SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Farah Mila Oktavia
J500130067
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan sebelumnya untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi manapun, dalam sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali dalam naskah ini
disebutkan dalam pustaka.
iii
MOTTO
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi
boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui
(Q.S. Al-Baqarah:126)
(Q.S. Al-Insyirah : 5 - 7)
Rasulullah bersabda Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendalami ilmu,
maka Allah akan mempermudah baginya satu jalan ke syurga
(H.R Muslim)
(Imam Al Ghazali)
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat , hidayah, karunia dan kasih
sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN DEFISIT FUNGSIONAL
NEUROLOGIS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh derajat Sarjana
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Banyak pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kekuatan, petunjuk, dan segala rahmat-Nya
2. Nabi Muhammad SAW sebagai tuntutan terbaik, para keluarga dan sahabatnya
3. DR. dr. E.M. Sutrisna, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
4. Dr. Erna Herawati, Sp.KJ. , selaku kepala biro skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Dr. Iwan Setiawan, M.Kes., Sp.S , selaku pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan arahan
kepada penulis.
6. Dr. Yuni Prastyo Kurniati., Sp.P.A.,M.M.Kes., selaku penguji utama yang telah
berkenan menguji dan memberikan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
7. Dr. Retno Sintowati, M.Sc., selaku penguji kedua yang telah berkenan menguji
dan memberikan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
8. Kedua orang tua saya Papa tersayang Ir. Haryadi Sobri Triwibowo dan Mama
tersayang Sri Karmila Wati terimakasih atas kasih sayang dan cintanya kalian
yang selalu dan tidak pernah berhenti memberikan doa, motivasi dan semangat
hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
v
vi
viii
ix
Hubungan Jumlah Leukosit dengan Defisit Fungsional Neurologis pada Pasien Stroke
Iskemik
Latar Belakang : Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang terjadi secara
mendadak disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat menyebabkan kematian
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan akan mengakibatkan gangguan
peredaran darah. Stroke merupakan penyebab kematian paling utama tersering di
negara maju, setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Inflamasi yang terjadi
pada fase akut iskemik serebral akan menambah kerusakan pada area otak setelah
kejadian iskemik. Kadar leukosit yang lebih tinggi dapat memprediksi presentasi
klinis yang lebih buruk dan luaran fungsional yang buruk
x
ABSTRACT
Methods: This research method using observational analytic cross sectional method
to determine the relationship of the number of leukocytes with neurological
functional deficits in patients with ischemic stroke.
Results: Obtained 3 patients out of 17 patients with ischemic stroke with severe
neurological deficits in patients with ischemic stroke normal leukocytes, whereas in
patients with ischemic stroke elevated leukocyte found in 10 patients out of 17
patients with ischemic stroke who had severe neurological deficits. From the analysis
of test Fisher's statistical test obtained by value p = 0.006 (p <0.05).
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan jumlah leukosit dengan defisit fungsional neurologis di
RS PKU Aisyiyah Boyolali dan RSUD Karanganyar?
C. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui apakah ada hubungan jumlah leukosit dengan tingkat
defisit fungsional neurologis di RS PKU Aisyiyah Boyolali dan RSUD
Karanganyar.
D. Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu
pengetahuan tentang stroke iskemik.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian lebih pada
peningkatan jumlah leukosit untuk mencegah terjadinya prognosis yang
semakin memburuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke Iskemik
1. Definisi
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak yang mana
diawali dengan kelumpuhan saraf (defisit neurologis) yang mengakibatkan
terhambatnya atau terhentinya aliran darah yang menuju ke otak, biasanya
berlangsung selama >24 jam dan dapat menyebabkan kematian tanpa
penyebab yang jelas selain penyebab vascular (Sacco et al., 2013).
Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan
terjadinya serangkaian perubahan di dalam otak yang terserang apabila tidak
ditangani dengan cepat akan segera berakhir dengan kematian bagian otak
tersebut. Stroke iskemik terjadi dikarenakan suplai darah menuju otak
terhambat atau terhenti. Kegagalan dalam memasok darah akan menyebabkan
gangguan fungsi bagian otak atau bagian yang terserang dapat mengakibatkan
kematian sel saraf (nekrosis) (Junaidi, 2011).
2. Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu stroke perdarahan otak
(hemoragik) dan stroke non perdarahan (iskemik) :
a. Stroke Perdarahan Otak (hemoragik)
Stroke hemoragik merupakan stroke yang dapat menimbulkan
perdarahan pada intracranial seperti :
1) Intraserebral hemoragik
2) Epidural hematom
3) Subdural hematom
4) Subarachnoid hematom
5
6
b. Stroke Iskemik
Stroke yang menimbulkan jaringan otak akan mengalami iskemik
dan akan berlanjut pada nekrosis. Stroke iskemik terjadi karena adanya
proses thrombosis, emboli dan spasme pada pembuluh darah otak. Stroke
iskemik dibagi menjadi :
1) Trombosis arteri besar
2) Emboli otak
3) Infark lacunar
4) Hipoperfusi sistemik
c. Pembagian Stroke Iskemik
Macam atau derajat dari stroke iskemik menurut perjalanan klinisnya
sebagai berikut (Junaidi, 2011) :
1) TIA (Transient Ischemic Attack)
Stroke yang defisit neurologisnya sudah menetap dan sudah tidak dapat
berkembang lagi. Gejala neurologis yang muncul pada stroke komplit
ini bermacam-macam, tergantung pada daerah otak mana yang
mengalami infark. Karakterisitik utama yang menjadi kriteria kelompok
ini berawal dari serangan TIA yang berulang dan diikuti oleh stroke
progresif atau stroke in evolution. Perbaikan gangguan neurologis yang
terjadi sedikit dan akan banyak menimbulkan gejala sisa.
3. Etiologi
Stroke iskemik sesuai namanya yang disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah otak (stroke non perdarahan = infark). Otak berfungsi
sangat baik apabila aliran darah yang bertugas menuju otak sangat lancar
dan tidak ada mengalami hambatan atau penyumbatan. Trombosis yang
terjadi pada dinding arteri yang mensuplai otak maka akan terjadi stroke
iskemik yang akan mengakibatkan kematian jaringan otak yang disuplai.
Terhalangnya aliran darah yang menuju ke otak dapat disebabkan oleh
suatu thrombosis atau emboli (Junaidi, 2011)
Penyebab stroke iskemik antara lain :
a. Thrombosis
Oklusi atherothrombotik dari arteri besar adalah penyebab yang paling
umum dari stroke iskemik. Thrombosis disebabkan karena terhalangnya
aliran darah yang menuju ke otak, sehingga aliran darah tersebut
tersumbat yang pada akhirnya akan menyebabkan penyakit stroke.
b. Emboli
Bekuan darah atau lainnya yang mengalir melalui pembuluh darah yang
dibawa ke otak dan akhirnya akan menyumbat aliran darah pada bagian
otak tertentu. Emboli bisa terjadi dimana saja, bisa berasal dari
thrombus jantung. Terutama pada kondisi berikut :
1) Fibrilasi atrium
8
e. Obat-obatan
Stroke dapat disebabkan oleh obat-obatan, seperti kokain, amfetamin,
epinefrin, adrenalin, dan sebagainya. Fungsi obat-obatan tersebut dapat
menyebabkan kontraksi arteri sehingga diameternya mengecil. Pada usia
muda, biasanya risiko stroke iskemik akan meningkat oleh karena
penggunaan obat-obatan kontrasepsi, migrain, koagulopati (gangguan
pembekuan darah), dan cedera kepala berat yang baru terjadi.
f. Hipotensi
Menurunnya tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba bisa
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang mana biasanya
dapat menyebabkan orang pingsan . Stroke bisa terjadi jika tekanan
9
4. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi Faktor-faktor risiko yang tidak dapat
: dimodifikasi :
a) Hipertensi a) Usia (makin tua kejadian stroke
b) Merokok semakin tinggi)
c) Dyslipidemia b) Riwayat keluarga yang memilki
d) Diabetes Melitus stroke
e) Obesitas c) Jenis kelamin (laki-laki sangat
f) Pengguna alcohol lebih beresiko dibandingkan wanita)
g) Kurangnya aktivitas fisik d) Ras/suku bangsa (Bangsa
h) Diet beresiko tinggi afrika/negro, Jepang, Cina lebih
i) Stress psikososial ( depresi ) sering terkena stroke.
j) Gangguan jantung (terutama gangguan
yang mempengaruhi terjadinya emboli,
seperti infark miokard akut, endocarditis
infektif, dan fibrilasi atrial jantung)
k) Penggunaan obat-obat tertentu
( seperti kokain, amfetamin)
l) Hiperkoagulabilitas
m) Vaskulitis
5. Patofisiologi
Stroke didefinisikan sebagai kelainan atau gangguan fungsional
neurologis akut yang mana serangan terjadi secara mendadak, bisa terjadi
dalam hitungan detik atau dalam hitungan jam. Terdapat gejala dan tanda-
tanda sesuai dengan gangguan yang terjadi daerah fokal di otak. Stroke
iskemik terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang disebabkan
oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Dalam kondisi yang
normal, aliran darah otak pada orang dewasa adalah 50-60 ml/100 gram,
berat otak normal orang dewasa rata-rata adalah 1300-1400 gram.
Kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen kurang lebih 3,5 ml/100gr.
Bila aliran darah terjadi penurunan maka terjadi kompensasi berupa
peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi pada
sel saraf masih dapat dipertahankan (Kumar, 2007)
Stroke iskemik terjadi akibat adanya obstruksi atau bekuan pada
salah satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi pada
sirkulasi serebrum ini disebabkan oleh thrombus yang terbentuk di dalam
pembuluh darah otak. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi
karena atheroma (endapan lemak) yang terbentuk didalam arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Endapan lemak yang
terlepas dari dinding arteri dan mengalir didalam darah , kemudian akan
menyumbat arteri yang lebih kecil. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari
sumsum tulang yang pecah dan dilepaskan ke dalam aliran darah dan
nantinya akan tersumbat ke arteri yang lebih kecil (Kumar, 2007 ; Hinkle,
2007)
Trombus dan embolus pada pembuluh darah otak akan menyebabkan
aliran dari darah ke otak menjadi berkurang atau terhenti ke bagian distal
otak yang mengalami trombus dan emboli sehingga otak menjadi
kekurangan sumber kalori seperti glukosa, mineral dan akan kekurangan
11
pasokan oksigen. Iskemia yang terjadi ketika aliran darah menurun <25 ml
per 100 g/menit mengakibatkan neuron tidak dapat mempertahankan
metabolisme (respirasi) aerobnya.
Penurunan aliran darah serebral menyebabkan terjadinya daerah
penumbra dan meluas menjadi daerah infark. Daerah penumbra tersebut
merupakan bagian daerah otak yang iskemik yang terdapat pada daerah
yang mengelilingi daerah infark. Gangguan sistem saraf yang luas dan
bersifat sementara disebabkan karena semakin meluasnya edema pada otak
disekitar daerah penumbra dan infark karena adanya tekanan dan iskemia.
Kerusakan sel otak yang menyebabkan terjadinya defisit fungsional
neurologis berkaitan dengan daerah serebral yang terkena (infark). Defisit
neurologis biasanya terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah
infark. Kerusakan sel otak ini terjadi karena adanya penyilangan jalur
motor neuron. Penyilangan yang terjadi pada diskus piramidalis
(decussation of pyramids) .
6. Manifestasi Klinis
Lesi-lesi vascular regional yang terjadi di otak menimbulkan
hemiparalisis atau hemiparesis yang kontralateral terhadap salah satu sisi
lesi. Jika lesi vascular menduduki daerah batang otak seisi , maka akan
timbul gambaran klinis hemiparesis yang memperlihatkan ciri alternans
yang bersifat ipsilateral. Sedangkan distal dari lesi hemiparesis bersifat
kontralateral (Mardjono dan Sidharta, 2010)
Gejala stroke sebagai berikut : (Hartwig, 2013)
a. Hilangnya rasa atau timbulnya sensasi abnormal pada salah satu sisi
lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
b. Mulut menjadi tidak simetris, lidah mencong apabila diluruskan
c. Kebingungan terjadi tiba-tiba, kesulitan untuk berbicara, atau kesulitan
dalam memahami suatu pembicaraan.
12
ya
Ketiganya/dua dari
Stroke perdarahan intraserebral
ketiganya ada
ya
Penurunan kesadaran positif (+),nyeri
Stroke perdarahan intraserebral
kepala (-), refleks Babinski (-)
ya
Penurunan kesadaran (-),nyeri
Stroke perdarahan intraserebral
kepala (+), refleks Babinski (-)
ya
Penurunan kesadaran (-),nyeri Stroke iskemik akut atau stroke
kepala (-), refleks Babinski (+) infark
ya
Penurunan kesadaran (-), nyeri Stroke iskemik akut atau stroke
kepala (-), refleks Babinski (-) infark
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis stroke
iskemik , antara lain: (Tanto et al., 2014)
1) Pemeriksaan tanda vital
2) Pemeriksaan kepala dan leher ( dilakukan untuk mencari cedera
kepala akibat jatuh, bruit karotis, peningkatan vena jugularis, dan
lain-lain)
3) Pemeriksaan fisik umum
4) Pemeriksaan neurologis ,yang meliputi :
a) Pemeriksaan kesadaran
b) Pemeriksaan nervus kranialis
c) Pemeriksaan kaku kuduk
d) Pemeriksaan motorik, refleks, dan sensorik
e) Pemeriksaan fungsi kognitif sederhana berupa ada dan tidaknya
afasia atau dengan pemeriksaan Mini Mental State Examination
(MMSE) saat di ruangan.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosis stroke
iskemik. Pemeriksaan laboratorium seperti:
1) Hitung darah lengkap untuk mengidentifikasi penyebab potensial
stroke hematokrit >60% ; WBC >150.000/mm3; trombosit >1
juta/mm3 atau <20.000/mm3; tanda anemia sel sabit atau
hemoglobinopati lainnya.
