TINJAUAN YURIDIS TERHADAP REKAM MEDIS
Anny Retnowati
Abstract
In health service, the relationship between doctor and patient is a contractual relationship, that is why
such a relationship tends to be the starting point of conflicts. Coping with health service problems must be
carried out by using medical and juridical appoaches regulated both in Medical Law and Health Lav. In
health service, there are three main things, that are: Medical Record, Informed Consent and Medical Secrecy.
‘Medical records are very intportaxt data in health service because they can indicate that health service
has been occurred between doctor and patient (either personal practice or hospital practice). The importance of
‘medical records can be seen fromt their provisions in Medical Practice Law and their special provisions in the
Regulation of the Health Mixister of The Republic of Indonesia No. 749a/MenKes/Per/X11/89.
Key words: medical record, medical law, health law.
Menurut Pasal 9 Undang-Undang No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan,
Pemerintah bertanggung jawab untuk mening-
katkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu,
Pemerintah merencanakan pembangunan kese-
hatan sebagai upaya Pembangunan Nasional
yang diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
sehingga setiap penduduk Indonesia dapat
mewujudkan kesehatan yang optimal.
‘Dokter, pasien, dan rumah sakit adalah tiga
subyck hukum yang terkait dalam bidang
pemeliharaan Kesehatan dalam mewujud
kesehatan yang optimal. Ketiganya membentuk
baik hubungan medik maupun hubungan
hukum, Hubungan medik dan hubungan
hukum antara dokter, pasien, dan rumah sakit
adalah hubungan yang obyeknya adalah
pemeliharaan kesehatan pada umumnya dan
pelayanan Kesehatan pada khususnya !
Dalam pelayanan Kesehatan, hubungan
dokter dan pasien adalah hubungan yang
bersifat Kontraktual sehingga hubungan ini
cenderung dapat menjadi titik —pangkal
timbalnya konflik.
Penanggulangan masalah pelayanan kese-
hatan harus dilakukan dengan pendekatan di
bidang medis dan yuridis yang diatur baik di
dalam Undang-Undang Kedokteran dan
Undang-Undang Kesehatan. Dalam pelayanan
kesehalan, terdapat tiga hal yang utama, yaitu :
1, Rekam Medis (Medical Record); 2. Persetujuan
Tindakan Medis (Informed Consent); dan 3,
Rahasia Kedokteran (Medical Secrecy)?
Untuk kesempatan ini pembicaraan
difokuskan pada doktrin rekam medis beserta
aspek hukumnya. Rekam medis, merupakan
keharusan yang mesti ada dan dibuat di rumah
sakit (Ps. 3 Keputusan Men Kes RI No.
034/Bithup/1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit) dan wajib dibuat
oleh dokter menurut UU No. 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran. Yang menjadi
masalah, apakah rekam medis mempunyai
Kekuatan hukum sebagai alat bukti apabila
terjadi konflik antara rumah sakit, dokter dan
pasien?
PEMBAHASAN
Keterkaitan Hukum Rekam Medis
1. Pengaturan Rekam Medis
Perkembangan rekam medis di
Indonesia dapat dihubungkan dengan
beberapa Keputusan Menteri Kesehatan RI.
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
031/Birhup/1972 yang menyatakan agar
' Wila Chandrawila, 2001, Hukwn Kedokteran,
Mandar Maju, Bandung. hal. 1
? Bambang Poernomo, Hukum Kesehatan, Magister
Managemen Rumah Sakit, UGM, Yogyakarta. hal.3.Justitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, him 1-12
semua rumah —sakit —diharuskan
mengerjakan medical recording dan
reporting, dan hospital statistic.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
034/Birhup/1972 tentang Perencanaan
dan Pemeliharaan Rumah Sakit di-sebut:
“Guna menunjang —_terselenggaranya
Rencana Induk (Master Plan) yang baik,
maka setiap rumah sakit diwajibkan :
1, Mempunyai dan merawat statistik yang
up to date
2. Membina medical record yang
‘berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan,
c, Keputusan Menteri Kesehatan RI No,
134/Menkes/SK/1V/78 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum manyatakan, “Sub bagian penca-
fatan medis mempunyai tugas mengatur
pelaksanaan kegiatan pencatatan medis”,
4. Perlu dikemukakan di sini Fatwa IDI
tentang Rekam Medis (SK No.
315/PB/A.4/88 - 8 Februari 1988) yang
menekankan bahwa praktek profesi
kedakteran harus melaksanakan rekam
medis. Fatwa IDI juga mengemukakan
beberapa_masalah rekam medis yang
harus diketahui tenaga kesehatan.
€. SK Menteri Kesehatan No, 749a/Menkes/
Per/XII/1989 tentang Rekam Medis/
Medical Record. Dalam SK ini tersurat
adanya kewajiban bagi tenaga keschatan
untuk melaksanakan Rekam Medis,
£ Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran, menegaskan
bahwa setiap praktek dokter — wajib
membuat rekam medis, diatur dalam
Pasal 46. Dan menurut Pasal 49, bagi
dokter yang sengaja tidak membuat
Tekam medis akan dikenakan sanksi
pidana kurungan paling Jama 1 tahun
atau denda paling banyak Rp
50.000.000
2. Kerahasiaan Rekam Medis
Ketentuan hukum yang menjamin
kerahasiaan informasi yang ada dalam rekam
medis dapat disebutkan di bawah ini :
a. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966
tentang Wajib Simpanan_—Rahasia
Kedokteran
b. Pasal 322 KUHP ayat 1, “Barangsiapa
dengan sengaja membuka rahasia yang
wajib disimpan arena jabatan atau
pencahariannya, baik yang _sekarang
maupun yang dahulu, diancam pidana.
¢. Pasal 1365 KUH Perdata, "Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orangorang yang arena _salahnya
menerbitkan Kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.” :
d. Pasal 1367 KUH Perdata, "Seorang tidak
saja bertanggung jawab untuk kerugian
yang disebabkan Karena perbualannya
sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang
isebabkan karena perbuatan orang-orang
yang menjadi tanggungannya, atau dise-
babkan oleh barang-brang yang berada di
bawah pengawasannya”.
Secara umum telah disadari bahwa
informasi yang didapat dari rekam medis
sifatnya rahasia. Tetapi kalau dianalisis,
konsep kerahasiaan ini akan ditemui banyak
pengecualiannya. Yang menajdi masalah di
sini adalah, bagi siapa rekam medis itu
dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana
rekam medis dirahasiakan. Informasi di
dalam rekam medis bersifat yahasia Karena
hal ini menjelaskan hubungen yang khas
antara pasien dan dokter yang wajib
dilindungi dari pembocoran sesuai dengan
kode tik kedokteran dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku’
Pada dasarnya informasi yang ber-
sumber dari rekam medis dapat dibedakan
dalam dua kategori
a, Informasi yang mengandung nilai
Kerahasiaan
b. Informasi yang tidak mengandung nilai
kerahasiaan
* Anny Retnowati, 2004, Tinjauan Hukum Terhadap
Rekam Medis (Makalah Pelatitan Rekam Medis,
RS Bethesda), Yogyakarta. hal. 2.Anny Retnowati (Tinjauan Yuridis Terhadap Rekam Medis)
Informasi_ yang _mengandung_nilai
kerahasiaan di sini meliputi semua laporan
atau catatan yang terdapat dalam berkas
rekam medis’ sebagai hasit pemeriksaan,
pengobatan, observasi atau wawancara
dengan pasien. Informasi ini tidak boleh
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang
tidak berwenang, arena menyangkut
individu langsung si pasien. Walaupun
begitu, perl diketahui pula bahwa
pemberitahuan keadaan pasien kepada
pasien maupun keluarganya oleh orang
Tumah sakit selain dokter yang merawat
sama sekali tidak diperkenankan. Pembe-
ritahuan menyangkut penyakit pasien
kepada pasien/keluarga menajdi_tanggung
jawab dokter pasien, pihak lain tidak
‘memiliki hak sama sekali.
