Draft Laporan
Draft Laporan
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Depkes RI, 2014).
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi kepada pasien
(Depkes, 2014).
menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak
1
diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, apoteker Indonesia dapat
yang dilakukan secara mandiri maupun bersama tim dokter dan tenaga kesehatan
mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktik kerja
profesi di rumah sakit. Praktik kerja profesi di rumah sakit menerapkan salah satu
dan menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang berhubungan dengan
di ruang rawat inap terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Studi
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak adalah pusat sistem saraf. Otak manusia adalah struktur pusat
pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350 cc dan terdiri atas 100 juta sel
saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan,
perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah,
keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab
kerusakan jika organ ini tidak mendapat pasokan oksigen lebih dari 4 sampai 5
menit atau penyaluran glukosa terputus lebih dari 10 sampai 15 menit. Penyebab
2.2 Stroke
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
3
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah
pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak (Price &
Wilson, 2006).
serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang
pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang
otak.
1) Perdarahan intraserebral
dalam jaringan otak. Lesi ini menyebabkan gejala yang terlihat mirip dengan
4
stroke iskhemik. Diagnosis perdarahan intraserebral tergantung pada
neuroimaging yang dapat dibedakan dengan stroke iskhemik. Stroke ini lebih
penyebabnya masih belum jelas namun variasi dalam diet, aktivitas fisik,
stroke tersebut.
dua meningen yaitu piameter dan arachnoidea. Gejala yang terlihat jelas penderita
tiba-tiba mengalami sakit kepala yang sangat parah dan biasanya terjadi gangguan
kesadaran. Gejala yang menyerupai stroke dapat sering terjadi tetapi jarang.
2.2.3 Etiologi
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture
5
otak (infark hemoragik), primer atau metastasis tumor otak, antikoagulasi
kerusakan dinding arteri pada otak. Dalam banyak kasus PSA merupakan kaitan
gangguan pembuluh darah pada sumsum tulang belakang dan perdarahan berbagai
jenis tumor.
Menurut Madiyono (2003), ada beberapa faktor risiko stroke yang sering
teridentifikasi pada stroke hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan
6
riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga
pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, maka hal ini
lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai
enam kali, sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya
JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah lebih
tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin
(Madiyono, 2003).
c. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung,
paska operasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering
mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan yang tidak
7
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan
singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan
tingkat penyembuhan bervariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang
dewasa di perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup
mereka, jika diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan
mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan
terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama (Madiyono, 2003).
f. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna
klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma
sehingga lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum,
dan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling
kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi ini secara
kolesterol total >200 mg/dl, LDL >100 mg/dl, HDL <40 mg/dl, dan trigliserida
>150 mg/dl akan membentuk plak di dalam pembuluh darah baik di jantung
8
merupakan predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke. Mengukur adanya
obesitas dengan cara mencari body mass index (BMI) yaitu berat badan dalam
kilogram dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Normal BMI antara
perokok pasif juga berisiko terkena stroke. Nikotin dan karbondioksida yang ada
pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, di samping itu
dikenal sebagai sel neuroglia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua
orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di
antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya
sekitar 2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar
20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam jumlah
normal darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-60 ml per 100 gram jaringan
otak per menit. Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840
ml/menit, dari jumlah darah itu di salurkan melalui arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian
depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah
9
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus
apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut
dari berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahai
terjadi akibat cedera vascular yang dipicu oleh hipertensi dan rupture salah satu
dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Stroke yang
disebabkan oleh perdarahan intraserebral paling sering terjadi pada saat pasien
terjaga dan aktif, sehingga kejadiannya sering disaksikan oleh orang lain. Karena
lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri dalam, basal ganglia dan kapsula interna
sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang disebabkan oleh stroke
tipe ini. Dengan mengingat bahwa ganglia basal memodulasi fungsi motorik
volunter dan bahwa semua saraf aferen dan eferen di separuh korteks mengalami
10
pemadatan untuk masuk dan keluar dari kapsula interna, maka dapat dilihat bahwa
stroke di salah satu bagian ini diperkirakan menimbulkan defisit yang sangat
defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara progresif dalam
beberapa menit sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan
dari letak perdarahan merupakan tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula
interna. Infark serebrum setelah embolus di suatu arteri otak mungkin terjadi
sebagai akibat perdarahan bukan sumbatan oleh embolus itu sendiri. Alasannya
adalah bahwa, apabila embolus lenyap atau dibersihkan dari arteri, dinding
pertama setelah oklusi. Dengan demikian, selama waktu ini dapat terjadi
kebocoran atau perdarahan dari dinding pembuluh yang melemah ini. Karena itu,
pons atau serebelum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya
50% pada bulan pertama setelah perdarahan. Penyebab tingginya angka kematian
ini adalah bahwa empat penyulit utama dapat menyebabkan iskemia otak serta
morbiditas dan mortalitas tipe lambat yang dapat terjadi lama setelah
11
perdarahan terkendali. Penyulit-penyulit tersebut adalah : 1). vasospasme reaktif
disertai infark, 2). ruptur ulang, 3). hiponatremia, dan 4). hidrosefalus. Bagi pasien
yang bertahan hidup setelah perdarahan awal, ruptur ulang atau perdarahan ulang
2.2.6 Penatalaksanaan
Menurut pedoman standar pelayanan medik RSUP. H. Adam Malik
2.3.1 Seftriakson
aktivitas bakterisid yang luas dengan cara menghambat sintessa dinding sel, dan
mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in viro memiliki aktivitas luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi
bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktural seftriakson ditunjukkan
12
Gambar 2.5 Struktur Seftriakson
bakteri yang sensitif terhadap ceftriakson antara lain: infeksi saluran pernafasan
bawah (pneumonia), infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi,
waktu paruhnya sekitar 5,8-8,7 jam melalui feses. Seftriakson dapat menembus
sawar darah otak sehingga dapat mencapai kadar obat yang cukup tinggi dalam
cairan serebrospinal.
