2016330050118
BAB 1
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara yang terdiri dari berbagai kelompok
etnis, budaya, suku, dan agama sehingga Indonesia secara sederhana dapat
dis ebut sebagai masyarakat multikultural. Akan tetapi, di lain pihak, realitas
multikultural tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk
merekonstruksi kembali kebudayaan nasional Indonesia yang dapat menjadi
integrating force yang mengikat seluruh keragaman etnis dan budaya
tersebut. Pluralisme pasti dijumpai dalam setiap komunitas masyarakat.
Teristimewa pada saat ini, ketika teknologi transportasi dan komunikasi telah
mencapa i kemajuan pesat. Kemajemukan merupakan inevitable destiny di
tingkat global maupun di tingkat bangsa-negara dan komunitas. Secara
teknis dan teknologis, kita telah mampu untuk tinggal bersama dalam
masyarakat majemuk. Namun demikian, spiritual kita belum memahami arti
sesungguhnya dari hidup bersama dengan orang yang memiliki perbedaan
kultur yang antara lain mencakup perbedaan dalam hal agama, etnis, dan
kelas sosial. Indonesia memiliki kemajemukan suku. Kemajemukan suku ini
merupakan salah satu cirri masyarakat Indonesia yang bisa dibanggakan.
Akan tetapi, tanpa kita sadari bahwa kemajemukan tersebut juga menyimpan
potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal ini telah terbukti di beberapa wilay ah Indonesia terjadi konflik seperti di
Sampit (antara Suku Madura dan Dayak), di Poso (antara Kri stiani dan
Muslim), di Aceh (antara GAM dan RI), ataupun perkelahian yang kerap
terjadi antarkampung di beberapa wilayah di pulau Jawa dan perkelahian
pelajar antarsekolah.
1
ERICK FREDICK
2016330050118
2
ERICK FREDICK
2016330050118
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kebudayaan Nasional
Ada beberapa pengertian mengenai kebudayaan nasional, diantaranya :
Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan nasional adalah
suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara,
dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan
identitas terhadap warga.
Menurut Nugroho Notosusanto, kebudayaan nasional adalah
kebudayaan-kebudayaan daerah dan kebudayaan kesatuan.
Kebudayaan nasional dalam TAP MPR No. 11 tahun 1998, yaitu bahwa
kebudayaan nasional yang berlandaskan pancasila adalah perwujudan cipta ,
karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya
manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai
bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada
pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.
Sedangkan dalam pandangan Ki Hajar Dewantara kebudayaan
nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah.
Berdasarkan pada pendapat diatas, maka kebudayaan nasional merupakan
paduan atau gabungan seluruh lapisan kebudayaan bangsa Indonesia, yang
mencerminkan semua aspek kehidupan bangsa, dan merupakan totalitas
berdasarkan aspek kerohanian bangsa.
Kebudayaan nasional adalah apa saja yang dihasilkan oleh manusia
Indonesia dulu , sekarang dan dimasa yang akan datang. Dengan perkataan
lain, kebudayaan nasional ialah kepribadian manusia Indonesia yang dalam
wujudnya berupa pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap terhadap
berbagai aspek kehidupan bangsa, atau sebagai kebudayaan yang dianut
oleh semua warga dalam suatu Negara, yakni keseluruhan cara hidup, cara
3
ERICK FREDICK
2016330050118
berfikir, dan pandangan hidup suatu bangsa yang terekspresi dalam segi
kehidupannya dalam ruang dan waktu tertentu. Kepribadian inilah merupakan
identitas bangsa yang membedakan bangsa kita dari bangsa lain. Artinya,
identitas bangsa dapat dikatakan sebagai perwujudan kebudayaan nasional
yang beragam.
