OLEH :
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunianya penulis
berkesempatan untuk mempersembahkan sebuah buku ajar Asuhan Kebidanan Nifas .
Penyusunan buku ajar ini merupakan salah satu upaya Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga lebih baik.
Tersusunnya buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu
Meskipun berbagai upaya telah penulis lakukan demi kesempurnaan buku ajar ini, penulis
buku ini masih jauh dari sempurna.
Akhir kata, berbagai saran dan kritik yang membangun akan selalu penulis harapkan.
Penyusun
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI.. ii
STANDAR KOMPETENSI
Mata kuliah ini memberikan kemampuan unutuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada masa nifas
dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap dan ketrampilan.
KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti masa kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar masa nifas.
INDIKATOR
Mahasiswa mampu
1. Menjelaskan pengertian masa nifas
2. Menyebutkan tujuan asuhan masa nifas
3. Menyebutkan peran dan tanggung jawab masa nifas
4. Menyebutkan tahapan masa nifas
5. Menyebutkan program dan kebijakan program masa nifas.
Evaluasi
1. Sebutkan periode dalam masa nifas!
2. Sebutkan tujuan kinjungan nifas pada 6 minggu post partum!
DAFTAR PUSTAKA
1. Bennet & Brown, 1999, Mayles textbook for Midwives, London
2. Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri jilid I, Jakarta
3. Pusdiknas, WHO, JHPIEGO. 2001. Asuhan Kebidanan pada Ibu Postpartum.
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam
puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot
polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam
(inverted).
Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran
ASI (oksitosin).
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi
alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh
hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua
atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
2. Refleks aliran (let down reflek)
RefleksProlaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih
tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresiprolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan
bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau,
takut dan cemas.
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi
dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting
susu.
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
PengeluaranASI(Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang
terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-
sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.
Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
POGRAM LAKTASI:
Suatu program multidepartemental yg melibatkan bagian yg terkait, agar dihasilkan suatu
pelayanan yg komprehensif dan terpadu pada ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya, bahkan seluruh
anggota keluarga yang mencakup masa prenatal, segera sesudah melahirkan dan sesudah ibu dan
bayinya dipulangkan dari RS / klinik
Meliputi:
1. Bimbingan antenatal
2. pelayanan pascanatal yang terarah
3. konsultasi per telepon selama 24 jam
4. evaluasi proses menyusui di Klinik Laktasi
5. Konsultasi untuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
6. Pendidikan petugas kesehatan
LATCH SKORE
0 1 2
L (latch) Terlalu ngantuk Diulang-ulang Memegang payudara,
Putting dimulut Lidah dibawah
Dg stimulasi putting, ada rytme
menelan
C. ASI EKSLUSIF
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik yang
disekresi oleh kedua kelenjar payudara dan merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali obat maupun vitamin sesuai anjuran
dokter.
Selain memenuhi semua kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi ASI memberi
kesempatan bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying serta perlindungan bagi bayi yang tidak
dapat dialihkan kepada siapapun. ASI ekslusif diberikan sejak 0-6 bulan. Setelah 6 bulan baru
mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2
tahun atau lebih.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum
yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin,
bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum
menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak
diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu
keluar dengan lancar.
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi
tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah
pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi
menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-
ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu
pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah.
Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol
atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila
memungkinkan disusui.
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada
bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum
membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga
mencegah bayi tidak kuning.
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum
molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih
dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena
dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola
(football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah
bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan
Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada
saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi
sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya
muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan.
Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi
tersedak karena regurgitasi.
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut)
yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat
menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup memegang puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi
tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua
bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi
kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap
merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan
menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat
berkurang; makanan pengganti ASI tidak terkontrol.Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat
tersebut antara lain: pemberian ASI harus dilindungi pada keadaan darurat, pemberian makanan
pengganti ASI (PASI) dapat diberikan dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila
memungkinkan pemberian PASI tidak menggunakan botol.
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI tidak terpenuhi sehingga
bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras
dan payudara tidak terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang. Sehingga
terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk
menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi
secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
Cara mengatasi masalah tersebut, sebaiknya disesuaikan dengan penyebabnya. Hal yang dapat
menyebabkan sindrom kekurangan ASI antara lain:
1. Faktor teknik menyusui, antara lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol,
tidak mengosongkan payudara.
2. Faktor psikologis: ibu kurang percaya diri, stress.
3. Faktor fisik, antara lain: penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok, kurang gizi.
4. Faktor bayi, antara lain: penyakit, abnormalitas, kelainan kongenital.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan bayi sehingga produksi ASI dapat meningkat
dan bayi dapat memberikan isapan secara efektif.
