Anda di halaman 1dari 4

ASAL USUL NAMA SURAKARTA

"Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang diajukan
kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah perang suksesi
Mataram terjadi di Kartasura. Nama "Surakarta", yang sekarang dipakai sebagai nama
administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan didirikan, sebagai kelanjutan monarki
Kartasura.

Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan,


sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa
berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna"/"penuh". Dapat pula dikatakan bahwa
nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Katasala, nama yang dipakai
untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala, yang
bisa Couroupita guianensis atau Shorea robusta.

Ketika Indonesia masih menganut Ejaan van Ophuysen, nama kota ini ditulis Soerakarta.
Dalam aksara Jawa modern, ditulis atau .Nama "Surakarta" diberikan
sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru ini. Namun, sejumlah catatan lama
menyebut bentuk antara "Salakarta".

SEJARAH SINGKAT KOTA SURAKARTA


Cerita bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso
dan Tumenggung Mangkuyudo serta Komandan pasukan Belanda J.A.B Van Hohenndorff
untuk mencari lokasi ibukota kerajaan Mataram Islam yang baru. Setelah
mempertimbangkan faktor fisik dan non-fisik akhirnya terpilihlah suatu desa di tepi Sungai
Bengawan yang bernama desa Sala ( 1746 Masehi atau 1671 Jawa ). Sejak saat itu desa
Sala berubah menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang pesat.

Kota Surakarta pada mulanya adalah wilayah kerajaan Mataram. Kota ini bahkan pernah
menjadi pusat pemerintahan Mataram. Karena adanya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755)
menyebabkan Mataram Islam terpecah karena propaganda kolonialisme Belanda.
Kemudian terjadi pemecahan pusat pemerintahan menjadi dua yaitu pusat pemerintahan di
Surakarta dan Yogyakarta. Pemerintahan di Surakarta terpecah lagi karena Perjanjian
Salatiga (1767) menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.

Pada tahun 1742, orang-orang Tionghoa memberontak dan melawan kekuasaan


Pakubuwana II yang bertahta di Kartasura sehingga Keraton Kartasura hancur dan
Pakubuwana II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur. Dengan Bantuan VOC
pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dan Kartasura berhasil direbut kembali. Sebagai
ganti ibukota kerajaan yang telah hancur maka didirikanlah Keraton Baru di Surakarta 20 km
ke arah selatan timur dari Kartasura pada 18 Februari 1745. Peristiwa ini kemudian
dianggap sebagai titik awal didirikannya kraton Kasunanan Surakarta.

Pemberian nama Surakarta Hadiningrat mengikuti naluri leluhur, bahwa Kerajaan Mataram
yang berpusat di Karta, kemudian ke Pleret, lalu pindah ke Wanakarta, yang kemudian
diubah namanya menjadi Kartasura. Surakarta Hadiningrat berarti harapan akan terciptanya
negara yang tata tentrem karta raharja (teratur tertib aman dan damai), serta harus disertai
dengan tekad dan keberanian menghadapi segala rintangan yang menghadang (sura) untuk
mewujudkan kehidupan dunia yang indah (Hadiningrat). Dengan demikian, kata Karta
dimunculkan kembali sebagai wujud permohonan berkah dari para leluhur pendahulu dan
pendirian kerajaan Mataram.

Sejarah nama kota Solo sendiri dikarenakan daerah ini dahulu banyak ditumbuhi tanaman pohon
Sala ( sejenis pohon pinus) seperti yang tertulis dalam serat Babad Sengkala yang disimpan di
Sana Budaya Yogyakarta. Sala berasal dari bahasa Jawa asli ( lafal bahasa jawa : Solo ) Pada
akhirnya orang-orang mengenalnya dengan nama Kota Solo.

PEMERINTAHAN
Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah. Sebelum bergabung dengan Indonesia,
Surakarta diperintah oleh sultan. Semasa dikuasai oleh Belanda, Surakarta dikenal sebagai
sebuah Vorstenland atau kerajaan. Penguasa keraton Surakarta saat ini
bergelarPakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan
dan Pangeran Hangabehi. Selain keraton Surakarta, terdapat pula keraton Mangkunegaran
yang diperintah oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak memiliki kekuasaan politik di
Surakarta.

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de


facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan
KerajaanKasunanan dan Mangkunegaran.

Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946
Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan
faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi
Pemerintah Kota Surakarta.

KEPALA PEMERINTAHAN
Wali kota Surakarta saat ini adalah F.X. Hadi Rudyatmo menggantikan Ir. Joko Widodo yang
dilantik menjadi gubernur DKI Jakartatanggal 15 Oktober 2012. Pasangan wali kota dan
wakil wali kota, yang sering disebut sebagai Jokowi-Rudy, pertama kali terpilih sebagai wali
kota Solo untuk masa bakti 2005-2010. Kemudian pasangan dari PDI-P ini terpilih lagi untuk
masa bakti kedua dengan perolehan suara lebih dari 90% untuk masa jabatan 2010-2015[16].

Di bawah kepemimpinan Jokowi dan Rudy, Solo mengalami perubahan yang pesat. Para
pedagang barang bekas di Taman Banjarsari dapat direlokasi hampir tanpa gejolak untuk
merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka. Investor diberi syarat untuk mau memikirkan
kepentingan publik. Komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal)
diadakan secara rutin dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak
ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Sebagai tindak lanjut branding, Jokowi
mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan
diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi
tuan rumah konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Sejak 1 Oktober
2012 Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo mengundurkan diri dari jabatan walikota setelah
terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012 - 2017.

Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008"[17].

Pada tanggal 17 April 2013, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo resmi melantik Dr. H.
Achmad Purnomo sebagai wakil wali kota Surakarta menggantikan F.X. Hadi
Rudyatmo yang menjadi wali kota Surakarta.

TEMPAT WISATA
1. Grogan Sewu Tawangmangu
2. Pandawa Water World Solo Baru
3. Taman Balekambang
4. Keraton Surakarta
5. Tugu Lilin
6. Air Terjun Jumog
7. Taman Sriwedari
8. Kampoeng Batik Kauman
9. Pasar Klewer

10. Museum Purba Sangiran

KULINER KHAS SURAKARTA


1. Nasi Liwet

2. Gudeg Ceker

3. Pecel

4. Sate (Buntel)

5. Tengkleng

6. Timlo

7. Soto

8. Tahu Kupat

9. Serabi Notosuman

10. Bebek Goreng


EVENT DI KOTA SOLO
Festival dan perayaan

1. Kirab Pusaka 1 Suro

2. Sekaten

3. Grebeg Sudiro

4. Grebeg Mulud

5. Tinggalan Dalem Jumenengan

6. Grebeg Pasa

7. Syawalan

8. Grebeg Besar

9. Solo Batik Carnival

10. Solo Batik Fashion

Anda mungkin juga menyukai