4
ERICK FREDICK
2016330050118
C. Pengeretian Multikulturalisme
Lahirnya paham multikulturalisme berlatar belakang kebutuhan akan
pengakuan (the need of recognition) terhadap kemajemukan budaya, yang
menjadi realitas sehari-hari banyak bangsa, termasuk
Indonesia(Irhandayaningsih, 2013, p. 5). Oleh karena itu, sejak semula
multikulturalisme harus disadari sebagai suatu ideologi, menjadi alat atau
wahana untuk meningkatkan penghargaan atas kesetaraan semua manusia
dan kemanusiaannya yang secara operasional mewujud melalui pranata-
pranata sosialnya, yakni budaya sebagai pemandu kehidupan sekelompok
manusia sehari-hari.Dalam konteks ini, multikulturalisme adalah konsep yang
melegitimasi keanekaragaman budaya. Kita melihat kuatnya prinsip
kesetaraan (egality) dan prinsip pengakuan (recognition) pada berbagai
definisi multikulturalisme:
Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang
kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang
menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan
5
ERICK FREDICK
2016330050118
D. Jenis Multikulturalisme
Parekh (1997) membedakan lima model multikulturalisme:
1. Multikulturalisme isolasionis
Yaitu masyarakat yang berbagai kelompok kulturalnya
menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi minimal
satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif
6
ERICK FREDICK
2016330050118
7
ERICK FREDICK
2016330050118
E. Multikultiralisme di Indonesia
Masyarakat multikultural terjadi ketika kondisi masyarakat ditemukan
tidak hanya satu ragam kultur saja tetapi ada banyak ragam kultur atau
budaya yang berkembang didalamnya. Dalam studi sosiologi dan antropologi
menyatakan bahwa masyarakat multikultural adalah masyarakat yang
tersusun dari berbagai macam etnik, dan setiap etnik tersebut memiliki
respect satu sama lain sehingga tercipta kontribusi terhadap negara (lihat
Alo, 2005: 68).
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang termasuk
dalam kategori multikultural, hal tersebut dikarenakan terdapat begitu banyak
kebudayaan dan corak kehidupan serta latar belakang yang berbeda-beda
disetiap daerah. Karena hal itulah, masyarakat Indonesia juga disebut
masyarakat majemuk, yang memiliki sekitar 300 suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia, dengan jumlah penduduk disetiap suku beragam, ada
yang banyak dan ada pula yang sedikit.
Adapun suku bangsa yang jumlah penduduknya banyak antara lain
suku Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Minang, Melayu, Aceh, Bali, Manado, dan
Makasar.Sementara suku bangsa dengan jumlah penduduk sedikit antara
lain suku Nias, Kubu, Mentawai, dan Asmat. Dengan berbagai macam suku
bangsa tersebut, pasti akan menimbulkan yang namanya perbedaan.
Perbedaan terjadi karena adanya hal yang berusaha dilindungi oleh setiap
golongan tertentu, misalnyagolongan A yakin bahwa setiap manusia akan
mati dan kemudian tidak akan lahir kembali. Namun, golongan B berbeda
pendapat, menurut golongan B setiap manusia yang mati pasti akan hidup
kembali melalui renkarnasi dari Tuhan. Perbedaan tersebut, membuat kedua
8
ERICK FREDICK
2016330050118
9
ERICK FREDICK
2016330050118
10
ERICK FREDICK
2016330050118
ruang luas bagi individu dalam kelompok untuk mengekspresikan diri secara
unik.Isyu ketegangan antara penghargaan terhadap keberbedaan dan hak
untuk menjadi berbeda dengan konsep universal tentang martabat individu
sesungguhnya inilah perlu diteliti lebih lanjut agar ditemukan solusi yang
tepat.
Sampai di titik ini, kita bisa memandang proyek multikulturalisme
dengan lebih menyeluruh, bukan semata-mata sebagai jargon politik untuk
mencitrakan ideologi atau organisasi yang pro kemanusiaan, melainkan
sebagai sebuah konsep filosofis dengan asumsi-asumsi yang ternyata
problematis. Salah satu ironi dari proyek multikultural, lanjut Anne Phillips
(2007:25), adalah bahwa atas nama kesetaraan dan respek mutual
antarelemen masyarakat, ia juga mendorong kita untuk memandang
kelompok-kelompok dan tatanan-tatanan budaya secara sistematis lebih
berbeda daripada kenyataan sesungguhnya dan dalam proses tersebut,
multikulturalisme berkontribusi menciptakan stereotipisasi wujud-wujud
kultural yang ada.
G. Pengertian Toleransi
Secara etimologi toleransi berasal dari kata tolerance (dalam bahasa
Inggris) yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati
keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Di dalam bahasa Arab
menterjemahkan dengan tasamuh, berarti saling mengizinkan, saling
memudahkan.(Munawar, hal. 13)
Dari dua pengertian di atas penulis menyimpulkan toleransi secara
etimologi adalah sikap saling mengizinkan dan menghormati keyakinan orang
lain tanpa memerlukan persetujuan.
Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan
kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk
menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan
11
ERICK FREDICK
2016330050118
12
ERICK FREDICK
2016330050118
13
ERICK FREDICK
2016330050118
4. Saling Mengerti
Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama
manusia bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan
saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat
dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara
satu dengan yang lain.