2) Laju endap darah (meningkat pada tumor, infeksi, vaskulitis).
3) glukosa serum, elektrolit, profil lipid dan fibrinogen.
4) PT, PTT, dan INR untuk mendeteksi koagulopati dan untuk
digunakan sebagai data dasar sebelum terapi antikoagulasi.
5) Antibodi antikardiolipin
15
8. Penatalaksanaan
Stroke merupakan salah satu kegawatdaruratan dimana gejala dan
tanda timbul secara mendadak. Tujuan dari penatalaksanaan ini adalah
untuk memastikan kestabilan dan membatasi kematian saraf.
Penatalaksanaan stroke iskemik antara lain : (PERDOSSI, 2011)
1. Terapi Umum
a. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut
b. Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak
direkomendasikan diberikan pada kebanyakan pasien stroke
iskemik.
c. Pengobatan terhadap hipoglikemia atau hiperglikemia
d. Strategi untuk memperbaiki aliran darah dengan mengubah
reologik darah secara karakteristik dengan meningkatkan tekanan
perfusi tidak direkomendasikan
2. Terapi Khusus
a. Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut
16
b. Pemberian antikoagulan :
1) Antikoagulasi bertujuan untuk mencegah timbulnya stroke
yang berulang, untuk menghentikan perburukan defisit
neurologis, atau memperbaiki prognosis setelah stroke iskemik
akut dan tidak dapat direkomendasikan sebagai pengobatan
untuk pasien dengan stroke iskemik akut.
c. Pemberian antiplatelet:
1) Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dlam 24 sampai
48 jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk seiap stroke
iskemik akut
17
9. Pencegahan
Penderita stroke biasanya banyak memiliki faktor-faktor resiko. Oleh
karena itu stroke seringkali terjadi secara berulang. Jadi untuk pencegahan
penderita stroke adalah mengobati faktor-faktor risiko, seperti : tekanan
darah tinggi, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, kadar
kolestrol LDL darah yang tinggi, kadar asam urat darah yang tinggi,
obesitas, perokok, peminum alkohol, stres dan sebagainya. Sebaiknya,
pasien stroke dapat menghindari semua faktor-faktor risiko yang dapat
memperburuk gejala pasien seperti:
a. Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan tekanan darah secara
rutin
b. Berat badan ideal dapat diketahui sejak dini, dapat diet dan sering
berolahraga untuk mencegah obesitas
c. Kadar kolesterol dapat diperiksa pada masa anak-anak atau usia
remaja, apabila ditemukan adanya riwayat keluarga yang terkena
penyakit jantung dan stroke
d. Kadar gula darah harus dideteksi pada saat usia dini apabila terdapat
riwayat penyakit diabetes mellitus maka segera dilakukan control
secara rutin dan pengobatan secara teratur
e. Apabila diperlukan dalam memeriksa faktor resiko lain seperti : kadar
homosistein, fibrinogen, Lp(a) dan lainnya
B. Leukosit
Leukosit adalah sekelompok sel-sel darah putih yang berinti dimana terdiri
dari sel granulosit dan sel agranulosit (limfosit dan monosit). Pada sel granulosit
ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
19
1. Neutrofil
Spesialis fagositik dimana neutrofil mengeluarkan suatu jaringan serat
ekstrasel. Neutrofil ini dapat mematikan bakteri baik secara intrasel dengan
cara fagositosis maupun ekstrasel dengan NET yang akan dikeluarkannya.
2. Eosinofil
Spesialis jenis lain dimana terjadi peningkatan eosinofil dalam darah
yang berkaitan dengan keadaan alergik misalnya asma, dan dengan investasi
parasite internal misalnya pada cacing. Adapun fungsi eosinofil yang belum
diketahui secara pasti dan jumlahnya akan terus meningkat pada keadaan
alergi dan infeksi parasit (Baratawidjaja, 2006).
