Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologis fokal, dan/atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik (Kapita Selekta Kedokteran, jilid II).
2. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin). Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau
memperparah stroke disebut dengan faktor resiko stroke.Penyakit tersebut antara
lain hipertensi, penyakmit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia. Keadaan yang
dapat menyebabkan stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, kurang olah raga,
jenis kelamin (pria), suku bangsa (negro/spanyol).
B. Etiologi
1. Infark otak (80 %)
a. Emboli
1) Emboli Kardiogenik ( Fibrilasi atrium dan aritmia lain, Trombus
mural dan ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta, Endokarditis)
2) Emboli paradoksial
3) Emboli arkus aorta
b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
1) Penyakit ekstra kranial ( Arteri karotis interna, Arteri vertebralis)
2) Penyakit intra kranial ( Arteri karotis interna, arteri serebri interna,
arteri basilaris, Lakuner)
2. Perdarahan intra serebral (15 %)
a. Hipertensi
b. Malformasi arteri-vena
c. Angiopati amiloid
3. Perdarahan sub arakhnoid (5 %)
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
a. Trombus sinus dura
b. Deseksi arteri karotis atau vertebralis
c. Vaskulitis sistem syaraf pusat
d. Penyakit oklusi arteri besar intra cranial yang progresif
e. Migren
f. Kondisi hiperkoagulasi
g. Penyalahgunaan obat
h. Kelainan hematologi (Anemia sel sabit, Polisistemia, leukemia)
i. Miksoma atrium
5. Faktor resiko:
a. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin (pria), ras, riwayat keluarga,
riwayat TIA atau stroke, riwayat jantung koroner, fibrilasi atrium, dan hetero
zigot.
b. Yang dapat diubah: Hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan obat dan
alkohol, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis, asimtomatis,
hiper urisemia, dan dislipidemia.
C. Manifestasi Klinik
1. Stroke non hemorargik (iskemik), gejala utama adalah timbulnya defisit
neurologis secara mendadak didahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu
istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila
embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia 50 tahun keatas.
2. Stroke hemoragi Intraserebral, gejalanya tidak begitu jelas. Kecuali nyeri
kepala karena hipertensi. Serangan sering kali siang hari, saat aktivitas atau
emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat
pada awal serangan. Hemiparese/plegi biasa terjadi pada permulaan serangan,
kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (60 % terjadi kurang dari
setengah jam, 23% antara setengah jam s.d 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam
samapai 19 hari).
3. Stroke hemoragi Sub arakhnoid, gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat
dan akut, kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala rangsangan
meningeal, udema papil dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikan anterior atau arteri karotis interna.
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
2. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik)
3. Perubahan mendadak status mental konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma.
4. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
5. Disartria (bicara pelo atau cadel)
6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokulero atau diplopia)
7. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
8. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
D. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragi
Trombus/emboli menyebabkan peredaran darah otak terganggu sehingga suplai
darah ke jaringan tidak adekuat. Akibatnya terjadi iscemik/infark jaringan dan lebih
lanjut bisa mengakibatkan defisit neurologi reversibel/irreversibel.
2. Stroke hemoragi
Peningkatan tekanan sistemik (sistole/diastole) menyebabkan pembuluh darah
serebral/aneurisma/APM, bila berlanjut bisa menimbulkan perdarahan sub
arakhnoid/ventrikel otak yang mengakibatkan hematoma serebral. Hematoma yang
berkelanjutan menimbulkan herniasi otak (PTIK), kesadaran bisa mengalami
penurunan dan akibat fatal adalah kematian. Pada hematoma serebral juga
menyebabkan vasospasme arteri serebral saraf sentral, kelanjutannya adalah
iskemik/infark jaringan otak dan menyebabkan defisit neurologi
reversibel/irreversibel.
Pathway
Stroke Hemoragi Stroke Non Hemoragi

Peningkatan tekanan Trombus/ Emboli di


sistemik cerebral

Aneurisma/APM

Perdarahan Suplai darah ke jaringan


Arakhnoid/Ventrikel cerebral tidak adekuat

Hematoma Cerebral
Vasospasme arteri Cerebral/ Perfusi jaringan cerebral tdk
PTIK/Herniasi cerebral saraf cerebral adekuat

