BIDANG KEGIATAN :
PKM Penulisan Ilmiah (PKMI)
Diusulkan oleh :
Ketua : Ayudiah Aprilianti (05330037) 2005/2006
Anggota : Amar Maruf (05330028) 2005/2006
Zaqia Nur Fajarini (06330036) 2006/2007
Dian Purwanti (06330031) 2006/2007
5. Dosen Pendamping
Nama Lengkap : Drs. Nurwidodo, M.Kes
NIP : 131. 953. 396
Alamat Rumah : Jl. Dadap Rejo 4/II 96 Junrejo, Batu-Malang
No. Telp/HP : (0341)462694/081334017328
1. Judul tulisan yang Diajukan : Studi Kasus Formalin Pada Tahu Takwa
di Kotamadya Kediri
2. Sumber Penulisan :
( ) Kegiatan Praktek Lapangan/Kerja dan sejenisnya, KKN, Magang,
Kegiataan Kewirausahaan
ABSTRAK
Pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006 publikasi tentang
penyalahgunaan bahan kimia yang berbahaya sangat gencar pada media massa
di Indonesi. Formalin merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan pada
produk olahan kedelai seperti tahu. Formalin adalah nama dagang larutan
Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat
diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya
40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing
sekitar 5 gram. Dari hasil sampling dan laboratorium di beberapa kota besar di
Indonesia diketahui bahwa sebesar 1,91 % tahu mengandung formalin dengan
prosentase terbesar pada Kotamadya Kediri yaitu 10,42 %. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui berapakah kadar formalin pada beberapa tahu takwa
di kotamadya Kediri dan bagaimana kelayakan konsumsi tahu takwa tersebut.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi bagi konsumen dalam
memilih tahu sebagai bahan makanan serta sebagai rujukan bagi POM untuk
lebih intensif dalam melakukan kontrol terhadap bahan makanan tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 November 2006 di laboratorium
Dinas Kesehatan Malang. Sampel dari Penelitian ini sebanyak 24 produk tahu
takwa yang tersebar di Kotamadya Kediri dengan teknik pengambilan sampel
secara Cluster Proportial. Varibel penelitian ini adalah kadar formalin pada tahu
takwa. Dari penelitian didapatkan bahwa dari 24 sampel tahu takwa yang tidak
mengandung formalin sebanyak 9 buah dengan prosentase 37,50 %, sedangkan
tahu dengan kandungan formalin sebanyak 15 buah dengan prosentase 62,50 %.
Dengan prosentase terendah adalah 0.25 % dan tertinggi adalah 1,5 %. Menurut
International Proggrame on Chemical Safety, bahwa batas toleransi formalin
yang dapat diterima oleh tubuh adalah 0.1 miligram perliter, sehingga dari data
diatas diketahui bahwa tahu takwa yang dijadikan sampel sebanyak 62.50 %
tidak layak dikonsumsi dan tidak sehat.
PENDAHULUAN
100 gram per hari. Berarti sekitar 2 juta kilogram tahu dibutuhkan setiap harinya.
Tahu sebagai bahan makanan yang murah dan praktis memiliki keunggulan
sebagai bahan makanan yang bagus untuk peningkatan kesehatan intelektual
(geist), akal (verstand), semangat dan sikap (gessinung). Tahu juga mempunyai
khasiat sebagai anti stress menurunkan nervositas dan mengurangi depresi
(Karyasa, 2000).
Sebagai produk bahan pangan hasil olahan kedelai, tahu memiliki sifat
yang tidak tahan lama dan mudah rusak atau basi, sehingga beberapa produsen
ada yang menggunakan bahan tambahan (kimia dan alami) untuk mengawetkan
atau untuk menambah daya tarik konsumen. Hal tersebut sebenarnya
diperbolehkan penggunannya apabila bahan tambahan tersebut dilegalkan dan
tidak berbahaya bagi konsumen. Namun problem yang muncul kemudian banyak
produsen tidak memperdulikan hal tersebut, sehingga mereka menambahkan
bahan-bahan yang berbahaya seperti boraks, formalin, rodhamin B, methanil
yellow atau orange RN.1 dan lain sebagainya. Pada akhir tahun 2005 dan awal
tahun 2006 publikasi tentang penyalahgunaan formalin pada bahan makanan
termasuk tahu sangat gencar pada media massa di Indonesia. Dari hasil sampling
dan laboratorium di beberapa kota besar di Indonesia diketahui bahwa sebesar
1,91 % tahu mengandung formalin dengan prosentase terbesar pada Kotamadya
Kediri yaitu 10,42 % (Sampurno, 2006). Penambahan formalin biasanya
dilakukan saat tahu siap jual dengan cara merendam tahu dengan air yang sudah
mengandung formalin (Republika, 2005).
Tahu takwa sebagai salah satu jenis tahu khas Kotamadya Kediri juga
tidak terlepas dari problem di atas. Tahu takwa memiliki karakteristik lebih halus
dan teksturnya lebih padat. Tahu ini memiliki warna khas kuning dengan bentuk
bujur sangkar dan berat sekitar 120 gram atau mencapai 2 kali lipat serta lebih
keras dari tahu biasa bila ditekan (Suprapti, 1997). Menigkatnya pemakain
formalin sebagai bahan pengawet beberapa olahan produk bahan pangan dipicu
oleh selera pasar dan kebutuhan pasar. Formalin digunakan agar tahu dapat
bertahan lama dan tidak cepat bau, tidak mudah hancur dan kenyal sehingga lebih
menarik konsumen. Produsen tahu yang tidak menggunakan formalin biasanya
sulit menembus supermarket yang biasanya mensyaratkan tahu harus dapat tahan
selama 4 hari. Selain itu penurunan daya beli masyarakat mendorong produsen
6
untuk menggunakan pengawet yang lebih banyak namun tetap murah (Prasetya,
2005).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor
1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang
penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2006). Formalin
adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di
pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan
kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang
beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai
bahan baku industri lem, playwood dan resin; disinfektan untuk pembersih lantai,
kapal, gudang dan pakaian; germisida dan fungisida pada tanaman sayuran; serta
pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formaldehida sering dipakai
membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai (Wikipedia,
2005).
Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan
keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu
kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005).
International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi
yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter (Harmoni, 2006).
Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut,
tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare,
kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi
(tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat
dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan
dan rasa gatal di dada (Republika, 2005). Konsumsi formalin pada dosis sangat
tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah)
dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi
formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka
waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu dalam Yakin, 2001),
Oleh karena penggunaan formalin sangat berbahaya maka dirasa perlu
adanya penelitian tentang kadar formalin serta toleransi penggunaannya pada tahu
7
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
menghitung data yang diperoleh dari hasil kalorimetri yang berupa kadar formalin
dengan rumus sebagai berikut :
F (1) F ( 2)
%= 100 % %= 100 %
N N
Keterangan : F (1) : Jumlah tahu yang memenuhi syarat
F (2) : Jumlah tahu yang tidak memenuhi syarat
N : Jumlah sampel.
Persiapan Bahan :
1. Observasi lokasi penelitian
2. Mengambil sampel lalu dimasukkan
kedalam plastik yang diberi label
3. Menyimpan didalam lemari es
4. Melakukan penelitian
HASIL PENELITIAN
Kadar Formalin
Dari hasil analisa kadar formalin pada 24 sampel tahu takwa yang terdapat
di tiga sentra distribusi tahu takwa yaitu Pasar Kleret, Pasar Doho, pasar Baru
Kotamadya Kediri melalui metode kalorimetri yang dilakukan di laboratorium
Dinas Kesehatan Malang, diperoleh hasil sebagai berikut :
Analisa Data
PEMBAHASAN
Tahu sebagai bahan makanan dari hasil olahan kedelai yang mempunyai
nilai gizi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup
tinggi. Selain memiliki kelebihan tahu juga mempunyai kelemahan, yaitu
kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak/mudah basi karena mudah
ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa simpan, kebanyakan industri
tahu yang ada di Indonesia menambahkan pengawet. Bahan pengawet yang
digunakan tidak terbatas pada bahan pengawet yang diizinkan, akan tetapi banyak
pengusaha yang nakal dengan menambahkan formalin sebagai bahan
pengawetnya. Bahan pengawet memang dibutuhkan untuk mencegah aktivitas
mikroorganisme ataupun mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan
pertambahan waktu. Dengan demikian, pengawet diperlukan dalam pengolahan
makanan, namun harus tetap mempertimbangkan keamanannya (Republika,
2005). Penggunaan bahan formalin sebagai bahan pengawet makanan sebenarnya
sudah dilarang oleh Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes)
Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999 (Nuryasin, 2006).