3. Basofil
Leukosit yang memegang peran utama dalam hal ini adalah basofil yang
berfungsi untuk menghasilkan heparin. Adanya heparin dapat mencegah
pembentukan thrombus pembuluh darah.
Pada sel agranulosit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Limfosit
Pada limfosit membentuk pertahanan imun terhadap sasaran-sasaran yang
limfosit tersebut telah terprogram. Terdapat 2 jenis limfosit yaitu limfosit
B dan limfosit T. Pada Limfosit B menghasilkan antibodi yang beredar
dalam darah dan bertanggung jawab dan imunitas humoral. Sedangkan,
limfosit T tidak dapat memproduksi antibodi, sel ini secara langsung
menghancurkan sel sasaran spesifiknya dengan mengeluarkan berbagai
macam zat kimia yang dapat melubangi sel korban.
b. Monosit
Monosit akan berkembang menjadi fagosit yang professional. Dimana sel
ini dapat muncul dari sumsum tulang yang masih belum matang dan akan
20
beredar hanya satu atau dua hari sebelumnya dan menetap di berbagai
jaringan pada seluruh tubuh (Sherwood, 2012).
Peningkatan leukosit (lukositosis) biasanya dihubungkan dengan infeksi
atau suatu reaksi inflamasi, namun reaksi inflamasi ini dapat juga muncul
pada berbagai kondisi. Leukositosis dihubungkan dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas terutama pada penyakit kardiovaskular atau
serebrovaskular. Pada penyakit serebrovaskular contohnya kasus stroke
iskemik ini, mekanisme yang terjadi masih belum pasti. Leukositosis adalah
sebuah reaksi non spesifik terhadap sejumlah penyakit atau kondisi, dan
mungkin merupakan marker fase akut seperti halnya C-reactive protein (CRP)
atau laju endap darah. Peningkatan cathecolamine sirkulasi dapat
menyebabkan leukositosis, kemungkinan menunjukkan adanya respon stres
umum (Asadollahi, 2010).
inflamasi yang akan melibatkan infiltrasi granulosit, limfosit T dan makrofag pada
area iskemik. Pengerahan leukosit ke jaringan otak pada pasien stroke iskemik
merupakan hasil dari reaksi iskemik SSP, leukosit tersebut akan muncul saat setelah
terjadi pelepasan sitokin pada daerah iskemik yang merangsang leukosit yang berada
di marginal pool dan leukosit menjadi matur.
dimulai dengan adanya adhesi ke endotel sampai di jaringan otak mulai dalam
beberapa tahap, yaitu : (Lakhan, 2009)
a) Migrasi leukosit dari darah ke otak dimulai dengan interaksi leukosit endotel
dengan rolling yang diperantarai oleh P-selektin dan E-selektin pada permukaan
endotel dan L-selektin pada leukosit.
b)Membran leukosit yang terdiri dari glikoprotein yang komplek yang bertanggung
jawab terhadap perlekatan ini disebut CD-18 (b2 integrin). Komplek ini terdiri dari
3 heterodimers, ketiganya mempunyai unit beda yang sama (seringkali disebut
CD-18)
c) Reseptor-reseptor yang sesuai untuk CD-18 integrin complex adalah golongan
molekul adesi seperti intracellular adhesion molecule .
d)Leukosit terlihat pada jaringan sistem saraf pusat yang mengalami iskemik telah
dimengerti sebagai respon patofisologi terhadap adanya lesi. Dengan adanya
leukosit juga bisa secara langsung terlibat dalam patogenesis dan perluasan sistem
saraf pusat dari lesi setelah perfusi ulang.
Sitokin proinflamasi dihasilkan oleh berbagai macam sel seperti astrosit,
leukosit,sel mikroglia. Sitokin-sitokin ini akan memacu sel sistem saraf pusat dan
akan mengalami apoptosis. Apoptosis merupakan komitmen pertama untuk kematian
sel setelah iskemik serebri. Adanya peningkatan leukosit (leukositosis) pada stroke
iskemik mempengaruhi penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) yang berkaitan
dengan memburuknya luaran stroke. Terdapat radikal bebas akibat infiltrasi leukosit
ke neuron yang dapat mempengaruhi defisit neurologis pada pasien stroke iskemik .
Ada dua tipe perbaikan stroke yang mempengaruhi aktifitas kehidupan sehari-hari
yaitu tingkat defisit neurologis dan tingkat fungsional. Perbaikan neurologis
menunjukkan adanya peningkatan hubungan antara stroke dengan defisit
neurologis,dan perbaikan fungsional menunjukkan adanya peningkatan pada aktifitas
perawatan diri sendiri (Muhibbi, 2004).