Iscemic/Infark
Penurunan penekanan
kesadaran
saluran
Defisit Neurologi
pernafasan

Hemisfer kanan
Hemisfer kiri
Pola nafas Hemiparese/plegi kiri
tidak efektif
Hemiparese/plegi kanan

Defisit perawatan diri


Gannguan mobilitas
fisik
Area Grocca
Kerusakan fungsi N. VII dan
N. XII

Kerusakan komunikasi
verbal

Resiko kerusakan Integritas kulit

Resiko Resiko Resiko Kurang


aspirasi trauma jatuh pengetahuan

E. Komplikasi
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengOntrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG dan Photo Thorak
2. Pemeriksaan darah rutin, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3. CT Scan atau resonansi magnetic bila alat tersedia.
G. Penatalaksanaan
1. Demam
Demam dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus diobati secara
agresif dengan antipiretik (asetaminofen) atau kompres dingin, jika diperlukan.
Penyebab demam tersering adalah pneumonia aspirasi, lakukan kultur darah dan
urine kemudian berikan antibiotik intravena secara empiris ( sulbenisilin,
sepalosporin, dll ) dan terapi akhir sesuai hasil kultur.
2. Nutrisi
Pasien stroke memiliki resiko tinggi untuk aspirasi. Bila pasien sadar penuh, tes
kemampuan menelan dapat dilakukan dengan memberikan satu sendok air putih
kepada pasien dengan posisi setengah duduk dan kepala fleksi ke depan sampai
dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau batuk dan apakah suaranya
berubah (negatif). Bila tes menelan negatif dan pasien dengan kesadaran menurun,
berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran kecil dalam 24 jam
pertama setelah onset stroke.
3. Hidrasi intravena
Hipovolemia sering ditemukan dan harus dikoreksi dengan kristaloit isotonis.
Cairan hipotonis (misalnya dekstrose 5 % dalam air, larutan NaCl 0,45 % ) dapat
memperhebat edema cerebri dan harus dihindari.
4. Glukosa
Hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan eksaserbasi iskemia.
Walaupun relevansi klinis dari efek ini pada manusia belum jelas, tetapi para ahli
sepakat bahwa hiperglikemia (kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl) harus
dicegah. Skala luncur (sliding scale) setiap 6 jam selama 3-5 hari sejak onset
stroke.
5. Perawatan paru
Fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelektasis paru pada
pasien yang tidak bergerak.
6. Aktifitas
Pasien dengan stroke harus dimobilisasi dan harus dilakukan fisioterapi sedini
mungkin bila kondisi klinis neurologis dan hemodinamik stabil. Untuk fisioterapi
pasif pada pasien yang belum bergerak, perubahan posisi badan dan ekstremitas
setiap 2 jam untuk mencegah dikubitus, latihan gerakan sendi anggota badan secara
pasif 4 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Splin tumit untuk mempertahankan
kaki dalam posisi dorsofleksi dan dapat juga mencegah pemendekan tendon
achilles. Posisi kepala 30 derajat dari bidang horisontal untuk menjamin aliran
darah yang adekuat ke otak dan aliran balik vena ke jantung, kecuali pada pasien
hipotensi (posisi datar), pasien dengan muntah-muntah (dekubitus lateral kiri),
pasien dengan gangguan jalan nafas (posisi kepala ekstensi). Bila kondisi
memungkinkan, maka pasien harus diimmobilisasi aktif ke posisi tegak, duduk dan
pindah ke kursi sesuai toleransi hemodinamik dan neurologis.
7. Neurorestorasi dini
Stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa, emosi, serta otak terganggu. Depresi
dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin.
8. Profilaksis trombosis vena dalam
Pasien stroke iskemik dengan imobilisasi lama yang tidak dalam pengobatan
heparin intravena harus diobati dengan heparin 5.000 unit atau fraksiparin 0,3 cc
setiap 12 jam selama 5-10 hari untuk mencegah pembentukan trombus dalam vena
profunda, karena insidennya sangat tinggi. Tetapi ini juga dapat diberikan dengan
pasien perdarahan intracerebral setelah 72 jam sejak onset.
9. Perawatan vesika
Kateter urine menetap (kateter fokley), sebaiknya hanya dipakai jika ada
pertimbangan khusus (kesadaran menurun, demensia, afasia global). Pada pasien
yang sadar dengan gangguan berkemih, kateterisasi intermiten secara steril setiap 6
jam lebih disukai untuk mencegah infeksi, pembentukan batu, dan gangguan
sfingter vesika terutama pada pasien laki-laki yang mengalami retensi urine atau
pasien wanita dengan inkontinensia atau retensio urine. Latihan vesika harus
dilakukan bila pasien sudah sadar.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul berdasarkan tanda dan gejala adalah:
1. Ketidak efektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
I. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan tindakan keperawatan 1. Monitor ukuran,
serebral b.d aliran selama 3 x 24 jam, kesimetrisan, reaksi dan
darah ke otak diharapkan suplai aliran bentuk pupil
terhambat. darah keotak lancar 2. Monitor tingkat
dengan kriteria hasil: kesadaran klien
- Nyeri kepala / 3. Monitir tanda-tanda vital
vertigo berkurang 4. Monitor keluhan nyeri
sampai de-ngan kepala, mual, muntah
hilang 5. Monitor respon klien
- Berfungsinya terhadap pengobatan
saraf dengan baik 5. Hindari aktivitas jika TIK
- Tanda-tanda meningkat
vital stabil 6. Observasi kondisi fisik
klien

Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari
sekret
2. Pertahankan jalan nafas
tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai
intruksi
4. Monitor aliran oksigen,
kanul oksigen dan sistem
humidifier
5. Beri penjelasan kepada
klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda
hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien
terhadap pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk
tetap memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur
2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga untuk
verbal b.d penurunan tindakan keperawatan membantu memahami /
sirkulasi ke otak selama 3 x 24 jam, memahamkan informasi
diharapkan klien dari / ke klien
mampu untuk 2. Dengarkan setiap ucapan
berkomunikasi lagi klien dengan penuh perhatian
dengan kriteria hasil: 3. Gunakan kata-kata
- dapat menjawab sederhana dan pendek dalam
pertanyaan yang komunikasi dengan klien
diajukan perawat 4. Dorong klien untuk
- dapat mengerti mengulang kata-kata
dan memahami 5. Berikan arahan / perintah
pesan-pesan melalui yang sederhana setiap
gambar interaksi dengan klien
- dapat 6. Programkan speech-
mengekspresikan language teraphy
perasaannya secara 7. Lakukan speech-language
verbal maupun teraphy setiap interaksi
nonverbal dengan klien
3 Defisit perawatan diri; Setelah dilakukan 1 Kaji kamampuan klien
mandi,berpakaian, tindakan keperawatan untuk perawatan diri
makan, selama 3x 24 jam, 2 Pantau kebutuhan klien
diharapkan kebutuhan untuk alat-alat bantu dalam
mandiri klien terpenuhi, makan, mandi, berpakaian
dengan kriteria hasil: dan toileting

