Anda di halaman 1dari 29

ANALISA PERAN SPORTS ENVOY PROGRAM SEBAGAI INSTRUMEN

DIPLOMASI PUBLIK AMERIKA SERIKAT PADA MASA


PEMERINTAHAN BARACK OBAMA (2008-2012)

Oleh :

AMAULIA DAMAYANTY

201310360311046

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu hubungan internasional selama ini sering dikaitkan dengan

masalah yang identik membahas mengenai negara, politik, dan militer.

Ketiga aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan ilmu hubungan

internasional dan sepertinya akan terus mendominasi. Hubungan antara

negara-negara di dunia sendiri bersifat dinamis, selalu berubah-ubah, dan

sering diwarnai dengan ketegangan. Maka dari itu, instrument yang

dinamakan diplomasi sering dipakai dalam percaturan politik internasional

untuk meredakan ketegangan tersebut. Diplomasi juga sering digunakan

sebagai instrument atau alat untuk mengejar kepentingan dan tujuan

politik suatu negara serta mempromosikan image suatu negara di dunia

internasional. Pada dasarnya diplomasi dapat dibagai atas hard diplomacy

dan soft diplomacy. Hard diplomacy merupakan diplomasi yang

menekankan adanya penggunaan kekuatan seperti halnya militer untuk

mencapai suatu tujuan sebuah negara, sedangkan soft diplomacy

merupakan diplomacy yang menekankan upaya negosiasi secara damai

tanpa menggunakan kekerasan untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin


dicapai sebuah oleh sebuah negara. Persamaannya adalah bahwa kedua

diplomasi tersebut bercirikan kepala negara sebagai actor utamanya.

Ilmu hubungan internasional pun tidak lagi semata-mata dipandang

sebagai hubungan antar negara, tetapi lebih luas lagi hingga meliputi

hubungan antara masyarakat internasional. Dengan demikian, diplomasi

konvensional, atau yang lebih dikenal dengan first track diplomacy yang

hanya melibatkan peran pemerintah dalam menjalankan misi diplomasi,

tidak selamanya akan berjalan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan

diplomasi suatu negara. Maka sebab itu, seiring dengan kompleksnya isu-

isu yang berada dalam kajian hubungan internasional diplomasi tidak

hanya dilakukan oleh first track diplomacy. Tetapi terus mengalami sebuah
1
perkembangan menjadi multytrack diplomacy. Melalui multytrack

diplomacy tersebut, upaya untuk mencapai kepentingan nasional atau

untuk menyelesaikan sebuah konflik yang sedang terjadi dapat dilakukan

tidak hanya menggunakan actor negara namun juga melibatkan actor non

negara.

Aktivitas diplomasi public merupakan salah satu dari pendekatan

multytrack diplomacy, oleh karena itu aktivitas diplomasi public yang

melibatkan peran serta public akan sangat dibutuhkan dalam rangka

melengkapi aktivitas diplomasi tradisional. 2 Alasan utama keterlibatan

1
Susetyo, Benny, PR. Peranan Diplomasi Publik, diakses dalam
http://ditpolkombappenas.go.id/basedir/artikel/062.%/20Peranan%20Diplomasi%20publik%20(1
8%20December%202008).pdf , pada (15/5/2016 14:36)
2
ibid
public ini didasarkan pada asumsi yang sangat cukup sederhana,

pemerintah tidak selalu dapat menjawab erbagai tantangan dalam isu-isu

diplomasi yang kini semakin kompleks, selain itu yang paling menonjol

adalah sifat pemerintah yang relative kaku.3 Melalui peningkatan aktivitas

diplomasi public, pemerintah suatu negara berharap bahwa upaya

diplomasi akan berjalan lebh efektif dan memberikan dampak yang lebih

luas dan lebih besar pada dunia internasional. Disamping itu pemerintah

pun memiliki sebuah harapan bahwasanya keterlibatan public tersebut

dapat membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan oleh wakil-wakil

pemerintah, sekaligus dapat memberikan masukan dengan memberikan

cara pandang yang berbeda dalam memandang suatu masalah.4

Menurut Planning Group for Integration of The United State

Information Agency (USIA), diplomasi public memiliki tujuan untuk

mempromosikan kepentingan nasional negara melalui sebuah pemahaman,

informasi, dan pemberian pengaruh kepada masyarakat asing. Hal ini

merupakan sebuah upaya komunikasi dalam bentuk yang identik baru

dengan lebih mengutamakan pentingnya penggunaan media dalam

mencapai tujuan yang ingin diperoleh oleh sebuah negara.5

3
ibid
4
ibid
5
About U.S. Public Diplomacy, What Public Diplomacy is and is not.
http://pdaa.publicdiplomacy.org/?page_id=6
Berbeda dengan diplomasi konvensional yang identik dengan pola

hubungan antara government to government, diplomasi public lebih

mengarah kepada people to people. Salah satu bentuk diplomasi people to

people yang dilakukan Amerika Serikat adalah melalui Sports Envoy

Program yang merupakan salah satu program dari Internasional Sports

Programming Iniatives, yang telah dibentuk oleh Amerika Serikat sejak

tahun 2002. Program ini merupakan program yang dikelola oleh

Department of States Bureau of Educational and Cultural Affairs

(BECA). Program ini merupakan program pertukaran melalui kebudayaan,

olahraga, maupun pendidikan. Tujuan dari program ini adalah untuk

meningkatkan sikap saling pengertian, saling menghormati, dan

menghargai sebuah perbedaan. Program ini berfokus pada kegiatan-

kegiatan olahraga dengan menggunakan atlit-atlit professional dari

Amerika Serikat. Kegiatan ini dilakukan dengan mengirimkan duta

olahraganya ke negara-negara tujuan. Cabang-cabang olahraga yang

digunakan oleh Sport Envoy Program ini seperti baseball, American

football, basket, atletik, sepak bola, bola voly, dan olahraga-olahra lainnya

yang menjadi olahraga favorit di seluruh dunia. Pogram ini juga telah

mencapai 58 negara di empat benua.6

Diplomasi public melalui olaraga ini menjadi salah satu cara yang

dimanfaatkan pemerintah Amerika Serikat untuk menjangkau public,

terutama kaum para pemuda, dan membawa pesan-pesan demokrasi,

6
Sports United-International Sports Programming Initiatives, dalam
http://exchanges.state.gov/intlathletics/sport_United/html pada (15/05/2016 15:44 WIB)
HAM, kebebasan dan toleransi. Anggaran diplomasi yang meningkat juga

menjadi salah satu sebab Amerika Serikat mampu memperkaya pilihan

cara diplomasi publiknya yaitu dengan olahraga. Namun diplomasi public

melalui olahraga ini memang kurang memiliki dampak yang jelas. Selain

sasarannya yang sebagaian dikhususkan bagi kaum pemuda, diplomasi

dengan tema olahraga juga tdak memawa isu-isu yang politis seperti

halnya untuk meminta bantuan atau dukungan untuk perang Amerika

Serikat melawan terorisme. Namun dengan menggunakan diplomasi public

melalui olahraga terdapat dampak jangka pendek yang dapat diraih antara

lain, dengan perhatian masyarakat yang begitu besar pada olahraga, usaha

Amerika Serikat untuk melakukan interaksi, dan menjangkau public dari

negara lain menjadi lebih mudah.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis

dapat menarik sebuah rumusan masalah, yaitu bagaimana peran Sports

Envoy Program dapat digunakan sebagai diplomasi public terhadap

pencitraan Amerika Serikat ? dalam kerangka waktu pada masa

periode pemerintahan Presiden Barack Obama (2008-2012)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai

keberadaan olahraga sebagai bagian dari diplomasi public Amerika Serikat


yang tidak hanya dapat dilakukan secara tradisional dengan isu-isu yang

sifatnya seperti politik, ekonomi, atau militer. Serta bertujuan untuk

memberikan pandangan yang berbeda terhadap bentuk diplomasi yang

dilakukan oleh suatu negara. Penelitian ini juga akan memaparkan bahwa

olahraga juga dapat menjadi bagian penting dalam diplomasi public

Amerika Serikat. Dan juga akan memberikan beberapa gambaran

mengenai program-program yang dilakukan oleh Sports Envoy Program

yang akan dijalankan ke negara-negara di dunia dalam menjalankan tujuan

untuk memperkuat citra positf Amerika Serikat sebagai bentuk untuk

mencapai kepentingan nasional negaranya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada

pembaca bahwasannya dengan menggunakan diplomasi public melalui

olahraga maka Amerika Serikat akan mudah untuk mencapai tujuan

nasional negaranya karena olahraga merupakan kegiatan yang sangat

digemari hamper seluruh semua kalangan sehingga akan semakin mudah

untuk Amerika Serikat menyampaikan pesan-pesan politik seperti

demokrasi dan HAM kepada masyarakat internasional.

1.4 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini hanya berfokus

kepada salah satu program yang telah dibuat oleh BECA yaitu Sports

Envoy Program yang digunakan oleh AS sebagai cara untuk megangkat


citra Negara AS dimata dunia Internasional yang sempat buruk dimasa

pemerintahan George W. Bush.

1.5 Batasan Waktu

Penelitian ini hanya mengambil batasan waktu di tahun 2008

hingga 2012 dimana pada saat itu Presiden Barack Obama mulai menjadi

presiden baru Negara AS dan berhasil menggantikan presiden sebelumnya

yaitu George W. Bush, pada saat itu juga Obama banyak merubah seluruh

kebijakan luar negeri AS yang dianggap tidak sesuai dengan penilaian

masyarakat Internasional. Dan untuk menaikan citra AS di mata dunia

Internasional Obama berusaha mengeluarkan beberapa kebijakan yang

dianggap dapat membantu menaikan citra AS dimata masyarakat

internasional khususnya masyarakat yang berada pada Negara-negara

muslim. Kebijakan tersebut salah satunya adalah kebijakan Sports Envoy

Program yaitu kebijakan melalui diplomasi yang menggunakan cabang

olahraga.