Informasi yang tidak mengandung
nilai Kerahasiaan yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah perihal identitas (nama,
alamat, dan lain-lain) serta informasi yang
tidak mengandung nilai medis. Lazimnya,
informasi jenis ini terdapat dalam lembaran
paling depan berkas rekam medis rawat jalan
maupun rawat inap (Ringkasan Klinik
ataupun Ringkasan Masuk dan Keluar}é.
Dalam Permenkes No. 749a. dijelaskan
secara tegas bahwa dalam Bab III Pasal 11,
bahwa “Rekam Medis merupakan berkas
yang wajib dijaga kerahasiaannya”. Jadi bila
dikaitkan dengan Pasal 322 KUHP dan
diperbolehkannya — membuka —_rahasia
‘menurut ketentuan Pasal 12 Permenkes 749a.
oleh Hukum Pidana juga disebutkan dalam
Pasal 51 ayat 1 bahwa, “Barangsiapa
melakukan perbuaian untuk melaksanakan
perintah jabatan yang diberikan oleh
penguasa yang wenang tidak dipidana’.
Jadi, bila rekam medis tersebut dibuka untuk
kepentingan peradilan, tentulah hal tersebut
diperbolehkan.
3. Berapa Lama Rekam Medis Harus Disimpan?
4 Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman
Pengelolaan RM Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen
Pelayanan Medik, Jakarta.
Pada suaty institusi keschatan akan
selalu timbul permasalahan sampai kapan
rekam medis tersebut harus disimpan. Hal
ini timbul sehubungan dengan ruang yang
tersedia untuk penyimpanan berkas rekam
medis, Bila rekam medis dibuat setiap hari,
sementara tidak ada pengurangan, tentu
akan menimbulkan permasalahan dalam
penyimpanan dan pemusnahannya.
Secara logika tentu berkas yang tidak
mempunyai nilai pakai dalam kepentingan
administrasi, hukum, bukti pertanggung-
jawaban, kepentingan keuangan, riset dan
edukasi dapat dimusnahkan. Namun
pemusnahan tidak dapat dilakukan begitu
Saja, mesti ada ketentuan yang harus
dipatuhi dalam pemusnahan berkas rekam
medis ini.
Di Indonesia berdasarkan Permenkes
No. 749a, tahun 1989 tentang Rekam Medis,
dalam Bab Il Pasal 7 dijelaskan bahwa :
a. Lama penyimpanan rekam medi,
sekuranng-kurangnya untuk — jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung dari
tanggal terakhir pasion berobat.
b. Lama penyimpanan rekam medis yang
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
Khusus dapat ditetapkan _tersendiri.
Misalnya RSJ, Rekam Medis disimpan
selamanya
Selanjutnya pada Pasal 8 dijelaskan :
a. Setelah batas waklu —sebagaimana
dimaksud Pasal 7 dilampaui, rekam medis
dapat dimusnahkan,
b. Tata. cara pemusnahan sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
Sanksi dari Peimenkes No. 749a,
disebutkan _—pelanggaran_terhadap
ketentuan-ketentuan dalam peraturan_ ini
dapat dikenakan —sanksi_—hukum
administrative mulai dari teguran isan
sampai pencabutan izin.
. Manfaat Rekam Medis Pada Proses Peradilan
Penyuguhan informasi yang diambil
dari rekam medis sebagai bukti dalam suatu
hukum pengadilan, atau di depan suatuJustitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, hl 1-12
badan resmi lainnya, senantiasa merupakan
proses yang wajar. Sesungguhnya rekam
medis disimpan dan dijaga baik-baik bukan
semata-mata untuk keperluan medis dan
administrative, tetapi juga Karena isinya
sangat diperlukan oleh individu dan
organisesi yang secara hukum berhak
mengetahuinya. Rekam medis ini adalah
catatan kronologis yang tidak disangsikan
kebenarannya "tentang —_pertolongan,
perawatan, pengobatan seorang _pasien
selama mendapatkan pelayanan di rumah
sakit. Penyimpanan dan _pemeliharaan
merupakan satu bagian dari keseluruhan
kegiatan rumah sakit.
Apabila diminta rekam medisnya saja,
pihak rumah sakit dapat membuat copy dari
rekam medis yang diminta dan mengirimkan,
kepada bagian Tata Usaha Pengadilan.
Setelah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang (dalam hal ini pimpinan rumah
sakit). Namun harus ditekankan bahwa
rekam medis tersebut benar-benar hanya
dipergunakan untuk keperluan pengadilan.
Dalam suatu kasus mungkin sebagian dari
rekam medis atau mungkin seluruh
informasi dari rekam medis dipergunakan.
Hakim dan Pembela_ bertanggungjawab
untuk —mengatasi_—setiap —_—ketentuan
perundangan dalam hal __pembuktian.
‘Tanggung jawab seorang ahli rekam medis
adalah berperan sebagai saksi yang obyektif.
Pihak rumah sakit tidak dapat
memberikan setiap saat, rekam medis yang
mana yang akan diminta oleh pengadilan.
Oleh Karena itu, setiap rekam medis kita
anggap dapat sewaktu-waktu
dilihat/dipertukan untuk —_keperluan
pemeriksaan oleh Hakim Pengadilan.
Koniekuensinya, terhadap semua rekam
medis pasien yang telah keluar dari rumah
sakit harus dilakukan analisa kuantitatif
secara seksama. Selain isian/tulisan di dalam
rekam medis yang dittapus, tanpa paraf, dan
setiap isi yang ditandatangani ataupun tidak
sesuai dengan ketentuan rumah sakit, harus
ditolak dan dikembalikan kepada pihak yang
bersangkutan untuk diperbaiki/ dilengkapi
Kedudukan kepala unit rekam medis
memberikan tanggung jawab/ kepercayaan
khusus di suatu rumah sakit dengan harus
senantiasa menjaga agar rekam medis
semuanya benar-benar lengkap. Materi
untuk pembuktian bersifat medis harus
ditinggal kecuali dimintaS.
Tinjauan Umum tentang Hukum
1. Pengertian dan Fungsi Hukum
Menurut = Satjipto Rahardjo, yang
mengutip pendapat Zeven Bergen, norma
hukum dalam dirinya mengandung dua hal,
yaitu
a. Patokan penilaian;
b. Patokan tingkah laku
Dalam pengertiannya sebagai patokan
penilaian, hukum menilat_ kehidupan
masyarakat, yaitu menyatakan apa yang
dianggap baik dan yang tidak baik. Dari
kategori ini kemudian lahir petunjuk mana
yang harus dijalankan dan mana yang harus
ditinggalkan. Sedangkan dalam pengertian
kedua bahwa norma hukum sebagai
patokan/petunjuk tingkah lakus, di sini
hukum bukan hanya sekedar kumpulan
peraturan-peraturan belaka untuk diterima
sebagai peraturan yang sah apabila
dikeluarkan dari sumber yang sah misalnya
pengadilan dan pembuat undang-undang.
Fungsi hukum sebagai
a. Social norm : norma sosial
. Social engineering : merubah masyarakat
¢. Social control : untuk mengawasi
ketertiban dalam masyarakat
2, Hubungan Hukum
Kesehatan
Semakin meningkatnya peranan hukum,
dalam pelayanan Kesehatan, antara lain
disebabkan — semakin _meningkatnya
dalam Pelayanan
5 Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman
Pengelolaan RM Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen
Pelayanan Medik, Jakarta.