Hasil penelitian analisa kadar formalin pada beberapa produk tahu di tiga
sentra distribusi tahu yaitu di Pasar Kleret, Doho dan Pasar Baru memiliki kadar
yang berbeda-beda, yaitu 9 buah tahu takwa bebas formalin dan 15 tahu takwa
mengandung formalin dengan kadar paling rendah 0.25 mg/ltr sedangkan paling
tinggi sebesar 1.5 mg/ltr. Menurut International Proggrame on Chemical Safety,
bahwa batas toleransi formalin yang dapat diterima oleh tubuh adalah 0.1 mg/ltr
(Harmoni, 2006). Dengan demikian kelimabelas tahu sampel tersebut kadar
formalinnya di atas batas toleransi yang tentunya akan berdampak buruk pada
tubuh manusia.
Dari data yang didapat bahwa kelayakan konsumsi tahu takwa yang dijual
di pasaran Kotamadya Kediri adalah sebesar 37.50 % tahu takwa bebas formalin
dan 62.50 % tahu takwa mengandung formalin. Dari data tersebut ternyata
sebagian besar tahu takwa yang dijual tidak layak dikonsumsi mengingat dampak
buruknya bagi kesehatan akibat penggunaan zat beracun tersebut.
Menurut Mudjajanto (2005) menyatakan bahwa tahu yang berformalin
memiliki ciri-ciri, (1) Semakin tinggi kadar formalin maka tercium bau obat yang
11
semakin menyengat, sedangkan tahu yang tidak berformalin akan tercium bau
yang khas protein kedelai. (2) Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal
jika ditekan terasa sangat kenyal, sedangkan tahu tidak berformalin, jika ditekan
akan hancur. (3) Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan tahu yang tidak
berformalin hanya dapat tahan 1 atau 2 hari. (4) Jika tahu yang memaki pewarna
buatan dapat ditambahi dengan cara melihat penampakannya, yaitu warnanya
homogen dan penampakan mengkilat, sedangkan jika memakai pewarna kunyit
warnanya cenderung tidak menarik dan buram, bagian dalamnya warnanya tidak
homogen, bahkan ada sebagian yang berwarna putih.
Beberapa faktor yang mendorong pedagang menggunakan bahan kimia
ilegal yaitu, pertama secara teknis pengusaha menggunakan bahan itu karena
lebih praktis dan efisien dibandingkan menggunakan bahan penolong legal seperti
es. Selain itu bahan ilegal seperti formalin harganya lebih murah dibandng obat
pengawet legal. Kedua, kurangnya pengetahuan pelaku bisnis usaha tentang bahan
kimia formalin khususnya skala kecil menengah (SKM). Masalah ekonomi juga
menjadi faktor penyebab pelaku usaha. Praktik yang salah semacam ini dialkukan
oleh produsen dan pengelolah pangan yang tidak bertanggung jawab dan tidak
memperhatikan faktor yang ditimbulkan, atau dapat juga karena ketidaktahuan
produsen pangan baik mengenai sifat-sifat maupun keamanan bahan kimia
tersebut (Briliantono, 2006).
Formalin dalam makanan sangat dilarang penggunaannya. Formalin dapat
memberikan dampak akut dan kronis bagi kesehatan manusia. Usia anak
khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan mangalami gangguan ini.
Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan
usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk kedalam tubuh. Secara
kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat
berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (Sekretori Imunoglobulin A) pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing
masuk ke dalam tubuh. Pada anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem
pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga
memudahkan bahan berbahaya masuk kedalam tubuh dan sulit untuk dikeluarkan
(Judarwanto, 2006). Sedangakan kadar formalin yang boleh masuk kedalam tubuh
12
dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5-14 mg perhari (Harmoni,
2006).
Makanan yang mengandung formalin dalam kadar serendah apapun akan
berdampak berbahaya terhadap kesehatan. Formalin masuk ke dalam tubuh secara
rutin dan terus menerus akan mengakibatkan penumpukan pada tubuh.