1.6 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian

yang digunakan sebagai acuan penelitian dari beberapa akademisi yang

melakukan penelitian berupa skripsi, essay, maupun thesis. Penelitian-

penelitian ini berfungsi sebagai pembanding dengan pokok bahasan yang

sama, metode yang sama, namun menggunakan aktor atau negara yang

berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Bajora Rahman di tahun 2012 dari

Universitas Indonesia Jakarta yang berjudul Diplomasi Hip Hop Sebagai

Diplomasi Budaya Amerika Serikat membahas mengenai diplomasi

budaya hadir untuk mengisi kekosongan ruang yang ditinggalkan

diplomasi tradisional, yakni sebuah kedekatan dengan publik. Dengan

begitu maka, diplomasi budaya dapat dijadikan alat yang sangat efektif

dalam membentuk opini public dan menanamkan image baik suatu negara.

Sehigga dengan melihat hal tersebut maka dengan menggunakan

diplomasi publik Amerika berharap hal tersebut dapat memperbaiki

image-nya dimata masyarakat intenasional dan secara tidak langsung

menanamkan soft powernya. Di era globalisasi saat ini, US State

Department telah memasukan Hip Hop sebeagai salah satu diplomasi

budayanya. Perkembangan dan kepopuleran musik ini dikalangan anak

muda diharapkan dapat membantu Amerika Serikat dalam menjalankan

misi atau tujuan nasional negaranya tersebut. Diplomasi hip hop ini dinilai

dapat menjadi alat yang paling tepat untuk menarik hati public masyarakat

di luar negeri dan mengkomunikasikan nilai-nilai yang membuat Amerika

Serikat dapat dipandang sebagai negara yang hebat sekaligus mampu

menanamkan soft power-nya, seperti demokrasi, kebebasan individu,

kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi semua orang, keberagaman,

dan toleransi. Diplomasi hip hop juga merupakan jawaban Amerika

Serikat atas penurunan image-nya dimata masyarakat internasional,

terutama dikawasan Timur Tengah dan Islam yang diakibatkan kebijakan


luar negeri Amerika yang tidak popular dalam budayanya. Dalam hal ini

Amerika Serikat mengirimkan artis-artis popular negaranya yang

diharapkan dapat membantu menigkatkan image Amerika Serikat. Selain

itu mereka juga dituntut untuk mampu menimbulkan kesan yang baik dan

mendalam serta dapat menciptakan hubungan atau koneksi dengan audiens

asing disetiap negara yang dikunjungi. Pokok pembahasan yang dikaji atau

dibahas dalam penilitian Bajora Rahman ini memiliki keterkaitan yang

erat terhadap penulisan penelitian ini hanya saja penelitian yang ditulis

oleh Bajora Rahman membahas mengenai diplomasi hip hop yang

digunakan oleh Amerika Serikat guna menciptakan citra positif di mata

masyarakat internasional dengan cara mengirimkan artis-artis popular AS

yang diharapkan dapat menciptakan kesan yang baik dan mendalam

dimata internasional dan penelitian yang saat ini sedang dikaji adalah

membahas mengenai Sports Envoy Program yang digunakan oleh

Amerika Serikat sebagai diplomasi publik guna meningkatkan citra

Amerika Serikat di dunia internasional dengan cara mengirimkan beberapa

atlit olahraga Amerika yang diharapkan mampu memberikan kesan yang

baik dan mendalam kepada audiens asing di setiap negara yang dikunjungi

melalui acara workshop, acara diskusi, maupun master class yang sedang

digelar.

penelitian yang dilakukan oleh Adina Dwirezanti di tahun 2012

dari Universitas Indonesia Jakarta yang berjudul Budaya Populer Sebagai

Alat Diplomasi Publik : Analisa Peran Korean Wave Dalam Diplomasi


Publik Korea Periode 2005-2010 membahas mengenai keberadaan

budaya popular dalam hal ini adalah Korean Wave sebagai bagian dalam

diplomasi publik Korea. Dengan pembahasan topik yang dibatasi dalam

periode 2005-2010, dimana tahun 2005 ini menjadi awal dari

digunakannya Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi

public Korea.

Pembahasan mengenai diplomasi public melalui Korean Wave ini

dibagi dalam dua aktivitas Korea, yaitu dalam bidang pariwisata dan

program pertukaran dengan negara-negara lain. Penelitian dalam skripsi

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penjabaran secara

deskriptif melalui penjabaran mengenai program-program yang

dilaksanakan Korea dalam bidang pariwisata dan pertukaran tersebut.

Melalui analisa data-data aktivitas diplomasi dan signifikansi aktivitas

diplomasi tersebut. Dalam penelitian ini penulis mendapat temuan

mengenai peran Korean Wave dalam diplomasi public Korea, yaitu

meningkatkan citra Korea, menarik minat kedatangan masyarakat asing,

mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea, dan mendorong

terjalinnya kersama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Beberapa

peran tersebut dapat tercapai dikarenakan tiga faktor yang ditemukan oeh

penulis sangat dominan dalam Korean Wave, Yaitu Komitmen

Pemerintah, kepopuleran dari Korean Wave itu sendiri dan faktor

informasi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dini Aprilianti di tahun

2013 Universitas Jember dalam skripsi yang berjudul Diplomasi Publik

Jepang Terhadap Indonesia Melalui Budaya Pop Jepang membahas

mengenai alasan dan kepentingan diplomasi budaya pop Jepang terhadap

Indonesia terkait dengan kepentingan ekonomi Jepang. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan apa saja yang

dimiliki Jepang dalam melakukan diplomasi public terhadap Indonesia

melalui budaya pop Jepang. Penulisan ini menggunakan metode penulisan

penlitian deskriptif. Metode deskriptif didasari alasan karena data utama

yang diperoleh didalam tulisan ini berupa data sekunder, sehingga tidak

bisa diukur secara langsung. Metode ini lebih terfokus kepada informasi-

informasi atau kajian yang diperoleh dari buku, surat kabar, mjaah, jurnal,

dan informasi dari instansi-instansi yang terkait dengan peristiwa tertentu.

Selain itu, data-data yang diperoleh berasal dari media internet yang bisa

memberikan informasi yang lebih menunjang bagi penulisan penelitian ini.

Hasil hasil analisis data menunjukkan bahwa kepentingan Jepang

melakukan diplomasi publik terhadap Indonesia melalui budaya pop

Jepang didasari oleh kepentingan ekonomi Jepang yang diperoleh dari:

hasil pendapatan dari industry budaya pop Jepang ( anime, manga,

games,dan lainnya) dan pendapatan dari perkembangan barang-barang

Teknologi Komunikasi Informasi (Information Communication

Technology atau ICT) yang cukup banyak mendatangkan keuntungan bagi

jepang
Tabel. Penelitian Terdahulu

Nama dan Judul Jenis Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian
Bajora Rahman Kualitatif Deskriptif Diplomasi hip hop ini
Diplomasi Hip Hop dinilai dapat menjadi
Sebagai Diplomasi alat yang paling tepat
Budaya Amerika untuk menarik hati
Serikat public masyarakat di
luar negeri dan
mengkomunikasikan
nilai-nilai yang
membuat Amerika
Serikat dipandang
sebagai negara yang
hebat sekaligus mampu
menanamkan soft
power-nya, seperti
demokrasi, kebebasan
individu, kesetaraan
dan kesempatan yang
sama bagi semua
orang, keberagaman,
dan toleransi.
Diplomasi hip hop juga
merupakan jawaban
Amerika Serikat atas
penurunan image-nya
dimata masyarakat
internasional, terutama
dikawasan Timur
Tengah dan Islam yang
diakibatkan kebijakan
luar negeri Amerika
yang tidak popular
dalam budayanya
Dini Aprilianti yang Deskriptif Hasil analisis data
berjudul Diplomasi menunjukkan bahwa
Publik Jepang kepentingan Jepang
Terhadap Indonesia melakukan diplomasi
Melalui Budaya Pop publik terhadap
Jepang Indonesia melalui
budaya pop Jepang
didasari oleh
kepentingan ekonomi
Jepang yang diperoleh
dari: hasil pendapatan
dari industry budaya
pop Jepang ( anime,
manga, games,dan
lainnya) dan
pendapatan dari
perkembangan barang-
barang Teknologi
Komunikasi Informasi
(Information
Communication
Technology atau ICT)
yang cukup banyak
mendatangkan
keuntungan bagi
Jepang.

Adina Dwirezanti Kualitatif Deskriptif Membahas mengenai


yang berjudul Budaya keberadaan budaya
Populer Sebagai Alat popular dalam hal ini
Diplomasi Publik : adalah Korean Wave
Analisa Peran Korean sebagai bagian dalam
Wave Dalam diplomasi publik
Diplomasi Publik Korea. Dengan
Korea Periode 2005- pembahasan topik
2010 yang dibatasi dalam
periode 2005-2010,
dimana tahun 2005 ini
menjadi awal dari
digunakannya Korean
Wave sebagai bagian
dalam aktivitas
diplomasi public
Korea.
Pembahasan mengenai
diplomasi public
melalui Korean Wave
ini dibagi dalam dua
aktivitas Korea, yaitu
dalam bidang
pariwisata dan
program pertukaran
dengan negara-negara
lain
1.4 Landasan Teori

1.4.1 Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan

yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam

menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan

dikendalikan unttuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan

dalam terminology kepentingan nasional.7

Kebijakan luar negeri atau hubungan luar negeri dalam hal ini

mengacu pada lingkup keterlibatan luar negeri dan sekumpulan tujuan-

tujuan, strategi dan instrument yang dibuat oleh pembuat kebijakan

pemerintah.

Dalam kebijakan luar negerinya Amerika Serikat menekankan

pada beberapa hal penting yaitu pemerintah karena merupakan pusat dari

proses pembuatan kebijakan dimana dalam hal ini presiden secara

langsung mempengaruhi kebijakan dan kemudian bergerak kesebelah luar.

Presiden akan selalu berusaha mengatur kebijakan luar negeri dan

menggunakan Dewan Keamanan Nasional di dalam kancah eksekutif.

Kemudian masyarakat, dalam hal ini masyarakat yang lebih besar dan

politik domestic yang mempengaruhi pemerintah dan proses pembuatan

kebijakan luar negeri.

Penggunaan diplomasi publik merupakan salah satu istrumen yang

digunakan dalam pencapaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

7
Hubungan diplomasi dan kebijakan luar negeri memiliki keterkaitan yang

erat. Dalam pengertiannya yang luas, diplomasi tidak hanya menyangkut

pada tataran implementasi tetapi juga proses pembuatan kebijakan,

perwakilan, negosiasi, dan jasa-jasa konsuler.8

1.4.2 Diplomasi Publik

Penelitian ini menggunakan konsep utama yaitu diplomasi publik

dimana hal tersebut memiliki keterkaitan yang erat mengenai pencitraan

yang sedang dilakukan oleh Amerika erikat dimasa pemerintahan presiden

Barack Obama. Untuk mencapai kepentingan nasionalnya, tentunya setia

negra akan memiliki beberapa pendekatan. Ada yang menggunakan

endekatan hard power ada juga yang menggunakan soft power. Salah satu

bentuk dari penggunaan soft power adalah diplomasi public. Diplomasi

public dapat diartikan sebagai usaha resmi dari pemerintah suatu negara

untuk membentuk lingkungan komunikasi diluar negeri dimana kebjakan

luar negerinya dijalankan dengan tujuan mengurangi kesalahpahaman

yang dapat menyulitkan hubungan antara negaranya dengan negara yang

lainnya.

Berbeda dengan dilomasi konvensional yang identik dengan pola

government to government, diplomasi publik lebih mengarah pada pola

people to people. Diplomasi publik bukan semata-mata hanya aktor publik

yang menjalankan proses diplomasi, actor public ini tetap merupakan

8
bagian yang berhak mendapatkan fasilitas dari negara. Terdapat tiga pilar

penting yang terdapat didalam diplomasi publik yaitu berita, siaran

televisi,dan juga radio. Dengan begitu pemerintah Amerika Serikat dapat

menyampaikan pesannya, dengan efektif kepada seluruh masyarakat

internasional. Olahraga ditempatkan kepada salah satu instrument dari

pilar ketiga diplomasi public yaitu budaya. karena olahraga ditujukan

kepada masyarakat, dimana olah raga merupakan salah satu bagian dari

budaya yang menjadi daya tarik tersendiri dan sangat digemari

dimasyarakat. Sehingga hal tersebut ada kaitannya antara olahraga melalui

diplomasi public Amerika Serikat melalui Sports Envoy Program untuk

menjadi sarana peningkatan komunikasi, mempengaruhi opini public

terhadap suatu negara, dan pencitraan positif Amerika Serikat.

1.4.3 Soft Power

Joseph Nye, dalam tulisannya yang berjudul Public diplomacy

and Soft Power (2008), menjelaskan bahwa Soft power adalah the ability

to get what you want through attraction rather than through coercion or

payments. Dengan menggunakan soft power, pihak lain dapat melakukan

hal yang menguntungkan kita tanpa kita meminta atau memaksanya untuk

melakukan demikian. soft power suatu negara bersumber dari budaya,

nilai-nilai, dan kebijakan (Nye, 2004).9 Dalam penelitian ini contohnya

adalah dengan menggunakan bidang olahraga, suatu negara dapat

menggunakan olahraga sebagai sarana untuk mempromosikan warisan

9
Joseph S. Nye, Jr, Public Diplomacy and Soft Power, dalam
http://ann.sagepub.com/content/616/1/94.full.pdf pada (16/5/2016 9:19 WIB)
budaya, sejarah, menjalin komunikasi dalam sebuah perbedaan, sehingga

dapat memunculkan daya tarik tersendiri, karena olahraga merupakan

sebuah bidang yang paling mudah untuk dipahami.

