhan
bekisting untuk 1 buah kolom misal kolom K-1 (50/50) =
(0.5+0.5+0.5+0.5) x 3.75 = 7.5m2 (Lbekisting = Keliling x Tinggi). Bekisting
kolom disajikan pada Gambar 5.3

55
Gambar 5.3Bekisting Kolom

5.2.4 Pekerjaan Pengecoran Kolom


Untuk pengecoran kolom digunakan Concrete Mixer/ Mollendan
dilakukan secara manual menggunakan rantai manusia. Untuk pemadatan
menggunakan peralatan manual sepeti bambudigunakan agar beton
merata pada seluruh bagian yang dicor.Pada saat pengecoran, diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaanpemadat manual.
2. Keluarnya air semen dari sisi/ sudut/ sambungan bekisting.
Prosedur pengecoran kolom adalah sebagai berikut:
1. Penempatan bekisting kolom yang telah disiapkan.
2. Dijaga agar pembesian dan bekisting tetap pada tempatnya.
3. Pengecoran dilaksanakan setelah mendapat persetujuan pihak
pengawas..
4. Selama pelaksanaan pengecoran, dibantu dengan pemadat manual
yang secara periodik agar didapatkan hasil beton yang padat dan tidak
keropos.
Mutu beton kolom pada proyek ini adalah K-225. Pengecoran kolom
disajikan pada Gambar 5.4

56
Gambar 5.4Pengecoran Kolom

5.2.5 Pembongkaran Bekisting Kolom


Pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton kolom sudah
memenuhi syarat kekuatan yamg ditentukan. Pada proyek ini, bekisting
kolom dibongkar minimal setelah kolom berumur 7 hari. Pembongkaran
bekisting kolom dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak beton dan
bekisting dapat digunakan kembali. Kolom setelah pembokaran bekisting
disajikan pada Gambar 5.5

Gambar 5.5Kolom Setelah Pembongkaran Bekisting

57
5.2.6 Perawatan Kolom
Untuk kolom - kolom yang rusak pada sisi siku karena proses
pembongkaran bekisting, dilakukan perbaikan dengan menambal kolom
yang berlubang dengan semen dan acian.

Gambar 5.6Penambalan Kolom

58
Pengukuran
horisontal kolom
(as kolom)

Penulangan
kolom

Pemasangan
bekisting Pengukuran
kolom vertikal kolom

Pengecoran
kolom

Pembongkaran Kolom
bekisting berumur 7
kolom hari

Perawatan
kolom

Selesai

Gambar 5.7 Flowchart Pelaksanaan Pekerjaan Kolom

59
5.3 Pekerjaan Tangga
5.3.1Perhitungan Tangga
Dalam menghitung kebutuhan ukuran dan jumlah tangga adalah

menjadi hal sangat penting dalam suatu konstruksi. Salah satu rumus yang

sering digunakan adalah : 2t + 1 = ( 60 65 )

Dimana t = tinggi ukuran anak tangga ( optrede )

l = lebar pijakan anak tangga ( antrede )

Untuk tinggi dan lebar anak tangga akan sangat menentukan

kenyamanan, sehingga orang yang naik tidak cepat lelah dan orang yang

turun tidak mudah tergelincir, umumnya di ambil :

Tinggi tanjakan = 16 -20 cm, agar terasa mudah di daki

Lebar injakan = 26 30 cm, agar telapak kaki dapat berpijak penuh

Proyek ini menggunakan tinggi tanjakan 16 cm dan lebar injakan 28 cm

Gunakan rumus 2t + l = ( 60 65 )

2(17) + 26 = 60( boleh dipakai karena memenuhi syarat)

Kemudian menghitung jumlah anak tangga,

Tinggi lantai 1 dari muka tanah = 0.00 m

Tinggi lantai 2 dari muka tanah = 3,8 m

Beda tinggi = 3,8 0,00 = 3,8 m = 380 cm

Maka , jumlah anak tangga = ( beda tinggi : tinggi anak tangga ) 1

= ( 380 : 17 ) 1

= 22 buah anak tangga

60
Untuk lebar tangga standar :

Dilalui 1 orang 80 cm

Dilalui 2 orang 120 cm

Dilalui 3 orang 160 cm

Proyek ini menggunakan lebar tangga 120 cm untuk 2 orang. Dan tinggi
1
bordes setengah dari beda tinggi = 2 x 380 = 190 cm = 1,9 m

Menghitung sudut tangga dengan lebar bordes 0.9 m, tinggi bordes dari

elevasi 0.00 adalah 1,9m dan panjang tangga 4 m

0,9 m

1,9 m

32,3

= 4 0,9

= 3,1m
1,9
Sudut tangga = tan1 = = 32,3
3

Jadi besarnya sudut tangga adalah 32,3

61
5.3.2 Pekerjaan Bekisting Tangga
Bekisting (mould) adalah cetakan beton yang biasanya terbuat dari
kayu dan berfungsi untuk membuat beton bertulang supaya mempunyai
bentuk dan ukuran yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal
yang diperhatikan dalam pekerjaan pemasangan acuan ini antara lain:
1. acuan harus tepat ukuran (dimensi) agar diperoleh ukuran beton sesuai
dengan yang direncanakan,
2. acuan harus cukup kaku, kuat, rapat, dan tidak melendut sehingga tidak
berubah bentuk selama pengecoran dan pelaksanaan,
3. acuan harus rata, sehingga tidak ada bagian yang menjadi menonjol
atau menggelembung,
4. bekisting mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan pada beton,
serta perlu dipikirkan pemakaian berulang-ulang.
Pada proyek ini, pekerjaan bekisting meliputi pekerjaan bekesting
sloof, kolom, pekerjaan bekisting balok, plat lantai, serta pekerjaan
bekisting tangga. Bekisting tangga disajikan pada Gambar 5.8

Gambar 5.8 Bekisting Tangga

5.3.3 Pekerjaan Penulangan Tangga


Penulangan plat tangga dilakukan seperti penulangan pada plat lantai
yaitu dengan membentangkan tulangan melintang dan memanjang

62
sepanjang plat tangga, penulangan plat tangga bersamaan dengan
penulangan plat bordes.Tulangan yang dipakai D13 untuk tulangan utama
dan 10untuk tulangan melintang, anak tangga dan bordes.Berikut adalah
langkah langkah dalam penulangan tangga :

1. Pabrikasi tulangan pembesian sesuai shop drawing.


2. Pemotongan tulangan
Pemotongan tulangan dikerjakan dengan menggunakan alat pemotong
tulangan (Bar Cutter).
3. Pembengkokan tulangan
Pembengkokan tulangan dikerjakan dengan menggunakan alat
pembengkok tulangan yang dibuat secara manual yaitu dengan
menancapkan beberapa besi pada suatu balok kayu dengan ukuran dan
jarak yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
4. Perakitan tulangan
Perakitan tulangan dengan bantuan kawat bendrat sesuai shop
drawing. Perakitan tulangan disajikan pada Gambar 5.9

Gambar 5.9 Perakitan Tulangan Tangga


5. Pengecekan kebersihan cetakan, pemasangan tulangan, pemasangan
beton decking, kelurusan cetakan dan dimensi tulangan oleh quality
control.
6. Apabila hasil pengecekan telah sesuai kriteria, maka selanjutnya
dilakukan proses pengecoran.

63
7. Kebersihan lokasi yang akan di cor, Permukaan acuan harus licin, bebas
dari kotoran kotoran seperti potongan kayu, tanah dan sebagainya.
8. Pemeriksaan bekisting, Acuan harus rapat, tidak terdapat celah, tidak
bocor dan harus kuat.
9. Pemeriksaan beton decking,
a. Pemeriksaan tulangan.
b. Pemeriksaan kawat bendrat, jumlah tulangan, ukuran tulangan,
jumlah dan jarak sengkang

5.3.4 Pekerjaan Pengecoran Tangga


Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah pekerjaan bekisting dan
penulangan selesai dan setelah dilaksanakan pengecekkan kesiapan
pengecoran dari quality control, seperti halnya pekerjan bekisting dan
penulangan, pengecoran juga di lakukan di tempat. Berikut langkah
langkah pekerjaan pengecoran tangga:
1. Penuangan beton
Sebelum dilakukan penuangan beton dicetakan harus diuji terlebih
dahulu slump betonnya sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
Penuangan beton menggunakan rantai manusia tenaga pekerja
disajikan pada Gambar 5.10

Gambar 5.10 Penuangan Beton

64
2. Pemadatan
Pemadatan beton merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam
menentukan kekuatandan ketahanan beton. Banyak sekali kegagalan
beton karena kurangnya pemadatan dan terjadi keropos pada beton.
Pemadatan dilakukan dengan cara menusuk-nusuk dengan
linggisdimasukkan ke dalam adukan beton secara vertikal. Selama
pemadatandiusahakan tidak mengenai acuan dan besi tulangan, agar
besi tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran tidak merambat
ke bagian lain dari beton yang sudah mengeras. Pemadatan disajikan
pada Gambar 5.11

Gambar 5.11 Pemadatan

65
Perhitungan
tangga

Pemasangan
bekisting
tangga

Penulanganta
ngga

Pengecoran
tangga

Selesai

Gambar 5.12Flowchart Pelaksanaan Pekerjaan Tangga

66
5.4Analisis Kebutuhan Pekerja
Analisis kebutuhan pekerja merupakan hal terpenting dalam pelaksanaan
proyek, agar setiap proyek bisa efektif dalam menggunakan biaya untuk
membayar upah pekerja. Pada subbab ini akan dilakukan mengenai analisis
kebutuhan pekerja pada tinjauan khusus penulis. Analisis ini menggunakan acuan
indeks pekerja pada AHSP Cipta Karya 2015 (indeks sama dengan SNI 7398 2008)

5.4.1Perhitungan kebutuhan pekerja pada pekerjaan kolom dan tangga


Pembesian 10 Kg dengan besi polos atau besi ulir
Kebutuhan Satuan Indeks
Besi beton (polos/ulir) kg 10500
Bahan
Kawat beton kg 0.150
Pekerja OH 0.007
Tukang Besi OH 0.007
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0.007
Mandor OH 0.004

Membuat 1 m3 beton mutu f'c = 19.3 Mpa (K225), slump (122)cm.\, w/c = 0.58
Kebutuhan Satuan Indeks
PC kg 371000
Pasir Beton kg 698
Bahan
Kerikil (max 30 mm) kg 1047
Air liter 215
Pekerja OH 0.2
Tenaga kerja
Mandor OH 0.083

Memasang 1 m2 bekisting untuk kolom


Kebutuhan Satuan Indeks
Kayu kelas III m3 0.040
Paku 5-12 cm kg 0.400
Minyak bekisting liter 0.200
Bahan Balok kayu kelas II m3 0.015
Plywood tebal 9 mm lembar 0.350
Dolken kayu galam (8- Batang 2000
10) cm, panjang 4 m
Pekerja OH 0.66
Tenaga kerja
Tukang Kayu OH 0.330

67
Kepala tukang OH 0.033
Mandor OH 0.033

Memasang 1 m2 bekisting untuk tangga


Kebutuhan Satuan Indeks
Kayu kelas III m3 0.030
Paku 5-12 cm kg 0.400
Minyak bekisting liter 0.150
Bahan Balok kayu kelas II m3 0.015
Plywood tebal 9 mm lembar 0.350
Dolken kayu galam (8- Batang 2000
10) cm, panjang 4 m
Pekerja OH 0.660
Tukang Kayu OH 0.330
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0.033
Mandor OH 0.033

5.4.2 Analisis Kebutuhan Pekerja


a. Tangga
1) Pengecoran
Volume = 1.85 m3 4.23
Indeks
Pekerja = 0.2
Mandor = 0.083
Durasi = 1 hari