- Klien dapat
makan dengan 3 Berikan bantuan pada
bantuan orang lain / klien hingga klien
mandiri sepenuhnya bisa mandiri
- Klien dapat 4 Berikan dukungan pada
mandi de-ngan klien untuk menunjukkan
bantuan orang lain aktivitas normal sesuai
- Klien dapat kemampuannya
memakai pakaian 5 Libatkan keluarga dalam
dengan bantuan pemenuhan kebutuhan
orang lain / mandiri perawatan diri klien
- Klien dapat
toileting dengan
bantuan alat
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan 1 Ajarkan klien untuk
fisik b.d kerusakan tindakan keperawatan latihan rentang gerak aktif
neurovas-kuler selama 3x24 jam, pada sisi ekstrimitas yang
diharapkan klien dapat sehat
melakukan pergerakan 2 Ajarkan rentang gerak
fisik dengan kriteria pasif pada sisi ekstrimitas
hasil : yang parese / plegi dalam
- Tidak terjadi toleransi nyeri
kontraktur otot dan 3 Topang ekstrimitas
footdrop dengan bantal untuk
- Pasien mencegah atau mangurangi
berpartisipasi dalam bengkak
program latihan 4 Ajarkan ambulasi sesuai
- Pasien mencapai dengan tahapan dan
keseimbangan saat kemampuan klien
duduk 5 Motivasi klien untuk
- Pasien mampu melakukan latihan sendi
menggunakan sisi seperti yang disarankan
tubuh yang tidak 6 Libatkan keluarga untuk
sakit untuk membantu klien latihan sendi
kompensasi
hilangnya fungsi
pada sisi yang
parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1 Beri penjelasan pada klien
integritas kulit b.d tindakan perawatan tentang: resiko adanya luka
immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, tekan, tanda dan gejala luka
diharapkan pasien tekan, tindakan pencegahan
mampu mengetahui dan agar tidak terjadi luka tekan)
mengontrol resiko 2 Berikan masase sederhana
dengan kriteria hasil : - Ciptakan lingkungan
- Klien mampu yang nyaman
menge-nali tanda - Gunakan lotion, minyak
dan gejala adanya atau bedak untuk pelicin
resiko luka tekan - Lakukan masase secara
- Klien mampu teratur
berpartisi-pasi - Anjurkan klien untuk
dalam pencegahan rileks selama masase
resiko luka tekan - Jangan masase pada area
(masase sederhana, kemerahan utk
alih ba-ring, menghindari kerusakan
manajemen nutrisi, kapiler
manajemen - Evaluasi respon klien
tekanan). terhadap masase
3 Lakukan alih baring
- Ubah posisi klien setiap
30 menit- 2 jam
- Pertahankan tempat tidur
sedatar mungkin untuk
mengurangi kekuatan
geseran

- Batasi posisi semi fowler


hanya 30 menit
- Observasi area yang
tertekan (telinga, mata
kaki, sakrum, skrotum,
siku, ischium, skapula)
4 Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi
- Monitor intake nutrisi
- Tingkatkan masukan
protein dan karbohidrat
untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen
positif
5 Berikan manajemen tekanan
- Monitor kulit adanya
kemerahan dan pecah-
pecah
- Beri pelembab pada kulit
yang kering dan pecah-
pecah
- Jaga sprei dalam keadaan
bersih dan kering
- Monitor aktivitas dan
mobilitas klien
- Beri bedak atau kamper
spritus pada area yang
tertekan
-
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control
berhubungan dengan tindakan perawatan Management :
penurunan tingkat selama 3 x 24 jam, - Monitor tingkat
kesadaran diharapkan tidak terjadi kesadaran, reflek batuk
aspirasi pada pasien dankemampuan menelan
dengan kriteria hasil : - Pelihara jalan
- Dapat nafas
bernafas dengan - Lakukan saction
mudah,frekuensi bila diperlukan
pernafasan - Haluskan
normal makanan yang akan
- Mampu diberikan
menelan,mengu - Haluskan obat
nyah tanpa sebelum pemberian
terjadi aspirasi

7 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Respiratori Status Management


berhubungan dengan tindakan perawatan - Pertahankan jalan
penurunan kesadaran selama 3 x 24 jam, nafas yang paten
diharapkan pola nafas - Observasi tanda-
pasien efektif dengan tanda hipoventilasi
kriteria hasil : - Berikan terapi O2
- Menujukkan jalan - Dengarkan adanya
nafas paten ( tidak kelainan suara tambahan
merasa tercekik, irama - Monitor vital sign
nafas normal, frekuensi
nafas normal,tidak ada
suara nafas tambahan
- Tanda-tanda vital
dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

Corwin. J. E, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta


Mansjoer Arif dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi, Jilid Kedua, Media
Aesculapus FKUI, Jakarta
Nanda, 2006, Buku Panduan Diagnosis Keperawatan EGC, Jakarta
Priharjo. R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta
Suddarth & Brunner, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates, 2006, Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf, RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta
Wilkinson, M, J, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7 EGC, Jakarta.
Www. Medicastore. Com / Stroke Mengancam Usia Produktif. id.
Wikipedia. Org/wiki/Stroke-19k

Anda mungkin juga menyukai