Anda di halaman 1dari 12
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP REKAM MEDIS Anny Retnowati Abstract In health service, the relationship between doctor and patient is a contractual relationship, that is why such a relationship tends to be the starting point of conflicts. Coping with health service problems must be carried out by using medical and juridical appoaches regulated both in Medical Law and Health Lav. In health service, there are three main things, that are: Medical Record, Informed Consent and Medical Secrecy. ‘Medical records are very intportaxt data in health service because they can indicate that health service has been occurred between doctor and patient (either personal practice or hospital practice). The importance of ‘medical records can be seen fromt their provisions in Medical Practice Law and their special provisions in the Regulation of the Health Mixister of The Republic of Indonesia No. 749a/MenKes/Per/X11/89. Key words: medical record, medical law, health law. Menurut Pasal 9 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan, Pemerintah bertanggung jawab untuk mening- katkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, Pemerintah merencanakan pembangunan kese- hatan sebagai upaya Pembangunan Nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga setiap penduduk Indonesia dapat mewujudkan kesehatan yang optimal. ‘Dokter, pasien, dan rumah sakit adalah tiga subyck hukum yang terkait dalam bidang pemeliharaan Kesehatan dalam mewujud kesehatan yang optimal. Ketiganya membentuk baik hubungan medik maupun hubungan hukum, Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter, pasien, dan rumah sakit adalah hubungan yang obyeknya adalah pemeliharaan kesehatan pada umumnya dan pelayanan Kesehatan pada khususnya ! Dalam pelayanan Kesehatan, hubungan dokter dan pasien adalah hubungan yang bersifat Kontraktual sehingga hubungan ini cenderung dapat menjadi titik —pangkal timbalnya konflik. Penanggulangan masalah pelayanan kese- hatan harus dilakukan dengan pendekatan di bidang medis dan yuridis yang diatur baik di dalam Undang-Undang Kedokteran dan Undang-Undang Kesehatan. Dalam pelayanan kesehalan, terdapat tiga hal yang utama, yaitu : 1, Rekam Medis (Medical Record); 2. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent); dan 3, Rahasia Kedokteran (Medical Secrecy)? Untuk kesempatan ini pembicaraan difokuskan pada doktrin rekam medis beserta aspek hukumnya. Rekam medis, merupakan keharusan yang mesti ada dan dibuat di rumah sakit (Ps. 3 Keputusan Men Kes RI No. 034/Bithup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit) dan wajib dibuat oleh dokter menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Yang menjadi masalah, apakah rekam medis mempunyai Kekuatan hukum sebagai alat bukti apabila terjadi konflik antara rumah sakit, dokter dan pasien? PEMBAHASAN Keterkaitan Hukum Rekam Medis 1. Pengaturan Rekam Medis Perkembangan rekam medis di Indonesia dapat dihubungkan dengan beberapa Keputusan Menteri Kesehatan RI. a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 031/Birhup/1972 yang menyatakan agar ' Wila Chandrawila, 2001, Hukwn Kedokteran, Mandar Maju, Bandung. hal. 1 ? Bambang Poernomo, Hukum Kesehatan, Magister Managemen Rumah Sakit, UGM, Yogyakarta. hal.3. Justitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, him 1-12 semua rumah —sakit —diharuskan mengerjakan medical recording dan reporting, dan hospital statistic. b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit di-sebut: “Guna menunjang —_terselenggaranya Rencana Induk (Master Plan) yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan : 1, Mempunyai dan merawat statistik yang up to date 2. Membina medical record yang ‘berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, c, Keputusan Menteri Kesehatan RI No, 134/Menkes/SK/1V/78 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum manyatakan, “Sub bagian penca- fatan medis mempunyai tugas mengatur pelaksanaan kegiatan pencatatan medis”, 4. Perlu dikemukakan di sini Fatwa IDI tentang Rekam Medis (SK No. 315/PB/A.4/88 - 8 Februari 1988) yang menekankan bahwa praktek profesi kedakteran harus melaksanakan rekam medis. Fatwa IDI juga mengemukakan beberapa_masalah rekam medis yang harus diketahui tenaga kesehatan. €. SK Menteri Kesehatan No, 749a/Menkes/ Per/XII/1989 tentang Rekam Medis/ Medical Record. Dalam SK ini tersurat adanya kewajiban bagi tenaga keschatan untuk melaksanakan Rekam Medis, £ Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, menegaskan bahwa setiap praktek dokter — wajib membuat rekam medis, diatur dalam Pasal 46. Dan menurut Pasal 49, bagi dokter yang sengaja tidak membuat Tekam medis akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling Jama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000 2. Kerahasiaan Rekam Medis Ketentuan hukum yang menjamin kerahasiaan informasi yang ada dalam rekam medis dapat disebutkan di bawah ini : a. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpanan_—Rahasia Kedokteran b. Pasal 322 KUHP ayat 1, “Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpan arena jabatan atau pencahariannya, baik yang _sekarang maupun yang dahulu, diancam pidana. ¢. Pasal 1365 KUH Perdata, "Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orangorang yang arena _salahnya menerbitkan Kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” : d. Pasal 1367 KUH Perdata, "Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan Karena perbualannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang isebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau dise- babkan oleh barang-brang yang berada di bawah pengawasannya”. Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam medis sifatnya rahasia. Tetapi kalau dianalisis, konsep kerahasiaan ini akan ditemui banyak pengecualiannya. Yang menajdi masalah di sini adalah, bagi siapa rekam medis itu dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana rekam medis dirahasiakan. Informasi di dalam rekam medis bersifat yahasia Karena hal ini menjelaskan hubungen yang khas antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode tik kedokteran dan peraturan perundang-undangan yang berlaku’ Pada dasarnya informasi yang ber- sumber dari rekam medis dapat dibedakan dalam dua kategori a, Informasi yang mengandung nilai Kerahasiaan b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan * Anny Retnowati, 2004, Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis (Makalah Pelatitan Rekam Medis, RS Bethesda), Yogyakarta. hal. 2. Anny Retnowati (Tinjauan Yuridis Terhadap Rekam Medis) Informasi_ yang _mengandung_nilai kerahasiaan di sini meliputi semua laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis’ sebagai hasit pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang, arena menyangkut individu langsung si pasien. Walaupun begitu, perl diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan pasien kepada pasien maupun keluarganya oleh orang Tumah sakit selain dokter yang merawat sama sekali tidak diperkenankan. Pembe- ritahuan menyangkut penyakit pasien kepada pasien/keluarga menajdi_tanggung jawab dokter pasien, pihak lain tidak ‘memiliki hak sama sekali. Informasi yang tidak mengandung nilai Kerahasiaan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah perihal identitas (nama, alamat, dan lain-lain) serta informasi yang tidak mengandung nilai medis. Lazimnya, informasi jenis ini terdapat dalam lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun rawat inap (Ringkasan Klinik ataupun Ringkasan Masuk dan Keluar}é. Dalam Permenkes No. 749a. dijelaskan secara tegas bahwa dalam Bab III Pasal 11, bahwa “Rekam Medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya”. Jadi bila dikaitkan dengan Pasal 322 KUHP dan diperbolehkannya — membuka —_rahasia ‘menurut ketentuan Pasal 12 Permenkes 749a. oleh Hukum Pidana juga disebutkan dalam Pasal 51 ayat 1 bahwa, “Barangsiapa melakukan perbuaian untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang wenang tidak dipidana’. Jadi, bila rekam medis tersebut dibuka untuk kepentingan peradilan, tentulah hal tersebut diperbolehkan. 3. Berapa Lama Rekam Medis Harus Disimpan? 4 Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman Pengelolaan RM Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen Pelayanan Medik, Jakarta. Pada suaty institusi keschatan akan selalu timbul permasalahan sampai kapan rekam medis tersebut harus disimpan. Hal ini timbul sehubungan dengan ruang yang tersedia untuk penyimpanan berkas rekam medis, Bila rekam medis dibuat setiap hari, sementara tidak ada pengurangan, tentu akan menimbulkan permasalahan dalam penyimpanan dan pemusnahannya. Secara logika tentu berkas yang tidak mempunyai nilai pakai dalam kepentingan administrasi, hukum, bukti pertanggung- jawaban, kepentingan keuangan, riset dan edukasi dapat dimusnahkan. Namun pemusnahan tidak dapat dilakukan begitu Saja, mesti ada ketentuan yang harus dipatuhi dalam pemusnahan berkas rekam medis ini. Di Indonesia berdasarkan Permenkes No. 749a, tahun 1989 tentang Rekam Medis, dalam Bab Il Pasal 7 dijelaskan bahwa : a. Lama penyimpanan rekam medi, sekuranng-kurangnya untuk — jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasion berobat. b. Lama penyimpanan rekam medis yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat Khusus dapat ditetapkan _tersendiri. Misalnya RSJ, Rekam Medis disimpan selamanya Selanjutnya pada Pasal 8 dijelaskan : a. Setelah batas waklu —sebagaimana dimaksud Pasal 7 dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, b. Tata. cara pemusnahan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Sanksi dari Peimenkes No. 749a, disebutkan _—pelanggaran_terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan_ ini dapat dikenakan —sanksi_—hukum administrative mulai dari teguran isan sampai pencabutan izin. . Manfaat Rekam Medis Pada Proses Peradilan Penyuguhan informasi yang diambil dari rekam medis sebagai bukti dalam suatu hukum pengadilan, atau di depan suatu Justitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, hl 1-12 badan resmi lainnya, senantiasa merupakan proses yang wajar. Sesungguhnya rekam medis disimpan dan dijaga baik-baik bukan semata-mata untuk keperluan medis dan administrative, tetapi juga Karena isinya sangat diperlukan oleh individu dan organisesi yang secara hukum berhak mengetahuinya. Rekam medis ini adalah catatan kronologis yang tidak disangsikan kebenarannya "tentang —_pertolongan, perawatan, pengobatan seorang _pasien selama mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Penyimpanan dan _pemeliharaan merupakan satu bagian dari keseluruhan kegiatan rumah sakit. Apabila diminta rekam medisnya saja, pihak rumah sakit dapat membuat copy dari rekam medis yang diminta dan mengirimkan, kepada bagian Tata Usaha Pengadilan. Setelah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang (dalam hal ini pimpinan rumah sakit). Namun harus ditekankan bahwa rekam medis tersebut benar-benar hanya dipergunakan untuk keperluan pengadilan. Dalam suatu kasus mungkin sebagian dari rekam medis atau mungkin seluruh informasi dari rekam medis dipergunakan. Hakim dan Pembela_ bertanggungjawab untuk —mengatasi_—setiap —_—ketentuan perundangan dalam hal __pembuktian. ‘Tanggung jawab seorang ahli rekam medis adalah berperan sebagai saksi yang obyektif. Pihak rumah sakit tidak dapat memberikan setiap saat, rekam medis yang mana yang akan diminta oleh pengadilan. Oleh Karena itu, setiap rekam medis kita anggap dapat sewaktu-waktu dilihat/dipertukan untuk —_keperluan pemeriksaan oleh Hakim Pengadilan. Koniekuensinya, terhadap semua rekam medis pasien yang telah keluar dari rumah sakit harus dilakukan analisa kuantitatif secara seksama. Selain isian/tulisan di dalam rekam medis yang dittapus, tanpa paraf, dan setiap isi yang ditandatangani ataupun tidak sesuai dengan ketentuan rumah sakit, harus ditolak dan dikembalikan kepada pihak yang bersangkutan untuk diperbaiki/ dilengkapi Kedudukan kepala unit rekam medis memberikan tanggung jawab/ kepercayaan khusus di suatu rumah sakit dengan harus senantiasa menjaga agar rekam medis semuanya benar-benar lengkap. Materi untuk pembuktian bersifat medis harus ditinggal kecuali dimintaS. Tinjauan Umum tentang Hukum 1. Pengertian dan Fungsi Hukum Menurut = Satjipto Rahardjo, yang mengutip pendapat Zeven Bergen, norma hukum dalam dirinya mengandung dua hal, yaitu a. Patokan penilaian; b. Patokan tingkah laku Dalam pengertiannya sebagai patokan penilaian, hukum menilat_ kehidupan masyarakat, yaitu menyatakan apa yang dianggap baik dan yang tidak baik. Dari kategori ini kemudian lahir petunjuk mana yang harus dijalankan dan mana yang harus ditinggalkan. Sedangkan dalam pengertian kedua bahwa norma hukum sebagai patokan/petunjuk tingkah lakus, di sini hukum bukan hanya sekedar kumpulan peraturan-peraturan belaka untuk diterima sebagai peraturan yang sah apabila dikeluarkan dari sumber yang sah misalnya pengadilan dan pembuat undang-undang. Fungsi hukum sebagai a. Social norm : norma sosial . Social engineering : merubah masyarakat ¢. Social control : untuk mengawasi ketertiban dalam masyarakat 2, Hubungan Hukum Kesehatan Semakin meningkatnya peranan hukum, dalam pelayanan Kesehatan, antara lain disebabkan — semakin _meningkatnya dalam Pelayanan 5 Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman Pengelolaan RM Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen Pelayanan Medik, Jakarta. § Satjipto Rahardjo, 1991, limu Hukum, Citra Aditya Bal jandung, hal. 39. Anny Retnowati (Tinjauan Yuridis Terhadap Rekam Medis) kebutuhan masyarakat akan pelayanan Kesehatan, meningkatnya pethatian terhadap hak yang dimiliki_manusia untuk memperoleh —_pelayanan Kesehatan, pertumbuhan yang sangat cepat di bidang ilmu kedokteran dihubungkan dengan kemungkinan penanganan secara lebih luas dan mendalam terhadap manusia, adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang telah membuat pelayanan Kesehatan itu lebih merupakan kerja sama dengan pertanggung- jawaban di antara sesama pemberi bantuan, dan pertanggungjawaban terhadap pasien, meningkatnya pembentukan lembaga pela- yanan kesehatan, Selain itu, ilmu kedokteran kadang- kadang harus dihubungkan dengan usaha dari para dokter untuk membantu orang yang disakiti. Dalam hal seperti itu, ternyata pembentukan kode etik profesional secara medis tidak selalu dapat dihindarkan dari kekejaman, —_ketidak-manusiawian dan ketidakberhargaraan. Demikian juga dalam hal lain, seperti pada percobaan dengan menggunakan manusia, ternyata hal-hal yang harus dilakukan oleh para dokter itu tidak selalu ditujukan semata-mata untuk kepentingan pasier’. Dengan demikian, adanya gejala seperti itulah yang mendorong orang untuk berusaha menemukan dasar yuridis bagi kesehatan. Lagi pula, perbuatan oleh para pelaksana pelayanan Kesehatan itu sebenarnya juga merupakan _perbuatan hukum yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum, walaupun hal tersebut seringkali tidak disadari oleh para pelaksana pelayanan kesehatan pada saat dilakukannya perbuatan yang ber-sangkutan®. Dalam pemberian pelayanan medis, timbulnya hubungan hukum antara dokter 7 Leenen H.J.J. Lamintang, 1991, Pelayanan Kesehatan dan Hukum, Bina Cipta, Jakarta, hal. 9- 10. * anny Retnowati, 2004, Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis (Makalah Pelatihan Rekam Medis, RS Bethesda), Yogyakarta. hal. 10. dan pasien, disebut suatu kontrak atau perikatan medis. Perikatan adalah hubungan antara suatu pihak dengan pihak lain yang mengatur hak dan kewajiban para pihak yang berkenaan dengan barang atau jasa. Secara yuridis, timbulnya perikatan medis atau kontrak terapeuitik ini dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu : berdasarkan perjanjian atau persetujuan (ius contractu) dan berdasarkan perjanjian undang-undang (ius delicto), a, Berdasarkan perjanjian atau persetujuan (us contractu) Hubungan hukum antara dokter-pasien berdasarkan perjanjian timbul sejak saat pasien datang ke tempat praktek dokter atau ke rumah sakit serta ‘telah dilakukan anamanesa dan pemeriksaan oleh dokter. Pada saat perjanjian ini telah dimutai, dokter tersebut harus berupaya semak- simal mungkin untuk dapat menyem- buhkan pasiennya. Seorang dokter tidak bisa menjamin secara pasti terhadap keberhasilan dalam upaya menyembuhkan pasiennya. Karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil usaha dokter tersebut. Usaha pasien, tingkat Keseriusan penyakit pasien, macam penyakit yang diderita, jenis tindakan medik yang —_dilakukan, komplikasi_ yang sudah ada sebelum tindakan dilakukan, maupun yang terjadi pada saat atau setelah dilakukannya tindakan medis, merupakan beberapa contoh faktor yang dapat mempengaruhi kebeehasilan pengobatan yang diberikan. Oleh Karena itu, perjanjian antara dokter- pasien secara yuridis dimasukkan ke dalam golongan “perjanjnian berusaha sebaik mungkin” (inspanning verbintenis). Walaupun perjanjian antara dokter-pasien bukan suatu perjanjian hasil (resultant verbintenis), tetapi dokter tidak boleh berbuat sesuka hatinya di dalam usaha menyembuhkan pasien. Ada standar profesi medis yang harus dijadikan acuan oleh dokter, agar bila hasil pengobatan Justitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, hl 1-12 tidak sesuai dengan harapan_ pasien, dokter bisa mendapatkan perlindungan hukum dan terhindar dari tuduhan malpraktek. b. Berdasarkan Undang-Undang (ius deticto) Berdasarkan undang-undang, _terjadi apabila ada pasien gawat yang membutuhkan pertolongan dokter'secepat mungkin yang kalau tidak segera diberikan pertolongan nyawanya akan melayang, Dalam keadaan semacam ini, undang-undang me-wajibkan dokter segera. melakukan pertolongan, baik dengan, maupun tanpa_persetujuan pasiennya’. Hal tersebut diatur Pasal 304 KUHP. Jadi apabila dokter tidak cepat melakukan pertolongan dapat dijatuhi sanksi pidana Rekam Medis 1. Definisi ‘Ada bermacam-macam definisi tentang rekam medis. Pada intinya rekam medis adalah sarana yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk = menjaga dan ‘meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes No. 749a. Pasal 1, rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, ‘tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis mempunyai pengertian, yang sangat luas tidak hanya sekedar Pencatatan, tetapi mempunyai_pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis, yang merupakan proses kegiatan mulai dari penerimaam pasien, pencatatan data. medis pasien, pelayanan medis oleh petugas keschatan di rumah sakit, diteruskan dengan penanganan berkas rekam medis yaitu penyimpanan dan pengeluaran berkas dari pengarsipan untuk ~—melayani ° Anny Isfandyarie, 2005, Malpraktek & Ris Medik, Prestasi Pustaka, Jakarta. hal. 7. permintaan/pinjaman psien atau keperluan lainnya™®, 2. Isi Rekam Medis Di Rumah Sakit terdapat 2 jenis rekam medis, yaitu a. Rekam medis untuk pasien rawat jalan b. Rekam medis untuk pasien rawat inap Untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat gawat darurat, rekam medis mempunyai informasi pasien, antara lain : a. Identitas pasien b. Riwayat penyakit ¢. Laporan pemeriksaan fisik d. Diagnosa e. Instruksi diagnosa Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama, dengan tambahan: a. Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) b. Catatan konsultasi ¢. Catatan perawat dan tenaga keschatan lainnya . Catatan observasi Klinik dan _hasil pengobatan e. Resume akhir dan evaluasi pengobatan. Dalam Permenkes RI No. 749 a. Tahun 1989 tentang Rekam Medis, isi rekam medis diatur pada Pasal 14 dan 15. 