Kebutuhan pekerja
Pekerja = volume pekerjaan x indeks pekerja
Pekerja = 1.85 x 0.2
= 0.4
= 1 orang
Jumlah orang perdurasi = Jumlah pekerja
durasi
Jumlah orang perdurasi = 1
1
= 1
= 1 orang

68
2) Pembesian
Volume = 210.07 kg 269.83
Indeks
Pekerja = 0.007
Tukang besi = 0.007
Kepala tukang = 0.007
Mandor = 0.004
Durasi = 2 hari

Kebutuhan pekerja
Pekerja = volume pekerjaan x indeks pekerja
Pekerja = 210.07 x 0.007
= 1.47
= 2 orang
Jumlah orang perdurasi = Jumlah pekerja
durasi
Jumlah orang perdurasi = 2
2
= 1
= 1 Orang

3) Bekisting
Volume = 14.98 m2 27.04
Indeks
Pekerja = 0.66
Tukang Kayu = 0.330
Kepala tukang = 0.033
Mandor = 0.033
Durasi = 2 hari

Kebutuhan pekerja
Pekerja = volume pekerjaan x indeks pekerja
Pekerja = 14.98 x 0.66
= 9.89
= 10 orang
Jumlah orang perdurasi = Jumlah pekerja
durasi
Jumlah orang perdurasi = 10
2
= 5

69
= 5 Orang

b. Kolom
1) Pengecoran
Volume = 0.93 m3 1.6
Indeks
Pekerja = 0.2
Mandor = 0.083
Durasi = 1 hari

Kebutuhan pekerja
Pekerja = volume pekerjaan x indeks pekerja
Pekerja = 0.93 x 0.2
= 0.1858
= 1 orang
Jumlah orang perdurasi = Jumlah pekerja
durasi
Jumlah orang perdurasi = 1
1
= 1
= 1 orang

2) Pembesian
Volume = 138.81 kg 397.87
Indeks
Pekerja = 0.007
Tukang besi = 0.007
Kepala tukang = 0.007
Mandor = 0.004
Durasi = 1 hari

Kebutuhan pekerja
Pekerja = volume pekerjaan x indeks pekerja
Pekerja = 138.81 x 0.007
= 0.97
= 1 orang
Jumlah orang perdurasi = Jumlah pekerja
durasi

70
Jumlah orang perdurasi = 1
1
= 1
= 1 orang

3) Bekisting
Volume = 7.50 m2 9.29
Indeks
Pekerja = 0.66
Tukang Kayu = 0.33
Kepala tukang = 0.033
Mandor = 0.033
Durasi = 2 hari

Kebutuhan pekerja
Pekerja = volume pekerjaan x indeks pekerja
Pekerja = 7.5x 0.66
= 4.95
= 5 orang
Jumlah orang perdurasi = Jumlah pekerja
durasi
Jumlah orang perdurasi = 5
2
= 2.5
= 3 orang

Pada kenyataannya jumlah pekerja berdasarkan hitungan diatas tidak


langsung digunakan begitu saja namun terkadang bisa bertambah atau
berkurang dari kebutuhan pekerja tersebut. Adapun kebutuhan pada lapangan
saat peninjau amati sebenarnya adalah sebagai berikut:

A. Tangga
1) Pengecoran
Pekerja cor = 1 orang
Pekerja pengadukan = 1 orang
Pembawa adukan = 3 orang
Total pekerja = 5 orang
Waktu = 2 jam
2) Bekisting

71
Pemasangan perancah = 2 orang
Bekisting plywood = 2 orang
Total pekerja = 4 orang
Waktu = 3 jam
3) Pembesian
Pemotongan besi = 1 orang
Pembengkokan besi = 1 orang
Perakitan tulangan = 1 orang
Total pekerja = 3 orang
Waktu = 5 jam

B. Kolom
1) Pengecoran
Pekerja cor = 1 orang
Pekerja pengadukan = 1 orang
Pembawa adukan = 2 orang
Total pekerja = 4 orang
waktu = 1 jam
2) Bekisting
Pemasangan perancah = 2 orang
Bekisting plywood = 1 orang
Total pekerja = 3 orang
waktu = 2 jam
3) Pembesian
Pemotongan besi = 1 orang
Pembengkokan besi = 1 orang
Perakitan tulangan = 2 orang
Total pekerja = 4 orang
waktu = 3 jam

5.4.3 Menghitung Indeks Pekerja di Lapangan


A. Tangga
1) Pengecoran
Volume = 1.85 m3
Tenaga = 5 orang
Mandor = 1 orang
Waktu = 2 jam
Waktu efektif = 8 jam
Upah tenaga = 55000
Upah Mandor = 90000

72
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Tenaga = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 5 x 2
1.85 8
= 0.68
Mandor = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 1 x 2
1.85 8
= 0.14
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.68 x 55000
= 37162.16
Mandor = OH x Upah
= 0.14 x 90000
= 12162.16
2) Pembesian
Volume = 210.07 kg
Tenaga = 3 orang
Mandor = 1 orang
Waktu = 4.5 jam
Waktu efektif = 8 jam
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Tenaga = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 3 x 4.5
210.07 8
= 0.01
Mandor = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 1 x 4.5
210.07 8
= 0.003
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.01 x 75000
= 602.4777
Mandor = OH x Upah

73
= 0.003 x 90000
= 240.9911
3) Bekisting
Volume = 14.98 m2
Tenaga = 4 orang
Mandor = 1 orang
Waktu = 5 jam
Waktu efektif = 8 jam
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Tenaga = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 4 x 5
14.98 8
= 0.28
Mandor = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 1 x 5
14.98 8
= 0.042
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.17 x 75000
= 12516.69
Mandor = OH x Upah
= 0.042 x 90000
= 3755.007
B. Kolom
1) Pengecoran
Volume = 0.93 m3
Tenaga = 4 orang
Mandor = 1 orang
Waktu = 1 jam
Waktu efektif = 8 jam
Upah tenaga = 55000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Tenaga = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 4 x 1
0.93 8

74
= 0.54
Mandor = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 1 x 1
0.93 8
= 0.13
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.54 x 55000
= 29601.72
Mandor = OH x Upah
= 0.13 x 90000
= 12109.8
2) Pembesian
Volume = 138.81 kg
Tenaga = 4 orang
Mandor = 1 orang
Waktu = 3 jam
Waktu efektif = 8 jam
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Tenaga = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 4 x 3
138.81 8
= 0.011
Mandor = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 1 x 3
138.81 8
= 0.003
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.011 x 75000
= 810.4603
Mandor = OH x Upah
= 0.003 x 90000
= 243.1381
3) Bekisting
Volume = 7.50 m2
Tenaga = 3 orang

75
Mandor = 1 orang
Waktu = 2 jam
Waktu efektif = 8 jam
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Tenaga = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 3 x 2
7.50 8
= 0.10
Mandor = Jumlah tenaga x waktu
volume waktu efektif
= 1 x 2
7.50 8
= 0.033
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.10 x 75000
= 7500
Mandor = OH x Upah
= 0.033 x 90000
= 3000

5.4.4 Berdasarkan SNI 7398-2008


A. Tangga
1) Pengecoran
Volume = 1.85 m3
Indeks pekerja = 0.2
Indeks mandor = 0.083
Upah tenaga = 55000
Upah Mandor = 90000

Menghitung Upah Pekerja


Tenaga = OH x Upah
= 0.20 x 55000
= 11000
Mandor = OH x Upah
= 0.083 x 90000
= 7470
2) Pembesian
Volume = 210.07 m3

76
Indeks pekerja = 0.007
Indeks mandor = 0.004
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.007 x 75000
= 525
Mandor = OH x Upah
= 0.004 x 90000
= 360
3) Bekisting
Volume = 14.98 m2
Indeks pekerja = 0.66
Indeks mandor = 0.033
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.66 x 75000
= 49500
Mandor = OH x Upah
= 0.033 x 90000
= 2970
B. Kolom
1) Pengecoran
Volume = 0.93 m3
Indeks pekerja = 0.2
Indeks mandor = 0.083
Upah tenaga = 55000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Indeks Tenaga Kerja
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.20 x 55000
= 11000
Mandor = OH x Upah
= 0.08 x 90000
= 7470
2) Pembesian

77
Volume = 138.81 kg
Indeks pekerja = 0.007
Indeks mandor = 0.004
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.007 x 75000
= 525
Mandor = OH x Upah
= 0.004 x 90000
= 360
3) Bekisting
Volume = 7.50 m2
Indeks pekerja = 0.66
Indeks mandor = 0.033
Upah tenaga = 75000
Upah Mandor = 90000
Menghitung Upah Pekerja
Tenaga = OH x Upah
= 0.66 x 75000
= 49500
Mandor = OH x Upah
= 0.033 x 90000
= 2970

5.3.5 Efisiensi pekerja berdasarkan SNI dengan pengamatan


A. Tangga
1) Pengecoran
Upah tenaga
SNI = 11000
Pengamatan = 37162.16
Upah Mandor
SNI = 7470
Pengamatan = 12162.16
Perhitungan efisiensi
Tenaga = Pengamatan
SNI
= 37162.16 x 100
11000

= 337.838 %

78
Mandor = Pengamatan
SNI
= 12162.16 x 100
7470
= 162.813 %
2) Pembesian
Upah tenaga
SNI = 525
Pengamatan = 602.4777
Upah Mandor
SNI = 525
Pengamatan = 240.9911
Perhitungan efisiensi
Tenaga = Pengamatan
SNI
= 602.4777 x 100
525
= 114.758 %
Mandor = Pengamatan
SNI
= 240.9911 x 100
525
= 45.903 %
3) Bekisting
Upah tenaga
SNI = 49500
Pengamatan = 12516.69
Upah Mandor
SNI = 2970
Pengamatan = 3755.007
Perhitungan efisiensi
Tenaga = Pengamatan
SNI
= 12516.69 x 100
49500
= 25.286 %
Mandor = Pengamatan
SNI
= 3755.007 x 100
2970

= 126.431 %

79
B. Kolom B.
1) Pengecoran
Upah tenaga
SNI = 11000
Pengamatan = 29601.72
Upah Mandor
SNI = 7470
Pengamatan = 12109.80
Perhitungan efisiensi
Tenaga = Pengamatan
SNI
= 29601.72 x 100
11000
= 269.107 %
Mandor = Pengamatan
SNI
= 12109.8 x 100
7470
= 162.112 %
2) Pembesian
Upah tenaga
SNI = 525
Pengamatan = 810.4603
Upah Mandor
SNI = 360
Pengamatan = 243.1381
Perhitungan efisiensi
Tenaga = Pengamatan
SNI
= 810.4603 x 100
525
= 154.373 %
Mandor = Pengamatan
SNI
= 243.1381 x 100
360
= 67.538 %
3) Bekisting
Upah tenaga
SNI = 49500
Pengamatan = 7500

80
Upah Mandor
SNI = 2970
Pengamatan = 3000
Perhitungan efisiensi
Tenaga = Pengamatan
SNI
= 7500 x 100
49500
= 15.152 %
Mandor = Pengamatan
SNI
= 3000 x 100
2970
= 101.010 %

Untuk memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman, perbandingan antara


pengamatan di lapangan dengan SNI untuk kalkulasi diatastelah di tabulasikan pada
Tabel 5.1

81
Tabel 5.1 Perbandingan Efisiensi antara Pengamatan dan SNI
Pengamatan SNI 7398-2008
Pekerjaan Efisiensi (%)
A. Volume Satuan Indeks Upah ( Rupiah ) Indeks Upah ( Rupiah )
Tangga
Tenaga Mandor Tenaga Mandor Tenaga Mandor Tenaga Mandor Tenaga Mandor
3
1. Pengecoran 1.85 m 0.68 0.14 37162.16 12162.16 0.2 0.083 11000.00 7470.00 337.838 162.813
2. Penulangan 210.07 Kg 0.01 0.003 602.48 240.99 0.007 0.004 525.00 360.00 114.758 45.9031
2
3. Beksiting 14.98 m 0.17 0.042 12516.69 3755.01 0.66 0.033 49500.00 2970.00 25.2862 126.431
50281.33 16158.16 61025.00 10800.00
Total
66439 71825 92

Pengamatan SNI 7398-2008


Pekerjaan Efisiensi (%)
B. Volume Satuan Indeks Upah ( Rupiah ) Indeks Upah ( Rupiah )
Kolom
Tenaga Mandor Tenaga Mandor Tenaga Mandor Tenaga Mandor Tenaga Mandor
1. Pengecoran 0.93 m3 0.54 0.13 29601.72 12109.80 0.2 0.083 11000.00 7470.00 269.107 162.112
2. Penulangan 138.81 Kg 0.011 0.003 810.46 243.14 0.007 0.004 525.00 360.00 154.373 67.5384
2
3. Beksiting 7.50 m 0.10 0.033 7500.00 3000.00 0.66 0.033 49500.00 2970.00 15.1515 101.01
37912.18 15352.93 61025.00 10800.00
Total
53265 71825 74

82
Dari tabel sebelum di total antara Efisiensi masing-masing pekerjaan, jika nilai efisiensi
lebih besar dari 100 %, maka besarnya nilai upah di lapangan lebih besar dari hasil
analisis SNI ( Pihak Kontraktor mengalami kerugian ) dan sebaliknya. Kemudian nilai
Upah antara Tenaga Kerja dan Mandor dijumlahkan lalu diefisiensikan, didapatkan
kesimpulan bahwa pihak proyek tetap meraih keuntungan yang rincianya dapat dilihat
pada Tabel 5.1.

Perbandingan Total antara SNI dan Pengamatan dalam Pembuatan Kolom dan
Tangga ( Jumlah antara Tenaga dan Mandor )
A. Pembuatan Tangga
SNI = 71990
Pengamatan = 66439
Efisiensi = 92 %

B. Pembuatan Kolom
SNI = 71825
Pengamatan = 53265
Efisiensi = 74 %

Dari kedua hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data hasil perhitungan tersebut
dengan pekerjaan saat dilapangan tidak selalu sama, dimana pada pelaksanaan
durasi yang dibutuhkan 1 hari bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sama dengan
volume yang berbeda. Pada analisis diatas tidak diperhitungan berapa volume yang
akan dikerjakan oleh setiap pekerja. Sebenarnya yang lebih tepat adalah untuk
kebutuhan pekerja adalah berdasarkan dengan pengalaman

5.5 Permasalahan Proyek


Dalam pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, adalah wajar apabila
timbul suatu permasalahan atau beberapa kendala yang mungkin berpengaruh
terhadap pelaksanaan pekerjaan proyek. Dalam sub bab ini akan dibahas
tentang masalah-masalah yang timbul, baik itu masalah teknis maupun
masalah non teknis. Adapun masalah-masalah yang berhasil dikumpulkan
dari pengamatan di lapangan secara langsung maupun keterangan dari
pelaksana beserta solusi penyelesaiannya :

83
1. Permasalahan pada peralatan pekerjaan pemasangan
Terjadi kerusakan mixer concrete/mesin molen, karena rusaknya mesin
akibat kesalahan teknik maupun penggunaan, yang seharusnya ada dua
mesin mixer concrete yang bekerja dilapangan, sehingga hanya satu mesin
yang bekerja. Agar tidak mempengaruhi waktu penyelesaian proyek maka
harus langsung memperbaiki mesin mixer concreteoleh ahli mesin

2. Keselamatan pekerja
Kurang diperdulikannya K3 pada proyek tersebut yang sehingga banyak
pekerja yang tidak memakai helm pengaman dan pelindung kerja.
Keterbatasan helm pengaman menjadikannya hanya beberapa pekerja
yang memakai helm pengaman, bahkan masih banyak pekerja yang tidak
menggunakan sepatu boot tetapi menggunkan sandal biasa sampai tidak
menggunakan alas kaki.
3. Kerusakan struktur kolom
Terjadi kerusakan 1 kolom kecil setelah bekisting dilepaskan, kolom
sangat keropos dan terlalu encer serta kurangnya pengawasan, kerugian ini
ditanggung oleh pihak kontraktor.
4. Perawatan struktur
Usaha perawatan struktur setelah dilepas dari bekisting tidak dilakukan
perawatan secara rutin seperti penyiraman air, hanya dilakukan
penambalan pada bagian yang sedikit keropos.
5. Kerjasama antara sumber daya proyek
Dalam proyek ini kurangnya koordinasi antara pengawas lapangan dengan
pekerja tentunya bisa merugikan proyek, contohnya seperti terjadi
kegagalan pengecoran kolom.
6. Tata tertib proyek tidak ada
Dalam suatu proyek seharusnya terdapat aturan agar para pihak yang
terlibat dalam proyek itu dapat disiplin terhadap pekerjaan yang dilakukan
juga diberikan sangsi jiga pekerja melanggar aturan tersebut.

84
7. Produktivitas terhadap pengerjaan tertentu lama
Pengerjaan tertentu disini misalnya seperti pekerjaan 1 buah kolom yang
seharusnya cukup dikerjakan oleh 4 orang karena pengecoran manual
dibutuhkan 6 orang. Pemadatan terhadap kolom pernah tidak dilakukan
pada sebuah kolom. Pemasangan bekisting bergeser sekitar 1 cm dari
rencana awal sehingga dilakukan pelurusan dengan cara melepaskan
tulangan pada bagian bawah menggunakan linggis.

85
BAB VI
PENGENDALIAN PROYEK

6.1 Umum
Pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek harus sesuai dengan standar
kualitas yang direncanakan, baik mutu, waktu, dan biaya. Oleh karena itu
perlu diperhatikan pengendalian proyek agar tercapai standar yang diinginkan
tersebut. Pengendalian dilakukan melalui pengawasan atau pengujian
terhadap semua pekerjaan yang dilakukan agar sesuai dengan rencana kerja
dan syarat-syarat. Pengendalian tersebut dapat berupa pengendalian mutu
material yang digunakan, mutu peralatan, waktu yang diperlukan, biaya
pelaksanaan, yang semuanya diatur dengan manajemen yang baik dan
dilaporkan secara berkala agar diketahui hasil dan perkembangan yang
dicapai.
Berfungsinya suatu sistem manajemen konstruksi dengan baik tergantung
pada kualitas pekerjaan konstruksi itu sendiri. Kesalahan-kesalahan dan
rendahnya kualitas bangunan seringkali sulit untuk dibetulkan atau diperbaiki
setelah pelaksanaan selesai. Proses penyelesaian proyek konstruksi harus
berpegang pada tiga kendali (triple constrain), yaitu sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan, sesuai dengan time schedule, dan sesuai dengan biaya yang
direncanakan (Hizom, 2004).

6.2 Pengawasan dan Pengendalian Proyek


Pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek harus sesuai standar kualitas
yang direncanakan baik standar mutu, waktu, dan biaya. Oleh karena itu perlu
diperhatikan pengawasan dan pengendalian proyek agar dicapai standar yang
diinginkan tersebut. Pengendalian yang dilakukan dalam proyek ini melalui
pengawasan yang kontinyu terhadap semua pekerjaan sesuai dengan rencana
kerja yang dibuat untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan.

86
Tujuan dari pengawasan dan pengendalian proyek untuk menjaga kualitas
hasil pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan (quality control),
Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan (time control), dan biaya yang tidak berlebih (cost control).
Pengendalian proyek diatur dengan manajemen yang baik dan dilaporkan
secara berkala kepada owner melalui kepala direksi dalam hal ini adalah
pengawas yang ditunjuk oleh owner agar diketahui hasil dan perkembangan
yang dicapai. Hal-hal yang ditinjau dalam pengendalian proyek ini adalah :
a. Pengendalian mutu, yang meliputi:
1) Pegendalian mutu bahan.
2) Pengendalian mutu peralatan.
3) Pengendalian tenaga kerja.
b. Pengendalian waktu.
c. Pengendalian biaya.
d. Pengendalian teknis.
e. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) & Lingkungan.

6.2.1 PengendalianMutu
Tujuan dari pengendalian mutu dan kuliatas adalah agar kualitas
struktur yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Pengendalian terhadap kualitas sangat penting untuk menjamin kekuatan
struktur yang direncanakan oleh konsultan perencana. Pengendalian mutu
antara lain:

1. PengendalianMutu Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam suatu struktur harus memenuhi
syarat-syarat kualitas yang telah ditetapkan. Masalah bahan mulai dari
pengiriman, pengawasan, penerimaan, dan pemakaian bahan. Hal pertama
yang dilakukan sebelum proses kedatangan meterial adalah mengajukan
material contoh yang akan dipakai berupa brosur, data teknis serta hasil
test untuk diperiksa langsung oleh Konsultan Pengawas untuk meminta
persetujuan.

87
Pengendalian kualitas bahan material dan yang dilakukan dalam
proyek ini adalah sebagai berikut:
a) Pengujian sample bahan (uji visual).
b) Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai.
c) Pemilihan suplier bahan.
d) Jadwal kebutuhan material.
e) Cara penyimpanan.
f) Cara handling.
g) Monitor dan pelaporan.

2. PengendalianMutu Peralatan
Pengawasan bidang peralatan berupa pencataatan kondisi alat,
memaksimalkan fungsi alat karena alat yang dipakai lebih dari umur
kerjanya dapat menurunkan produktivitas alat tersebut. Pengecekan alat
selama di lapangan dilakukan oleh mandor setempat yang kemudian
dilaporkan ke bagian mekanik. Jika terjadi kerusakan ringan, maka
kerusakan dapat diperbaiki oleh site mechanic. Namun apabila terjadi
kerusakan besar maka dapat direparasi di bengkel induk. Pengendalian
mutu peralatan dapat dilakukan dengan cara:
a) Pemilihan jenis alat yang sesuai
b) Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan).
c) Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai.
d) Pemilihan suplier alat yang baik.
e) Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman.
f) Jadwal kebutuhan alat.
g) Penyediaan bahan bakar.
h) Penyediaan suku cadang.
i) Monitor dan pelaporan.
Dalam proyek ini sempat concreate mixer rusak, yang dilakukan
lagsung dengan mendatangkan mekanikalnya agar bisa digunakan, serta
selang beberapa minggu membeli concreate mixer yang baru.

88
3. PengendalianMutu Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan
kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu
pekerjaan proyek. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pengendalian
mutu tenaga kerja. Pada proyek ini seluruh pengadaan tenaga kerja di
serahkan kepada kontraktor namun konsultan manajenen konstruksi
sebagai pengawas di lapangan selalu memonitor jumlah tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaaan dilapangan sesuai dengan target yang
ditentukan.
Pengendalian sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara:
a) Memilih SDM yang berintegritas dan mempunyai pengalaman
sejenis.
b) Pengarahan dan pembinaan.
c) Monitor jumlah tenaga kerja.
Dalam proyek ini penegendalian yang dilakukan untuk tenaga kerja
hanya sebatas penambahan jumlah tenaga kerja untuk mempercepat
penyelesaian suatu pekerjaan, batas usis masih dihiraukan padahal usia
sangat mempengaruhi tingkat produktivitas.

6.2.2 Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu pelaksanaan mutlak dilakukan dalam suatu
proyek karena pelaksanaannya dibatasi oleh waktu rencana. Pengendalian
waktu dilakukan dengan cara membandingkan prestasi kerja kemajuan
fisik di lapangan dengan rencana kerja yang telah dibuat oleh tim
pelaksana. Pengendalian waktu dilakukan dengan membuat time schedule
yang menggambarkan jadwal masing-masing tahapan pekerjaan. Jadwal
ini dibuat oleh tim pelaksana dan disetujui oleh pemilik proyek.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian waktu pekerjaan.
1. Network Planning
Dalam Network Planning (NWP) tercantum urutan waktu yang
akan digunakan untuk menyelesaikan suatu bagian pekerjaan. Dengan

89
membuat NWP akan didapat manfaat yang sangat besar, yaitu dapat
diketahui logika ketergantungan antar kegiatan proyek, dapat
ditunjukkan dengan jelas waktu-waktu penyelesaian yang kritis dan yang
tidak memungkinkan dapat dicapainya pelaksanaan proyek lebih
ekonomis, dan terdapatnya kepastian dalam penggunaan sumber tenaga,
bahan, dan peralatan.
2. Time Schedule
Dalam kaitannya dengan pengendalian waktu, time schedule
memberikan gambaran kondisi penggunaan waktu yang nyata di
lapangan. Dengan time schedule, tiap bobot pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan dan berapa besar ketinggalan yang harus dikejar sampai batas
waktu yang ditentukan dapat diketahui. Dari time schedule juga dapat
diketahui kapan suatu pekerjaan harus dimulai dan diselesaikan.
Dalam proyek ini pengendalian terhadap waktu dilakukan
dengan membuat jadwal-jadwal pelaksanaan dan penyelesaian suatu
pekerjaan agar mudah dalam efisisensi biaya dan waktu.

6.2.3 PengendalianBiaya
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dimaksudkan untuk
menghitung biaya-biaya yang diperlukan dari suatu bangunan dan dengan
biaya ini bangunan tersebut dapat terwujud sesuai yang direncanakan. Ada
dua faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya suatu
bangunan yaitu faktor teknis dan faktor non teknis. Faktor teknis antara
lain berupa ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar-gambar konstruksi
bangunan. Sedangkan faktor non teknis meliputi pengaruh proyek
terhadap masyarakat sekitar.
Pengendalian biaya dilakukan dengan memakai rencana anggaran
biaya, time schedule. Dari time schedule dapat dilihat perbandingan biaya
rencana dengan biaya yang digunakan.Bila kurva S aktual berada di
bawah kurva S rencana maka biaya yang dikeluarkan masih berada di

90
bawah rencana (cost under run). Tetapi bila kurva S aktual berada di atas
kurva S rencana maka biaya yang dikeluarkan lebih besar dari rencana
(cost over run). Bila terjadi salah satu hal di atas maka keberadaan biaya
harus diperiksa lagi. Dalam proyek ini tidak digunakan penggunaan kurva
S hanya Rencana Anggaran Biaya biasa dan time schedule.

6.2.4 PengendalianTeknis
Pengendalian teknis di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui
perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan
koordinasi proyek. Laporan kemajuan dibuat dalam bentuk harian,
mingguan dan bulanan, untuk mengetahui sejauh mana kemajuan/ prestasi
pelaksanaan proyek. Dalam proyek ini dibuat laporan sebagai berikut :
1) Laporan harian
Merupakan laporan mengenai seluruh pekerjaan dalam satu hari kerja
meliputi jumlah tenaga kerja, jumlah materi/alat yang digunakan, dan
jenis kegiatan.
2) Laporan mingguan
Laporan yang berisi tentang kegiatan yang dilakukan selama satu minggu
meliputi catatan prestasi kerja dalam satu minggu, yang berupa dokumen
kemajuan progress.
3) Laporan bulanan
Laporan bulaanan dibuat dari hasil rekapan laporan-laporan mingguan,
dan harus dibuat setiap bulan berisi tentang:
a. Catatan jenis pekerjaan setiap bulan.
b. Presentase pekerjaan selama satu bulan serta kemajuan proyek yang
dicapai sampai saat laporan itu dibuat.
c. Nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu bulan.
Laporan bulanan ini harus di sahkan dahulu oleh pengawas dan
ditandatangani oleh pimpinan proyek sebagai bukti nilai pekerjaan yang
telah dialakukan selama satu bulan.

91
4) Rapat koordinasi
Dalam pelaksanaa fisik atau proyek masalah-masalah yang tidak terduga
dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak bisa saja muncul, untuk itu
diperlukan rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan
masalah secara bersama. Dalam setiap minggu dilaksanakan rapat
koordinasi, biasanya setiap hari Kamis.

6.2.5 PengendalianK3L
Seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Maka ini dapat dijadikan
pedoman pelaksanaan K3 dalam proyek ini, secara keseluruhan
pelaksanaan pekerjaan yang berpedoman pada keputusan mentri tenaga
kerja tersebut masih dirasa kurang karena masih banyak hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam ketentuan penggunaan K3 Proyek, hal-hal tersebut
antaranya :
1) Kurangnya kesadaran pemilik proyek dan para pekerja untuk
menggunakan peralatan keselamatan kerja, hanya memakai sepatu
boat dan sarung tangan.
2) Kurangnya kesadaran para pekerja dalam melaksanakan ataupun
menggunakan peralatan konstruksi sehingga menyebabkan
kecelakaan kerja
3) Minimnya peralatan K3 yang terdapat dalam proyek terutama
Helm yang hanya digunakan oleh Pengawas saja.
Dari hal-hal tersebut seharusnya dapat digunakan sebagau introspeksi
pihak owner ataupun pihak kontraktordan pihak lain yang bersangkutan
untuk lebih mempedulikan pedoman pelaksanaan K3 dalam setiap
penyelenggaraan proyek konstruksi. Agar kesehatan keselamatan dan
keamanan para pekerja dapat terjamin dan dapat mensejahterakan para
pekerja sehingga menimbulkan kenyamanan keamanan para pekerja saat
melaksanaakan pekerjaan.

92
Dalam proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto Purwokertoterdapat sarana penunjang K3L beserta Alat
Pelindung Diri yang digunakan oleh semua pekerja lapangan, meliputi :
1. Sarana Penunjang K3L
a. Direksi Keet
Pembangunan kantror proyek digunakan sebagai tempat untuk
mengadakan koor dinasi seperti rapat bagi pengawas dan perencana
juga kontraktor. Pada kantor proyek terdapat data-data teknis
proyek, gambar-gambar kerja yang mendeskripsikan struktur yang
akan dibangun, time schedule, dan lain-lain. Direksi keetdisajikan
pada Gambar 6.1

Gambar 6.1Direksi Keet


b. Toilet dan Kamar Mandi
Toilet dan kamar mandi harus disediakan secukupnya agar tenaga
kerja tidak buang air besar/kecil dan mandi disembarangan tempat.
c. Kantin
Untuk menjaga lingkungan proyek tetap bersih, maka kantin/
warung makan yang disediakan untuk tempat makan dan minum
pekerja, harus selalu bersih. Penjual harus bertanggungjawab atas
kebersihan di lingkungan warung tersebut.