24
E. Kerangka konsep
Stroke Iskemik
Reaksi inflamasi
Leukosit
Akumulasi Neutrofil
Leukositosis
Defisit neurologis:
Skor NIHSS
: diteliti
: tidak
diteliti
25
F. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa
terdapat hubungan jumlah leukosit dengan defisit fungsional neurologis pada
pasien stroke iskemik di RS PKU Aisyiyah Boyolali, RSUD Karanganyar,
RSUD Sukoharjo.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan metode cross sectional yaitu dinamik faktor resiko dengan efek yang
diperoleh subjek diobservasi hanya sekali pada saat yang sama dengan tujuan
untuk mengetahui hubungan jumlah leukosit dengan defisit fungsional neurologis
pada pasien stroke iskemik (Arief, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu : RS PKU Aisyiyah Boyolali dan
RSUD Karanganyar
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2016
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah semua pasien stroke iskemik di RS PKU
Aisyiyah Boyolali dan RSUD Karanganyar yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi untuk diambil sebagai subjek penelitian .
D. Sampel dan Teknik Sampling
Pengambilan sampel menggunakan prinsip purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
E. Besar Sampel
Penelitian dengan rancangan cross sectional ini bertujuan mendeskripsikan
karakter populasi berdasarkan pengamatan pada sampel penelitian.
27
28
Maka sifat representative sampel dari penelitian ini sangat penting agar
taksiran karakteristik populasi tidak jauh menyimpang. Rumus besar sampel yang
digunakan untuk rancangan cross sectional adalah (Dahlan, 2011) :
( 2 + 1 1 + 2 2 )2
1 = 2 =
(1 2 )2
Keterangan :
: Deviat baku alfa ( 1,751)
: Deviat baku beta (1,282)
P2 : Proporsi pada kelompok yang memiliki kadar leukosit tinggi (0,097)
Q2 : 1- P2 = 1- 0,097 = 0,903
P1 : Proporsi pada kelompok yang memiliki kadar leukosit normal
P1 = P2 + 0,516 = 0,097 + 0,516 = 0,613
Q1 : 1- P1 = 1- 0,613 = 0,387
P1 - P2 : 0,613 0,097 = 0,516
P : 12 (1 + 2 ) = 12 ( 0,613 + 0,097) = 12 (0,71) = 0,355
Q : 1- P = 1 0,355 = 0,645
( 2(1 ) + 1 (1 1 ) + 2 (1 2 ))2
1 =
(1 2 )2
(1,75120,3550,645+1,2820,6130,387+0,0970,903)
n1 = (0,6130,097)2
n1 = 16,72
1 17
Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel kelompok = 17 pasien, untuk dua kelompok
= 34 pasien .
29
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien stroke iskemik yang didiagnosis dengan pemeriksaan CT Scan
b. Pasien stroke iskemik yang memiliki data rekam medis lengkap
c. Pasien stroke iskemik laki-laki dan perempuan yang berusia diatas 25
tahun
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien mempunyai riwayat cacat fisik
b. Pasien sepsis dan gagal jantung
c. Pasien infeksi kronis seperti penyakit gigi, cacingan, menderita TBC (+),
dan memiliki diabetes mellitus
d. Pasien tidak bersedia menjadi responden
e. Pasien stroke iskemik dengan perawatan isolasi
G. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Jumlah Leukosit
2. Variabel terikat : Defisit fungsional neurologis pasien stroke iskemik
3. Variabel luar : Umur, jenis kelamin, Penyakit jantung koroner,
Penyakit diabetes mellitus.
H. Definisi Operasional
1. Jumlah Leukosit
a. Definisi : Kadar leukosit dalam penelitian ini merupakan jumlah
leukosit per mm3 pada pemeriksaan darah tepi
penderita stroke iskemik.
b. Alat ukur : Hasil pemeriksaan darah tepi yang terdapat di dalam
rekam medis
c. Hasil : Normal jika didapatkan kadar leukosit 4.500-
11.000 dan akan meningkat (leukositosis) jika >11.000/mm3.
d. Skala : Ordinal
30
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ,yaitu :
1. Rekam medis
Rekam medis pasien stroke iskemik untuk menunjukkan kadar leukosit pasien
stroke iskemik.
2. Kuisioner NIHSS
Kuisioner NIHSS untuk mengukur defisit fungsional neurologis pada pasien
stroke iskemik.
31
J. Alur Penelitian
Sampel
Analisis data
L. Jadwal Penelitian
Kegiatan Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des Jan
Persiapan
studi
pustaka
Penyusunan
proposal
Ujian
Proposal
Revisi
Proposal
Pengambilan
dan
Pengolahan
data
Penyusunan
skripsi
Ujian skripsi
Revisi
skripsi
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa pasien stroke iskemik dengan
usia 40 59 tahun sebanyak 11 pasien (32,4%), usia 60 74 tahun sebanyak 20
pasien (58,8%), usia 75 90 tahun sebanyak 3 pasien (8,8%).
33
34
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pasien stroke iskemik yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 pasien (41,2%), dan pasien stroke iskemik
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 pasien (58,8%).
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui pasien stroke iskemik dengan jumlah
leukosit normal sebanyak 17 pasien (47,1%), dan pasien stroke iskemik dengan
jumlah leukosit yang tinggi sebanyak 17 pasien (52,9%)
35
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui pasien stroke iskemik dengan defisit
neurologis ringan sebanyak 6 pasien (17,6%), defisit neurologis sedang sebanyak 15
pasien (44,1%), defisit neurologis berat sebanyak 13 pasien (38,2%).
Defisit Neurologis
Jumlah Leukosit
Ringan Sedang Berat Total P
N (%) N (%) N (%)
Normal 6 (17,6%) 8 (23,5%) 3 (8,8%) 17 (50,0%)
Tinggi 0 (0%) 7 (20,6%) 10 (29,4%) 17 (50,0%) 0,006
Total 6 (17,6%) 15 (44,1%) 13 (38,2%) 34 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas memberikan gambaran data yang diperoleh yaitu
data jumlah leukosit dan data defisit neurologis pada pasien stroke iskemik yang
memiliki jumlah leukosit yang normal dan jumlah leukosit yang tinggi. Diketahui
bahwa pasien stroke iskemik yang memiliki jumlah leukosit normal dengan defisit
neurologis ringan sebanyak 6 pasien (17,6%), defisit neurologis sedang sebanyak 8
36
pasien (23,5%), defisit neurologis berat sebanyak 3 pasien (8,8%). Pasien stroke
iskemik yang memiliki jumlah leukosit tinggi dengan defisit neurologis ringan tidak
didapatkan, defisit neurologis sedang sebanyak 7 pasien (20,6%), defisit neurologis
berat sebanyak 10 pasien (29,4%).
Analisa data pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan analisa
dengan Uji Analisa Fishers yang diolah dalam program SPSS 22 untuk menguji
kemaknaan statistik hubungan jumlah leukosit dengan defisit fungsional neurologis
pada pasien stroke iskemik, didapatkan dengan hasil nilai p = 0,006 ; maka hasil
tersebut menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan jumlah leukosit
dengan defisit neurologis pada pasien stroke iskemik.
B. Pembahasan
Berdasarkan perhitungan statistik dengan data yang sudah diperoleh dari hasil
penelitian di RSUD Karanganyar dan PKU Aisyiyah Boyolali, maka hasil dari
penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut .
Tabel 1 menunjukkan distribusi data pasien stroke berdasarkan usia, dari hasil
penelitian didapatkan insidensi tertinggi stroke iskemik pada pasien berumur 60 74
tahun sebanyak 20 pasien (58,8%), selanjutnya pada usia 40 59 tahun sebanyak 11
pasien (32,4%), dan usia 75 90 tahun sebanyak 3 pasien (8,8%). Usia merupakan
salah satu karakteristik setiap orang. Berdasarkan hasil dari penelitian Lestari (2010)
telah didapatkan bahwa kelompok umur lebih dari 55 tahun lebih banyak yang
menderita stroke dibandingkan dengan kelompok umur 40 55 tahun. Pada kejadian
stroke terjadi peningkatan frekuensi dimana terjadi seiring dengan peningkatan usia
yang berhubungan dengan proses penuaan, dimana pada semua organ tubuh telah
menjadi tidak elastis terutama pada bagian-bagian endotel yang sudah terjadi
penebalan pada bagian intima, maka menyebabkan lumen pada pembuluh darah
semakin menyempit dan menimbulkan dampak pada penurunan aliran darah yang
menuju ke otak.