Serbuk steril seftriakson dalam vial dapat disimpan pada suhu tidak kurang
dari 30 C dan larutan seftriakson natrium disimpan pada suhu -20 C. serbuk
steril untuk injeksi dan larutan seftriakson harus dikemas dalam wadah yang gelap
dan terhindar dari cahaya matahari. Larutan dapat tahan selama 24 jam jika
disimpan pada temperatur ruang dan 5 hari jika disimpan di lemari es pada suhu
2.3.2 Deksametason
serebral karena parasit atau tumor otak, terutama pada kasus metastasis. Edema
akibat abses memberikan respons yang baik terhadap steroid. Uji klinik tidak
13
membuktikan manfaat pada edema akibat trauma atau perdarahan otak meskipun
obat ini banyak digunakan (Suherman dan Ascobat, 2007). Secara struktural
pasien dengan tumor otak, dan masih digunakan sampai sekarang. Steroid lainnya
pada dosis yang setara mungkin juga bekerja, tetapi deksametason dipilih
2004).
2.3.3 Ranitidin
14
Ranitidin efektif untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum, kondisi
(McEvoy, 2011).
2.3.4 Ketorolak
Ketorolak satu dari sedikit AINS yang tersedia untuk pemberian parenteral.
Absorbsi oral dan intramuskular berlangsung cepat mencapai kadar puncak dalam
30-50 menit. Bioavaibilitas oral 80% dan hampir semuanya terikat dalam protein
masa kerjanya lebih panjang dan efek sampingnya lebih ringan. (Wilmana dan
udem laring; gangguan intestinal seperti mual, muntah, dan dispepsia; dermatis
seperti ruam kulit, urtikaria; urogenital seperti gagal ginjal akut dan kronis.
pasien yang menderita tukak peptik aktif, perdarahan gastrointestinal, dan pasien
2.3.5 Parasetamol
15
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang
sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh
parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Walau demikian, laporan kerusakan
fatal hepar perlu diperhatikan. Tetapi perlu diperhatikan pemakai maupun dokter
bahwa efek anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada. Karena hampir tidak
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak
dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu
vitamin B kompleks juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka
menjadi gejala dari banyak penyakit dan vitamin B kompleks dapat membantu
16
mencegah kelambatan pertumbuhan, anemia, gangguan penglihatan, kerusakan
2.3.7 Kaptopril
ventrikel pasca-MI.[1] Kaptopril sendiri dieliminasi dalam hati dan ginjal dalam
tubuh.[1]Bentuk sediaan kaptopril ini adalah tablet dengan dosis 12,5 mg, 25 mg,
37,5 mg, 50 mg, serta 100 mg.[1] Kaptopril bekerja dengan cara menginhibisi
kaptopril memerlukan pemberian yang lebih sering.[2] Selain itu, kaptopril dapat
Struktur kaptopril
17
melalui urin. Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan menurunnya
vaskular perifer dan tekanan darah dan menghambat retensi air dan garam yang
2.3.8 Nimodipine
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
60mg setiap 4 jam harus diberikan saat diagnosis dan dilanjutkan selama 21 hari
pada seluruh pasien yang mengalami perdarahan subarachnoid. Hal yang perlu
diperhatikan sebagai parameter kritis adalah tekanan darah, fungsi neuron, kondisi
18
2.3.9 Diazepam
sebagai mediator pada sistim syaraf pusat untuk pengobatan jangka pendek pada
gejala ansietas dan sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot
akibat perdarahan (Allen, 2012). Penyebab manifestasi yang buruk dari stroke
dari disolusi gumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Antifibrinolitik
dkk., 2008).
2.3.11 Mannitol
intrakranial dan adanya edema serebral pada hemoragik dapat terjadi karena efek
darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan
dikurangi.
19
2.3.12 Fenitoin
Fenitoin adalah suatu preparat kejang yang berguna untuk mengatasi status
2.3.13 Citicoline
donor). Citicoline menyediakan sumber cholin dan cytidine bagi otak yang efisien
produksi radikal bebas pada kondisi iskemik dan merangsang sintesis glutation
dan aktivitas glutation reduktase. Selain itu tambahan studi lain telah menemukan
otak. Citicoline menunjukkan efek restoratif saraf, mungkin melalui tindakan pada
sistem dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP). Hal ini adalah hasil dari
20
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
21
3.1 Identitas Pasien
Nama : KB
Nomor MR :00.65.91.58
Umur : 61 tahun
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Berat badan : 50 kg
Pembayaran : JKN
Baik.
22
Tidak ada
(IGD) pada tanggal 11 November 2015 tengah malam dengan keluhan utama
secara perlahan-lahan sejak 7 hari lalu, awalnya pasien mengalami demam sejak
12 hari lalu bersifat naik turun, kemudian semakin memicu nyeri kepala sejak dua
dialami pasien sejak 5 hari dengan frekuensi dua kali sehari, riwayat kejang sejak
5 hari lalu, kejang mengerikan dengan durasi 10 menit, kejang terakhir 3 hari
yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi namun keluarga tidak mengetahui
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1
berikut ini.
23
Tanggal Sensorium TD HR RR T (oC)
Pemeriksaan (mmHg) (x/menit) (x/menit)
11/11 S 170/90 118 26 38,5
12/11 S 150/100 88 24 36,4
13/11 S 160/90 122 18 38,4
14/11 S 110/55 80 18 37,1
15/11 S 110/70 94 20 37,5
16/11 S 150/70 100 32 38,4
17/11 S 140/90 80 24 38
Keterangan: S = Sopar (tidak sadar), BP = blood preasure, HR = heart rate, RR =
respiratory rate, T = temperature.
a. Hematologi
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15
Darah Lengkap
(CBC)
Hemoglobin g% 13,4 11,7-15,5
Eritrosit (RBC) 106/mm3 4,91 4,20-4,87
Leukosit (WBC) 103/mm3 18,79 4,5-11,0
Trombosit (PLT) 103/mm3 445 150-450
b. Metabolisme Karbohidrat
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15 13-11-15
Glukosa darah mg/dL 163 - 70-120
Puasa
Glukosa Darah 2 mg/dL 193 228,3 <200
Jam PP
HbA1c % 6,5 4,8-5,9
d. Ginjal
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15 13-11-15
Ureum mg/dL 71 64 <50
Kreatinin mg/dL 0,8 0,95 0,70-1,20
Asam urat mg/dL 3,3 14,5 <5,7
24
e. Elektrolit
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15 13-11-15
Natrium (Na) mEq/L 148 127 135-155
Kalium (K) mEq/L 5,4 4,4 3,6-5,5
Klorida (Cl) mEq/L 105 93 96-106
g. Lemak
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15
Kolesterol Total mg/dl 241 <200
Trigliserida mg/dl 236 40-200
Kolesterol HDL mg/dl 31 >65
Kolesterol LDL mg/dl 154 <150
g. Hati
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15
AST/SGOT U/L 71 <32
ALT/SGPT U/L 36 <31
h. Lain-lain
Jenis Satuan Tanggal dan waktu pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan Unit 12-11-15
Procalcitonin 2,57 <0,5
25
Trakea di tengah.
Tulang-tulang dan soft tissue baik
3.4 Terapi
obatan yang sesuai dengan daftar obat yang tercantum dalam formularium
nasional yang dikeluarkan oleh Menkes RI. Namun, ada 2 item obat yang
penyakit yang telah didiagnosis.. Adapun obat yang diberikan pada pasien
26
12-11-15 - Seftriakson Injeksi 1 g/vial 1 g/ 12 jam IV
- Deksametason Injeksi 5 mg/ ml 5 mg/6 jam IV
- Ranitidin Injeksi 50 mg/2 ml 50 mg/12 jam IV
- Asam
traneksamat Injeksi 100mg/ml 500mg/8 jam IV
- Manitol Injeksi 20% 125mg/8jam IV
- Ketorolak Injeksi 30mg/ml 30mg/12 jam IV
- Diazepam Injeksi 5 mg/ml 5 mg/24 jam IV
- Citicoline Injeksi 125 mg/ml 250 mg/12 jam IV
- IVFD R Sol Infus 500 ml 20 tetes/menit IV
- Captopril Tablet 25mg 25mg/12 jam Oral
- Fenitoin Kapsul 100mg 100mg/24 jam Oral
- Parasetamol Tablet 500mg 500mg/24jam Oral
- Nimodipine Tablet 30 mg 60mg/6 jam Oral
- Vit. B complex Tablet 1 tablet/8jam Oral
13-11-14 - Seftriakson Injeksi 1 g/vial 1 g/ 12 jam IV
- Deksametason Injeksi 10 mg/ 2 ml 5 mg/6 jam IV
- Ranitidin Injeksi 50 mg/2 ml 50 mg/12 jam IV
- Asam
traneksamat Injeksi 100mg/ml 500mg/8jam IV
- Manitol Injeksi 20% 125 mg/8 jam IV
- Ketorolak Injeksi 30mg/ml 30mg/12jam IV
- Citicoline Injeksi 125 mg/ml 250 mg/12 jam IV
- IVFD R Sol Infus 500 ml 20 tetes/menit IV
- Captopril Tablet 25mg 25mg/12 jam Oral
- Fenitoin Kapsul 100mg 100mg/24 jam Oral
- Parasetamol Tablet 500mg 500mg/24jam Oral
- Nimodipine Tablet 30 mg 60mg/6 jam Oral
- Vit. B complex Tablet 1 tablet/8jam Oral
14-11-15 - Seftriakson Injeksi 1 g/vial 1 g/ 12 jam IV
- Ranitidin Injeksi 50 mg/2 ml 50 mg/12 jam IV
- Asam
traneksamat Injeksi 100mg/ml 500mg/8jam IV
- Manitol Injeksi 20% 125 mg/8 jam IV
- Ketorolak Injeksi 30mg/ml 30mg/12jam IV
- Citicoline Injeksi 125 mg/ml 250 mg/12 jam IV
- IVFD R Sol Infus 500 ml 20 tetes/menit IV
- Captopril Tablet 25mg 25mg/12 jam Oral
- Fenitoin Kapsul 100mg 100mg/24 jam Oral
- Parasetamol Tablet 500mg 500mg/24jam Oral
- Nimodipine Tablet 30 mg 60mg/6 jam Oral
- Vit. B complex Tablet 1 tablet/8jam Oral
15-11-15 - Seftriakson Injeksi 1 g/vial 1 g/ 12 jam IV
- Ranitidin Injeksi 50 mg/2 ml 50 mg/12 jam IV
- Asam
traneksamat Injeksi 100mg/ml 500mg/8jam IV
- Manitol Injeksi 20% 125 mg/8 jam IV
- Ketorolak Injeksi 30mg/ml 30mg/12jam IV
- Citicoline Injeksi 125 mg/ml 250 mg/12 jam IV
- IVFD R Sol Infus 500 ml 20 tetes/menit IV
- Captopril Tablet 25mg 25mg/12 jam Oral
- Fenitoin Kapsul 100mg 100mg/24 jam Oral
27
- Parasetamol Tablet 500mg 500mg/24jam Oral
- Nimodipine Tablet 30 mg 60mg/6 jam Oral
- Vit. B complex Tablet 1 tablet/8jam Oral
28
BAB IV
PEMBAHASAN
(IGD) pada tanggal 11 November 2015 tengah malam dengan keluhan utama
sejak 7 hari lalu, awalnya pasien mengalami demam sejak 12 hari lalu bersifat
naik turun, kemudian semakin memicu nyeri kepala sejak dua minggun yang
sejak 5 hari dengan frekuensi dua kali sehari, riwayat kejang sejak 5 hari lalu,
kejang mengerikan dengan durasi 10 menit, kejang terakhir 3 hari yang lalu.
