NOMOR: ........
Tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN
RS Sumber Waras
2. .......
1
3. .......dst..
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
RS .......
2
Dr. ........
Direktur
KEBIJAKAN PELAYANAN
A. KEBIJAKAN UMUM
3
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi
dengan cinta kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatian
(option for the poor).
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada
pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan
dan kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen
pasien, pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.
8. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang
mampu.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya
4
untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah
kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan,
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6
(enam) sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap
pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan
profesi dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit
dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester
dan tahunan kepada manajemen rumah sakit.
5
21. RS Sumber Waras bukan Sumah Sakit yang ditunjuk untuk melaksanakan
PONEK. RS Sumber waras saat ini sedang mempersiapkan untuk melengkapi
SDM dan fasilitas PONEK. Terkait PONEK RS Sumber Waras mengupayakan
pelayanan meliputi : penanganan awal/ emergency ibu dan bayi dan
pelayanan rujukan ke rumah sakit lain yang mampu memberikan pelayanan
lebih lanjut.
22. RS Sumber Waras bukan Rumah Sakit yang ditunjuk untuk melakukan
pelayanan pasien dengan HIV/AIDS, sehingga pelayanan yang
diselenggarakan RS Sumber Waras meliputi ; palayanan Voluntary Conceling
and Testing (VCT), pelayananrujukan HIV kerumahsakit lain yang
ditunjukmelayanai HIV/AIDS, danpenerapan Universal Precaution.
24. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat
persetujuan pasien / keluarga
25. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
27. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik
internal ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
B. KEBIJAKAN KHUSUS :
6
jawab langsung kepadaDirektur.Tim PPI bertanggung jawab langsung
kepada Komite PPI.
c) Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas
sesuaidengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakitdan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh
Kementerian KesehatanRepublik Indonesia Tahun 2011.
2. KEWASPADAAN STANDAR
3. KEBERSIHAN TANGAN
A. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
seluruh lingkungan RS Panti Sumber Waras .
B. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
7
1) Segera : setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum :
3) Kontak langsung dengan pasien
4) Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
Invasif
5) Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
6) Mempersiapkan makanan
7) Memberi makan pasien
8) Meninggalkan rumah sakit
9) Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang
b. Setelah :
/ bersin).
8
4. Kebersihan tangan Sosial
F. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-klinis) di
chlorhexidine 4 % (surgical).
9
4. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
10
c. Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3):
sanitasi, kamar cuci, kamar jenazah, CSSD.
d. Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk
petugas / pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar
jenazah, area dimana fasilitas kebersihan tangan dengan sabun
dan airmengalir tidak tersedia / jauh letaknya.
11
4. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
e. Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi
seminimal mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip
kewaspadaan isolasi.
12
g. Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi)
dilakukan setelah pasien yang tidak menular.
b. Semua pasien yang datang berobat ke poli rawat jalan dengan keluhan
batuk akandiberikan edukasi oleh petugas RS terlatih mengenai etika
batuk serta higienerespirasi dan diharuskan memakai masker bedah
13
f. Pasien rawat inap MDR TB ditempatkan di ruang isolasi airbone dengan
ventilasi tekanan negatif dan petugas medis menggunakan masker N-95
dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien tersebut.
14
d. APD yang lain disediakan melalui unit K3 RS.
e. Masker untuk ruang kohort air borne desease dengan masker bedah
rangkap 2.
15
e. Laporan Infeksi RS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur Medik dan
Keperawatansetiap bulan.
f. Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(ILI, ISK,VAP/HAP, IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan
surveilansinfeksi RS. Kultur mikrobiologi dilakukan pada setiap kasus yang
diduga infeksi rumah sakit(HAIs).
16
(DTT)dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk alat
non kritikal.
b. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait kriteria
c. memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan
toksisitasrendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak
merusak bahandan efisien. Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan desinfektandan antiseptik di RS sesuai rekomendasi Komite
PPI RS Panti Rahayu Purwodadi melalui instalasi farmasi.
d. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun
panduandan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan
monitoring dan evaluasiproses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi dengan
persetujuan Komite PPI RS.
e. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit
menggunakan form.
10. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & MATERIAL SEKALI PAKAI (single use yang
dire-use).
Dapat digunakan kembali sesuai dengan rekomendasi manufactur-nya. Alat
Medis Sekali Pakai dapat digunakan ulang (reuse of single use devices) sesuai
kebijakan RS.
a. AMSP dapat diproses secara benar/tepat (rasional) dan hasil sterilisasi
masihefektif dan efisien baik secara fisik /fungsi, kualitas serta aman
digunakan bagi pasien.
b. AMSP sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau
sangat mahal harganya
c. Pemrosesan AMSP yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui
proses pencatatan dan pengawasan mutu di bagian CSSD
d. AMSP yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat
secara visual dan fungsi dari alat / bahan.
e. Daftar AMSP yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS.
f. Adanya form daftar peralatan alat single use yang di re-use.
g. Adanya form daftar monitoring alar single use yang dire-use.
17
11. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RS
Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang
pengganggu, penyehatanruang dan bangunan, pemantauan higiene
sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen, disinfeksi
permukaan/udara/lantai, pengelolaan limbah cair/limbah B3/limbah padat
medis/non medis dikelola oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan RS (ISLRS) dan
SubBagian Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi
dengan KomitePPI RS, sehingga aman bagi lingkungan.
18
12. PENGELOLAAN LINEN
a. Jenis linen di RS Panti Rahayu dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen
kotor infeksius, linen kotor non infeksius
b. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan
kantong linen yang berbeda,linen kotor dengan kantong linen berwarna
hitam dan linen kotor infeksius dengan kantong linen kuning
c. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi
praktik kebersihan tangan,penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai
potensi resiko selama bekerja
13 PENGELOLAAN MAKANAN
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi
makanan, minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan
penjamah makanan.
19
14. PENDIDIKAN dan PELATIHAN PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI RS
Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan
oleh bagianPendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan Komite
PPI RS untukmenjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di RS
(termasuk peserta didik dankaryawan kontrak) memahami dan mampu
melaksanakan program PPI RS , khususnya kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi.
a. Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi
PPIRS
b. Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberiakan materi
orientasi PPIRS.
c. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh
bagianSDM bersama Komite PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku
sebagai dasarperencanaan program selanjutnya.
d. Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.
Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien
barumasuk, meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban
membuang sampah.
20
d. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (KPPI RS)
melakukanpengkajian risiko infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan
bagianpemeliharaan dan K3 RS.
21
Cairan desinfektan yang digunakan di RS Sumber Waras
22
2) Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit
yang steril
3) Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan
kecuali vialtersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien
tertentu.
4) Setelah digunakan untuk pertama kali, harus dicantumkan tanggal
pertama kalivial dibuka dan tanggal beyond use date pada etiket
obat.
d. Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan
bersama samauntuk beberapa pasien.
e. Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan tidak
dapatdigunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien.
f. Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakan flexpen harus
menggunakanjarum baru.
23
g. Pasien dapat mengingatkan petugas kesehatan ( Dokter, Perawat,
Fisioterapi,Pekarya, Gizi dll ) bila tidak melakukan kebersihan tangan
sebelum dan sesudahmenyentuh pasien dan lingkungan pasien.
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah tanggung
jawabpasien, keluarga dan pengunjung.
i. Anak-anak di bawah 12 tahun di larang mengunjungi pasien
j. Pasien, keluarga dan pengunjung berperan penting di dalam
pencegahan danpengendalian infeksi di rumah sakit. Setiap ruangan /
unit harus menyediakanfasilitas wastafel,tempat sampah non infeksius
(kantong hitam),sabun biasa (handsoap), masker bagi pasien, keluarga
dan pengunjung.
