Anda di halaman 1dari 5

Tindakan Preventif

a. Primer
b. Sekunder
c. Tersier

A. PREVENTIF PRIMER

1. Tindakan terhadap manusia

a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan kepada
setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis. Materi utama
edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan
yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria,
pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.

b. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan pada


masyarakat tentang cara pencegahan malaria.

c. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan nyamuk dengan


menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak
nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.

d.Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai
subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.

2. Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)

Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif mengurangi paparan dengan
nyamuk, namun tidak dapat menghilangkan sepenuhnya risiko terkena infeksi.
Diperlukan upaya tambahan, yaitu kemoprofilaksis untuk mengurangi risiko jatuh sakit
jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria yang saat ini
digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin, meflokuin (belum tersedia di
Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya. Dosis kumulatif maksimal untuk
pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang dewasa adalah 100 gram basa.

Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang berkunjung ke


daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap minggu; mulai minum obat 1-2 minggu
sebelum mengadakan perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu
selama dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan selama 4 minggu
setelah kembali dari daerah tersebut.

Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-20 minggu dengan
obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko tinggi malaria dimana
terjadi penularan malaria yang bersifat musiman maka upaya pencegahan terhadap
gigitan nyamuk perlu ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif terhadap pemberian
pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan terjadi efek samping sangat
besar.

3. Tindakan terhadap vektor

1. Pengendalian secara mekanis


Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga dimusnahkan, misalnya
dengan mengeringkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk. Termasuk dalam
pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan manusia, misalnya memberi
kawat nyamuk pada jendela dan jalan angin lainnya.

2. Pengendalian secara biologis


Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup yang
bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau pemangsa
serangga. Dengan pengendalian secara biologis ini, penurunan populasi nyamuk terjadi
secara alami tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan ekologi. Memelihara ikan
pemangsa jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan sehingga steril dan
tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini sudah dapat dibiakkan dan
diproduksi secara komersial berbagai mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk.
Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri yang banyak digunakan, sedangkan
Heterorhabditis termasuk golongan cacing nematode yang mampu memeberantas
serangga.

Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat yang memiliki temak
lembu, kerbau, babi. Karena nyamuk An. aconitus adalah nyamuk yang senangi
menyukai darah binatang (ternak) sebagai sumber mendapatkan darah, untuk itu ternak
dapat digunakan sebagai tameng untuk melindungi orang dari serangan An. aconitus
yaitu dengan menempatkan kandang ternak diluar rumah (bukan dibawah kolong dekat
dengan rumah).

3. Pengendalian secara kimiawi


Pengendalaian secara kimiawi adalah pengendalian serangga mengunakan insektisida.
Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan kimiayang bersifat sebagai pembunuh
serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran, maka pengendalian serangga secara
kimiawi berkembang pesat
B. PREVENTIF SEKUNDER

1. Pencarian penderita malaria


Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria
dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis mikroskopis dan
/atau RDT (Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan
dan pelaporan kunjungan kasus malaria.

2. Diagnosa dini

a. Gejala Klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang
keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan bermalam 1-4
minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria,
riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat
transfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa:
- Demam (pengukuran dengan thermometer 37.5 C)
- Anemia
- Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)

b. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan mikroskopis
- Tes Diagnostik Cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi
pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa
juga dilakukan pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks, EKG
(Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.

3. Pengobatan yang tepat dan adekuat

Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun
dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit
yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup.
Sejak 1638, malaria diobati dengan ekstrak kulit tanaman cinchona. bahan ini sangat
beracun tetapi dapat menekan pertumbuhan protozoa dalam darah.

Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria, yaitu Chloroquine, Doxycyline, dan Melfoquine.
Tanpa pengobatan yang tepat akan dapat mengakibatkan kematian penderita. Pengobatan
harus dilakukan 24 jam sesudah terlihat adanya gejala.

Pengobatan spesifik untuk semua tipe malaria:

a. Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah dengan menggunakan


chloroquine terhadap P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale yang masih
sensitif terhadap obat tersebut.

b. Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi malaria dengan
komplikasi berat atau untuk orang yang tidak memungkinkan diberikan obat peroral
dapat diberikan obat Quinine dihydrochloride.

c. Untuk infeksi malaria P. falciparum yang didapat di daerah dimana ditemukan strain
yang resisten terhadap chloroquine, pengobatan dilakukan dengan memberikan quinine.

d. Untuk pengobatan infeksi malaria P. vivax yang terjadi di Papua New Guinea atau
Irian Jaya (Indonesia) digunakan mefloquine.

e. Untuk mencegah adanya infeksi ulang karena digigit nyamuk yang mengandung
malaria P. vivax dan P. ovale berikan pengobatan dengan primaquine. Primaquine tidak
dianjurkan pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi malaria bukan oleh gigitan
nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah) oleh karena dengan cara penularan
infeksi malaria seperti ini tidak ada fase hati.

C. PREVENTIF TERSIER

1. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria

Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat karena infeksi P.
falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan kesadaran sampai
gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria
berat:

a. Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin


b. Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi ginjal,
pemasangan ventilator pada gagal napas.
c. Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk
mencegah memburuknya fungsi organ vital.

2. Rehabilitasi mental atau psikologis

Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril kepada penderita dan


keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan rujukan pada penderita
yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.

Kiat
Mencegah
Malaria
Malaria bisa menyerang semua orang, baik lelaki maupun perempuan pada semua golongan
umur dari bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Bila terserang penyakit ini, penderita bisa
mengalami koma, kegagalan multi organ, bahkan kematian. Padahal, hal itu sebenarnya bisa
dicegah dengan cara mudah dan murah.
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Rita Kusriastuti, dalam acara peringatan Hari
Malaria Sedunia, di Gedung Departemen Kesehatan, Jakarta, Rabu (22/4) menyatakan, sejauh ini
ada beberapa cara paling aman untuk terhindar dari malaria.

Pertama, menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk dengan cara tidur di dalam kelambu
berinsektisida, berada di dalam rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan obat anti
gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk. Jangan
lupa memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi, ujarnya.

Kedua, membersihkan tempat-tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang
nyamuk dengan membersihkan rumput dan semak di tepi saluran, melipat kain-kain yang ber
gantungan, mengusahakan keadaan di dalam rumah tidak ada tempat gelap dan lembab dengan
memasang genting kaca dan membuka kaca. Cara lain adalah, membersihkan semak-semak di
sekitar rumah, mengalirkan genangan air, dan menimbun dengan tanah atau pasir semua
genangan air di sekitar rumah.

Cara pencegahan lain adalah, membunuh nyamuk dewasa dengan cara menyemprot rumah-
rumah dengan racun serangga atau insektisida, membunuh jentik-jentik nyamuk dengan
menebarkan ikan pemakan jentik. "Selain itu, bunuh jentik nyamuk dengan menyemprot obat
anti larva atau jentik pada genangan air, serta melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang
pantai

Anda mungkin juga menyukai