Anda di halaman 1dari 37

UJI TARIK

DI

OLEH

KELOMPOK II

M.IQBAL

150750015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

RELEUT
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR

DAFTAR ISI...........................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................

1.2 Tujuan ...........................................................................................

BAB II TEORI

2.1 Karbon..................................................................................

2.2 Tegangan...........................................................

2.3 Regangan.....................................................

2.4 Elastisitas.........................................................................

2.6 Plastisitas.............................................................

2.6 Modul elastic...............................................

2.7 Hukum hooke...................................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan................................................

5.2 Saran...................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam merancang suatu produk baru, kita harus mengetahui karakteristik dari bahan
yang akan digunakan dan sesuai dengan model serta kekuatan dari produk yang akan
dibuat. Karena kehandalan suatu produk salah satunya ditentukan oleh sifat dari bahan
yang akan digunakan. Bahan penentu utama kekuatan suatu produk adalah kekuatan dari
bahannya selain bentuk dan cara memproduksinya. Disamping itu kita juga harus
mengetahui sifat-sifat bahan atau material. Salah satunya pengujian yang dapat kita
lakukan untuk mengetahui kekuatan suatu material adalah uji tarik. Pengujian mekanik
ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari bahan atau material dalam bentuk
kekerasan, kekuatan, kekakuan, ataupun ketangguhan.

- Kekerasan adalah kemampuan untuk tahan terhadap goresan, pengikisan dan


penetrasi.
- Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabakan bahan menjadi patah.
- Kekakuan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan atau
beban tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi.
- Ketangguhan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap sejumlah
energi tanpa menyebabkan kerusakan.

Sifat bahan yang lainnya yaitu sifat magnet yang dapat diuji dengan
menggunakan magnet kemudian didekatkan ke benda uji. Sifat magnet terdiri
dari:
1. Permeabilitas yaitu ukuran kemampuan suatu material berpori untuk
mengalirkan medan magnet.
2. Koersivitas merupakan koefisien dari magnetic stripe yang
menunjukkan sejumlah gaya yang diperlukan sebelum jenuhnya
(saturasi) magnet dan diukur dalam satuan Oersted (Oe). Ada 2
koefisien magnetic stripe yang umum di pakai yaitu hico (high
coercivity) dan loco (low coercivity)
3. Histerisis terjadi pada bahan feromagnetik dan bahan feroelektrik,
serta deformasi dari beberapa bahan (seperti karet gelang dan bentuk-
memori paduan) dalam menanggapi kekuatan yang bervariasi.

Sifat kimia bahan diuji dengan spektrometer, yaitu alat untuk mengukur
spektrum cahaya dan mengukur panjang gelombang serta intensitasnya. Sifat
kimia terdiri dari:
1. Reaksi kimia
Dalam reaksi kimia, ikatan antara atom-atom akan dipecah dan akan
membentuk substansi baru dengan ciri-ciri yang berbeda. Dalam tanur
tinggi, besi oksida yang direaksikan dengan karbon monoksida akan
membentuk besi dan karbon dioksida.
2. Ketahanan korosi
Bahan korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan
mengakibatkan cacat permanen pada jaringan yang terkena bahan
korosif.

Sifat fisik adalah sifat yang dapat diukur dan diteliti tanpa mengubah
komposisi atau susunan dari zat tersebut terdiri dari :
1. Ukuran
2. Massa jenis
3. Struktur

Sifat teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses.


Produk dengan kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan,
misalnya dengan pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit
dapat dibuat dengan proses pengecoran dari :
1. Mampu mesin
2. Mampu keras
Tujuan Makalah

Praktikum ini bertujuan untuk:

1. Memahami pengujian tarik maksimum pada universal Testing


Machine.
2. Menentukan besarnya tegangan tarik maksimum (UTS), tegangan
luluh,tegangan patah,tegangan sebenarnya,True UTS,True Rupture.
3. Menentukan regangan.
4. Menentukan Modulus Elastisitas.
5. Menentukan kontraksi atau prosentase pengecilan penampang.
6. Menentukan dan menggambarkan kurva tegangan regangan untuk
spesimen uji
7. Menganalisa regangan yang terjadi di specimen dengan pengujian
menentukan jenis patahan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Uji tarik
Uji tarik adalah salah satu uji strees-strain mekanik yang bertujuan untuk
mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya tarik.Dalam pengujiannya ,bahan uji di
tarilk sampai putus.
Sebuah specimen yang cacat biasanya ter indikasi retak,Dalam beben tarik
secara bertahap hingga sampai meningkatkan beban yang di berikan secara
uniaksial sepanjang sumbu specimen.,Dalam uji tarik sudah pasti ada material
yang di uji dan material tersebut mempunyai kadar karbon ,tengagan,regangan
,modul elastic dan sebangainaya dengan harga yang berbeda pula setiap material
yang akan di uji.

Karbon
Karbon mempunyai pengaruh dalam sifat baja, semakin banyak karbon
maka akan memperkuat baja itu sendiri. Sebaliknya, apabila material mempunyai
karbon yang sedikit, maka material itu cenderung lebih lunak.

Karakteristik Baja Karbon

Gambar 1.1. Klasifikasi baja menurut kadar karbon


a. Karbon rendah
Campuran logam yang mempunyai kandungan karbon dibawah 0,25%
disebut dengan baja karbon rendah. Baja ini bersifat lunak dan mempunyai
ductility yang tinggi.
b. Karbon Menengah
Campuran karbon pada logam diantara 0,25%-0,6%. Logam ini mempunyai
kekerasan yang lebih tinggi dari baja karbon rendah dan mempunyai
ductility yang lebih rendah dari baja karbon rendah.
c. Karbon tinggi
Campuran karbon pada logam diantara 0,6%-1,4%. Logam ini mempunyai
kekerasan yang tinggi dan mempunyai ductility yang rendah.

AISI-SAE

Standarisasi dengan sistem AISI dan juga SAE merupakan tipe


standarisasi dengan berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia yang ada
dalam suatu baja. Ada beberapa ketentuan dalam Standarisasi baja berdasarkan
AISI atau SAE, yaitu :

Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:


1. Angka pertama menunjukkan jenis baja.
2. Angka kedua menunjukkan:
a. Kadar unsur paduan untuk baja paduan sederhana.
b. Modifikasi jenis baja paduan untuk baja paduan yang
kompleks.
3. Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon
perseratus persen.
4. Bila terdapat huruf di depan angka maka huruf tersebut
menunjukkan proses pembuatan bajanya.
Contoh standarisasi Baja karbon dengan AISI-SAE :

SAE 1045, berarti :

Angka 1 : Baja Karbon


Angka 0 : Persentase bahan alloy (tidak ada)
Angka 45 : Kadar karbon (0.45% Karbon)

Tabel 1.1 Baja kualitas tinggi StandardAISIdanSAE

Baja ST 40 DAN ST 60
ST 40 merupakan kependekan dari stahl 40 yang artinya bahwa baja ini
dengan kekuatan tarik 40 kg/mm.( Diawali dengan ST dan diikuti bilangan
yang menunjukkan kekuatan tarik minimumnya dalam kg/mm) Baja ST 40
termasuk baja karbon rendah dengan kandungan karbon kurang dari 0,25 %, Baja
ST 40 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah dibandingkan
dengan besi cor,dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang ada lebih banyak
daripada ferit.

Sifat mekanik baja ST 40:

Kekuatan tarik 42 50 kgf/mm2


Perpanjangan minimal 20 % dari panjang semula
Kandungan karbon <0,25 %
Yield Strength minimal 23 kgf/mm2
Ultimate Strength 50 kgf/mm2
Kekerasan yang diperoleh dengan metode Brinell 129 140
kgf/mm2

Aplikasi baja ST 40 antara lain :

Digunakan untuk kawat,paku,wire mesh,peralatan automotif dan sebagai


bahan baku welded fabrication (kisi-kisi jendela atau pintu dan jeruji)
Aplikasi khusus seperti untuk kawat elektroda berlapis untuk keperluan
pengelasan

Gambar 1.2 Kawat ST 40


Gambar 1.3 Paku ST 40

Tabel 1.2. Komposisi Kimia Baja ST 40


Gambar 1.4 Material Baja ST 40

ST 60

ST 60 merupakan kependekan dari stahl(baja) 60 yang artinya mempunyai


kekuatan tarik 60 kg/mm2,Baja ST 60 ialah baja dengan kandungan C maksimum
0,452%, S = 0,009%, P = 0,011%,(Metalic Material Specification hand book,
Robert B Ross) baja karbon rendah yang mempunyai kekuatan tarik sebesar 60
kg/mm atau 60 MPa.

Tabel 1.3 Komposisi Kimia Baja ST 60


No Nama Unsur Simbol Nilai

1 Iron/Ferro Fe 98,41

2 Manganese Mn 0,692

3 Carbon C 0,452

4 Silicon Si 0,220

5 Chromium Cr 0,113

6 Tungsten W 0,04
7 Nikel Ni 0,047

8 Phosporus P 0,011

9 Sulfur S 0,009

10 Niobium Nb 0,01

11 Copper Cu 0,004

12 Molybdenum Mo 0,004

13 Aluminium Al 0

14 Vanadium V 0

15 Titanium Ti 0

Gambar 1.5 Struktur mikro baja ST 60

Baja ini mempunyai kandungan karbon 0,452%C. yang termasuk baja


karbon menengah. Menurut TJ Rajan (1997), baja ST 60 adalah baja yang
memiliki kadar karbon 0,3%C sampai 0,6%C

Sifat mekanik baja ST 60:


Tegangan Luluh () 1100 Mpa
Kekuatan Tarik 1174 Mpa
Perpanjangan (e). 13 %
Area Reduksi (A) 53,8 %
Memiliki kekuatan tarik sebesar 60 kgf/mm.Kandungan karbon dalam
kategori sedang antara 0,25% < C < 0,55%.
Aplikasi baja ST 60 antara lain :

1. Digunakan sebagai bahan baku connecting rods, crank pins, axles.


2. Aplikasi khusus seperti untuk crankshaft, rel kereta api, obeng, auger
bits dan boiler.

Gambar 1.6 Connecting Rod Baja ST-60

Gambar 1.7 Crank pins ST-60


HAL-HAL YANG TERJADI DALAM PROSES UJI TARIK

Tegangan (stress)
Tegangan didefinisikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar. Ini
diukur dalam bentuk gaya yang ditimbulkan per satuan luas. Dalam praktek
teknik, gaya umumnya diberikan dalam pound atau newton, dan luas yang
menahan dalam inch2 atau mm2. Akibatnya tegangan biasanya dinyatakan dalam
pound/inch2 yang sering disingkat psi atau Newton/mm2 (Mpa). Tegangan yang
dihasilkan pada keseluruhan benda tergantung dari gaya yang bekerja,

Gambar.1.8 Ilustrasi bagaimana uji tarik menghasilkan sebuah perpanjangan dan


regangan

Adapun yang dimaksud dengan tegangan adalah perbandingan


antara beban proporsional yang diberikan terhadap luas penampang atau dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : = tegangan ( N/mm2 )

F = beban proporsional (N)

Ao = luas penampang (mm2)


a. Tegangan Sebenarnya ( True Stress )

Adalah total beban dibagi luas penampang spesimen akhir, tegangan ini
merupakanhasil pengukuran tegangan sesungguhnya pada benda uji.

=F
Au

dimana : = tegangan ( N/mm2 )


F = beban proporsional (N)
Au = luas penampang ( mm )

Gambar 1.9 Ilustrasi Material saat Rupture

b. Tegangan Engineering ( Engineering Stress)


Tegangan engineering adalah perbandingan antara beban proporsional
yang diberikan terhadap luas penampang,atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

F
=
A
0
dimana : = tegangan ( N/mm2 )

F = beban proporsional (N)

Ao = luas penampang mula-mula (mm2)

Gambar 1.10 Ilustrasi Engineering Stress

Gambar 1.11 Kurva Tegangan Regangan


Gambar 1.12 Perbandingan Kurva engineering stress dengan true stress

Regangan
Adalah perbandingan antara pertambahan panjang ( L ) dengan panjang
mula-mula. Regangan dapat dinyatakan dalam prosntase pertamban panjang,
satuannya adalah (%) atau mm/mm atau in/in. Regangan dirumuskan :

