Anda di halaman 1dari 2

Nama :Laelatul Rondhiyah

NIM : 16632011024

PERPAJAKAN DI INDONESIA

Sejak tahun 1984, Presiden Soeharto telah melakukan reformasi perpajakan di


Indonesia. Saat itulah pajak yang di pungut menganut sistem self assesment, yaitu setiap
wajib pajak di beri kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung utang pajaknya
sendiri, dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak. Dengan
demikian, aparat pajak hanya mengawasi, melakukan pelayanan, dan penyuluhan kepada
wajib pajak.

Wajib pajak dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :

1. Orang pribadi, yaitu mereka yang mempunyai penghasilan di atas Penghasilan


Tidak Kena Pajak (PTKP), yang batasan PTKP tersebut di tentukan dalam
Undang-undang.
2. Badan, yaitu setiap sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan
(organisasi,yayasan,perseroan,firma,koperasi, lembaga, atau badan lainnya) yang
melakukan usaha ataupun yang tidak melakukan usaha di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

SPT merupakan surat peberitahuan yang di gunakan oleh wajib pajak untuk
melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, melaporkan objek atau bukan objek
pajak, dan melaporkan harta dan kewajiban.

SPT terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. SPT Masa, yaitu Surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak (bulanan)
2. SPT Tahunan, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian
tahun pajak.

Wajib pajak memiliki kewajiban untuk mendaftrakan diri ke kantor pelayanan pajak
(KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) atau kantor
Pelayanan Penyuluhan Dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk di berikan Nomor
pokok wajib pajak (NPWP).

NPWP yang di berikan wajib pajak berfungsi untuk :

1. Sarana administrasi perpajakan


2. Tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan
3. Menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan
4. Di cantumkan dalam setiap dokumen perpajakan

Pengelolaan perpajakan yang baik akan menghasilakn devisa yang cukup signifikan bagi
negara. Pajak terdiri dari objek pajak dan tarif pajak. Objek pajak adalah segala sesuatu
yang dapat di kenai pajak, yang dapat berupa pendapatan,barang-barang,kekayaan, dan
perpindahan hak milik atas barang barang. Adapun jumlah penerimaan pajak adalah
objek pajak dikali tarif pajak atau (T=B x R)

Ada 3 struktur pajak :

1. Pajak di katakan progresif apabila pajak itu di kenakan dengan persentase yang
semakin tinggi karena dengan semakin tingginya kemampuan membayar pajak,
akan diikuti oleh kenaikan pembayaran pajak dengan presentase yang lebih besar.
Artinya, tarif pajak rata rata meningkat dengan semakin tingginya dasar pajak,
dan tarif pajak marginal lebih tinggi daripada tarif pajak rata-rata.
2. Pajak di katakan proporsional apabila di kenakan dengan persentase yang
sebanding dengan perkembangan pendapatan setelah di kurangi oleh kebutuhan
esensial. Apabila kemampuan membayar pajak naik 10%, akan dikenakan pajak
yang besarnya juga 10% lebih tinggi dari semula. Artinya besarnya presentase
pajak terhadap setiap tingkat penghasilan adalah tetap atau dapat di katakan tarif
pajak rata-rata sma dengan tarif pajak marginal
3. Pajak di katakan regresif apabila di kenakan dengan perkembngan yang kurang
sebanding dengan perkembangan kemampuan membayar pajak. Artinya, dengan
bertambahnya presentase kemampuan membayar pajak, pajak yang harus di bayar
menjadi semakin kecil.

Instrumen kebijakan perpajakan meliputi :

1. Kebijakan perpajakan, yaitu penetapan basis pajak dan penetapan tarif pajak
2. Kriteria perpajakan, yaitu efesiensi,cukup (dapat memenuhi kebutuhan spending),
adil, elastis, dan resistensi rendah.

Pajak dan beban pajak, meliputi :

1. Beban pajak sesuai atas hukum


2. Beban sesungguhnya
3. Pergeseran beban pajak

Anda mungkin juga menyukai