§ Satjipto Rahardjo, 1991, limu Hukum, Citra Aditya
Bal jandung, hal. 39.Anny Retnowati (Tinjauan Yuridis Terhadap Rekam Medis)
kebutuhan masyarakat akan pelayanan
Kesehatan, meningkatnya pethatian terhadap
hak yang dimiliki_manusia untuk
memperoleh —_pelayanan Kesehatan,
pertumbuhan yang sangat cepat di bidang
ilmu kedokteran dihubungkan dengan
kemungkinan penanganan secara lebih luas
dan mendalam terhadap manusia, adanya
spesialisasi dan pembagian kerja yang telah
membuat pelayanan Kesehatan itu lebih
merupakan kerja sama dengan pertanggung-
jawaban di antara sesama pemberi bantuan,
dan pertanggungjawaban terhadap pasien,
meningkatnya pembentukan lembaga pela-
yanan kesehatan,
Selain itu, ilmu kedokteran kadang-
kadang harus dihubungkan dengan usaha
dari para dokter untuk membantu orang
yang disakiti. Dalam hal seperti itu, ternyata
pembentukan kode etik profesional secara
medis tidak selalu dapat dihindarkan dari
kekejaman, —_ketidak-manusiawian dan
ketidakberhargaraan. Demikian juga dalam
hal lain, seperti pada percobaan dengan
menggunakan manusia, ternyata hal-hal
yang harus dilakukan oleh para dokter itu
tidak selalu ditujukan semata-mata untuk
kepentingan pasier’.
Dengan demikian, adanya gejala seperti
itulah yang mendorong orang untuk
berusaha menemukan dasar yuridis bagi
kesehatan. Lagi pula, perbuatan oleh para
pelaksana pelayanan Kesehatan itu
sebenarnya juga merupakan _perbuatan
hukum yang mengakibatkan timbulnya
hubungan hukum, walaupun hal tersebut
seringkali tidak disadari oleh para pelaksana
pelayanan kesehatan pada saat dilakukannya
perbuatan yang ber-sangkutan®.
Dalam pemberian pelayanan medis,
timbulnya hubungan hukum antara dokter
7 Leenen H.J.J. Lamintang, 1991, Pelayanan
Kesehatan dan Hukum, Bina Cipta, Jakarta, hal. 9-
10.
* anny Retnowati, 2004, Tinjauan Hukum Terhadap
Rekam Medis (Makalah Pelatihan Rekam Medis,
RS Bethesda), Yogyakarta. hal. 10.
dan pasien, disebut suatu kontrak atau
perikatan medis. Perikatan adalah hubungan
antara suatu pihak dengan pihak lain yang
mengatur hak dan kewajiban para pihak
yang berkenaan dengan barang atau jasa.
Secara yuridis, timbulnya perikatan medis
atau kontrak terapeuitik ini dapat terjadi
melalui dua bentuk, yaitu : berdasarkan
perjanjian atau persetujuan (ius contractu)
dan berdasarkan perjanjian undang-undang
(ius delicto),
a, Berdasarkan perjanjian atau persetujuan
(us contractu)
Hubungan hukum antara dokter-pasien
berdasarkan perjanjian timbul sejak saat
pasien datang ke tempat praktek dokter
atau ke rumah sakit serta ‘telah dilakukan
anamanesa dan pemeriksaan oleh dokter.
Pada saat perjanjian ini telah dimutai,
dokter tersebut harus berupaya semak-
simal mungkin untuk dapat menyem-
buhkan pasiennya.
Seorang dokter tidak bisa menjamin
secara pasti terhadap keberhasilan dalam
upaya menyembuhkan pasiennya. Karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi
hasil usaha dokter tersebut. Usaha pasien,
tingkat Keseriusan penyakit pasien,
macam penyakit yang diderita, jenis
tindakan medik yang —_dilakukan,
komplikasi_ yang sudah ada sebelum
tindakan dilakukan, maupun yang terjadi
pada saat atau setelah dilakukannya
tindakan medis, merupakan beberapa
contoh faktor yang dapat mempengaruhi
kebeehasilan pengobatan yang diberikan.
Oleh Karena itu, perjanjian antara dokter-
pasien secara yuridis dimasukkan ke
dalam golongan “perjanjnian berusaha
sebaik mungkin” (inspanning verbintenis).