L
100%
e = Lo

= Lu Lo 100%
Lo

Dimana :

e = regangan (%)

Lu = panjang sesudah patah (m, mm)

Lo = panjang mula mula (m, mm)


Gambar 1.13 Ilustrasi Regangan

a. Regangan Sebenarnya (True Strain)

Regangan Sebenarnya adalah perubahan panjang dibagi panjang spesimen


mula mula, regangan ini merupakan hasil pengukuran sebenarnya yang terjadi
pada benda uji.
Lu Ao
ln ln
Lo Au

dimana :
= regangan (%)
Lu = panjang sesudah patah (m, mm)
Lo = panjang mula mula (m, mm)
Au = luas penampang benda setelah mengalami pengujian (m2,mm2)
Ao = luas penampang benda saat keadaan awal (m2, mm2)
Sedang hubungan antara regangan nominal dengan regangan yang sebenarnya
u = ln ( e + 1 )
b.Regangan Engineering (Engineering Strain)

Regangan Engineering adalah perubahan panjang dibagi panjang


spesimen mula mula, regangan ini merupakan hasil pengukuran secara teoritis

Lu Lo
= 100%
Lo

dimana :
= regangan (%)

Lu = panjang sesudah patah (m, mm)

Lo = panjang mula mula (m, mm)

Regangan juga dapat dipengaruhi oleh luas penampang bahan material,


yang dirumuskan sebagai berikut :

Ao Au
e 100%
Ao

Keterangan:
e = regangan
Au = luas penampang benda setelah mengalami pengujian (m2, mm2)
Ao = luas penampang benda saat keadaan awal (m2, mm2)
/2

Lo
wo
/2
L/2 L/2

Elastisitas

Deformasi adalah perubahan bentuk luar suatu material yang diakibatkan


adanya gaya yang bekerja atau dikenakan pada material tersebut. Benda yang
telah terdeformasi tidak dapat kembali ke bentuk semula. Hal-hal yang
mempengaruhi deformasi yaitu dislokasi butir.

Deformasi elastis terjadi pergerakan dislokasi tidak sampai batas permukaan

Gambar 1.15. Dislokasi elastis


bonds
stretch

return to
initial

F

Gambar 1.16 Elastic Deformation

Plastisitas
Deformasi Plastis berhubungan dengan pergerakan dislokasi dalam
jumlah yang sangat besar.

Artinya: Deformasi plastis akan tertahan jika pergerakan dislokasi terhambat


Deformasi plastis terjadi jika pergerakan dislokasi sampai permukaan. Sehingga
ketika tegangan diberi dan dilepas tidak dapat kembali kebentuk semuala.
Gambar 1.17 screw dislocation

Gambar 1.18. Grafik Elastisitas dan Plastisitas Material

Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar


modulus, makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom. Karena gaya-
gaya ini tidak dapat diubah tanpa terjadi perubahan mendasar sifat bahannya,
maka modulus elastisitas merupakan salah satu dari banyak sifat-sifat mekanik
yang tidak diubah.

Modulus elastisitas baja ST 40 adalah sekitar 197-220Gpa dan ST 60 sekitar


300-340Gpa. Dalam hukum Hooke dinyatakan bahwa tegangan berbanding lurus
dengan regangan, perbandingann ini disebut modulus elastisitas atau modulus
young

Keterangan:

E: Modulus Elastisitas ( MPa )

: Tegangan ( N/m2, MPa, kgf/mm2 )

e: Regangan ( % / mm )

Modulus elastisitas merupakan nilai rancangan yang penting dan digunakan


bagi ahli teknik jika ingin merencanakan konstruksi.Hal ini disebabkan karena
modulus elatisitas diperlukan untuk menghitung lenturan batang dan anggota
struktur yang lain. Modulus elastis ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karenan
gaya yang tidak dapat diubah tanpa terjadi perubahan mendasar sifat bahannya,
maka modulus elastisitas merupakan salah satu sifat mekanik yang tidak mudah
diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan,
perlakuan panas atau pengerjaan dingin. Modulus biasanya diukur pada suhu
tinggi dengan metode dinamik.

Berikut ini adalah table nilai E untuk berbagai material.

