Anda di halaman 1dari 6

KEPUTUSAN KEPALA

RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD


NOMOR : 005/VI/2011

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang bermutu
tinggi ;
b. Bahwa agar pelayanan Farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Farmasi di RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad ;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197
/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
4. Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor : Kep / 50 / XII / 2006 tanggal
29 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tugas RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN KEPALA RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RSPAD GATOT
SOEBROTO DITKESAD

Kedua : Kebijakan pelayanan Farmasi RSPAD RSPAD Gatot Soebroto


Ditkesad sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilaksanakan oleh
Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di J a k a r t a
Pada tanggal 1 Juni 201

Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

dr. Komaruddin Boenjamin, SpU


BrigadIrJendral TNI
Lampiran Keputusan
Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Nomor : 006/VI/2011
Tanggal : 1 Juni 2011

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

Kebijakan Umum
1. UU Nomor.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Kepmenkes Nomor.1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit
3. Permenkes RI Nomor.755 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit.
4. DOE RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ditinjau 2 tahun sekali.
5. Pemilihan atau seleksi obat melibatkan peran apoteker dalam sub Komite Farmasi dan
Terapi
6. Formularium rumah sakit merupakan gabungan DOEN ditambah dengan usulan dari
SMF (Daftar Obat Tambahan/suplemen)
7. DPHO, formularium JAMKESMAS dan formularium sejenis lainnya dapat dijadikan
sebagai acuan pemilihan obat
8. Undang-Undang no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
9. Obat yang digunakan di Rumah Sakit harus terjamin mutu, khasiat dan keamanannya
10. UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
11. KepMenKes RI No.772/MENKES/SK/VI//2002 tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital By Laws).
12. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Pacient Safety), Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, edisi 2, 2008 .
13. Instalasi Farmasi menyimpan catatan semua obat yang dibeli (diadakan) yang disertai
informasi seperti nama dan kekuatan obat, nama pabrik pembuatnya, nomor lot atau
batch, tanggal penerimaan, jumlah yang diterima, dan tanggal kedaluwarsa.
14. Informasi ini disimpan minimum selama tiga tahun untuk setiap obat yang dibeli.
15. Penanganan semua bentuk penarikan obat (sediaan farmasi) harus dilakukan secara
efektif dan efisien
16. Sediaan farmasi dan alat kesehatan di trolley emergency hanya boleh digunakan pada
keadaan emergency (BLUE CODE) yang membutuhkan obat-obat dalam waktu segera
17. Peralatan di instalasi farmasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan farmasi tetap dalam
kondisi yang baik.
18. Pelayanan di instalasi farmasi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
19. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
20. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
Pelayanan Farmasi.
21. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, dan etika profesi serta menghormati hak pasien.
22. Pelayanan instalasi farmasi dilaksanakan dalam 24 jam.
23. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
24. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin minimal
satu bulan sekali.
25. Setiap bulan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan farmasi.

Kebijakan Khusus
1. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi seleksi, perencanaan, pengadaan,
produksi, penyimpanan, distribusi atau penyaluran, pelayanan sediaan farmasi dan
pemantauan.
2. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi / perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.
3. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah
sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu dan pelayanan farmasi klinik.
4. Penyelenggaraan pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
5. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, telah memilliki
Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Kerja.
6. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.
7. Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan,
reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.
8. Mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi kepala instalasi sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh
apoteker pendamping dan / atau tenaga tehnis kefarmasian.
9. Obat hanya dapat diberikan berdasarkan resep atau pesanan dari dokter, dan apoteker
menganalisa secara kefarmasian.
10. Yang berhak menulis resep di rumkit adalah dokter rumah sakit (organik, non organik
BP Institusi pemerintah lain, honorer yang mempunyai Sprint Karumkit), yang memiliki
SIP, residence yang memiliki SIPK.
11. Lembaran resep dilayani apabila sudah memenuhi persyaratan administrasi, meliputi :
Nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan pasien
Nama dokter, nomor izin praktek, alamat dan paraf dokter
Tanggal resep
12. Obat pasien rawat inap dikembalikan jika alergi atau pasien meninggal dunia atau hal
lain dengan persetujuan dokter.
13. Penyediaan obat didasarkan pada Daftar Obat Essensial dan formularium rumah sakit
yang di buat oleh Tim Komite Farmasi dan Terapi
14. Penambahan obat baru kedalam Formularium harus di ajukan ke Tim Komite Farmasi
dan Terapi
15. Penghapusan obat dalam formularium melalui mekanisme
16. Setiap ruang rawat harus mempunyai apoteker/ tenaga teknis kefarmasian
penanggung jawab obat.
17. Besarnya persediaan bekal kesehatan di gudang farmasi ditentukan maksimum untuk
pemakaian satu bulan, kecuali untuk obat-obat yang dikategorikan fast moving
persediaan dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum untuk tiga bulan.
18. Obat atau supai medis yang kosong atau tidak ada dalam persediaan dilakukan proses
Restitusi dan harus mendapat persetujuan dari Kepala Instalasi farmasi.
19. Jumlah persediaan bekal kesehatan ditentukan maksimum untuk penjualan satu
minggu.
20. Penerimaan bekal kesehatan dari gudang farmasi dengan kadaluarsa paling lambat
satu tahun hanya untuk obat-obat yang digolongkan cito dan segera pakai.
21. Untuk penagihan resep pasien non dinas dan pasien dinas diperlukan selain foto copy
resep juga tanda tangan asli dari cetakan slip pembelian obat (PO) atau dari kuitansi
manual.
22. Semua bekal kesehatan dari pedagang besar farmasi (PBF) yang resmi.
23. Permintaan narkotika di tulis dokter atau dokter yang berwenang dengan
mencantumkan nomor Surat Izin Praktek (SIP) dan alamat lengkap pasien.
24. Penyimpanan Obat Narkotika disimpan dalam lemari narkotika dengan double pintu
dan double kunci
25. Penyimpanan Psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri terpisah dengan Narkotik
26. Penyimpanan obat High Alert di beri label warna merah dikemasan nya, penyimpanan
diberi border warna merah
27. Penyimpanan obat LASA di beri tanda warna hijau
28. Memberikan pelayanan selama 24 jam terus menerus ke seluruh unit kerja terkait
seperti IGD, rawat inap, rawat jalan, dan rawat intensif.
29. Bila Terjadi Efek Samping Obat, KTD dan KNC segera di laporkan ke Instalasi Farmasi
menggunakan formulir MESO,KTD dan KNC untuk di proses lebih lanjut
30. Tidak menyediakan susu formula (< 6 bulan ) untuk dijual bebas.
31. Tidak mengelola obat sampel
32. Bekal Kesehatan yang digunakan dalam penelitian harus dikelola di Instalasi Farmasi.
33. Produk Nutrisi adalah Sediaan obat yang berfungsi sebagai pengganti, suplisi atau
suplai nutrisi kedalam tubuh pasien baik dalam rangka pengobatan maupun pemulihan
kondisi kesehatan selama dalam perawatan disimpan di Instalasi Farmasi dalam
kondisi sesuai dalam label yang tertera
34. Pemberian obat di perawatan dilaksanakan secara Unit Dose Dispensing dan diberikan oleh
perawat dan di yakinkan bahwa obat sudah di minum oleh pasien.
35. Obat dan Medical suplai medis yang diketahui expire date di tarik untuk di musnahkan
36. Dispensing obat obat high alert ( antara lain obat sitostatika dan elektrolit pekat )
dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi .

Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

dr. Komaruddin Boenjamin, SpU


BrigadIrJendral TNI

Anda mungkin juga menyukai