Walaupun perjanjian antara dokter-pasien
bukan suatu perjanjian hasil (resultant
verbintenis), tetapi dokter tidak boleh
berbuat sesuka hatinya di dalam usaha
menyembuhkan pasien. Ada standar
profesi medis yang harus dijadikan acuan
oleh dokter, agar bila hasil pengobatanJustitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, hl 1-12
tidak sesuai dengan harapan_ pasien,
dokter bisa mendapatkan perlindungan
hukum dan terhindar dari tuduhan
malpraktek.
b. Berdasarkan Undang-Undang (ius deticto)
Berdasarkan undang-undang, _terjadi
apabila ada pasien gawat yang
membutuhkan pertolongan dokter'secepat
mungkin yang kalau tidak segera
diberikan pertolongan nyawanya akan
melayang, Dalam keadaan semacam ini,
undang-undang me-wajibkan dokter
segera. melakukan pertolongan, baik
dengan, maupun tanpa_persetujuan
pasiennya’.
Hal tersebut diatur Pasal 304 KUHP. Jadi
apabila dokter tidak cepat melakukan
pertolongan dapat dijatuhi sanksi pidana
Rekam Medis
1. Definisi
‘Ada bermacam-macam definisi tentang
rekam medis. Pada intinya rekam medis
adalah sarana yang mengandung informasi
tentang penyakit dan pengobatan pasien
yang ditujukan untuk = menjaga dan
‘meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Menurut Permenkes No. 749a. Pasal 1,
rekam medis adalah berkas berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, ‘tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan.
Rekam medis mempunyai pengertian,
yang sangat luas tidak hanya sekedar
Pencatatan, tetapi mempunyai_pengertian
sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam
medis, yang merupakan proses kegiatan
mulai dari penerimaam pasien, pencatatan
data. medis pasien, pelayanan medis oleh
petugas keschatan di rumah sakit, diteruskan
dengan penanganan berkas rekam medis
yaitu penyimpanan dan pengeluaran berkas
dari pengarsipan untuk ~—melayani
° Anny Isfandyarie, 2005, Malpraktek & Ris
Medik, Prestasi Pustaka, Jakarta. hal. 7.
permintaan/pinjaman psien atau keperluan
lainnya™®,
2. Isi Rekam Medis
Di Rumah Sakit terdapat 2 jenis rekam
medis, yaitu
a. Rekam medis untuk pasien rawat jalan
b. Rekam medis untuk pasien rawat inap
Untuk pasien rawat jalan dan pasien
rawat gawat darurat, rekam medis
mempunyai informasi pasien, antara lain :
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit
¢. Laporan pemeriksaan fisik
d. Diagnosa
e. Instruksi diagnosa
Untuk rawat inap, memuat informasi
yang sama, dengan tambahan:
a. Persetujuan tindakan medis (Informed
Consent)
b. Catatan konsultasi
¢. Catatan perawat dan tenaga keschatan
lainnya
. Catatan observasi Klinik dan _hasil
pengobatan
e. Resume akhir dan evaluasi pengobatan.
Dalam Permenkes RI No. 749 a. Tahun
1989 tentang Rekam Medis, isi rekam medis
diatur pada Pasal 14 dan 15.
3. Informed Consent
Pada dasarnya hubungan dokter dan
pasien dikenal dengan transaksi terapeutik
bertumpu pada dua macam hak manusia,
yaitu
a. hak untuk menentukan nasib sendiri / the
Right to Self Determination
b. hak alas informasi/ the Right to Information
Dengan dua hak tersebut dokter dan
pasien bersama-sama menemukan terapi (cata
penyembuhan) yang paling tepat. Dari kedua
hal tersebut timbul konsep informed consent.