24
harusberkoordinasi secara intensif dengan Tim dan Komite PPI Rumah
Sakit untukmenangani KLB tersebut.
f. Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, Komite PPIRS
bersamaIPCN/IPCO melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya
KLB, meliputi:
1) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans
InfeksiRumah Sakit
2) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans
InfeksiRumah Sakit.
3) Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter yang
bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi
diagnosis infeksi rumah sakit, penegakan diagnosis IRS dan
mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. Selain itu juga dilakukan investigasi
terhadap kemungkinan sumber penularan, cara penularan dan
kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk
penanggulangan atau memutuskan rantai penularan.
4) Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan:
a) Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
b) Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi
untukdibiakkan dan antibiogram.
c) Pemasangan label di tempat penampungan bahan
pemeriksaanlaboratorium pasien penyakit menular. Label
bertuliskan Awas BahanMenular
5) Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk
memberikan klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB,
misalnya pelaksanaanProsedur Tetap secara benar.
g. Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka Komite
PPIRSmenetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada
pimpinan RS.
h. Untuk menanggulangi KLB Komite PPIRS berkoordinasi dengan
DirektoratPelayanan Medik, Panitia K3 RS, Laboratorium, Farmasi, Sanitasi,
CSSD, Gizi,Kamar Cuci dan Bagian terkait lainnya sesuai kebutuhan.
i. Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke rumah sakit rujukan infeksi
yangtelah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
25
j. Agar KLB IRS tidak meluas, Komite PPI bersama IPCLN dan perawat
ruanganmelakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan
dengan cara:
1) Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci
tangan yang benardan tepat.
2) Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD
lain sesuaiindikasi.
3) Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
4) Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan
pasien yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf
yang akan memberikanpenanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)
5) Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur Utama untuk
mengisolasi ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang
dianggap tercemar olehinfeksi.
6) Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
7) Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
k. Komite PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan
yang telahdiambil terhadap data atau informasi KLB.
l. Komite PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB
berhasildiatasi.
m. Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
n. Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang
tidak ditemukan kasus baru.
26
22. PENANGANAN PASIEN IMMUNOSUPPRESED
a. Penanganan pasien immunocopromised hanya melakukan kestabilisasi
keadaan umum, bila sudah stabil rumah sakit merujuk ke fasilitas
kesehatan yang lain.
b. RS Panti Rahayu tidak melakukan perawatan pasien
imuncompromised.Apabila terdapat pasien imunocompromised,maka
dirujuk kefasilitas kesehatan yang lainnya.
27
3) Prosedur dilakukan dalam ruangan yang berventilasi memadai.
4) Tersedia APD yang sesuai dengan risiko pajanan.
d. Pembersihan dan disinfeksi kamar jenazah sesuai dengan ketentuan
panduanPengelolaan Kamar Jenazah.
e. Penatalaksanaan limbah dan linen kamar jenazah sesuai dengan
ketentuan panduanPengelolaan Kamar Jenazah.
f. Pemulasaraan jenazah berpenyakit menular harus dilakukan sesegera
mungkin,tidak melebihi batas waktu 4 jam.
PERSIAPAN PEMAKAIAN RUANGAN BARU PASKA KONSTRUKSI / RENOVASI RS
a) Ruangan / Lingkungan
28
7. untuk kamar bayi sakit : 22 24 C & 35 60 %
b) Peralatan
1. Petugas
29
j. Petugas yang menerima ASI yang dipompa dari ibu /
keluarga, maka pada botolharus ditutup, beri label,
tanggal dan waktu pengambilan ASI.
2. Bayi
a) Pencegahan standar
30
4. Semua linen yang terkena noda darah dimasukkan kedalam
kantong berwarnakuning.
2. Pasien
3. Bayi
31
Perawat/bidan yang menerima bayi baru lahir harus
menggunakan APD lengkap.
Bayi lahir, tali pusat diikat dengan klem tali pusat steril dan diberi
alkohol70%/povidine iodine7.5% pada ujung tali pusat.
c) Lingkungan
4. Ruang Bersalin
Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka dan tidak
kotor, dan lihattanggal kadaluarsa.
Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau kalau perlu
bila terkena darah.
32
Linen pasien harus diganti segera setelah pasien selesai
tindakan.
d) Penanganan terhadap ibu yang positif terpapar virus yang ditularkan melalui
darah Hepatitis B, C dan HIV.
Lakukan imunisasi bayi baru lahir dengan ibu yang positif hepatitis
B.
33
27. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR BEDAH
6. Kebersihan Tangan
34
Pakai sarung tangan bila ada kemungkinan akan terkontaminasi
mukosa, kulit yang tidak utuh, atau kulit utuh yang potensial
terkontaminasi.
d) Pembersihan lingkungan
35
Menggunakan cairan desinfektan untuk RS sesuai dengan pedoman
RS
e) Pasien
f) Petugas
36
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar
bedah
a) Petunjuk Umum :
Sarung tangan
Konsultasi
37
Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus dapat
dijadikan sebagai narasumber dalam melakukan surveilans
dan pengkajian pengendalian infeksi diICU. Disamping itu tim
PPI juga harus menetapkan dan melakukanmonitoring
terhadap prosedur sterilisasi dan desinfeksi terhadap
peralatanyang digunakan di ICU , juga terhadap
penanganan bila terjadi luka tertusukjarum.
b) Prosedur Invasive
38
melakukan persiapan kulityang akan ditusuk dengan antiseptik dan
memasang doek steril pada areayang telah disiapkan. Cari bagian
yang mempunyai risiko yang rendah sepertisubclavicula, internal
jugularis.
Penggantian kanulasi
menggunakan jas operasi, sarung tangan steril, masker dan doek steril.
c) Peralatan
Item yang sekali pakai seperti peralatan airway yang kontak langsung
dengansaluran pernafasan seperti ETT dan airway, canule suction
dimana dari manufakturnya telah diberi label sekali pakai, maka tidak
boleh dipakai ulang atau didaur ulang.
39
Circuit Ventilator
d) Suplai
Area penyimpanan
Item yang bersih dan steril tidak boleh disimpan dalam area yang
sama.Lokasi atau ruangan terpisah harus digunakan untuk area bersih
dan kotor.
Item steril
Semua item yang telah steril harus disimpan di area yang bersih dan
kering.Jika bungkusan steril mengalami kerusakan atau bocor, maka
kemasantersebut dinyatakan tidak steril lagi dan item didalamnya
tidak bolehdigunakan. Pengecekan item steril pada stok steril harus
dilakukan secarareguler. Semua item steril harus dicek keutuhan
kemasannya sebelumdigunakan (dibuka).
e) Pengelolaan Linen
40
yang telahtersedia. Trolly linen yang digunakan untuk mengangkut
linen kotor tidakboleh digunakan untuk membawa linen bersih.
f) Obat-obatan
Antibiotika
Isolasi
41
Setiap pasien yang dicurigai atau dinyatakan mempunyai penyakit
menular,maka harus ditempatkan terpisah dari pasien lain (kamar
isolasi).
Hygiene
Petugas
i) Pengendalian Lingkungan
42
Penanganan sampah
House Keeping
sewaktu-waktu.
43
Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit
yangterluka maupun utuh atau mukosa
Perlindungan diri :
Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester kedap air.
dengan chlorhexidine 2 %.
Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan berlengan pendek.
bahan kimia.
gigi.
44
Masker : mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi
c) Sterilisasi instrumen :
45
b) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim Pencegahan dan
PengendalianInfeksi setiap bulan (benchmarking internal) dan setahun sekali
(benchmarkingeksternal).
c) Dilakukan analisis risk management PPI oleh IPCN bersama komite PPI.
46
d) Komite PPI menetapkan hasil analis untuk dijadikan program kerja
PPIRS panti rahayu.
RSPR
47