Tabel 2 menunjukkan distribusi data pasien stroke berdasarkan jenis kelamin,
dari hasil penelitian telah didapatkan insidensi tertinggi pada kejadian stroke iskemik
37
pada pasien perempuan sebanyak 20 pasien (58,8%), dan pada laki-laki sebanyak 14
pasien (41,2%). Berdasarkan penelitian Marlina (2011) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan faktor risiko pada kejadian stroke, pada
perempuan lebih sering mengalami hiperkolesteromia dan kejadian stroke pada saat
sebelumnya. Terdapat peningkatan kejadian stroke pada perempuan pada usia pasca
menopause, karena pada saat sebelum menopause perempuan telah dilindungi oleh
hormone esterogen yang memiliki peran dalam peningkatan HDL, dimana pada HDL
sangat berperan dalam pencegahan proses terjadinya aterosklerosis (Price dan
Wilson, 2006)
Tabel 3. menunjukkan distribusi data pasien stroke berdasarkan jumlah
leukosit, dari hasil penelitian telah didapatkan insidensi tertinggi pada kejadian stroke
iskemik dengan jumlah leukosit yang tinggi sebanyak 17 pasien (50,0%), dan leukosit
normal sebanyak 17 pasien ( 50,0%) . Luasnya kerusakan pada jaringan otak terdapat
adanya hubungan dengan adanya akumulasi leukosit. Akumulasi leukosit pada pasien
stroke iskemik lebih banyak ditemukan pada pasien dengan ukuran infark yang kecil
pada pemeriksaan CT-Scan dan MRI. Pelepasan leukosit ke jaringan otak pada pasien
stroke iskemik merupakan salah satu reaksi dari sistem saraf pusat dimana leukosit
akan masuk menuju ke otak dan mengalami injury yang dimulai dengan adhesi
endotel yang melalui beberapa tahap hingga sampai jaringan otak.
Leukosit akan muncul setelah terjadi pelepasan sitokin pada daerah injury
yang akan memicu leukosit yang berada di marginal pool dan leukosit tersebut akan
matur di sumsum tulang dan memasuki sirkulasi. Di dalam sirkulasi, neutrofil akan
dibagi menjadi dua pool. Satu pool akan disirkulasi bebas dan yang kedua merupakan
pool yang terletak di tepi dinding pembuluh darah. Pada saat ada stimulasi dari
inflamasi, infeksi, obat ,pool sel yang di tepi pembuluh darah akan melakukan
pelepasan ke dalam sirkulasi (Muhibbi, 2004).
Tabel 4 menunjukkan distribusi data pasien stroke berdasarkan defisit
neurologis, dari hasil penelitian ditemukan insidensi tertinggi pada derajat sedang
sebanyak 15 pasien (44,1%), derajat berat 13 pasien (38,2%), dan terendah pada
38
mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan pada otak akan menyebabkan hilangnya
fungsi kerja yang dikendalikan oleh jaringan tersebut (Mitsios et al., 2006).
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis, yaitu terdapat hubungan
jumlah leukosit dengan defisit fungsional neurologis pada pasien stroke iskemik.
Kelebihan penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di RSUD Karanganyar dan RS PKU
Aisyiyah Boyolali.
2. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer yang diambil langsung
dari pasien dan melihat hasil jumlah leukosit dari data rekam medis.
Kelemahan penelitian ini adalah :
1. Jumlah leukosit yang diteliti hanya jumlah leukosit pada saat masuk rumah sakit,
dan tidak meneliti jumlah leukosit saat keluar dari rumah sakit.
2. Penelitian ini hanya menggunakan desain penelitian secara cross sectional yang
hanya diambil dalam satu waktu sehingga perlu desain penelitian lain seperti desain
penelitian secara cohort agar dapat mengidentifikasi faktor resiko lain dan diikuti
secara prospektif hingga timbulnya dampak dari faktor resiko tersebut.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan jumlah leukosit dengan defisit fungsional neurologis pada
pasien stroke iskemik ( p = 0,006)
B. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan waktu yang lebih lama
dan analisa variabel luar yang lebih mendalam agar dapat mengurangi adanya bias
dan dapat memperkuat kesimpulan pada penelitian ini.
2. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan
bagi ilmu pengetahuan kedokteran tentang stroke iskemik, defisit neurologis
(tingkat keparahan), penyebab dari meningkatnya jumlah leukosit, dan dapat
dijadikan dasar teori untuk penelitian selanjutnya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan :
Skor <5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor >25 : defisit neurologis sangat berat
LAMPIRAN 2
FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Telah membaca dengan seksama informasi yang berkenan dengan penelitian ini dan
setelah mendapat penjelasan saya mengerti serta bersedia ikut serta dalam penelitian
ini.
Pasien : .. ..
Peneliti : .. ...
LAMPIRAN 3
INFORMASI PASIEN
(INFORMED CONSENT)