I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
II. PEMBAHASAN
1 Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnaillmu Sosial dan
3 Agusmindah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika & Kajian Teori, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2010, h.xi.
4 Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, h. 23.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2
mendefisinikan Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial. Selanjutnya, Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem
pemberian jaminan kesejahteraan berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya
adalah dasar (Basic).5 Definisi ini hendak menegaskan bahwa fasilitas jaminan
kesejahteraan harus dapat dinikmati oleh semua warga Negara tanpa terkecuali.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai pengertian yang universal, sehingga
jika disimak lebih dalam, maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan
bagi seluruh rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang maupun pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui
mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib.6
Menurut ILO7 bahwa jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan
oleh masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-
tekanan ekonomi dan sosial bahwa jika tidak diadakan system jaminan sosial akan
menimbulkan hilangnya sebagia pendapatan akibat sakit, persalinan, kecelakaan
kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis
termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem
pemberian uang dan/atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari resiko
tidak memiliki atau kehilangan pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit,
5 Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010
6 Tim Internal SJSN PT Jamsostek (Persero), Kerangka Jaminan Sosial, Menuju Implementasi
SJSN yang Ideal.
7 Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia, Reformasi Sistem Jaminan Sosial
di Indonesia : Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Nasional Indonesia Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi RI, Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2006. H. 33.
menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian. Spicker (1995) dan MHLW
(1999)8 , memberi batasan dan penjelasan mengenai jaminan sosial sebagai
berikut:
8 Llihat, Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice-Hall dan
MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) (1999), Tokyo: MHLW.
9 Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, h. 60.
10 MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) Annual Report on Health and
Welfare, h. 2.
5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian
dan harga manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi.
B. Landasan Filosofis, Yuridis, Sosiologis Jaminan Sosial11
1. Landasan Filosofis
Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN bagi
penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga negara adalah sebagai
penyelenggaraan SJSN berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak
konstitusional setiap orang, sebagaimana pada UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal
28H ayat (3) menetapkan, Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangandirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat.
Selain itu, penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab Negara
dalam pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan social. Hal ini
Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang
mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat,
sebagaimana tercantum dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat (3),
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
Penyelenggaraan SJSN berdasarkan asas kemanusiaan dan berkaitan
dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Undang-Undang No. 40 Tahun
2004 Pasal 2 menetapkan, Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat,asas keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004 menjelaskan bahwa
asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.
Jaminan sosial dari aspek tujuannya yakni untuk terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Hal ini
11 Lihat, Asih Eka Putri, Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional, Friedrich-Ebert-Stiftung
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara Republik
Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur
dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam
Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian
dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN).
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005,
Pemerintah bersama DPR mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU
SJSN setingkat Undang-Undang, yaitu UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (UU BPJS).
Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS terbentang mulai
Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Lembaga. Penyelesaian seluruh dasar
hukum bagi implementasi SJSN yang mencakup UUD NRI, UU SJSN dan
peraturan pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas tahun (2000 2014).
Dengan demikian,landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara
Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3)
diatur dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam
Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian
dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN) dan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No.
007/PUU-III/2005.
3. Landasan Sosiologis
Paradigma hubungan antara penyelenggara Negara dengan warganya
mengalami perubahan sangat mendasar sejak reformasi ketatanegaraan pada
medio tahun 1998.
Selama pemerintahan Orde Baru, hubungan tersebut berorientasi kepada
Negara (state oriented). Kemudian sejak reformasi hubungan tersebut berubah
menjadi atau berorientasi kepada rakyat yang berdaulat (people oriented). Rakyat
tidak dipandang sebagai obyek tetapi subyek yang diberi wewenang untuk turut
menentukan kebijakan publik yang menyangkut kepentingan mereka. Negara
tidak lagi menguasai penyelenggaraan segala urusan pelayanan publik, tetapi
mengatur dan mengarahkannya.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut direspon oleh
hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum jaminan sosial. Pemerintah
membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk menyikapi dinamika
masyarakat dan menangkap semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita
hukum masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah secara
mendasar untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan
dari iuran peserta sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
C. Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional
Berdasarkan pada UU SJSN menetapkan 5 (lima) jenis program jaminan
sosial, yaitu:
1. Jaminan kesehatan
Jaminan adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara
nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.12
2. Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan kecelakaan kerja adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia
mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.13
3. Jaminan hari tua
Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai
apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.14
4. Jaminan pensiun
Jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya
karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.15
5. Jaminan kematian
Jaminan kematian adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Berdasarkan dari eksplanasi di atas, dengan demikian bahwa jenis-jenis
jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan,
jaminan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan kematian.
D. Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial di Indonesia
Untuk mengelola dana dan menyelenggarakan jaminan sosial agar
berjalan dengan efektif, maka diperlukan lembaga pengelola yang kredibel. Pasal
47 ayat (1) Undang-Undang SJSN disebutkan bahwa Dana Jaminan Sosial wajib
16
Untuk lebih detail mengenai pertimbangan (ratio decidendi) hukum Mahkamah Konstitusi, lihat,
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/ PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus 2005.
2. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus
2005 membatalkan PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT
ASKES sebagai BPJS sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 ayat (2) dan
ayat (3) UU SJSN karena bertentangan dengan UUD1945.
3. Pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi menyebutkan bahwa, PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES keberadaannya
hanya dibutuhkan untuk mengisi kekosongan hokum (rechts-vacuum) dan
menjamin kepastian hukum (rechtszkerheid) selama 5 (lima) tahun terhitung
sejak 19 Oktober 2004 s.d 19 Oktober 2009 (Pasal 52 ayat (2) UU SJSN
karena belum adanya BPJS yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN
dapat dilaksanakan.
4. Pasal 52 ayat (2) UU SJSN menyatakan bahwa, semua ketentuan yang
mengatur mengenai BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES) disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lama 5 (lima) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan. Dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut maka
dalam waktu 5 (lima) tahun sejak 19 Oktober 2004 sudah harus dibuat
Undang-Undang yang mengatur tentang transformasi secara menyeluruh
lembaga penyelenggara jaminan sosial.
Sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi diatas, bahwa Mahkamah
Konstitusi memerintahkan untuk transformasi secara menyeluruh lembaga
penyelenggara jaminan sosial. Adapun transformasi menyeluruh adalah :17
1. Transformasi Kelembagaan; yaitu dari bentuk BUMN dengan badan hukum
PT menjadi BPJS berbentuk Badan Hukum Publik dengan 9 Prinsip
(kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,
portabilitas, kepesertaan wajib, dana amanat), dan hasil pengeloaan dana
jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta. (Pasal 4 UU SJSN).
17 Roni Febriyanto , Jaminan Sosial : Haruskah Rakyat Menunggu, Jurnal Kajian Perburuhan
Mengingat KIS akan mulai diluncurkan pekan depan, Tono juga mengaku pihaknya
telah melakukan rangkaian persiapan terutama untuk menghadapi ribuan pendaftar
nantinya. "Kita sudah sangat siap. Targetnya 15 ribu dari daftar 1,7 juta dari
penduduk seluruh Indonesia,"
Teknis persiapan BPJS menghadapi peluncuran KIS juga turut disampaikan Direktur
Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga Purnawarman Basundoro. "Ya
kami sudah melakukan persiapan tentunya dari mulai IT dan segala macam, sampai
komunikasi melalui media juga," kata dia.
dapat diketahui bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil
trransformasi lembaga penyelenggara jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero
yang menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai jangka waktu yang
ditentukan berdasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi untuk melayani
subjek hukum (peserta) tertentu yang belum bertransformasi menjadi BPJS yakni
PT. ASABRI dan PT TASPEN. serta permasalahan yang lain yakni penerapan
kartu indonesia sehat (KIS) yang direncakan dan akan diterapkan oleh pemerintah.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari eksplikasi pada pembahasan di atas, maka penulis
berkesimpulan sebagai berikut :
b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara Republik Indonesia
Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam
Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam
Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut
kemudian dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Putusan Mahkamah Konstitusi
atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.
c. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis jaminan sosial yakni terjadi perubahan sosial di dalam
masyarakat tersebut direspon oleh hukum. Salah satu di antaranya adalah
hukum jaminan sosial. Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU
SJSN untuk menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap semangat
jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita hukum masyarakat.
Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah secara mendasar untuk
memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan
dari iuran peserta sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-
baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
3. Bahwa jenis-jenis jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan, jaminan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension,
jaminan kematian.
4. Bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil trransformasi
lembaga penyelenggara jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero yang
menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai jangka waktu yang
ditentukan berdasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi untuk melayani
subjek hukum (peserta) tertentu yang belum bertransformasi menjadi BPJS
yakni PT. ASABRI dan PT TASPEN.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA