LP NHS
LP NHS
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya
suplai darah kebagian otak. Stroke adalah gangguan yang mempengaruhi
aliran darah keotak dan mengakibatkan deficit neurologik.( Sudoyo, Aru W.
2013)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui system suplai arteri otak (Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2012). Stroke
non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung
24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2009).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008)
B. Etiologi
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2011) stroke biasanya di akibatkan dari
salah satu tempat kejadian, yaitu:
1. Thrombosis
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2. Embolisme serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD)
b. Myocard infark
c. Fibrilasi.
d. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-
waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus
kecil.
e. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Hemorargik cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah
ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau
sensasi baik sementara atau permanen.
C. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak. Kekurangan
selama 1 menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron
area kemudian di sebut infark.
Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya
(karena henti jantung / hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia /
kesulitan bernafas. Jika neuron hanya mengalami iskemik,maka masih ada
peluang untuk menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner
dapat mengakibatkan suatu infark disekitar zona yang mengalami
kekurangan O2
Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan darah, lemak dan
udara, emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung. Jika perdarahan
yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan
menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada
keadaan ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi
neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa
otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim
otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan
peningian tekanan intrakranial dan menebabkan menurunnya tekanan
perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Pada Kasus stroke non hemorogik, Iskemia disebabkan oleh adanya
penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus
umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli
disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang
tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. (Arif
mutakin,2008).
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat,
aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi
ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak.
Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak
untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun
ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan
karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
D. Manifestasi Klinik
1. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam
dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut
Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam
wujud sama, memperberat atau malah menetap
2. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic
neurologic defisit (RIND)
3. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang
disebut progressing stroke atau stroke inevolution
4. Sudah menetap/permanen
Berikut juga beberapa tanda dan gejala dari stroke non hemoregik adalah
sbb:
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerak motorik. Karena neuron motor atas
melintas, gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motor yang paling umum adalah
a. Hemiplegia, yaitu paralisis pada salah satu sisi.
b. Hemiparesis, yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh
2. Kehilangan komunikasi
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara
b. Disfasia atau Afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif
c. Apraksia (ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir
dan berusaha untuk menyisir rambutnya
3. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan menginterprestasikan sensasi
a. Disfungsi persepsi visual
Kehilangan setengah lapang pandang (hemianopsia), sisi visual yang
terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis
b. Kehilangan sensori
Stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih
berat, dengan kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan
gerak bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan
strimulasi visual, taktil dan auditorius.
c. Gangguan fungsi koknitif dan efek psikologis
Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,
memori atau fungsi kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsi ini ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan
dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi
4. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke, pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik postural (Sudoyo, Aru W. 2013)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan: memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan
adanya infark.
2. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
3. Fungsi Lumbal
a. menunjukan adanya tekanan normal
b. tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan.
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal. (Sudoyo, Aru W. 2013)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk
menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari
setelah infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah
terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi antitrombisit dapat diresepkan
karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
trombus dan embolisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
3. Penatalaksanaan stroke di unit gawat darurat
Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan
mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh
menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya
berakhir 48-72 jam. Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi
adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini. Selain itu tindakan yang
dapat dilakukan untuk menyatabilkan keadaan pasien dengan konsep
gawat darurat yang lain yaitu dengan konsep ABC yaitu :
a. Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala
hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing
maupun sebagai akibat strokenya sendiri. Contoh tindakannya adalah
pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi,
atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan
refleks jalan napas, imobilitas, atau hipoventilasi dan Jangan biarkan
makanan atau minuman masuk lewat hidung
b. Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat
gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi
infeksi di saluran napas. Contoh tindakannya adalah intubasi
endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke
masif, karena henti pernapasan biasanya faktor yang mengancam
kehidupan pada situasi ini dan berikan oksigen 2-4 L/menit melalui
kanul nasal
c. Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu fungsi
jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama,
adanya trombus, atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani
secara cepat. Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab
stroke, akan tetapi juga bisa merupakan komplikasi dari stroke
tersebut. Contoh tindakannya adalah pasien ditempatkan pada posisi
lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak
ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang dan jantung
diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda
gagal jantung kongestik
4. Keperawatan
Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (2000), tindakan yang
dilakukan pada pasien stroke:
a. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat
b. Mencegah atau meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan
yang bersifat permanen.
c. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Memberikan dukungan terhadap proses koping dan
mengintegrasikan perubahan dalam konsep diri pasien
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosisnya
dan kebutuhan tindakan atau rehabilitasi
Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain setelah keadaan pasien
stabil yaitu (Arif Mansjoer, 2008) :
a. Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan
kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti
dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0,45% karena dapat memperhebat
edema otak.
b. Buat rekamanan EKG dan lakukan foto rontgen otak
c. Tegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia ) , kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
a. Hipertensi arterial
b. Disritmia, perubahan EKG
c. Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d. Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan,
kegembiraan, kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
a. Inkontinensia, anuria
b. Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak
adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
a. Nafsu makan hilang
b. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
c. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
d. Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
a. Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
b. Obesitas ( faktor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
a. Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
b. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan
sub arachnoid.
c. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati.
d. Penglihatan berkurang.
e. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama ).
f. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
a. Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif.
b. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya
reflek tendon dalam ( kontralateral )
c. Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
d. Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif/kesulitan berkata kata,
reseptif/kesulitan berkata kata komprehensif, global/kombinasi
dari keduanya.
e. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil.
f. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
g. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
Perokok ( faktor resiko )
9. Keamanan
Data obyektif:
a. Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
b. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
c. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali.
d. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
e. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi. (Doenges E,
Marilynn,2000)
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta :
Interna Publishing.