3. Informed Consent Pada dasarnya hubungan dokter dan pasien dikenal dengan transaksi terapeutik bertumpu pada dua macam hak manusia, yaitu a. hak untuk menentukan nasib sendiri / the Right to Self Determination b. hak alas informasi/ the Right to Information Dengan dua hak tersebut dokter dan pasien bersama-sama menemukan terapi (cata penyembuhan) yang paling tepat. Dari kedua hal tersebut timbul konsep informed consent. Informed berarti telah mendapat penjelasan/keterangan/informasi, sedangkan consent berarti memberi persetujuan.. Jadi " Departemen Kesehatan RI, op.cit. hal. 6. Anny Retnowati (Tinjauan Yuridis Terhadap Rekam Medis) informed consent adalah persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi Informed consent yang terdiri atas 2 hak tersebut, yang meskipun dapat berdiri senditi, telapi mempunyai hubungan yang erat dan saling menunjang, yaitz: a. Suatu persetujuan dari pasien tanpa dilandasi informasi dari dokter yang memadai, maka _persetujuan tidak mempunyai kekuatan hukum, D. Informasi selengkap apapun dari dokter kepada pasien tanpa disertai persetujuan pasien, akan membuat dokter tidak dapat melakukan tindakan medis. Dalam kondisi ini dokter bisa menghadapi : 1) Gugatan —melakukan—_perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365 KUH Perdata dari sudut Hukum Perdata) 2) Tudzhan melakukan —_penganiayaan terhadap tubuh seseorang dilihat dari sudut Hukum Pidana. (Pasal 351 KUHAP) Terdapat pengecualian atas kondisi tersebut menurut Pasal 11 Permenkes RI No. 585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Medis, apabila pasien dalam keadaan gawat dan atay darurat tanpa didampingi, pasien memerlukan tindakan _‘medis, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun. Di dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga mewajibkan setiap tindakan dokter terhadap pasien harus mendapat persetujuan (Pasal 45) 4, Kegunaan Rekam Medis a. Secara umum rekam medis berguna untuk : 1. sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan 2 merupakan dasar_—_—perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien 3. sebagai bukti tertulis atas pelayanan dan pengobatan terhadap pasien 4, sebagai dasar analitis studi, evaluasi mutu pelayanan terhadap pasien 5. melindungi kepentingan hukum bagi pasien, tumah sakit maupun dokter dan tenaga Kesehatan yang lain 6, menyediakan data-data Khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian 7. sebagai dasar perhitungan biaya pelayanan medis pasien 8. menjadi sumber ingatan dan sebagai bahan pertanggung-jawabant b. Menurut Pasal 13 Permenkes 749a. Tahun 11989, rekam medis dapat dipakai sebagai : 1) Dasar pemeliharaan dan pengobatan pasien 2) Bahan pembuktian dalam perkara hukum 3) Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan 4) Dasar pembayaran biaya pelayanan Kesehatan 5) Bahan untuk menyiapkan_ statistik kesehatan Rekam medis dibuat untuk kepentingan dokter, bukan untuk kepentingan pasien. Kegunaan tekarn medis bagi pasien sanagt sedikit sekali, dibandingkan dengan kegunaan rekam medis bagi dokter. Setiap dokter berkepentingan untuk membuat rekam medis. Tanpa membuat rekam medis, dokter tidak akan tahu identitas pasien dan riwayat penyakit pasien!2, Menurut Bambang Poernomo, dalam buku Hukum Kesehatan dikatakan bahwa berdasarkan pendekatan aspek kedokteran dan aspek hukum rekam medis adalah :15 1. Rekam medis menjadi bagian terpenting untuk penyelesaian ke dalam dengan pendekatan Kedokteran tanpa intervensi aspek hukum sepanjang penyclesaiannya menurut dua cara penjagaan kualitas medis, "" Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, ECG, Jakarta. Hal. 60. "2 Chandrawila, gp.cit. hal. 14. 3 Poernomo, op cit, hal. 114. Edisi 3, Justitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, hm 1-12 2. Rekam medis mempunyai kekuatan hhukum administrasi atau hukum disiplin tenaga Kesehatan, ramun demikian karena hubungan Keterkaitan antara rekam

Anda mungkin juga menyukai