Ibu Bekerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya. Banyak cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain :
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada juga yang mempunyai keinginan kuat
untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat
mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak langsung antara lain: pengaruh pembiusan saat
operasi, psikologi ibu.Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya. Hal yang
perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :
Ibu Sakit
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan
melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang
Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis melalui ASI
dari ibu penderita kepada bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS atau
Hepatitis tidak diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat: ibu penderita
tetap dianjurkan memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara lain: alasan
ekonomi, aspek kesehatan ibu.
Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman TBC tidak ditularkan
melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan
pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis. Pengobatan pada
ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif
terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi BCG.
Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula darahnya tetap dimonitor.
Banyak dijumpai pada ibu menyusui yang meminum obat-obatan dikarenakan sakit menghentikan
pemberian ASI nya. Dengan alasan, obat-obatan yang ibu minum mengganggu bayi dan kadar ASI.
Namun demikian, ada jenis obat-obatan tertentu yang sebaiknya tidak diberikan pada ibu menyusui.
Apabila ibu memerlukan obat, berikan obat yang masa paruh obat pendek dan mempunyai rasio ASI-
plasma kecil atau dicari obat alternatif yang tidak berakibat pada bayi maupun ASI.
Ibu Hamil
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak membahayakan bagi ibu
maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu
dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat dialami antara lain: puting susu lecet, keletihan, ASI
berkurang, rasa ASI berubah dan dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik
masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering dianggap problem pada anak saja.Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat
dimulai sejak sebelum persalinan(periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa
persalinan lanjut.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar
mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau menolak menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa
ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering
menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi
bingung puting atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI
tidak tepat untuk bayinya.
Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi :
Fisiologi laktasi
Keuntungan pemberian ASI
Keuntungan rawat gabung
Cara menyusui yang baik dan benar
Kerugian pemberian susu formula
Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula
terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam.
Penyebab
Penatalaksanaan
Teknik Menyusui
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu
dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin
padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang
dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI
makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan
aerola mamae makin menghitam.
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi
diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan
cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi
ini bayi tidak tersedak.
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan
berbaring dengan santai.
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan
bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting
susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah
puting susu
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
Apabila bayi telah
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap
saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui
bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap)
atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 2
minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui
pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus
dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa
kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang
terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat
menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
Mengosongkan ASI dengan tangan merupakan cara mengeluarkan ASI yang paling baik, paling
dianjurkan, terlembut walaupun beberapa ibu mengalami kesukaran waktu pertama-tama
melakukannya. Dengan mempelajari cara yang benar dan latihan yang sering, mengeluarkan ASI
dengan tangan merupakan cara yang efektif, ekonomis dan cepat. Caranya :
Pompa manual/tangan
Pompa manual/tangan sering dipergunakan karena murah, potable, mudah dibersihkan dan umumnya
mudah digunakan. Ada beberapa tipe pompa manual, antara lain :
Tipe silindris
Pompa tipe ini efektif dan mudah dipakai, kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol. Baik kedua
silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari palstik dengan tempat
penampungan ASI dibagian bawah silinder
Tipe kerucut gelas/plastik dan bola karet/tipe terompet (squeeze and bulb atau horn)
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan
puting susu serta jaringan payudara. Kekuatan takanan isap sukar diatur. Tipe ini juga sukar
dibersihkan dan disterilkan secara efektif.
Peras atau pompa ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur, agar produksi ASI tetap terjaga
Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan penuh
Semua peralatan yang digunakan telah disterilkan terlebih dahulu. breast pump sebaiknya
dibersihkan segera setelah digunakan agar sisa susu tidak mengering dan sulit untuk
dibersihkan
Pompa elektrik
Beberapa macam pompa listrik sudah ada dibeberapa kota besar. Karena umumnya harganya sangat
mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit-rumah sakit besar.
Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah ASI, tempat yang ideal seharusnya
dimana ibu tidak diganggu oleh suara bel pintu atau telepon masuk.