93
2. Alat Pelindung Diri
Setiap tenaga kerja sebenarnya diharuskan memakai Alat
Pelindung Diri kalau memasuki areal kerja, sebagai pengaman dari
adanya kemungkinan bahaya yang akan terjadi. Pemakaian Alat
Pelindung Diri disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
Alat Pelindung Diri yang dipakai meliputi :
a. Helm
Helm harus dipakai pada pekerjaan konstruksi/struktur dan ada
kemungkinan adanya benda jatuh, diharapkan bisa menahan benda-
benda jatuh yang relatif kecil dan mencegah adanya kepala dengan
benda keras. Tetapi pada proyek ini tidak semua para pekerja
menggunakan helm karena adanya keterbatasan helm.
b. Sepatu Kerja
Sepatu kerja digunakan untuk melindungi dan mencegah resiko luka
dibagian kaki yang diakibatkan oleh benturan, tertindih beban,
tertusuk benda tajam, terkena cairan kimia. Sepatu safety harus
selalu digunakan saat bekerja untuk melindungi kaki dari luka.
Sepatu kerja dari kulit dan dilapisi pelat baja untuk mencegah
tusukan benda tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban
berat pada ujung kaki. Sepatu kerja dari karet, untuk mencegah
tusukan benda tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban
berat pada ujung kaki. Namun pada proyek ini hanya sedikit pekerja
yang menggunakan sepatu sebgai pelindung kaki.
c. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari kemungkinan terkena benda tajam
atau yang akan mencederai, pekerja harus memakai sarung tangan.
Tetapi dalam proyek ini hanya beberapa orang yang menggunakan
sarung tangan.

94
BAB VII
PENUTUP

7.1 Tinjauan Umum


Setelah pelaksanaan kerja praktik Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
IAIN Purwokerto Purwokerto berlangsung selama dua bulan, penulis banyak
mendapatkan masukan, pengalaman dan pengetahuan baru terutama hal-hal
teknis di lapangan maupun manajemen dalam proyek. Pengalaman-
pengalaman ini melengkapi pengetahuan yang kami dapatkan di bangku
perkuliahan.
Setelah penulis melaksanakan pengamatan, berada dan berinteraksi
langsung dengan kegiatan di proyek selama kerja praktek maka penulis dapat
mengambil kesimpulan dari seluruh rangkaian kegiatan kerja praktek.

7.2 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang peroleh selama
pelaksanaan kerja praktek, saya dapat mengambil beberapa kesimpulan
antara lain :

1. Tidak selamanya metode pelaksanaan yang telah direncanakan dapat


diterapkan di lapangan. Apabila pelaksana (kontraktor) ingin merubah
metode pelaksanaan dan perencanaan yang telah ditetapkan, maka perlu
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari konsultan pengawas.

2. Proyek pembangunan Rumah Sakit tidak dikejar oleh waktu karena


sifatnya yang in house maka jika tidak ada anggaran yang mencukupi
proyek ini akan berhenti untuk sementara waktu, tetapi samapai saat ini
lancar proses pembangunanya, dapat saya katakan proyek ini sederhana,
3. Jumlah pengawas yang sedikit bisa mempengaruhi kualitas pelaksaan
suatu proyek serta koordinasi antara tukang dengan pengawas kurang,

95
4. Peralatan penunjang yang digunakan masih sedrhana, tidak digunakan
alat-alat seperti pada suatuproyek-proyek besar. Penggunaan alat dalpat
berpengaruh terhadap efisiensi waktu dan hasil yang baik,
5. Pelaksana kurang memperhatikan keselamatan kerja karena sebagian
besar pekerja yang menggunakan helm, sarung tangan dan sepatu,

6. Tidak adanya tata tertib dalam proyek sehingga pihak yang terlibat
dalam proyek masih kurang disiplin di dalam proyek.

7.3 Saran
Dalam menghadapi hambatan dan permasalahan-permasalahan
yang terjadi di proyek, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
saran-saran antara lain :
1. Pihak proyek pelaksana pekerjaan hendaknya lebih memperhatikan
keselamatan para pekerja dengan memberikan peralatan pengaman diri
sehingga tidak terjadi keterbatasan alat pelindung diri,

2. Dalam melaksanakan pekerjaan, perlu adanya pengawasan yang lebih


teliti, misal pengawas lapangan harus selalu mengamati dan mengawasi
pekerjaan lapangan, agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
tidak diharapkan sehingga pekerjaan dapat sesuai dengan yang telah
direncanakan serta koordinasi antara tenaga ahli dengan tukang harus
berjalan dengan baik,

3. Pihak pelaksana atau kontraktor harus memberi bimbingan pada


mahasiswa yang sedang melaksanakan kerja praktek. Kontraktor juga
semestinya memberikan data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan
laporan maupun analisis-analisis yang dibutuhkan mahasiswa,

4. Perlu dibuat tata tertib proyek agar pihak yang terlibat dalam proyek itu
mematuhi aturan yang diberlakukan sehingga jika melanggar aturan yang
sudah dibuat bisa diberikan sangsi.

96
DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT. Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.
Fadhlih. 2010. Dasar-dasar konstruksi bangunan, http://kuliah-
kuliaharcitecture.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015.
Hizom, MS. 2006. Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi 1. Purwokerto.
Ervianto, Wolfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi.Andi ofset.
Yogyakarta.
Suryadharma, H. dan H.Y. Wigroho. 1998. Alat-alat Berat. Universitas Atma
Jaya. Yogyakarta.

97

Anda mungkin juga menyukai