Essay Maya
Essay Maya
Konflik sosial beberapa waktu lalu sering menjadi alasan untuk mendiskreditkan
orang Maluku. Hampir sebagian besar kesalahan ditimpakan kepada orang Maluku. Konsep
berpikir yang demikian harus dirubah dan harus memandang Maluku sebagai bagian penting
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Orang Maluku sebenarnya tidak ingin bertikai, namun
karena dipicu oleh berbagai pihak yang mempunyai kepentingan tertentu maka terjadi konflik
yang sangat memalukan dan menghancurkan peradaban orang Maluku
Pasca konflik Maluku yang berlangsung sejak Tahun 1999, ternyata kebijakan pemerintah
belum sepenuhnya tuntas, dalam menangani berbagai masalah yang selama ini membuat
masyarakat Maluku trauma sangat mendalam. Masyarakat masih hidup tersegregasi berdasarkan
kelompok agama dan etnis tertentu, sehingga kohesi sosial belum terbangun secara baik,
berdasarkan kemauan dan kesadaran sendiri. Pemerintah tidak bisa tinggal diam dan
menganggap konflik Maluku sudah selesai dan membiarkan masyarakat membangun diri sendiri
tanpa kebijakan yang tepat dan terarah. Hal ini penting untuk melahirkan kedamaian abadi di
negeri raja-raja ini. Riak-riak kecil akibat konflik masih terus dirasakan sampai saat ini,
walaupun menurut pemerintah, Maluku sudah aman dan kondusif.
Sumber kekayaan alam Maluku, belum dijadikan sebagai instrumen dalam mendorong
peningkatan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat. Adagium yang tidak terbantahkan
bahwa dimana banyak sumberdaya alam selalu saja timbul konflik, menjadi kenyataan di negeri
seribu pulau ini. Hal tersebut perlu diperhatikan dengan sungguh oleh pemerintah dan harus
berupaya untuk mengeleminir konflik sehingga pembangunan bisa dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. Jika dibiarkan berlarut-larut maka pasti berbagai kepentingan akan didorong untuk
ikut menggapai berbagai tujuan sesaat dari kelompok tertentu, dengan cara-cara yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara moral maupun hukum.
Kohesi sosial yang terkoyak belum terbangun secara baik, sehingga belum ada jaminan bagi
suatu kehidupan masyarakat yang rukun dan damai secara berkelanjutan. Konflik Maluku yang
berkepanjangan sebenarnya menimbulkan berbagai pelanggaran Hak Asasi manusia, namun
sampai saat ini belum ditemukan suatu kebijakan pemerintah untuk menguak misteri tersebut.
Paling tidak pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk pembiaran oleh pemerintah, yang
sampai saat ini belum diungkapkan oleh lembaga atau orang orang yang konsern terhadap
masalah masalah Hak Asasi Manusia. Semua yang terjadi dianggap sebagai hal biasa atau
konflik horizontal antar komunitas, yang penyelesaiannya tidak tuntas. Hal ini sebenarnya
membutuhkan kajian mendalam, sehingga tidak meninggalkan dendam atau bom waktu bagi
generasi berikutnya.
1. Provinsi Maluku harus bangkit dan keluar dari kondisi kemiskinan sehingga dapat
maju, mandiri dan sejahtera, sejajar dengan Provinsi lain di Indonesia, berdasarkan hukum yang
berlaku maupun nilai-nilai yang universal dan nilai-nilai kearifan lokal.
3. Perlu adanya pola kebijakan pembangunan yang dapat memberikan jaminan bagi
perdamaian sejati dan langgeng di Maluku, melalui pengungkapan berbagai kasus pelanggaran
hak asasi manusia selama konflik berlangsung.
4. Perlu adanya komitmen dan kebijakan khusus serta terpadu dari berbagai institusi yang
berkompeten, dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara signifikan sehingga
masyarakat Maluku bisa keluar dari kondisi keterpurukan dan kemiskinan yang menjadi isu
nasional.
3. Sistem politik nasional saat ini cenderung didasarkan atas tekanan oleh
kelompok atau tokoh tertentu, sehingga kebijakan yang ditempuh lebih bersifat
diskriminatif dan kurang proporsional dalam menyikapi berbagai tuntutan atau
aspirasi dari daerah. Akibatnya menimbulkan antipati terhadap kebijakan
pemerintah, dan menghancurkan nilai-nilai harmoni dan kebersamaan, dalam
sistem pemerintahan negara.
4. Pandangan yang keliru dan rasa khawatir yang berlebihan tentang aspirasi
masyarakat dari daerah atau wilayah yang memiliki ciri khusus, yakni wilayah
kepulauan untuk mendapatkan pengakuan dan perlakuan khusus melalui
berbagai kebijakan nasional.
5. Kondisi geo strategis, geo politik dan geo ekonomi dari masing-masing
wilayah belum sepenuhnya menjadi instrumen dan landasan kebijakan penting
bagi kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam mendorong
percepatan pembangunan daerah yang memiliki karakter khusus.
6. Baik Pemerintah termasuk DPR dan DPD, belum memiliki persepsi yang
sama tentang tuntutan masyarakat di daerah khususnya pada wilayah yang
memiliki karakter khusus yakni wilayah kepulauan, untuk mendapat perlakuan
khusus. masing-masing lembaga masih berkutat dengan konsep dan landasan
teori serta kebijakan sendiri, sehingga belum sepenuhnya fokus pada tujuan
utama yakni adanya perlakuan khusus bagi beberapa wilayah atau Provinsi yang
memiliki kekhususan.
E. Rekomendasi atau Langkah Langkah Strategis yang dapat dilakukan antara lain:
5. Pemerintah dan DPR serta DPD harus konsisten dan konsekuen dalam
memperjuangkan kepentingan masyarakat, menuju pembangunan yang dapat
mensejahterakan masyarakat pada umumnya dan khususnya masyarakat
diwilayah kepulauan.
6. Pemerintah dan DPR harus lebih realistis dalam menyikapi berbagai
kondisi faktual masyarakat khususnya pada wilayah-wilayah kepulauan,
sehingga mampu menjawab berbagai tantangan pembangunan tersebut
berdasarkan prinsip keman
F. Penutup
[1] Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional tentang LOOK MALUKU 2013, Maluku
Dalam Konteks Indonesia Hari Ini dan Esok, yang diselenggarakan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia ( PWI ) Pusat, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Maluku, di
Hotel Borobudur Jakarta, tanggal 17 Januari 2013.
[2] Dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon, Bagian Hukum Tata Negara dan
Administrasi. E-mail. ( sap.tenno@yahoo.com )