Joseph S. Nye juga menjelaskan bahwa konsep diplomasi publik

terbagi atas tiga dimensi. Dimensi yang pertama adalah membangun

komunikasi secara rutin, yang menjelaskan dari kebijakan domestik

mauun luar negeri suatu negara. Dimensi kedua adalah membangun

sebuah komunikasi strategis, dimana suatu tema khusus terus menerus

dipromosikan negara kepada publik. Dimensi yang ketiga adalah

membangun hubungan jangka panjang dengan individu-individu penting

melalui program-program seperti beasiswa, pertukaran pelajar, budaya,

atau tenaga ahli, pelatihan, seminar.10

1.5 Metodelogi Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Dimana metode kualitatif itu sendiri lebih berusaha untuk mengkonstruksi

realitas dan memahami makna. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya


11
sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Pemilihan

metode kualitatif dianggap tepat untuk memberikan pemahaman dan

pemaparan yang komprehensif terkait dengan pertanyaan permasalahan

dalam penelitian ini. Penelitian ini akan memaparkan bagaimana

diplomasi publik yang dilakukan oleh Prsiden Barack Obama pada masa

pemerintahannya yang lebih berfokus kepada studi kasus Sports Envoy

10
ibid
11
Miles, B Matthew dan Huberman, Michael, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1992) hal.15
Program, dimana program tersebut merupakan program resmi yang

dilakukan ole pemerintah Amerika Serikat melalui Department of States

Bureau of Educational and Cultural Affairs (BECA)

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui

studi pustaka atau studi dokumen data sekunder. Studi dokumen

merupakan studi yang menitikberatkan pada analisis dan interpretasi bahan

tertulis berdasarkan konteksnya.12 Dengan menggunakan metode tersebut,

peneliti dapat mencari dokumen maupun artikel-artikel yang relevan

dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

1.6 Asumsi Dasar

Permasalahan negara yang semakin kompleks, membuat kajian

hubungan internasional tidak lagi hanya sebatas membahas mengenai

negara, militer, dan politik, dan hal tersebut membuat sebuah

permasalahan tidak hanya dapat diselesaikan dengan menggunakan

kekerasan atau sebuah ancaman, namun juga dapat diselesaikan dengan

menggunakan cara diplomasi yang dimana kegiatannya tersebut dapat

dilakukan dengan cara melakukan negosiasi antar sesama pihak yang

sedang bermasalah atau berkonflik. Diplomasi juga tidak lagi hanya dapat

dilakukan oleh antar negara saja, tetapi juga dapat dilakukan oleh aktor-

aktor non negara.

12
Rahardjo, H. Mudjia Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif, diakses dalam
http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/215.html?task=view pada (16/5/2016 10:54 WIB)
Sports Envoy Program hadir sebagai gaya baru diplomasi yang

dilakukan oleh Amerika Serikat dalam menyebarkan nilai-nilai budayanya,

menumbuhkan sikap saling menghormati, dan tak lepas sebagai cara untuk

mempengaruhi opini publik dan pencitraan positif bagi AS.

1.7 Pembabakan Penelitian


BAB II

ANALISA TERHADAP PROGRAM PROGRAM DAN AKTOR-AKTOR

YANG TERLIBAT DALAM PELAKSANAAN SPORTS ENVOY

PROGRAM

Pada bab ini penulis akan lebih berfokus terhadap Sports Envoy Program,

yang menjadi salah satu program dari Internasional Sports Programming Iniatives

yang telah dibentuk oleh Amerika Serikat sejak tahun 2002. Program ini

merupakan program yang dikelola oleh Bereau of Educational And Cultural

Affairs (BECA) United States Departement of State. Program ini merupakan

program pertukaran melalui kebudayaan, olahraga, ataupun pendidikan. Tujuan

dari program ini adalah untuk meningkatkan sikap saling pengertian, saling

menghormati, dan menghargai perbedaan.

Bab ini juga akan memberikan analisis terhadap Sports Envoy Program

serta kegiatan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh program tersebut dan juga

menjelaskan siapa saja aktor-aktor yang ikut terlibat dalam Sports Envoy

Program. Sehingga dapat terlihat apa yang ingin dicapai oleh Amerika Serikat

melalui Sports Envoy Program sebagai instrument diplomasi publik Amerika

Serikat.
II.2.I Program Olahraga Amerika Serikat melalui Sports Envoy Program

Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Amerika Serikat

Pada masa pemerintaha presiden Barack Obama, Amerika Serikat lebih

mengutamakan soft power dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang

terjadi terhadap Amerika di bandingkan dengan era kepemimpinan sebelumnya

yaitu pada masa kepemimpinan presiden George W. Bush yang lebih

mengutamakan hard power.

Sejarah Amerika dibawah kepemimpinan Bush dikenal sangat arogan,

terlebih dalam memandang islam. Hal tersebut didasari oleh adanya serangan

teroris ke Amerika Serikat yang terjadi di jantung kota New York, World Trade

Center (WTC) dan kantor pusat pertahanan Amerika Serikat Pentagon di

Washington D.C. pada 11 September 2001. Dalam perkembangannya, isu

mengenai terorisme menjadi agenda utama Amerika dan mengajak masyarakat

internasional untuk bersama-sama memerangi terorisme. Upaya Amerika Serikat

untuk memberantas aksi terrorisme seringkali dikaitkan dengan negara Islam. Hal

ini disebabkan aksi-aksi terorisme yang terjadi di Amerika dilakukan oleh pelaku

yang mayoritas berasal dari negara Islam. Hal inilah yang menyebabkan Amerika

terlihat berperilaku diskriminatif terhadap negara-negara Islam.

