A. Pengertian
1. Hipertensi Esensial
adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau
diastolik 90 mmHg. Kondisi ini sering tanpa gejala. Peningkatan tekanan darah yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal.
B. Tujuan
Tujuan dari manual rujukan khusus penyakit hipertensi esensial ini adalah sebagai kendali mutu
dan biaya terhadap pengobatan yang diberikan pada pasien pasien dengan kondisi tersebut,
sehingga mendapatkan terapi pengobatan yang efektif dan efisien
Pada kasus hipertensi esensial, kebijakan rujukan baru dapat dilakukan apabila pasien telah
diterapi selama 2-3 bulan sesuai dengan panduan terapi pada PMK no 5 tahun 2014 namun target
tekanan darah tidak tercapai. Dampaknya adalah pasien hipertensi tidak lagi dapat dirujuk
dengan indikasi sosial (permintaan keluarga). Untuk detail proses rujukan dapat dilihat pada
bagian kriteria rujukan.
D. Kriteria Rujukan
Prinsip dalam pemberian terapi hipertensi haruslah ada kerjasama antara pasien dengan tenaga
kesehatan sehingga selain modifikasi gaya hidup pasien juga harus rutin melakukan kunjungan
untuk evaluasi terapi yang diberikan. Berikut adalah guideline pengobatan hipertensi sesuai
dengan PMK no 5 tahun 2014, mengenai panduan praktek klinis bagi dokter di faskes primer yang
dikombinasikan dengan indikasi rujukan
1. Identitas jelas pasien beserta jaminan kesehatan yang digunakan serta tanggal rujukan
2. Mencantumkan Nama Rumah Sakit tujuan dan poliklinik yang dituju.
Rumah sakit tujuan untuk pasien hipertensi haruslah rumah sakit yang memiliki dokter
spesialis penyakit dalam.
Pasien tidak perlu didampingi oleh tenaga medis apabila dirujuk ke poliklinik penyakit dalam
dengan kondisi stabil, namun bila terdapat krisis hipertensi (Diastole > 140), pasien wajib
didampingi oleh tenaga medis dengan ambulan transport yang memadai, setelah sebelumnya
dokter menghubungi pihak rumah sakit tujuan, untuk dipastikan pasien tersebut mendapatkan
kamar.
Apabila rumah sakit tujuan penuh dan tidak memiliki ruang, maka dokter harus mencarikan
rumah sakit alternatif lain yang dirasa mampu menangani kasus tersebut, tanpa memandang
jaminan kesehatan yang digunakan.
Apabila setelah diusahakan dan tetap tidak mendapatkan ruang di 10 rumah sakit tujuan, maka
dokter harus menjelaskan kepada seluruh keluarga yang datang untuk menandatangani surat
pernyataan untuk dititipkan sementara di faskes primer tersebut meskipun fasilitas dan tenaga
untuk melakukan pengawasan terbatas, sehingga saat terjadi kegawatan tidak ada pihak yang
merasa dirugikan. Setelah ditandatangani, Dokter dapat melanjutkan penanganan pada pasien
lain yang mungkin sudah menunggu sembari sesekali mengecek kondisi pasien. Penting untuk
diketahui adalah tidak boleh merujuk tanpa adanya konfirmasi ke rumah sakit tujuan.