14
ERICK FREDICK
2016330050118
makin banyak pelajar terlibat dalam konflik sosial seperti tawuran, geng
motor dan tindak kekerasan lainnya. Hidup di tengah-tengah perbedaan
akan menyulitkan bagi individu yang tidak mampu menerima dan
menghargai perbedaan tersebut. Setiap individu di masyarakat memiliki
ciri khas, latar belakang, agama, suku dan bahasa yang
berbeda.Banyaknya perbedaan tersebut merupakan sebuah potensi yang
dapat memicu konflik dan perpecahan di masyarakat apabila tidak mampu
disikapi secara bijak. Sebagai contoh yang lain, banyak kerusuhan yang
berbau SARA, Pertentangan antar kelompok masyarakat makin
meningkat, kebencian yang makin kuat terhadap etnik tertentu, kebencian
yang makin kuat terhadap sistem dan pelaksanaan program pemerintah
yang dinilai sangat sentralistik dan otoriter, geng motor yang anarkhis,
dan tawuran pelajar merupakan bukti nyata bahwa menghargai dan
menghormati orang lain sudah menjadi sesuatu yang sangat langka di
negara Indonesia.
Kendala-kendala lain yang umumnya bisa menghambat
pelaksanaan toleransi antara lain:
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam
komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia,
adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance)
sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai
akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar
agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang
sensitif.Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan.
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain,
tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara
yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah
15
ERICK FREDICK
2016330050118
16
ERICK FREDICK
2016330050118
komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak
pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang
bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok
eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat
bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya
untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada di luar
untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka
yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation
atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan
pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka
timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
17
ERICK FREDICK
2016330050118
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Pemahaman Toleransi Multikulturalisme Masyarakat di
Indonesia
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dari pulau sabang
sampai merauke, berbagai macam suku bangsa, ras, dan kebudayaan yang
ada di Indonesia. Bagaimana tidak? Indonesia yang posisinya sangat
geografis dan berada di tengah-tengah garis khatulistiwa. Indonesia juga
mempunyai pulau terbanyak mencapai ribuan, unik bukan?
Dari itu semua kita juga tahu bahwa Indonesia kaya akan alam yang
indah yang tidak ada di negara lain. Multikulral adalah budaya yang banyak
dan berbeda-beda, mulai dari masyarakat sosialnya, sukunya, budayanya,
dan adatnya pun berbeda. Dari hal ini lah kita perlu menamkan sikap
toleransi dari berbagai aspek baik agama maupun sosial budaya (Tobari,
2015, p. 1). Tak jarang kita temui banyak terjadi konflik antar agama maupun
budaya dan apa penyebabnya? Penyebabnya yaitu tidak ada rasa kasing
sayang dan empati. Bila sudah timbul rasa kasih sayang maka akan tumbul
sikap menghargai dan sikap toleransi di antara berbedanya suku, budaya dan
agama yang ada di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sangat unik dengan keberagamannya, karakter
warga masyarakatnya juga berbeda dan unik sesuai dengan perkembangan
wilayahnya dan budayanya masing-masing. Dalam beberapa kasus yang
dulu-dulu pernah terjadi, kita sudah bahwa sudah banyak terjadi perang
maupun konflik antar budaya maupun suku yang sudah terjadi di Indonesia.
Ini juga menjadi keresahan masyarakat Indonesia, jangan-jangan nanti akan
terjadi di wilayah tempat kita tinggal? Ya semua orang pasti juga akan
merasakan hal yang sama. Dimana perang yang terjadi ini sebenarnya terjadi
karena tidak adanya rasa saling mengerti dan percaya, dan juga tidak ada
18
ERICK FREDICK
2016330050118
19
ERICK FREDICK
2016330050118
20
ERICK FREDICK
2016330050118
21
ERICK FREDICK
2016330050118
22
ERICK FREDICK
2016330050118
23
ERICK FREDICK
2016330050118
24
ERICK FREDICK
2016330050118
25
ERICK FREDICK
2016330050118
26
ERICK FREDICK
2016330050118
27
ERICK FREDICK
2016330050118
kelompok minoritas dalam berbagai bidang, baik itu sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan, dan sebagainya . Dalam konteks deskriptif, pendidikan
multikultural seyogyanya berisikan tentang tema-tema mengenai toleransi,
perbedaan ethno-cultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian
konflik dan mediasi, hak asasi manusia, demokratisasi, pluralitas,
kemanusiaan universal, d an subjek-subjek lain yang relevan.
Adapun pelaksanaan pendidikan multikultural tidaklah harus
mengubah kurikulum. Pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi
pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman bagi guru
untuk menerapkannya. Yang utama k epada para siswa perlu diajari
mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan sal ing
menghargai. Hal tersebut sangat berharga bagi bekal hidup mereka di
kemudian hari dan sangat penting untuk tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.
Sekolah memegang peranan penting dalam menanamkan nilai
multikultural pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki
nilai-nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan,
maka nilai-nilai tersebut akan tercermin pada tingkah-laku mereka seharihari
karena terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para
generasi muda kita, maka kehidupan mendatang dapat diprediksi aka n relatif
damai dan penuh penghargaan antara sesama dapat terwujud. (Arifudin,
2007, p. 2)
Pelaksanaan pendidikan multikulturalisme di sekolah harus
menanamkan nilai-nilai kebersamaan, toleran, dan mampu menyesuaikan diri
dalam berbagai perbedaan. Proses pendidikan ke arah ini dapat ditempuh
dengan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural merupakan proses
penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman
budaya yang hidup di tengah tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan
multikultural diharapkan mampu menanamkan kesadaran akan pentingnya
sikap toleransi dalam kehidapan bermasyarakat kepada masyarakat
28
ERICK FREDICK
2016330050118
29
ERICK FREDICK
2016330050118
kita bina ataau menjalin hubungan toleransi dengan benar. Kita perlu dan
wajib membina dan menjalin kehidupan dengan sikap toleransi. Kita sebagai
manusia yang secara kodrat tiddak bisa hidup sendiri. Hal ini berarti
seseorang tidak bisa hidup tanpa bantan dari orang lain atau dengan kata
lain tidak bisa hidup sendirian, tetapi kita sebagai manusia tidak pernah lepas
dari berteman, bertetangga. Sikap dan perilaaku toleransi dapat diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, lingungan masyarakat, bahkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai solusi untuk menanamkan
sikap toleransi dalam masyarakat multikultural, dapat disimpulkan bahwa
dengan melalui pendidikan multukulturalisme, maka masyarakat Indonesia
akan memahami dan menanamkan sikap toleransi sosial yakni sikap yang
menghargai perbedaan-perbedaan sosial yang terdapat dalam masyarakat.
Kemudian masyarakat dapat menyadari akan suatu keadaan ketika
seseorang berusaha memahami perbedaan-perbedaan sosial yang ada
dalam masyarakat dengan cara menempatkan dirinya sebagai individu atau
kelompok yang berbeda tersebut. Sehingga masyarakat Indonesia akan
terhindar dari problematika ataupun konflik-konflik yang kemungkinan terjadi
pada masyarakat multikultural.
30
ERICK FREDICK
2016330050118
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Multikultural bagi Indonesia merupakan suatu strategi dan integrasi
sosial di mana keanekaragaman budaya benar diakui dan dihormati,
sehingga dapat difungsikan secara efektif dalam mengatasi setiap isu-isu
separatisme dan disintegrasi sosial. Multikulturalisme mengajarkan semangat
kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan
melahirkan persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka)
budaya bangsa inilah yang lebih menjamin persatuan bangsa.
Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai
akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti yang mendasari
konflik di daerah Maluku Utara dan Maluku Tengah. Tapi Seharusnya
keberagaman dan perbedaan Indonesia harus di jaga agar dengan adanya
perbedaan dalam kebudayaan membuat Indonesia semakin kaya dan sesuai
dengan semboyan Negara Indonesia yaitu bhineka tunggal ika (berbeda
tetapi satu tujuan). Solusi untuk menghadapi konflik akibat multikulturalisme
diantaranya:
1. Memberikan Toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan yang berbeda
dengan kebudayaan kita
2. Menghargai suku,agama,dan ras yang berbeda
3. Jika permasalahnnya karena miss communication bisa dengan
mengadakan mediasi antar kepala suku atau kepala daerah yang ada di
daerah sampit
4. Pemerintah harus lebih telaten dalam mengurusi masalah-masalah
yang ada di sudut-sudut Negara, jangan hanya terpaku pada ibu kota saja
31
ERICK FREDICK
2016330050118
B. SARAN
Indonesia adalah bangsa yang multikultural, bangsa yang berdiri dari
bebagai macam suku, budaya, ras dan berbagai bahasa. Namun hal tersebut
tidak menutup kemungkinan bagi kita sebagai bangsa indonesia untuk
bersatu dan berjuang untuk bangsa yang terdiri dari bermacam-macam kultur
ini. Kita harus bersatu agar duduk sama rendah dan berdiri sama dengan
bangsa yang lain dan bersama-sama, bergotong royong untuk mengangkat
martabat bangsa Indonesia di mata dunia.Untuk itu sebagai warga Negara
yang cinta tanah air kita harus menjaga keanekaragaman kebudayaan kita.
Kita dianjurkan untuk hidup saling berdampingan satu sama lain sehingga
tidak ada pertengkaran dan perpecahan.
32
ERICK FREDICK
2016330050118
DAFTAR PUSTAKA
33