Tabel 1.4. Nilai Modulus Elastisitas untuk beberapa material

Material E G Poissons Ratio


(modulus of ( shear ()
elasticity) modulus )

(GPa) (GPa)

Cast iron 110 51 0.17

Steel (mild) 207 82 0.26

Alumunium 70 25 0.33

Copper 110 44 0.36

Brass 70/30 100 37

Nickel (cold 215 80 0.30


drawn)

Titanium 107

Zirconium 94 36

Lead 18 6.2 0.40

Granite 46 19 0.20

Glass 69 22 0.23

Alumina sintered 325 0.16

Concrete 10-38 0.15

Nylon 2.8 0.4

Phenolic resin 5-7

Rubber, hard 2.8 0.43

P.V.C 3.5 0.4


Hukum hooke

Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di
daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai
berikut:

rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

Stress: = F/A

F : gaya tarikan,

A : luas penampang

Strain : = L/L

L : pertambahan panjang,

L : panjang awal

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:

E=/

Selanjutnya kita dapatkan Gambar, yang merupakan kurva standar ketika


melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di
mana perbandingan tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi
nama Modulus Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan
hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi
seperti pada gambar di bawah ini.

Gbr : Standar specimen yang digunakan

Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur


regangan (strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan
pada gambar di atas. Bila pengukur regangan ini mengalami perubahan panjang
dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca oleh
detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.

Gbr . Ilustrasi pengukur regangan pada specimen

DETAIL PROFIL UJI TARIK DAN SIFAT MEKANIK LOGAM

Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail.
Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik
dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.di bawah ini:.
Gbr :Profil data hasil uji tarik

Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan


berpedoman pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.6. Asumsikan bahwa kita
melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam
gambar.

Deformasi plastis (plastic deformation)


Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada
Gbr.yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.

Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)


Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.

Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)


Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress),
maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh y (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.

Regangan elastis e (elastic strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.

Regangan plastis p (plastic strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.

Regangan total (total strain)


Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T =
e+p. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang
ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada
pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.

Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)


Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.

Kekuatan patah (fracture strength)


Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di
mana bahan yang diuji putus atau patah.

Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas,
tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan
regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain gambar di
bawah ini.
Gbr.Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier

Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal,
N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.

ISTILAH LAIN DARI INTERFLESTASI DARI UJI TARIK

Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi
hasil uji tarik.

Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi
plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik.
Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum
putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap
energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus
Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit
volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan
ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan
tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of
toughness). Dalam Gbr. modulus ketangguhan sama dengan luas daerah
dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan
berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah
dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan
regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang
bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan regangan sejati.

Gbr. Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya

LANGKAH-LANGKAH UNTUK PENGUJIAN TARIK

Langkah pengujian kekuatan tarik sebagai berikut :

a. Menyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut pada plotter.

b. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga hidrolik
diawali 0 kg hingga benda putus pada beban maksimum yang dapat ditahan benda
tersebut.
c. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan panjang
benda uji setelah putus.

d. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji terdapat
pada layar digital dan dicatat sebagai data.

e. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada meja plotter.

f. Hal terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan luluh, perpanjangan,


reduksi penampang dari data yang telah didapat dengan menggunakan persamaan
yang ada.

Gambar . Mesin uji tarik.

Keterangan gambar :

1. Batang hidrolik 6. Meja plotter

2. Dudukan ragum

3. Ragum atas

4. Ragum bawah

5. Pembacaan skala
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Uji tarik untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan
dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.

2. Dari percobaan didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1.21. Hasil pengolahan data

KETERANGAN BAJA ST-40 BAJA ST-60

Kekuatan luluh Up 469.2Mpa 461Mpa

Kekuatan luluh low 460Mpa 444Mpa

Kekuatan tarik 520.3Mpa 804Mpa

Tegangan patah 341.2Mpa 687Mpa

Kontraksi 66.24 % 67.39%

True Strength / Tegangan Sejati 1011Mpa 1150Mpa

True Strain / Regangan Sejati 1.086 0.5152

Modulus elastisitas 1915Mpa 3104Mpa

Secara teori Baja ST-60 seharusnya lebih keras dari ST-40, karena
butirannya lebih besar dan kandungan karbonnya lebih banyak dan ini terbukti
pada pengujian yang kami lakukan. Kekuatan luluh yang terjadi pada ST-40 lebih
besar dari ST-60, ini juga tidak sesuai dengan teori yang ada. Begitu juga dengan
modulus elastisitas, ST 40 lebih besar dari ST 60, ini juga tidak sesuai dengan
teori yang ada. Hal-hal semacam ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam
proses penarikan oleh mesin, yaitu terjadi slip pada pencekam spesimen. Juga
dikarenakan beberapa faktor lain. Seperti ketidaktepatan pengukuran,
ketidakhomogenan material, serta adanya porous yang terdapat pada material uji.