Kebijakan Bush yang sering dikatakan diskriminatif terhadap masyarakat

internasional yang beraga muslim, dapat dilihat pada kebijakan dalam hal

pengurusan visa, Bush menerapkan adanya syarat-syarat khusus bagi negara

muslim atau berpenduduk mayoritas muslim. Syarat tersebut antara lain, harus
menunggu selama 20 hari untuk dapat mendapat visa, terlebih khusus untuk laki-

laki muslim berusia 18 hingga 40 tahun. Padahal pada awalnya untuk mengurus

visa Amerika Serikat hanya dibutuhankan waktu selama 2 minggu. Kebijakan

Bush tersebut adalah contoh kebijakan yang terjadi di dalam negeri Amerika

Serikat. Sedangkan kebijakan Bush yang diskriminatif yang ditujukan terhadap

luar negaranya adalah, kebijakan yang berkaitan dengan konflik antara Israel dan

palestina.13

Presiden George W. Bush selanjutnya secara resmi mendeklarasikan

perang melawan terorisme global pada 20 September 2001 di depan Kongres

Amerika Serikat. Dua tahun setelah melakukan invansi ke Afghanistan, Presiden

Bush kemudian langsung menentukan musuh lain Amerika dalam perang

melawan terorisme, yaitu Irak karena Irak dan rezim ottoriter Sadam Husein

dianggap mendukung aksi terorisme global.14

Namun, pada masa pemerintahan Barack Obama terjadi beberapa

perubahan terlebih dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Presiden Obama

juga menegaskan bahwa Islam bukan merupakan musuh Amerika. Presiden

Barack Husein Obama membuat sejumlah kebijakan yang bertolak belakang

dengan kebijakan pendahulunya yaitu presiden Bush. Kebijakan itu antara lain

menyangkut pendekatan diplomasi dengan negara lain, meliputi : penutupan

Kamp Militer Guantanamo, perubahan iklim, aborsi, dan senjata luar angkasa.

13
Prameswara,A, Kepentingan Amerika Serikat Meningkatkan Hubungan Dengan Negara Islam
Pada Masa Pemerintahan Barack Obama, dalam
repository.upnyk.ac.id/1411/1/RESUME_Astrid_151040037.pdf, pada (16/5/2016 11:36 WIB)
14
ibid
Selain dengan melakukan pendekatan dengan negara lain termasuk juga negara

islam. Obama juga berupaya mengembalikan citra baik Amerika Serikat yang

dinilai diskriminatif terhadap negara-negara tertentu pada saat kepemimpinan

Bush.

Saat Barack Obama berhasil menjadi presiden Amerika Serikat

menggantikan George W. Bush, salah satu yang menjadi tujuan utama Obama

adalah untuk mengembalikan citra Amerika yang sempat dinilai buruk oleh

masyarakat internasional. Delapan tahun kepemimpinan Bush, Amerika Serikat

sempat mengalami penurunan citranya pasca serangan 9/11. Anti-Americanism

adalah cara pandang suatu kelompok yang tidak menyukai negara Amerika

Serikat karena memandang kebijakan AS di era kepemimpinan Bush yang terlalu

kejam terhadap negara islam yang berasal dari Afrika Barat.15

Dalam masa pemerintahan Obama, diplomasi publik merupakan salah

satu instrument penting dalam pencapaian kepentingan nasionalnya. Dengan

melalui diplomasi publik ini Obama akan mencoba untuk mengembalikan citra

AS yang sempat turun pada masa pemerintahan sebelumnya. Memperbaiki

hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara islam merupakan fokus utama

AS dalam rangka mengembalikan citra AS yang sempat buruk. Dalam mencapai

kepentingan nasionalnya tersebut pemerintah AS terus berupaya untuk

membangun kembali hubungan AS dengan negara-negara islam salah satunya

adalah dengan menggunakan olahraga yang diimplementasikan melalui program

15
R.S Zahama, Obama, U.S Public Diplomacy and The Islamic World, (World Politic
Review,2009)
Sports Envoy Program. Sports Envoy Program merupakan program yang

memfokuskan pada kegiatan-kegiatan olahraga dengan menggunakan atlit-atlit

professional AS. Kegiatan ini dilakukan dengan mengirimkan duta olahraganya ke

negara-negara tujuan, khususnya negara-negara islam yang menjadi tujuan dari

pemerintah AS. Cabang-cabang yang digunakan oleh Sports Envoy Program ini

seperti Baseball, American Football, basket, atletik, sepak bola, bola voli, dan

olahraga lainnya yang menjadi olahraga favorit di seluruh dunia. Program ini juga

telah mencapai 58 negara di empat benua.16

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program Sports Envoy Program

adalah berfokus kepada cabang olahraga yang digunakan sebagai instrument

diplomasi public AS. Terdapat tiga unsur penting yang terkandung dalam Sports

Envoy Program, yaitu yang pertama adalah, Sports Envoy (duta olahraga) ,

pemerintah AS akan menunjuk dan mengirimkan atlit-atlit olahraga dan pelatih

professional AS untuk dikirim menjadi duta olahraga AS sebagai bentuk dari

diplomasi publik AS. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan mencakup pelatihan

mengenai cabang olahraga tertentu, mengunjungi sekolah-sekolah, dan juga

melakukan dialog dengan para peserta program yang mayoritas diikuti oleh

pemuda-pemuda untuk memberikan pengetahuan mengenai pentingnya

pendidikan, kesehatan, olahraga, sikap saling menghargai terhadap perbedaan.