Cuci tangan dengan sabun sedangkan payudara dibersihkan dengan air
Sebelum memulai pemerahan, minumlah air atau cairan lain, seperti : susu, jus, teh/kopi, sup,
disarankan minuman hangat agar membantu menstimulasi payudara
Saat memerah ASI, ibu harus dalam kondisi santai. Kondisi piskologis ibu sangat emnentukan
keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, lebih dari 80% kegagalan ibu menyusui
dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Saat ibu memeras
ASI jangan tegang dan jangan ditargetkan berapa banyak ASI yang harus dikeluarkan
Jika ada masalah dalam ASI jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi ke bidan atau
klinik laktasI
Jika ruangan tidak ber-AC, lama penyimpanan tidak lebih dari 4 jam. Jika ruangan ber AC
bisa sampai 6 jam. Suhu ruangan ber AC tersebut harus stabil, misalnya AC tidak mati sama
sekali selama botol ASI ada didalamnya.
Jika segera disimpan dilemari es, ASI ini bisa bertahan sampai 8 hari dalam suhu lemari es.
Syaratnya, ASI ditempatkan dalam ruangan terpisah dari bahan makanan lain
Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah untuk penyimpanan botol ASI hasil pompa,
maka sebaiknya ASI jangan disimpan lebih dari 324 jam
Dapat juga membuat ruangan terpisah dengan cara menempatkan botol ASI dalam container
plastik yang tentunya dibersihkan terlebih dahulu
ASI hasil pompa dapat disimpan dengan aman pada suhu kamar maksimum 25C selama 4
jam, dalam lemari es pada suhu 4C dapat disimpan selama 72 jam, dalam pembeku/freezer
pada suhu -20C selama 3-6 bulan
Jangan lupa untuk selalu mencantumkan tanggal dilakukannya pemerahan ASI pada botol
susu
Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih yang
keluar dari keran
IV. EVALUASI
Diskusi :
1. Bila seorang ibu menyatakan bahwa ia ingin memberikan minum dari botol atau air, apa
yang anda katakan kepadanya !
2. Seorang ibu primipara sedang menyusui bayinya. Anda memperhatikan bahwa hanya ujung
putingnya saja yang masuk kedalam mulut bayi. Apa yang anda katakan dan lakukan !
V. REFERENSI
1. Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara.
a. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB
b. http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-
c. laktasi.html
http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6
d. September 2009; pukul 10:50 WIB
2. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London
3. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC
4. Dickason. E. J. (1998). Maternal Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby
5. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta : Mitra
Cendekia
6. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post Partum :
Jakarta
7. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A family and
Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall Health.
8. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. ) Philadelpia:
Lippincot Raven
9. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta : Fitramaya
11. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta
12. Womens health Queensland Wide and Womens Infolink. (1999). Understanding Postnatal
Disorder. Brisbane: Womens health Queensland Wide
C. SIBLING RIVALRY
Sibling rivalry merupakan kecemburuan dan kemarahan yang lazim
terjadi pada anak karena kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga
yang dalam hal ini adalah saudara kandungnya (Bahiyatun, 2009).
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara sekandung untuk
mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang
tuanya atau untuk mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang lebih (Suherni,
2009)
Sibling biasanya terjadi pada usia antara 5-11 tahun, bahkan diusia yang
kurang dari 5 tahun.
Penyebab Sibling Rivalry :
1. Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan
2. Ciri emosional yakni temperamen seperti halnya mudah bosan, mudah
frustasi atau sebaliknya
3. Sifat perasaan anak seusia sampai dengan usia 2-3 tahun yaitu apa
yang disenangi adalah miliknya
4. Kelemahan perkembangan seperti lemahnya kemampuan bahasa,
kurang bisanya dalam interaksi sosial
Peran Bidan dalam sibling Rivalry :
Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya
dalam jam pertama sesudah kelahiran
Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan
respon positif tentang bayinya baik melalui sikap maupun ucapan dan
tindakan.
Respon yang ditunjukkan oleh anak :
1. Memukul bayi (adiknya)
2. Mendorong bayi dari pangkuan ibunya
IV. EVALUASI
1. Jelaskan respon terhadap terjadinya sibling rivalry!
2. Jelaskan penyebab sibling!
IV. EVALUASI
1. Jelaskan perubahan tanda tanda vital yang terjadi pada masa nifas !
2. Mengapa pada ibu nifas terjadi peningkatan kerja jantung !
V. REFERENSI
1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London
2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC
3. Dickason. E. J. (1998). Maternal Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby
4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta : Mitra
Cendekia
5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post
Partum : Jakarta
6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A family and
Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall Health.
7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. ) Philadelpia:
Lippincot - Raven
8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta :
Fitramaya
10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta
11. Womens health Queensland Wide and Womens Infolink. (1999). Understanding Postnatal
Disorder. Brisbane: Womens health Queensland Wide
Suatu proses penyesuaian diri, secara fisik & psikologis dr ortu baru berkaitan
dengan kehadiran BBL.
Perubahan bentuk fisik akan mempengaruhi psikologis ibu :
1. FAKTOR BIOLOGIS
Sensitif terhadap peningkatan hormon selama kehamilan (pregesteron, estrogen,
kortisol dan prolaktin)
Penyakit post natal lain
2. FAKTOR PSYKOLOGIS
Riwayat depresi
Keluarga punya riwayat depresi
Depresi selama kehamilan
Harga diri rendah
Hubungan antara ibu dan anak yang kurang baik
Trauma hidup (kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan)
3. SOCIAL KULTURAL
Hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan/suami
Tidak ada suport dari suami, keluarga dan teman
Kesulitan financial
Harapan yang tidak realistik
Isolasi sosial
HARAPAN
1. MYTHOS
Menjadi ibu adalah alamiah dan berdasarkan intuisi
Mengurus keluarga (anak) adalah sepenuhnya tanggung jawab ibu
Menjadi ibu adalah peran utama seorang wanita
Menjasi ibu yang super
2. KENYATAAN
Menjadi ibu tidak berdasarkan intuisi tapi membu tuhkan pembelajaran tentang
skill
Menjadi ibu tidak datang secara alamiah
Tanggung jawab merawat bayi
IV. EVALUASI
DISKUSI:
1. Peran bidan dalam menciptakan terjadinya ikatan antara bayi dan ibu dalam jam
pertama sesudah kelahiran ?
2. Perilaku normal orang tua ketika pertama kali melihat bayinya ?
3. Perilaku yang harus diwaspadai dalam ikatan bayi dan ibu serat penatalaksanaannya?
4. Tanda-tanda, gejala dan etiologi kemurungan masa nifas ?
5. Penatalaksanaan secara tradisional (bila ada) dan secara kebidanan bagi kemurungan
masa nifas ?
Asuhan Kebidanan Nifas 52
6. Faktor resiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah dari kemurungan
masa nifas ?
7. Tanda-tanda dan gejala pada reaksi psikologis yang lebih parah dan penanganannya.
V. REFERENSI
1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London
2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC
3. Dickason. E. J. (1998). Maternal Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby
4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta :
Mitra Cendekia
5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post
Partum : Jakarta
6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A
family and Community Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall
Health.
7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )
Philadelpia: Lippincot Raven
8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan masa nifas, Yogyakarta :
Fitramaya
10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta
11. Womens health Queensland Wide and Womens Infolink. (1999). Understanding
Postnatal Disorder. Brisbane: Womens health Queensland Wide
a. Vitamin A
Untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan
syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran hijau, buah
yang berwarna kuning (wortel, tomat, nangka). Vitamin A 200.000
IU.
b. Vitamin B1 (Thiamin)
Untuk membantu metabolisme karbohidrat, kerja syaraf dan
jantung yang normal,nafsu makan yang baik, membantu proses
pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumber : hati, kuning
telur,susu,kacang-kacangan, tomat,jeruk, nanas, kentang.
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Untuk pertumbuhan, vitalitas,nafsu makan,pencernaan,system urat
syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati, kuning telur, susu,
keju, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau.
d. Vitamin B3 (Niacin)/Nicotine Acid
Untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan
pertumbuhan. Sumber : susu, kuning telur, daging, kaldu daging,
hati, daging ayam, kacang-kacangan, beras merah, jamur dan
tomat.
e. Vitamin B6 (Pyridoksin)
Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan gigi dan gusi.
Sumber : gandum, jagung, hati dan daging.
Bila upaya tersebut tetap tidak bisa baru dilakukan kateterisasi. BAB
biasanya sudah bisa dilakukan setelah hari ke-3. Bila belum bisa BAB
diberikan suppositoria dan minum air hangat.perlu diberikan diit secara
teratur , minum cairan yang banyak, makan cukup serat dan olahraga
2. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan terjadi
perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui, isapan
pada puting merupakan rangsangan yang psikis yang secara
reflektoris, mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise.