- Suhu : 38,5 OC
- Pernafasan : 26 x/ menit
dimasukkan ke ruangan rawat inap dari IGD. Lalu keluarga psien mengisi biodata
medical record (MR), dan untuk pemeriksaan selanjutnya pasien menjalani rawat
29
Selama dirawat, pasien mendapat terapi obat-obatan, pasien juga menjalani
pemeriksaan radiologi foto thorax pada tanggal 12 November 2015, head CT-scan
meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan waspada efek
samping obat. Pemantauan terapi obat dilakukan setiap hari sesuai dengan obat
mengenai obat, dan kepada tenaga kesehatan lainnya terkait dengan efektifitas
obat dan stabilitas obat dalam bentuk rekomendasi kepada dokter dan perawat.
Tabel 4.1 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 11 November 2015
Sediaan
Tanggal Jenis obat Dosis Rute
Bentuk Kekuatan
11 - Seftriakson Injeksi 1 g/vial 1 g/ 12 jam IV
November - Deksametason Injeksi 5 mg/ ml 5 mg/6 jam IV
2015 - Ranitidin Injeksi 50 mg/2 ml 50 mg/12 jam IV
- IVFD R Sol Injeksi 500ml 20 tetes/menit IV
30
Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien telah sesuai dengan
nama, tanggal lahir, dan no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga
dalam keadaan lemah. Ringer Solution merupakan terapi yang penting untuk
mengurangi jumlah cairan yang hilang. Pemberian Ringer Solution sudah tepat
indikasi.
spektrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri gram positif dan gram negatif. Berdasarkan pengkajian awal medic, pasien
menderita demam lebih dari 12 hari. Hal ini menunjukkan pasien mengalami
infeksi.
Dalam tumor sistem saraf pusat, kortikosteroid telah ditemukan tidak hanya untuk
31
pengkajian awal medic, pasien didiagnosa mengalami peadangan ekstra cranial
asam lambung dihambat (Dewoto, 2007). Pasien memiliki riwayat penyakit maag
yang sangat lemah. Ringer Solution mengandung elektrolit yang merupakan bahan
utama dalam terapi penggantian cairan tubuh sehingga pemberian Ringer Solution
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
Akan tetapi penggunaannya masih secara empiris oleh dokter sehingga perlu
dianjurkan untuk uji kultur segera untuk mengetahui hasil kultur kuman dan
antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien, sehingga dapat diberikan
antibiotik yang definitif. Oleh karena itu pemberian seftriakson tidak tepat obat.
32
Ranitidin adalah antagonis reseptor H2. Antagonis reseptor H2 bekerja
mengatasi hipersekresi asam lambung karena penyakit maag pasien dan efek
samping dari deksametason sehingga pemberian ranitidin ini telah tepat obat.
Pengkajian dosis obat yang diberikan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Setiap obat memiliki efek samping obat dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping obat dan
interaksi obat oleh Apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Dari daftar efek samping obat-obat yang didapat
pasien, tidak ditemukan adanya efek samping yang terjadi. Efek samping dan
interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel 4.15.
33
Tabel 4.15 Efek samping dan interaksi obat
No Nama Obat Efek Samping Interaksi
Obat
1 IVFD R Sol Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi Tidak ada
karena larutannya atau cara
pemberiannya, termasuk timbulnya
panas, iritasi, dan infeksi pada tempat
penyuntikan dan ekstravasasi.
2 Seftriakson Gangguan saluran cerna, reaksi
hipersensitif, sakit kepala, peningkatan
BUN, SGOT, SGPT, nyeri pada
tempat injeksi, anafilaksis,
tromboflebitis
3 Ranitidin Diare, nyeri otot, pusing, ruam kulit,
mual, konstipasi, penurunan jumlah
sel darah putih dan platelet pada
beberapa penderita
4 Dexamethasone Tukak lambung, hipersensitif,
gangguan fungsi ginjal
Kategori Drug Related Problems (DRPs) yang dialami pasien dapat dilihat
34
- Menyarankan kepada dokter untuk memberikan terapi antihipertensi dan
neuroprotektan
- Menyarankan kepada dokter untuk melakukan uji kultur untuk mengetahui
hasil kultur kuman dan antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien,
obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya kepada pasien,
mengisi lembar pemberian tepat waktu, menempatkan obat di lemari obat yang
sesuai dengan barcode pasien untuk mencegah salah pemberian obat dan menjaga
menggunakan obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya dan
menjaga pola makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
digunakan pasien.
- Menjelaskan tentang pola makan dan gaya hidup yang dapat
35
13/11 S 160/90 122 18 38,4
nama, tanggal lahir, dan no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga
leukosit pasien diatas normal yaitu 18,79 (rujukan 4,5-11,0) yang menunjukkan
bahwa pasien mengalami infeksi. Nilai leukosit yang tinggi juga menunjukkan
dalam keadaan lemah. Ringer Solution merupakan terapi yang penting untuk
36
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan terapi pemulihan untuk
mengurangi jumlah cairan yang hilang. Pemberian Ringer Solution sudah tepat
indikasi.
spektrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
November 2015 kadar leukosit pasien diatas normal yaitu 18,79 (Normal 4,5-
Dalam tumor sistem saraf pusat, kortikosteroid telah ditemukan tidak hanya untuk
asam lambung dihambat (Dewoto, 2007). Pasien memiliki riwayat penyakit maag
37
Ketorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid (AINS),
yang biasa digunakan untuk analgetik pada pengobatan nyeri ringan hingga berat
paska operasi termasuk pada nyeri paska bedah ortopedi, antipiretik dan anti
rasa sakit sehingga pemberian ketorolak ditujukan sebagai analgetik sudah tepat
indikasi.
akibat perdarahan (Allen, 2012). Penyebab manifestasi yang buruk dari stroke
dari disolusi gumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Antifibrinolitik
dkk., 2008).
intrakranial dan adanya edema serebral pada hemoragik dapat terjadi karena efek
darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan
dikurangi.
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
38
disertai infeksi. Nimodipine direkomendasikan untuk mengurangi resiko dan
60mg setiap 4 jam harus diberikan saat diagnosis dan dilanjutkan selama 21 hari
pada seluruh pasien yang mengalami perdarahan subarachnoid. Hal yang perlu
diperhatikan sebagai parameter kritis adalah tekanan darah, fungsi neuron, kondisi
enzime (ACE) inhibitor atau obat yang bekerja dengan cara menghambat kerja
yang pertama kali dikembangkan dan dianggap sebagai terobosan baru yang baik
secara luas dalam penanganan kasus hipertensi. Kaptopril dapat digunakan secara
fenasetin memiliki khasiat analgetik dan antipiretis tetapi tidak anti radang.
Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman,
juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri) (Tjay dan Raharja, 2002). Dari
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat untuk pengobatan jangka
pendek pada gejala ansietas dan sebagai terapi tambahan untuk meringankan
39
spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; nipertdnisitairotot (kelainan
Fenitoin adalah suatu preparat kejang yang berguna untuk mengatasi status
donor). Citicoline menyediakan sumber cholin dan cytidine bagi otak yang efisien
produksi radikal bebas pada kondisi iskemik dan merangsang sintesis glutation
dan aktivitas glutation reduktase. Selain itu tambahan studi lain telah menemukan
otak. Citicoline menunjukkan efek restoratif saraf, mungkin melalui tindakan pada
sistem dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP). Hal ini adalah hasil dari
40
berhubungan dengan aktivitas citicoline pada jalur sintetis fosfolipid sehingga
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak
dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
yang sangat lemah. Ringer Solution mengandung elektrolit yang merupakan bahan
utama dalam terapi penggantian cairan tubuh sehingga pemberian Ringer Solution
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
Akan tetapi penggunaannya masih secara empiris oleh dokter sehingga perlu
dianjurkan untuk uji kultur segera untuk mengetahui hasil kultur kuman dan
antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien, sehingga dapat diberikan
antibiotik yang definitif. Oleh karena itu pemberian seftriakson tidak tepat obat.
41
Ranitidin adalah antagonis reseptor H2. Antagonis reseptor H2 bekerja
mengatasi hipersekresi asam lambung karena penyakit maag pasien dan efek
samping dari ketorolak dan deksametason sehingga pemberian ranitidin ini telah
tepat obat.
sedang. Dari hasil pemeriksaan, pasien mengeluh merasakan nyeri di bagian kaki
dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP) sehingga pemberian citicoline sudah
tepat obat.
dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal ke dalam cairan interstisial
dan plasma. Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume
dan cairan serebrospinal dapat dikurangi. Pemberian infus mannitol sudah tepat
obat.
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
42
Captopril adalah agen penghambat konversi enzim angiotensin I dan
sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi
Pengkajian dosis obat yang diberikan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2. Pengkajian tepat dosis pada tanggal 12-13 November 2015
Nama Obat Bentuk Dosis Dosis Lama Ket
Sediaan dan Lazim yang Pembe-
Kekuatan Diberika rian
n
- Seftriakson Injeksi 1g/ml 1 -2 g/ hari 1 g/ 12 jam 7 hari (4- Tepat
14 hari)
- Deksametason Injeksi 5mg/ml 0,75-9mg/ 5 mg/6 jam 2 hari (2- Tepat
hari 4 hari)
- Ranitidin Injeksi 50 mg/6- 50 mg/12
7 hari Tidak
50mg/2ml 8jam jam
43
tepat
- IVFD R Sol Injeksi 500ml 5-7,7 20
ml/KgBB/ja tetes/menit Tepat
m (sesuai
kondisi)
- Asam Injeksi
traneksamat\ 100mg/ml 500mg/6- 500mg/8ja
8jam (Maks m 6 hari Tepat
75mg/Kg/har
Injeksi 20% i)
- Manitol 500ml 1,5-2g/kg/ 125mg/ 6 hari Tepat
24jam 8jam
- Ketorolak Injeksi 10-30mg/4- 30mg/12 5 hari Tepat
30mg/ml 6jam jam
Setiap obat memiliki efek samping obat dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping obat dan
interaksi obat oleh Apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Dari daftar efek samping obat-obat yang didapat
pasien, tidak ditemukan adanya efek samping yang terjadi. Efek samping dan
interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel 4.15.
44
1 IVFD R Sol Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi Obat-makanan: -
karena larutannya atau cara
pemberiannya, termasuk timbulnya
panas, iritasi, dan infeksi pada tempat Obat-Obat:
penyuntikan dan ekstravasasi. Deksametason
2 Seftriakson Gangguan saluran cerna, reaksi dan Ketorolak
hipersensitif, sakit kepala, peningkatan Pengunaan
BUN, SGOT, SGPT, nyeri pada bersamaan dapat
tempat injeksi, anafilaksis, meningkatakan
tromboflebitis resiko terjadinya
3 Ranitidin Diare, nyeri otot, pusing, ruam kulit, GI ulcer
mual, konstipasi, penurunan jumlah
sel darah putih dan platelet pada
beberapa penderita
45
4.4.6 Kategori Drug Related Problems (DRPs)
Kategori Drug Related Problems (DRPs) yang dialami pasien dapat dilihat
Tabel 4.16 Kategori Drug Related Problems (DRPs) pada tanggal 12-13
November 2015
No Kategori DRPs Penyebab DRPs
1 Pasien memiliki indikasi Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
penyakit namun tidak nilai kadar glukosa darah tinggi (KGD puasa
menerima terapi obat yaitu 163 mg/DL, HbA1C 6,5%) namun tidak
menerima terapi antidiabetik
Hasil pemeriksaan kolesterol total 241 mg/dl
namun tidak mendapat antikolesterol
2 Pasien menerima terapi Pasien beresiko mengalami resistensi akibat
obat namun beresiko pemberian terapi seftriakson tanpa uji kultur
terkena efek samping
obat
antikolesterol
- Menyarankan kepada dokter untuk melakukan uji kultur untuk mengetahui
hasil kultur kuman dan antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien,
obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya kepada pasien,
mengisi lembar pemberian tepat waktu, menempatkan obat di lemari obat yang
sesuai dengan barcode pasien untuk mencegah salah pemberian obat dan menjaga
46
Edukasi kepada pasien oleh apoteker dimaksudkan agar pasien
menggunakan obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya dan
menjaga pola makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
digunakan pasien.