Kedua, Sports Visitors, dalam unsur ini atlit, pelatih, maupun pengelola

dari negara lain diundang untuk datang ke negara Amerika Serikat atas nominasi

16
Diakses dalam http://milinews.com/olahraga/590-berita-internasional/6007, pada (16/5/2016
12:24)
atau rekomendasi dari kedutaan AS di negaranya. Tujuannya adalah untuk terlibat

dalam pelatihan olahraga, manajemen olahraga, dan membina hubungan dengan

komunitas olahraga di AS. Pelatihan yang diberikan diharapkan dapat menjadi

bekal saat mereka kembali kenegaranya dan kemudian dapat menyalurkan

kembali pelatihan yang telah diberikan kemasyarakat khususnya kaum pemuda

yang ada dinegara asalnya.

Ketiga adalah, Sports Grant Competition, Bereau of Educational And

Cultural Affairs (BECA) United States Departement of State yang menjadi

inisiator terhadap program ini, setiap tahun rutin mengadakan kompetisi dengan

mengundang institusi pemerintah maupun pihak swasta yang sifatnya non-profit

dari berbagai negara untuk mengirimkan proposal mengenai rancangan program-

program olahraga yang ditujukan khususnya kepada para pemuda.

Melalui ketiga unsur tersebut diharapkan duta-duta olahraga yang telah

dipilih dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan diplomasi publik AS

khususnya melalui Sports Envoy Program yang ditujukan sebagai instrument

untuk mengembalikan citra AS dimata masyarakat Internasional, khususnya di

negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim. Hal ini juga merupakan

upaya AS untuk menunjukan bahwa AS merupakan negara yang peduli terhadap

negara-negara tujuannya dalam rangka membina hubungan baik dengan negara-

negara yang menjadi tujuan program ini.


Table 2. Negara- neagara Mitra Amerika Serikat Dalam Sports Envoy Program17

Near East Asia Algeria, Bahrai, Egypt, Iran, Irak, Jordan, Kuwait, Lebanon,
Morocco, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Syria, Tunisia, United Arab Emirates.
East Asia Pasific Australia, China, Indonesia, Japan, Korea, Malaysia,
Mongolia, New Zealand, Philipine, Singapore, Thailand, Taiwan, Vietnam.
Africa Botswana, Cape Verde, Cote dIvoire, Democratic Republic of Congo,
Ethiopia, Ghana, Guinea, Kenya, Malawi, Mozambique, Namibia, Niger, Nigeria,
Republic of Congo-Brazzaville, Senegal, South Africa, South Sudan,Swaziland,
Tanzania, Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe.
Western Hemisphere Argentina, Barbados, Bolivia, Brazil, Colombia,
Dominican Republik, Ecuador, El- Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras,
Jamaica, Mexico, Nicaragua, Panama, Paraguay, Trinidad, dan Tobago,
Venezuela.
Europe Arbania, Armenia, Azerbaijan, Cyprus, England, France, Georgia,
Germany, Greece, Kosovo, Lithuania, Romania, Russia, Spain, Turkey, Ukraine.
South Central Asia Afghanistan, Bangladesh, India, Kazakhstan, Kyrgyzstan,
Maldives, Nepal, Pakistan, Srilanka, Tajikiztan, Turkmenistan, Uzbekistan.

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwasanya negara-negara yang

menjadi mitra Amerika Serikat dalam Sports Envoy Program hamper meliputi

negara-negara diseluruh dunia. Hal ini membuktikan bahwa pada masa

pemerintahan presiden Barack Obama, AS sangat gencar melakukan diplomasi

publiknya melalui Sports Envoy Program dalam rangka membina hubungan baik

dengan negara-negara yang menjadi mitra AS melalui program ini. Dengan

demikian esensi dari diplomasi publik itu sendiri yaitu dengan mengedepankan

17
Diakses dalam, http://exchange.state.gov/sports/regional-impact.html pada (16/5/2016 13:11
WIB)
people to people contact dapat tercapai dan penting untuk membangun sikap

saling menghormati dan menjaga perdamaian di masa yang akan datang. Yang

menjadi nilai penting melalui people to people contact ini adalah adanya interaksi

dan hubungan komunikasi yang terjalin, dan juga menjadi sarana penyebaran

nilai-nilai kebudayaan bagi para peserta yang terlibat dalam program ini.

II.2.2 Program-program dan Aktor yang terlibat dalam pelaksanaan

Sports Envoy Program

Anda mungkin juga menyukai