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah
involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping itu, ASI merupakan
makanan utama bagi bayi yang tidak ada bandingannya. Tanda bayi
Asuhan Kebidanan Nifas 58
mendapat cukup ASI :
Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam
Bayi ada BAB
Bayi tampak puas
Menyusui 10 12 kali dalam 24 jam
Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut
Bayi bertambah berat badan
Ibu merasakan aliran ASI
4. Kebersihan Diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene
Anjurkan kebersihan daerah genitalia
Sarankan untuk sering mengganti pembalut
Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat genitalia
Jika ada luka episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah luka,
kompres luka tersebut dengan kassa bethadine setiap pagi dan sore
hari untuk pengeringan luka dan menghindari terjadinya infeksi
5. Kebutuhan Istirahat
1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
2. Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan
3. Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur
4. Kurang istirahat dapat menyebabkan:
Kurangnya suplai ASI
Memperlambat proses involusi
6. Kebutuhan Seksual
1. Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari
2. Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu
tertentu. Hal ini tergantung pasangan
3. Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan suami
istri
4. Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB
5. Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan umlah waktu,
penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni,
kenikmatan dan kepuasan wanita dan pasangan serta masih dalam
hubungan seksual
IV. EVALUASI
1. Berapa kebutuhan kalori selama nifas !
2. Mengapa ibu nifas tidak boleh menahan keinginan BAK?
3. Sebutkan manfaat ambulasi dini !
4. Bagaimana cara membersihkan daerah perineum?
V. REFERENSI
1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London
2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC
3. Dickason. E. J. (1998). Maternal Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby
4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas, Yogyakarta
: Mitra Cendekia
5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu Post
Partum : Jakarta
6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A
family and Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall
Health.
7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )
Philadelpia: Lippincot - Raven
8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009. Perawatan masa nifas.
Yogyakarta : Fitramaya
10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta
11. Womens health Queensland Wide and Womens Infolink. (1999). Understanding
Postnatal Disorder. Brisbane: Womens health Queensland Wide
Gangguan perkemihan
Gangguan BAB
Gangguan hubungan seksual
IV. EVALUASI
1. Jelaskan fokus pemeriksaan fisik untuk ibu nifas !
2. Jelaskan beberapa masalah yang muncul selama nifas!
1. Bennet and Brown (1999). Myles Texbook for Midwives (13th Ed). UK London
2. Bahiyatun, 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC
3. Dickason. E. J. (1998). Maternal Infant Nursing (3rd Ed.)St.. Louis: Mosby
4. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan kebidanan nifas,
Yogyakarta : Mitra Cendekia
5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001). Buku IV, Asuhan kebidanan pada Ibu
Post Partum : Jakarta
6. Olds SB, London ML & Ladewig PW. (2000). Maternal Newborn Nursing : A
family and Community- Based Approach. 6th Edition. New Jersey: Prentice
Hall Health.
7. Reeder. S. J. (1997). Nursing, Family Health and reproduction (18th Ed. )
Philadelpia: Lippincot Raven
8. Saifudin AB. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta : Fitramaya
10. WHO. (2001). Panduan Praktis maternal dan Neonatal. Jakarta
11. Womens health Queensland Wide and Womens Infolink. (1999).
Understanding Postnatal Disorder. Brisbane: Womens health Queensland
Wide
1. Kunjungan dilakukan setiap pagi dan sore hari selama beberapa hari
post partum
2. Keluarga diajarkan untuk mendemonstrasikan cara perawatan bayi
sehari-hari termasuk segala keperluan yang diperlukan untuk
perawatan bayi (cara membuat susu, cara menyeteril botol, cara
mencuci tangan)
Kunjungan Nifas :
Kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali yang bertujuan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir serta mencegah terjadinya masalah.
Asuhan Kebidanan Nifas 68
1. Kunjungan I
Dilakukan 6-8 jam setelah persalinan, dengan tujuan :
a. Mencegah perdarahan karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk bila
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga lain
bila terjadi perdarahan banyak.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya
hipotermia
2. Kunjungan II
Dilakukan 6 hari setelah persalinan, dengan tujuan :
a. Memastikan involusi berjalan dengan normal, uterus berkontraksi,
fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat,menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III
Dilakukan 2-3 minggu setelah persalinan, dengan tujuan :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi supaya
tetap hangat dan merawat bayi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TTV
b. Memeriksa payudara dan putting, apakah ada pembengkakan/ lecet
pada putting dan infeksi
c. Memeriksa abdomen dengan cara palpasi untuk mengetahui
kontraksi uterus dan kandung kemih
d. Memeriksa lochea : jumlah, warna, konsistensi dan bau
7. Keluarga Berencana
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB :
a. Idealnya pasangan harus menunggu minimal 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan
dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Disinilah
pentingnya peran bidan dalam membantu ibu tentang cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
IV. EVALUASI
1. Jelaskan tanda bahaya yang ssering terjadi pada masa nifas !
2. Jelaskann kebutuhan gizi untuk ibu nifas !
V. REFERENSI
1. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
2. Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari.2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Mitra cendekia press
3. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta : Fitramaya
IV. EVALUASI
1. Jelaskan tanda dan gejala mastitis!
2. Jelaskan penanganan abses payudara!