Informed berarti telah mendapat
penjelasan/keterangan/informasi, sedangkan
consent berarti memberi persetujuan.. Jadi
" Departemen Kesehatan RI, op.cit. hal. 6.Anny Retnowati (Tinjauan Yuridis Terhadap Rekam Medis)
informed consent adalah persetujuan yang
diberikan setelah mendapat informasi
Informed consent yang terdiri atas 2 hak
tersebut, yang meskipun dapat berdiri senditi,
telapi mempunyai hubungan yang erat dan
saling menunjang, yaitz:
a. Suatu persetujuan dari pasien tanpa
dilandasi informasi dari dokter yang
memadai, maka _persetujuan tidak
mempunyai kekuatan hukum,
D. Informasi selengkap apapun dari dokter
kepada pasien tanpa disertai persetujuan
pasien, akan membuat dokter tidak dapat
melakukan tindakan medis. Dalam kondisi
ini dokter bisa menghadapi :
1) Gugatan —melakukan—_perbuatan
melanggar hukum (Pasal 1365 KUH
Perdata dari sudut Hukum Perdata)
2) Tudzhan melakukan —_penganiayaan
terhadap tubuh seseorang dilihat dari
sudut Hukum Pidana. (Pasal 351
KUHAP)
Terdapat pengecualian atas kondisi
tersebut menurut Pasal 11 Permenkes RI No.
585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Medis,
apabila pasien dalam keadaan gawat dan
atay darurat tanpa didampingi, pasien
memerlukan tindakan _‘medis, tidak
diperlukan persetujuan dari siapapun.
Di dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran juga mewajibkan setiap
tindakan dokter terhadap pasien harus
mendapat persetujuan (Pasal 45)
4, Kegunaan Rekam Medis
a. Secara umum rekam medis berguna
untuk :
1. sebagai alat komunikasi antara dokter
dan tenaga kesehatan
2 merupakan dasar_—_—perencanaan
pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada pasien
3. sebagai bukti tertulis atas pelayanan
dan pengobatan terhadap pasien
4, sebagai dasar analitis studi, evaluasi
mutu pelayanan terhadap pasien
5. melindungi kepentingan hukum bagi
pasien, tumah sakit maupun dokter
dan tenaga Kesehatan yang lain
6, menyediakan data-data Khusus yang
sangat berguna untuk keperluan
penelitian
7. sebagai dasar perhitungan biaya
pelayanan medis pasien
8. menjadi sumber ingatan dan sebagai
bahan pertanggung-jawabant
b. Menurut Pasal 13 Permenkes 749a. Tahun
11989, rekam medis dapat dipakai sebagai :
1) Dasar pemeliharaan dan pengobatan
pasien
2) Bahan pembuktian dalam perkara
hukum
3) Bahan untuk keperluan penelitian dan
pendidikan
4) Dasar pembayaran biaya pelayanan
Kesehatan
5) Bahan untuk menyiapkan_ statistik
kesehatan
Rekam medis dibuat untuk kepentingan
dokter, bukan untuk kepentingan pasien.
Kegunaan tekarn medis bagi pasien sanagt
sedikit sekali, dibandingkan dengan
kegunaan rekam medis bagi dokter. Setiap
dokter berkepentingan untuk membuat
rekam medis. Tanpa membuat rekam medis,
dokter tidak akan tahu identitas pasien dan
riwayat penyakit pasien!2,
Menurut Bambang Poernomo, dalam
buku Hukum Kesehatan dikatakan bahwa
berdasarkan pendekatan aspek kedokteran
dan aspek hukum rekam medis adalah :15
1. Rekam medis menjadi bagian terpenting
untuk penyelesaian ke dalam dengan
pendekatan Kedokteran tanpa intervensi
aspek hukum sepanjang penyclesaiannya
menurut dua cara penjagaan kualitas
medis,
"" Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999, Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
ECG, Jakarta. Hal. 60.
"2 Chandrawila, gp.cit. hal. 14.
3 Poernomo, op cit, hal. 114.
Edisi 3,Justitia Et Pax, Vol. 26 No. 1, Juni 2006, hm 1-12
2. Rekam medis mempunyai kekuatan
hhukum administrasi atau hukum disiplin
tenaga Kesehatan, ramun demikian
karena hubungan Keterkaitan antara
rekam