3. Uji tarik merupakan pengujian yang sederhana untuk mengetahui sifat-sifat


mekanis suatu bahan. Sifat-sifat mekanis yang diketahui antara lain :

a. Tegangan :

i. tegangan luluh

ii. tegangan maksimum

iii. tegangan patah.

b. Regangan :

i. regangan luluh

ii. regangan maksimum

iii. regangan patah

c. Modulus elastisitas

d. Yield point.

e. Kontraksi.

4. Bentuk patahan yang terjadi adalah partial cup and cone untuk baja ST-60 dan
partial cup and cone untuk baja ST-40.

Gb. 1.41. Bentuk patahan ST-40 Gb. 1.42. Bentuk Patahan ST-60
5. Hasil pengujian yang kurang tepat antara lain dipengaruhi oleh :

a. peralatan uji yang kurang presisi.

b. Kurang telitian dalam membaca skala.

c. Pemasangan batang uji yang kurang tepat.

d. Ketidak homogenan material.

e. Adanya porous yang terdapat pada benda uji.

f. Penyebaran karbon yang tidak merata.

g. Pembentukan filet yang tidak sempurna.

6. Baja ST-40 mempunyai tingkat keuletan yang lebih tinggi dari pada baja ST-
60. hal ini disebabkan karena baja ST-60 memiliki kadar karbon yang lebih
tinggi dari pada ST-40.

B. Saran

1. Dalam melakukan pengujian, ukurlah perubahan panjang bahan tiap titik,


antara lain pada saat tegangan luluh, tegangan maksimum dan titik
sampel pada waktu mendapatkan perbandingan.
2. Ukur pula diameter benda uji supaya didapat perubahan luas penampang
setiap perubahan tegangan.
3. Bagilah tugas untuk setiap orang agar pengujian terhadap tiap titik lebih
teliti.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ilmu dan Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, 1995

[2] Callister,William D. Materials Science and Engineering

[3] http://www.google.co.id/imgres?kawat+baja+st+40+indonetwork.co.id

[4] http://www.google.co.id/imgres?q= contoh+PAKU+Baja+st+40&hl


=i:&imgrefbudisutomo.multiply.com/journal&docid= c1

[5] digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1603

[6] Jurnal pengerasan permukan baja ST 40 oleh Pribadi Bangun

[7] www.scribd.com/doc/.../Tabel-5-Komposisi-kimia-bahan-Baja-ST-60

[8] http://www.google.co.id/imgres?connecting+rod+st+60+indonetwork.co.id

[9] Lawrence H. Van Vlack ,Ilmu dan Teknologi Bahan

[10] http://www.google.co.id/imgres /HF_stress-strain-curve.gif

[11] Metalurgi Mekanik

[12] Metalurgi Mekanik, George E. Dieter, 1987

[13] Engginering Materials, Jastrzebski, 1976

[14] The testimg and inspecting of engineering material, George Earl Troxel

[15] sumber:http://www.bayermaterialsciencenafta.com
/products/bayblend_dp_et1000/mechanical_stress.html

[16] en.wikipedia.org/Brittle v ductile stress-strain behaviour.png

[17] ASM Metal Handbook Volume 8, Mechanical Testing and Evaluation, hal 123

[18] Penerbit ITS, Pengetahuan Bahan


[19] William F. Smith, 1987

[20] Ir. Wahid Suherman,1987

[21] Pengetahuan Bahan Teknik, Prof.Ir. Tata Surdia MS.Met.E

[22] www.mtschina.com

[23] Lab.Metalurgy fisik Tenik Mesin Undip

Anda mungkin juga menyukai