- Menjelaskan tentang pola makan dan gaya hidup yang dapat
47
4.1.1 Pengkajian Tepat Pasien
nama, tanggal lahir, dan no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga
leukosit pasien diatas normal yaitu 18,79 (rujukan 4,5-11,0) yang menunjukkan
bahwa pasien mengalami infeksi. Nilai leukosit yang tinggi juga menunjukkan
dalam keadaan lemah. Ringer Solution merupakan terapi yang penting untuk
mengurangi jumlah cairan yang hilang. Pemberian Ringer Solution sudah tepat
indikasi.
spektrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
November 2015 kadar leukosit pasien diatas normal yaitu 18,79 (Normal 4,5-
48
Ranitidin adalah antagonis reseptor H2. Antagonis reseptor H2 bekerja
asam lambung dihambat (Dewoto, 2007). Pasien memiliki riwayat penyakit maag
dan mendapatkan terapi ketorolak yang efek sampingnya adalah gangguan saluran
Ketorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid (AINS),
yang biasa digunakan untuk analgetik pada pengobatan nyeri ringan hingga berat
paska operasi termasuk pada nyeri paska bedah ortopedi, antipiretik dan anti
rasa sakit sehingga pemberian ketorolak ditujukan sebagai analgetik sudah tepat
indikasi.
akibat perdarahan (Allen, 2012). Penyebab manifestasi yang buruk dari stroke
dari disolusi gumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Antifibrinolitik
dkk., 2008).
intrakranial dan adanya edema serebral pada hemoragik dapat terjadi karena efek
49
darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan
dikurangi.
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
60mg setiap 4 jam harus diberikan saat diagnosis dan dilanjutkan selama 21 hari
pada seluruh pasien yang mengalami perdarahan subarachnoid. Hal yang perlu
diperhatikan sebagai parameter kritis adalah tekanan darah, fungsi neuron, kondisi
enzime (ACE) inhibitor atau obat yang bekerja dengan cara menghambat kerja
yang pertama kali dikembangkan dan dianggap sebagai terobosan baru yang baik
secara luas dalam penanganan kasus hipertensi. Kaptopril dapat digunakan secara
fenasetin memiliki khasiat analgetik dan antipiretis tetapi tidak anti radang.
Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman,
50
juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri) (Tjay dan Raharja, 2002). Dari
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat untuk pengobatan jangka
pendek pada gejala ansietas dan sebagai terapi tambahan untuk meringankan
Fenitoin adalah suatu preparat kejang yang berguna untuk mengatasi status
donor). Citicoline menyediakan sumber cholin dan cytidine bagi otak yang efisien
51
produksi radikal bebas pada kondisi iskemik dan merangsang sintesis glutation
dan aktivitas glutation reduktase. Selain itu tambahan studi lain telah menemukan
otak. Citicoline menunjukkan efek restoratif saraf, mungkin melalui tindakan pada
sistem dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP). Hal ini adalah hasil dari
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak
dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
yang sangat lemah. Ringer Solution mengandung elektrolit yang merupakan bahan
utama dalam terapi penggantian cairan tubuh sehingga pemberian Ringer Solution
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
Akan tetapi penggunaannya masih secara empiris oleh dokter sehingga perlu
dianjurkan untuk uji kultur segera untuk mengetahui hasil kultur kuman dan
52
antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien, sehingga dapat diberikan
antibiotik yang definitif. Oleh karena itu pemberian seftriakson tidak tepat obat.
mengatasi hipersekresi asam lambung karena penyakit maag pasien dan efek
samping dari ketorolak sehingga pemberian ranitidin ini telah tepat obat.
sedang. Dari hasil pemeriksaan, pasien mengeluh merasakan nyeri di bagian kaki
dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP) sehingga pemberian citicoline sudah
tepat obat.
dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal ke dalam cairan interstisial
dan plasma. Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume
dan cairan serebrospinal dapat dikurangi. Pemberian infus mannitol sudah tepat
obat.
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
53
mengurangi vasopasme dan merupakan terapi untuk stroke hemorhagik yang
sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi
Pengkajian dosis obat yang diberikan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2. Pengkajian tepat dosis pada tanggal 14-16 November 2015
Nama Obat Bentuk Dosis Dosis Lama Ket
Sediaan dan Lazim yang Pembe-
Kekuatan Diberika rian
n
- Seftriakson Injeksi 1g/ml 1 -2 g/ hari 1 g/ 12 jam 7 hari (4- Tepat
54
14 hari)
- Deksametason Injeksi 5mg/ml 0,75-9mg/ 5 mg/6 jam 2 hari (2- Tepat
hari 4 hari)
- Ranitidin Injeksi 50 mg/6- 50 mg/12 7 hari Tidak
50mg/2ml 8jam jam
tepat
- IVFD R Sol Injeksi 500ml 5-7,7 20
ml/KgBB/ja tetes/menit Tepat
m (sesuai
kondisi)
- Asam Injeksi
traneksamat\ 100mg/ml 500mg/6- 500mg/8ja 6 hari Tepat
8jam (Maks m
75mg/Kg/har
Injeksi 20% i) 6 hari Tepat
- Manitol 500ml 1,5-2g/kg/ 125mg/
24jam 8jam
5 hari Tepat
- Ketorolak Injeksi 10-30mg/4- 30mg/12
30mg/ml 6jam jam
Setiap obat memiliki efek samping obat dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping obat dan
interaksi obat oleh Apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Dari daftar efek samping obat-obat yang didapat
55
pasien, tidak ditemukan adanya efek samping yang terjadi. Efek samping dan
interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel 4.15.
56
11 - Parasetamol Penggunaan jangka panjang
menyebabkan Hepatotoksik, tukak
lambung
12 - Nimodipine Hipotensi
13 - Vitamin B
complex
Kategori Drug Related Problems (DRPs) yang dialami pasien dapat dilihat
Tabel 4.16 Kategori Drug Related Problems (DRPs) pada tanggal 12-13
November 2015
No Kategori DRPs Penyebab DRPs
1 Pasien memiliki indikasi Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
penyakit namun tidak nilai kadar glukosa darah tinggi (KGD puasa
menerima terapi obat yaitu 163 mg/DL, HbA1C 6,5%) namun tidak
menerima terapi antidiabetik
Hasil pemeriksaan kolesterol total 241 mg/dl
namun tidak mendapat antikolesterol
2 Pasien menerima terapi Pasien beresiko mengalami resistensi akibat
obat namun beresiko pemberian terapi seftriakson tanpa uji kultur
terkena efek samping
obat
antikolesterol
- Menyarankan kepada dokter untuk melakukan uji kultur untuk mengetahui
hasil kultur kuman dan antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien,
obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya kepada pasien,
57
mengisi lembar pemberian tepat waktu, menempatkan obat di lemari obat yang
sesuai dengan barcode pasien untuk mencegah salah pemberian obat dan menjaga
menggunakan obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya dan
menjaga pola makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
digunakan pasien.
Menjelaskan tentang pola makan dan gaya hidup yang dapat meningkatkan
58
- Furosemid Injeksi 10mg/ml 10mg/24jam IV
- Captopril Tablet 25mg 25mg/12 jam Oral
- Antasida Syrup 4x 1C Oral
- Fenitoin Kapsul 100mg 100mg/24 jam Oral
- Parasetamol Tablet 500mg 500mg/24jam Oral
- Nimodipine Tablet 30 mg 60mg/6 jam Oral
- Vit. B complex Tablet 1 tablet/8jam Oral
nama, tanggal lahir, dan no RM pasien. Obat yang diberikan kepada pasien juga
leukosit pasien diatas normal yaitu 18,79 (rujukan 4,5-11,0) yang menunjukkan
bahwa pasien mengalami infeksi. Nilai leukosit yang tinggi juga menunjukkan
dalam keadaan lemah. Ringer Solution merupakan terapi yang penting untuk
mengurangi jumlah cairan yang hilang. Pemberian Ringer Solution sudah tepat
indikasi.
spektrum luas yang diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
59
November 2015 kadar leukosit pasien diatas normal yaitu 18,79 (Normal 4,5-
asam lambung dihambat (Dewoto, 2007). Pasien memiliki riwayat penyakit maag
dan mendapatkan terapi ketorolak yang efek sampingnya adalah gangguan saluran
Ketorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid (AINS),
yang biasa digunakan untuk analgetik pada pengobatan nyeri ringan hingga berat
paska operasi termasuk pada nyeri paska bedah ortopedi, antipiretik dan anti
rasa sakit sehingga pemberian ketorolak ditujukan sebagai analgetik sudah tepat
indikasi.
akibat perdarahan (Allen, 2012). Penyebab manifestasi yang buruk dari stroke
dari disolusi gumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Antifibrinolitik
dkk., 2008).
60
Mannitol merupakan terapi suportif pada keadaan stroke hemorhagik
intrakranial dan adanya edema serebral pada hemoragik dapat terjadi karena efek
darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan
dikurangi.
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
60mg setiap 4 jam harus diberikan saat diagnosis dan dilanjutkan selama 21 hari
pada seluruh pasien yang mengalami perdarahan subarachnoid. Hal yang perlu
diperhatikan sebagai parameter kritis adalah tekanan darah, fungsi neuron, kondisi
enzime (ACE) inhibitor atau obat yang bekerja dengan cara menghambat kerja
yang pertama kali dikembangkan dan dianggap sebagai terobosan baru yang baik
secara luas dalam penanganan kasus hipertensi. Kaptopril dapat digunakan secara
61
tunggal atau dikombinasi dengan agen antihipertensi lainnya dalam
fenasetin memiliki khasiat analgetik dan antipiretis tetapi tidak anti radang.
Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman,
juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri) (Tjay dan Raharja, 2002). Dari
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat untuk pengobatan jangka
pendek pada gejala ansietas dan sebagai terapi tambahan untuk meringankan
Fenitoin adalah suatu preparat kejang yang berguna untuk mengatasi status
62
dalam sintesis fosfolipid membran sel dan pembentukannya berdasarkan tingkat
donor). Citicoline menyediakan sumber cholin dan cytidine bagi otak yang efisien
produksi radikal bebas pada kondisi iskemik dan merangsang sintesis glutation
dan aktivitas glutation reduktase. Selain itu tambahan studi lain telah menemukan
otak. Citicoline menunjukkan efek restoratif saraf, mungkin melalui tindakan pada
sistem dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP). Hal ini adalah hasil dari
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak
dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
yang sangat lemah. Ringer Solution mengandung elektrolit yang merupakan bahan
63
utama dalam terapi penggantian cairan tubuh sehingga pemberian Ringer Solution
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
Akan tetapi penggunaannya masih secara empiris oleh dokter sehingga perlu
dianjurkan untuk uji kultur segera untuk mengetahui hasil kultur kuman dan
antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien, sehingga dapat diberikan
antibiotik yang definitif. Oleh karena itu pemberian seftriakson tidak tepat obat.
mengatasi hipersekresi asam lambung karena penyakit maag pasien dan efek
samping dari ketorolak sehingga pemberian ranitidin ini telah tepat obat.
sedang. Dari hasil pemeriksaan, pasien mengeluh merasakan nyeri di bagian kaki
dopaminergik dari sistem saraf pusat (SSP) sehingga pemberian citicoline sudah
tepat obat.
dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal ke dalam cairan interstisial
64
dan plasma. Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume
dan cairan serebrospinal dapat dikurangi. Pemberian infus mannitol sudah tepat
obat.
terhadap konduksi jantung, efek utamanya adalah membuka arteri cerebral untuk
sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi
65
Pengkajian dosis obat yang diberikan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2. Pengkajian tepat dosis pada tanggal 14-16 November 2015
Nama Obat Bentuk Dosis Dosis Lama Ket
Sediaan dan Lazim yang Pembe-
Kekuatan Diberika rian
n
- Seftriakson Injeksi 1g/ml 1 -2 g/ hari 1 g/ 12 jam 7 hari (4- Tepat
14 hari)
- Deksametason Injeksi 5mg/ml 0,75-9mg/ 5 mg/6 jam 2 hari (2- Tepat
hari 4 hari)
- Ranitidin Injeksi 50 mg/6- 50 mg/12
7 hari Tidak
50mg/2ml 8jam jam
tepat
- IVFD R Sol Injeksi 500ml 5-7,7 20
ml/KgBB/ja tetes/menit Tepat
m (sesuai
kondisi)
- Asam Injeksi
traneksamat\ 100mg/ml 500mg/6- 500mg/8ja 6 hari Tepat
8jam (Maks m
75mg/Kg/har
Injeksi 20% i) 6 hari Tepat
- Manitol 500ml 1,5-2g/kg/ 125mg/
24jam 8jam
- Ketorolak Injeksi 10-30mg/4- 30mg/12
5 hari Tepat
30mg/ml 6jam jam
66
4.4.5 Pengkajian Waspada Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping obat dan interaksi obat yang tidak
diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping obat dan
interaksi obat oleh Apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Dari daftar efek samping obat-obat yang didapat
pasien, tidak ditemukan adanya efek samping yang terjadi. Efek samping dan
interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada tabel 4.15.
67
7 - Diazepam Retensi urin, hipotensi, depresi nafas
8 - Citicoline Ruam,insomnia, sakitkepala, kejang,
dada tertekan, dyspnea
9 - Captopril Batuk kering, hipotensi, peningkatan
ureum dan kratinin, ruam,
trombositopenia, neutropenia, anemia
10 - Fenitoin Nistagmus, ataksia, pusing, mual,
konstipasi, dermatitis, SJS,
trombositopenia, leucopenia,
gangguan immunoglobulin
11 - Parasetamol Penggunaan jangka panjang
menyebabkan Hepatotoksik, tukak
lambung
12 - Nimodipine Hipotensi
13 - Vitamin B
complex
Kategori Drug Related Problems (DRPs) yang dialami pasien dapat dilihat
antikolesterol
68
- Menyarankan kepada dokter untuk melakukan uji kultur untuk mengetahui
hasil kultur kuman dan antibiotik yang resisten dan sensitif pada pasien,
obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya kepada pasien,
mengisi lembar pemberian tepat waktu, menempatkan obat di lemari obat yang
sesuai dengan barcode pasien untuk mencegah salah pemberian obat dan menjaga
menggunakan obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya dan
menjaga pola makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
digunakan pasien.
Menjelaskan tentang pola makan dan gaya hidup yang dapat meningkatkan
69
BAB V
5.1 Kesimpulan
stroke hemorrhagic dan hipertensi meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat
obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat pada pasien. Berdasarkan
- Pasien memiliki indikasi penyakit namun tidak menerima terapi obat yaitu
kadar glukosa darah dan kolesterol pasien tinggi namun tidak menerima
antikolesterol
- Kepada perawat: menyarankan agar pemberian obat dilakukan dengan
tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya kepada pasien dan
obat adalah:
70
- Diharapkan kepada dokter untuk memberikan terapi antidiabetik dan
antikolesterol
- Diharapkan kepada dokter untuk melakukan uji kultur
71
DAFTAR PUSTAKA
Geias C., Ignaz G., and Christoph K. (2013). Acute Tetraparesis Secondary to
Bilateral Precentral Gyral Cerebral Ischemia: A Case Report. Journal of
Medical Case Reports. 61(7):3.
Haq, I., Murphy, E., and Dacre, J. (2003). Osteoerthritis. Postgrad Med J: 79-377
Madiyono, B., dan Suherman, S.K. (2003). Pencegahan Stroke & Serangan
Jantung Pada Usia Muda. Jakarta: FK UI. Halaman 3-11.
Mardjono, M., dan Sidharta, P. (2010). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit
Dian Rakyat. Halaman 290-291.
Price, S.A., dan Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit jilid 2. Jakarta: EGC. Halaman 1110-1119.
Sabiston. (1994). Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC. Halaman 579-580.
72
Suherman, S.K. dan Ascobat, P. (2007). Adrenokortikotropin,
Adrenokortkikosteroid, Analog-Sintetik dan Antagonisnya. Farmakologi
dan Terapi. Edisi V. Jakarta: UI Press. Hal. 513.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media
Komputindo. Hal. 297.
73
Lampiran 1. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 15 November 2014
74
Lampiran 2. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 16 November 2014
75
Lampiran 3. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 17 November 2014
76
Lampiran 4. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 18 November 2014
77
Lampiran 5. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 19 November 2014
78
Lampiran 6. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 20 November 2014
79
Lampiran 7. Lembar Penilaian PPOSR pada Tanggal 21 November 2014
80