Penumpukan ini antara lain mengakibatkan nikrosis, penciutan selaput lendir,
terdapat kelainan pada hati, ginjal, jantung dan otak, serta mengakibatkan kegiatan
sel berhenti. Sedangkan konsumsi formalin dalam dosis tinggi dapat
mengakibatkan kejang-kejang, kencing darah dan muntah darah yang
mengakibatkan kematian. Secara umum dampak penggunaan formalin pada
manusia dapat menurunkan derajat kesehatan dan kemampuan daya tahan tubuh
hidup manusia (Bakohumas, 2005). Absorpsi toksikan melalui saluran cerna
adalah toksikan yang masuk kedalam saluran cerna dimana toksikan akan menuju
lambung yang merupakan tempat penyerapan penting, lalu akan terikat dalam
plasma dan diangkut yang kemudian akan diserap dari usus dengan sistem
transport carrier. Formalin lebih bahaya lagi jika berakumulasi dalam alat
pencernaan karena sulit dikeluarkan melalui feces atau urine.
Untuk mengatasi masalah larangan penggunaan terhadap formalin dengan
tidak mengindahkan tahu tahan lama perlu adanya alternatif lain sebagai zat
pengawet, diantaranya menggunakan cara sebagai berikut:
1. Merendam tahu jadi dalam air bersih untuk mencegah terjadinya
pengeringan dan menghalangi pencemaran mikroba pembusuk dari udara,
tahu dapat tahan selama dua hari pada suhu kamar.
2. Merebus tahu selama 30 menit, lalu direndam dalam air masak tersebut,
tahu dapat tahan selama empat hari pada suhu kamar.
3. Membungkus tahu dengan plastik setelah dilakukan perebusab selama 30
menit, tahu dapat tahan dalam lemari es selama delapan hari.
4. Merendam tahu dalam larutan garam 4 persen yang diasamkan dengan asam
cuka, tahu dapat tahan selama lima hari pada suhu kamar.
5. Mengasap tahu, tahu dapat tahan sampai 24 jam pada suhu kamar.
6. Merendam tahu dalam larutan vitamin C 0,05 persen selama empat jam,
tahu dapat tahan selama dua hari pada suhu kamar.
13
7. Merendam tahu dalam asam sitrat 0.05 persen selama delapan jam, tahu
dapat tahan selama dua hari pada suhu kamar (Kompas, 2005).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Karyasa, I.W. 2000. Bangga Makan Tahu Tempe. Forum Diskusi Indonesia,
Berlin. Jakarta
14
Republika. 2005. Perusahaan Tahu Takwa Poo di Kediri Berencana Gugat Balai
POM. http://www.republika.co.id
Sampurno. 2006. Keterangan Pers Kepala BPOM RI. No. Kh. 00.01.1241.029
Tentang Hasil Tindak Lanjut Pengawasan Terhadap Penyalahgunaan Formalin
sebagai Pengawet TahudDan Mi Basah. Jakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup Ketua serta Anggota Kelompok
1. Nama Lengkap : Ayudiah Aprilianti
NIM : 05330037
Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo,01 April 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.TirtomulyoV/4 Landung Sari Malang
Pendidikan
1. SD : SD Pondok Kelor 1, tahun 1993-1999
2. SMP : SLTP Negeri 1 Paiton, tahun 1999-2002
3. SMA : SMAN 1 Kraksaan Probolinggo, tahun 2002-2005
4. S1 : Pendidikan Biologi FKIP UMM, tahun 2005-sekarang.
Karya Ilmiah/PKM:
- Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis pada Berbagai Macam
Merek Sirup yang Beredar di Pasar Besar Malang (Usulan Proposal
PKMP 2006)
15
Kegiatan nonakademi:
- Koordinator Penalaran HMJ Pendidikan Biologi UMM 2006-2007
- Anggota Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Biologi (FKIMB), fokus
pada kesehatan masyarakat
Kegiatan nonakademi:
- Koordinator Penalaran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP-
UMM
- IMM Koordinator Komisariat UMM
- Anggota Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Biologi (FKIMB), fokus
pada pengembangan guru dan sistem pendidikan
Karya Ilmiah/PKM:
- Penyadaran masyarakat dalam upaya pelestarian penyu pada
masyarakat Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Pacitan (Tim
PKMM Didanai Tahun 2007)
Kegiatan Nonakademik:
- Anggota Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Biologi (FKIMB), fokus
pada pengembangan guru dan sistem pendidikan
- HUMAS Jamaah AR Fachruddin-UMM
- Anggota Diklat HMJ Pendidikan Biologi
16