TONSILITIS KRONIK
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
RSUD AMBARAWA
TONSILITIS KRONIK
Disusun oleh :
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus dengan judul Tonsilitis Konik dengan baik. Presentasi kasus ini
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik
Pendidikan Profesi Dokter di THT RSUD Ambarawa.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada dr. Setiadi Sp.THT, M.Si Med selaku pembimbing dan moderator
presentasi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini banyak
terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang
berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran. Aamiin.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Tonsilitis kronik merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemukan di
poliklinik. Adanya pemahaman yang baik mengenai tonsilitis dan segala
komplikasinya serta penatalaksanaan yang adekuat merupakan faktor yang sangat
penting untuk mempengaruhi tingkat keberhasilan terapi bahkan pencegahan
komplikasi pada pasien.
5
BAB II
STATUS PASIEN
Usia : 9 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
No RM : 043xxxx
II.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Demam
Nyeri tenggorok
Batuk dan pilek
Tidur ngorok
Pasien datang ke Klinik THT RSUD Ambarawa pada tanggal 06 Juli 2017
dengan keluhan amandel membesar dan nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu.
6
Nyeri dirasakan ketika makan, minum atau menelan air liur. Nyeri disertai demam
dan tidur terganggu karena sesak dan mengorok. Terdapat keluhan batuk atau
pilek. Pasien mengatakan sering jajan makanan di luar, maknan cepat saji dan
minum minuman yang berwarna.
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien pernah berobat ke dokter ataupun minum obat warung,
sembuh namun dapat kambuh kembali.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sering jajan makanan seperti chiki, makanan cepat saji dan
minuman yang berwarna diluar rumah.
1. STATUS GENERALIS
Tanda Vital :
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37o C
Pernapasan : 18 x/menit
7
Berat Badan : 35 kg
Kepala
Bentuk : Normocephal
Thorax
Paru
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
8
2. STATUS LOKALIS
TELINGA
Dextra Sinistra
Aurikula :
MAE :
HIDUNG
Inspeksi Palpasi
9
Paranasal Warna seperti sekitar, Nyeri tekan (-), nyeri
Simetris, deformitas (-), ketok (-)
massa (-), lesi(-)
Dextra Sinistra
TENGGOROK
Granulasi (-)
Eksudat (-)
10
Ukuran Tonsil T3-T3
Detritus (-)
Hb 11.4 10.8-15.6
Hematokrit 35.1 37 47
II.5. RESUME
11
keluhan berulang kembali. Pasien sering jajan makanan seperti chiki, makanan
cepat saji dan minuman yang berwarna diluar.
Pada pemeriksaan mulut dengan menggunakan pen light dan spatle tongue
ditemukan faring hiperemis, tonsil T3-T3. Pada pemeriksaan suhu tubuh dengan
menggunakan termometer didapatkan suhu sebesar 37oC.
II.6. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
Tonsilitis kronik
II.7. PENATALAKSANAAN
NON FARMAKOLOGI
Edukasi: Hindari makanan yang beli diluar seperti chiki, indomie dan yang
mengandung bahan pengawet lainnya, hindari minuman yang berwarna
dan hindari minum es.
FARMAKOLOGI
Cefila syrup ( 3 kali sehari,1 sendok teh)
Lapicef Syrup ( 3 kali sehari, 1 sendok makan)
Sanmol Syrup (2 kali sehari , 1 sendok teh)
II.8. PROGNOSIS
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
sampai pinggir atas epiglotis. Tonsil terdiri dari tonsila lingualis, tonsila palatina,
tonsila faringealis (adenoid) dan tonsila tuba Eustachius.1,2,7
14
III.2.2 Tonsila Palatina
Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada
dinding lateral orofaring didalam fosa tonsilaris. Fosa tonsilaris merupakan
sebuah celah berbentuk segitiga pada dinding lateral orofaring diantara arcus
palatoglosus di depan dan arcus palatopharyngeus di belakang. Setiap tonsil
diliputi oleh membran mukosa dan permukaan tengahnya yang bebas menonjol ke
dalam faring. Pada permukaanya terdapat banyak lubang kecil, yang membentuk
kripta tonsilaris. Permukaan lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis
jaringan fibrosa, disebut capsula.1,2,7
15
III.2.3 Tonsila Faringealis (Adenoid)
Tonsila faringeal terletak di bagian atas nasofaring. Bagian atas nasofaring
dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis.
Kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsila faringealis terdapat di dalam
submukosa daerah ini. Tonsila faringealis disebut juga adenoid tonsil.1,2
III.4 Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Weldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsila faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius.
Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat
16
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Klasifikasi tonsilitis dapat
dibedakan menjadi:4,5
a. Tonsilitis akut
b. Tonsilitis membranosa
c. Tonsilitis Kronik
17
III.4.1.2.1 Gejala dan Tanda
a. Masa inkubasi 2-4 hari
b. Nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan
c. Demam dengan suhu yang tinggi
d. Rasa lesu
e. Rasa nyeri di sendi-sendi
f. Tidak nafsu makan
g. Rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih
(referred pain) melalui saraf n.glosofaringeus (N.IX)
h. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.5
III.4.1.2.2Terapi
Antibiotik spektrum luas seperti penisilin dan eritromisin. Antipiretik dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.5
III.4.1.2.3 Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses
peritonsil, abeses parafaring, bronkitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis
serta septikemia akibat infeksi v.Jugularis interna (sindrom Lemierre).5
Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut,
tidur mendengkur (ngorok) gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang
dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).4,5
18
III.4.2 Tonsilitis Membranosa
III.4.2.1 Tonsilitis Difteri
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada
bayi dan anak. Penyebab tonsilitis difteri adalah kuman Coryne bacterium
diptheriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian
atas yaitu hidung, faring dan laring. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh
kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergantung pada titer anti toksin
sebesar 0.03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar
imunitas. 5
Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun
dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih
mungkin menderita penyakit ini.5
19
Eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis
sampai decompensatio cordis, mengenai saraf kranial menyebabkan
kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal
menimbulkan albuminuria.5
III.4.2.1.2 Diagnosis
Diagnosis tonsilitis difteri ditegakan berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah semu
dan didapatkan Corynebacterium diphteriae.5
III.4.2.1.3 Terapi
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur,
dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit.
Antibiotik Penisilin atau Eritromisin 25-50 mg per kg berat badan dibagi
dalam 3 dosis selama 14 hari.5
Kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan per hari. Antipiretik untuk
simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan harus
istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.5
III.4.2.1.4 Komplikasi
Laringitis difteri dapat berlangsung cepat, membran semu menjalar ke laring
dan menyebabkan gejala sumbatan. Makin muda usia pasien makin cepat timbul
komplikasi ini.5
Miokarditis dapat mengakibatkan payah jantung atau dekompensasio
cordis.Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring
serta otot laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau dan
kelumpuhan otot-otot pernapasan. Albuminuria sebagai akibat komplikasi ke
ginjal.5
20
Penyebab dari tonsilitis septik ialah Streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di Indonesia susu
sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini
jarang ditemukan. 5
III.4.2.3Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulsero membranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C. 5
III.4.2.3.1 Gejala
a. Demam sampai 39 C
b. Nyeri kepala
c. Badan lemah
d. Kadang-kadang terdapat gangguan pencernaan
e. Rasa nyeri dimulut
f. Hipersalivasi
g. Gigi dan gusi mudah berdarah
III.4.2.3.2Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas
tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta alveolaris, mulut berbau dan kelenjar
submandibula membesar. 5
21
ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di
tenggorok. 5
III.4.3.1Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga
menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di
22
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar
5
limfa submandibula.
III.4.3.3Komplikasi
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya
berupa rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara
perkontinuitatum.Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan
dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uweitis, iridosiklitis,
dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis. 5
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala
sumbatan serta kecurigaan neoplasma.5
23
f. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus B
hemoliticus.
g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
h. Otitis media efusa/otitis media supuratif.
24
BAB IV
KESIMPULAN
25
menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasila, sumbatan jalan napas yang
berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan
menelan, gangguan berbicara, rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses
peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan, napas bau yang tidak
berhasil dengan pengobatan, tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup
A streptococcus B hemoliticus, hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan,
otitis media efusa/otitis media supuratif.
26
DAFTAR PUSTAKA
27