Anda di halaman 1dari 2

Dalam konsep pengendalian mutu, keempatnya juga saling terkait.

Maka, pelaksanaan UN
sebagaimana tertuang dalam PP No 32/2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, menjadi
satu kesatuan baik pemetaan, seleksi, kelulusan, maupun pembinaan untuk meningkatkan mutu
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 58). Apabila kita memimpin sistem skala
nasional, tetapi operasional sistem tidak sepenuhnya dalam kendali kita, perlu minimal dua
instrumen agar sistem berjalan baik: standar yang berlaku nasional dan sistem evaluasi untuk
pengendalian mutu.
Secara umum pengendalian mutu didahului dengan mengukur nilai produk dan
membandingkannya dengan standar yang ditetapkan (Grant, Montgomery). Dengan demikian,
dalam pengendalian mutu harus ada kegiatan evaluasi: dari menilai, membandingkan, dan
memutuskan hasil penilaian (Bloom). Pengendalian mutu dilakukan dengan dua cara. Pertama,
cara melekat (online) melalui pengendalian proses, dengan memantau hasil dari tiap langkah
pembuatan produk. Pelaksananya adalah pendidik melalui ulangan, ujian, tugas, dan
sebagainya.
Kedua, dengan cara terpisah (off line) melalui uji keterimaan (acceptance test) produk akhir.
Uji ini dilakukan terhadap lulusan sebagai produk akhir proses pembelajaran, untuk
memastikan lulusan sesuai standar kompetensi lulusan atau tidak.Pengendalian mutu cara
kedua dilakukan bukan oleh pelaksana (pendidik), melainkan oleh unit mandiri yang
independen, yaitu dalam bentuk UN untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi lulusan.
Ini satu-satunya standar untuk menyatakan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak.Tentu
bukan seperti Abduhzen (Ujian Nasional Konvensional, Kompas 3/10/2013) yang
menyatakan bahwa evaluasi peserta didik oleh lembaga mandiri adalah terhadap standar input
seperti umur peserta didik, apalagi kemudian dikaitkan dengan angka partisipasi kasar yang
menyatakan kuantitas pendidikan bukan kualitas pendidikan.
Penjaminan mutu pendidikan (Quality Assurance) adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu peneglolaan secra konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders
memperoleh kepuasan.Penjaminan mutu atau kualitas adalah seluruh rencana tindakan
sistematis yang pentimg umtuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan tertentu dari kualitas (Elliot,1993) dalam Saputa H. Sisitem penjaminan mutu.
Sedangkan, menurut(Gryjna , 1988) dalam Saputra H. sistem penjaminan mutu, dalam ( pp no.
19/ 2005 pasal 49)Penjaminan kualitas merupakan kegiatan untuk memberikan bukti untuk
membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi dengan baik dalam. Penjaminan
mutu secara internal oleh satuan penididikan adalah pengelolaan satuan pendidikan pada
jenjang dikdasmen menerapkan menejemen berbasis sekolah: kemendirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas
Dalam PP no. 19/2005 pasal 65 Satuan Pendidikan mengembangkan visi dan misi dan evaluasi
kinerja masing-masing. Sedangkan dalam PP no. 19/2005 pasal 91, Satuan Pendidikan wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan untuk memenuhi atau melampaui SNP. Secara
singkat, implementasi SPMP terdiri dari rangkaian proses/tahapan yang secara siklik dimulai
dari (1) pengumpulan data, (2) analisis data, (3) pelaporan/pemetaan, (4) penyusunan
rekomendasi, dan (5) upaya pelaksanaan rekomendasi dalam bentuk program peningkatan
mutu pendidikan.
Sekolah perlu membentuk Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri dari berbagai unsur
stakeholders yaitu, kepala sekolah, pengawas sekolah, perwakilan guru, komite sekolah, orang
tua, dan perwakilan lain dari kelompok masyarakat yang memang dipandang layak untuk
diikutsertakan karena kepedulian yang tinggi pada sekolah. Dalam melaksanakan SPMP,
Pengawas Pendidikan yang bertugas sebagai
pembina sekolah juga harus dilibatkan dalam TPS, sebagai wakil dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai