Anda di halaman 1dari 8

LANTING Journal of Architecture, Volume 2, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 9-16

ISSN 2089-8916

IDEOLOGI, TEORI, KONSEP, DAN PRINSIP ARSITEKTUR MASJID


UTSMANIYAH
Andika Saputra
Mahasiswa S-2 Teknik Arsitektur Reguler, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
andikasapoetra87@yahoo.com

Abstrak
Khilafah Utsmaniyah adalah kekhalifahan Islam terpanjang dalam sejarah umat Islam, lebih dari 6
abad, yang pada masanya adalah pemerintah dengan kekaisaran yang paling luas di dunia.
Besarnya perhatian terhadap perkembangan fisik Khalifah Ottoman dan perkembangan berbagai ilmu
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kemajuan peradaban kekhalifahan Ottoman
salah satunya ditandai oleh perkembangan pesat dalam bidang arsitektur. Sebagai aturan
kekhalifahan Islam, masjid merupakan pusat kehidupan keagamaan umat Islam yang keberadaannya
sangat diprioritaskan oleh Khalifah yang berkuasa, selain sebagai symbol kebesaran dan kekuasaan
pemerintah, sehingga arsitektur masjid memiliki peran yang dominan dalam perkembangan arsitektur
Ottoman. Meskipun pemerintahan kekhalifahan Ottoman berakhir pada tahun 1923, tetapi arsitektur
masjid Ottoman masih mempengaruhi desain arsitektur masjid sampai saat ini, terutama bagi umat
Islam yang berusaha untuk menghidupkan kembali kemuliaan peradaban Islam melalui pendekatan
romantis. Itu karena arsitektur masjid Ottoman telah menjadi symbol kemajuan peradaban umat
Islam. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sebuah ideologi, teori, konsep, dan prinsip-prinsip
arsitektur masjid Ottoman pada puncak perkembangannya, yang oleh beberapa ahli dikatakan
sebagai periode klasik dari arsitektur masjid Ottoman. Penelitian ini menggunakan metode content
analisis berdasarkan hasil penelitian dan buku teks yang berkaitan dengan focus penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perumusan hubungan antara ideologi, teori, konsep, dan
prinsip-prinsip arsitektur masjid Ottoman, diharapkan menjadi sumber referensi bagi pengembangan
pendekatan arsitektur masjid Ottoman dan implementasi dari arsitektur masjid Ottoman di masa
sekarang.
Kata kunci: kekhalifahan Islam, arsitektur masjid Ottoman, kemajuan peradaban umat Islam.

Abtract
Ottoman Caliphate is the longest Islamic Caliphate in the history of Muslims, that more than 6
centuries, which in his time was a government with the most extensive empire in the world. The
amount of attention to the physical development of the Ottoman Caliph and the development of a
variety of science is one factor contributing to the advance of civilization of the Ottoman Caliphate,
among others, marked by the rapid development in the field of architecture. As a rule of Islamic
Caliphate, the mosque is the center of the religious life of Muslims whose existence is highly
prioritized by the Caliph in power, than as a symbol of the greatness and power of government, so the
mosque architecture has a dominant role in the development of Ottoman architecture. Although the
reign of the Ottoman Caliphate ended in 1923, but the Ottoman mosque architecture still influence the
design of mosque architecture to date, especially for the Muslims who are seeking to revive the glory
of Muslim civilization through romantic approach. That is because the Ottoman mosque architecture
has become a symbol of the advance of Muslims civilization. This study aims to formulate an
ideology, theories, concepts, and principles of the Ottoman mosque architecture at the height of its
development, which some experts said as the classical period of the Ottoman mosque architecture.
This study uses content analysis research method based on the results of research and textbooks
related to the focus of study. The conclusion of this study is the formulation of the relationship
between an ideology, theories, concepts, and principles of the Ottoman mosque architecture, is
expected to be a source of reference for the development of the Ottoman mosque architecture and
implementation approaches of the Ottoman mosque architecture in the present.
Key words: Islamic Caliphate, mosque architecture of Ottoman, advance of Muslims civilization.

9
KHILAFAH UTSMANIYAH dan aspek-aspek lain dari sains dan
industri, kaum Muslimin selalu berada
Masa Khilafah Utsmaniyah berlangsung di depan.
antara tahun 1299-1923 dan merupakan
periode pemerintahan Khilafah Islamiyah Dari pemaparan di atas dapat diketahui
terpanjang dalam sejarah umat Islam, yaitu betapa besarnya perhatian sultan atau khalifah
hampir 7 abad lamanya. Khilafah Utsmaniyah yang berkuasa terhadap aspek pembangunan
merupakan pemerintahan Khilafah Islamiyah fisik, khususnya arsitektur, bahkan telah
terkuat pada masanya, dan merupakan memiliki fasilitas pendidikan arsitektur di kota-
pemerintahan dengan kekuasaan paling luas di kota besar. Tujuan dari pembangunan fisik
dunia dengan luas wilayah kekuasaan yang dilakukan oleh Khalifah Utsmaniyah
mencapai 20 juta km 2 (al-Usairy: 2011, 351, dipaparkan oleh Ash-Shalabi (2003: 53),
353). Di masa modern saat ini, wilayah
kekuasaan Khilafah Utsmaniyah mencakup 15 Pembangunan fisik yang pesat
negara yang berada di wilayah Timur Tengah, dilakukan oleh Khilafah Utsmaniyah
Asia Kecil, dan Eropa (Petersen: 2002, 216). bertujuan agar kekuasaannya
Kaum Utsmaniyah adalah bangsa Turki memiliki wibawa di mata wilayah-
yang berasal dari keturunan campuran antara wilayah yang dikuasainya dan untuk
bangsa Mongol dan bangsa Persia yang membangun masyarakat yang
berkembang di Asia Tengah dan Asia Kecil madani.
(Rochym: 1983, 123). Kaum Utsmaniyah
menyandarkan garis keturunannya kepada Tidaklah mengherankan jika Agoston
Kabilah Qabi yang berasal dari kabilah-kabilah (2009: 46) mengatakan mengenai pesatnya
al-Ghizz Turkmaniyah yang beragama Islam perkembangan dibidang arsitektur selama
dan berasal dari daerah Turkistan (al-Usairy: masa Khilafah Utsmaniyah,
2011, 357). Bangsa Turki telah memeluk Islam During the six centuries of Ottoman
sejak tahun 22 H pada masa pemerintahan rule, architecture was one of the
Khalifah Utsman bin Affan Rhadiyallahu anhu. major fields of cultural activity.
Setelah bangsa Turki memeluk Islam mereka
menjadi bagian dari pemerintahan Islam, Selain pada pembangunan arsitektur,
khususnya pada masa Khilafah Abbasiyah Khilafah Utsmaniyah juga berjasa dalam
(Ash-Shalabi: 2003, 675). bidang keprofesian arsitek, yaitu telah
Majunya peradaban Khilafah Utsmaniyah ditetapkan keprofesian arsitek yang memang
dipaparkan oleh Paul Kennedy dalam Rahman khusus mempelajari bidang arsitektur (Rochym:
(2003, xii), 1983, 126). Khilafah Utsmaniyah juga
Khilafah Utsmaniyah lebih dari menetapkan peraturan mengenai kewenangan
sekedar mesin militer, ia telah dalam pembangunan Arstektur Utsmaniyah,
menjadi penakluk elit yang telah yaitu arsitek kepala yang bergelar Aga memiliki
mampu membentuk suatu kesatuan wewenang untuk membuat kebijakan dibidang
iman, budaya, dan bahasa pada arsitektur dan menangani proyek-proyek
sebuah area yang lebih luas dari arsitektur di seluruh wilayah kekuasaan
yang dimiliki oleh Empirium Romawi Khilafah Utsmaniyah dengan dibantu oleh
dan untuk jumlah penduduk yang arsitek bergelar Mimar yang bertugas untuk
lebih besar. Dalam beberapa abad melakukan pengawasan langsung di lokasi
sebelum tahun 1500, dunia Islam pembangunan (Agoston: 2009, 46).
telah jauh melampaui Eropa dalam Selain mengenai keprofesian arsitek dan
bidang budaya dan teknologi. Kota- peraturan kewenangan pembangunan
kotanya demikian luas, terpelajar, arsitektur, Khilafah Utsmaniyah juga menyusun
perairannya sangat bagus. Beberapa dokumen mengenai peraturan pembangunan
kota diantaranya memiliki universitas- dan prinsip-prinsip pembangunan Arsitektur
universitas dan perpustakaan yang Utsmaniyah yang disebut dengan Tezkiret-ul
lengkap dan memiliki masjid-masjid Bunyan. Salah satu bagian dokumen tersebut
yang indah. Dalam bidang memaparkan mengenai teori dan prinsip
matematika, kastografi, pengobatan, Arsitektur Utsmaniyah yang disusun oleh
10
arsitek Mimar Sinan Aga. Dokumen tersebut politik dan ekonomi Khilafah Utsmaniyah yang
kemudian digunakan sebagai panduan ditandai dengan pembangunan arsitektur
perancangan Arsitektur Utsmaniyah selama dalam skala yang lebih kecil dan ukuran yang
kekuasaan Khilafah Utsmaniyah, bahkan masih tidak sebesar sebelumnya, serta semakin
digunakan sampai saat ini oleh para peneliti di berpengaruhnya arsitektur Eropa di daerah
bidang Arsitektur Utsmaniyah (Aygen: 2010, kekuasaan Khilafah Utsmaniyah.
114). Petersen (2002: 220, 222) melanjutkan
bahwa, periode pertama Arsitektur Utsmaniyah
ARSITEKTUR UTSMANIYAH merupakan periode evolusi dari wujud
Arsitektur Seljuk menuju wujud Arsitektur
Gemilangnya kekuasaan Khilafah Utsmaniyah di mana perkembangan bangunan
Utsmaniyah berpengaruh pada perkembangan religius dan bangunan non religius terjadi pada
arsitektur di masanya yang berciri khas waktu yang bersamaan. Bahkan Rochym
Utsmaniyah sebagai salah satu khazanah (1983: 123) mengatakan,
kebudayaan arsitektur sepanjang sejarah umat
Islam hingga saat ini. Rochym (1983: 123) Banyak karya-karya arsitektur kaum
mengatakan, Seljuk yang tampil atas nama kaum
Utsmaniyah.
Arsitektur Utsmani berasal dari
perpaduan antara Arsitektur Seljuk Pada periode kedua, perkembangan
dan Arsitektur Byzantium. bangunan religius dan bangunan non religius
tidak lagi sejalan di mana bangunan religius
Hal tersebut dapat dijelaskan oleh sebab berkembang dengan sangat pesat dari sisi
kaum Utsmaniyah merupakan keturunan dari bentuk yang kemudian mempengaruhi
kaum Seljuk. Sedangkan garis keturunan dari bangunan non religius untuk mengaplikasikan
bangsa Persia menjadikan kaum Utsmaniyah bentuk bangunan religius, sehingga tidak ada
memiliki citarasa seni arsitektur yang tinggi lagi perbedaan bentuk antara bangunan
dikarenakan selama berabad-abad lamanya religius dan bangunan non religius. Pada
bangsa Persia telah dikenal sebagai bangsa periode ketiga, perkembangan bentuk
yang maju dalam aspek kebudayaannya, Arsitektur Utsmaniyah dipengaruhi oleh
termasuk seni arsitektur. Di sisi lain, garis Arsitektur Barok yang sedang berkembang di
keturunan bangsa Mongol menjadikan kaum Eropa dan masuknya berbagai macam tipologi
Utsmaniyah memiliki keterampilan militer yang bangunan baru dari Eropa seperti menara jam.
baik sehingga mampu melakukan invasi ke
daratan Eropa dan mengenal kebudayaan
Byzantium yang pada masanya berpusat di
Kota Konstantinopel.
Petersen (2002, 218) menjelaskan
periodesasi Arsitektur Utsmaniyah menurut
pembagiannya, yaitu periode pertama
Arsitektur Utsmaniyah dari abad ke 13 sampai
sebelum penaklukan Kota Konstantinopel
disebut dengan masa transisi dari
pemerintahan yang kecil menuju pemerintahan
kesultanan. Pada periode kedua Arsitektur
Utsmaniyah dimulai dari masa penaklukkan
Kota Konstantinopel sampai pada pertengan Gambar 1. Periodesasi Arsitektur Utsmani
menurut Petersen
abad ke 16 dikenal dengan periode Utsmani
(Sumber: Dimodifikasi dari Petersen, 2002)
Klasik yang ditandai dengan perkembangan
seni dan teknologi yang pesat. Pada periode Selama masa pemerintahan Khilafah
Utsmani Klasik inilah kajian ini difokuskan. Dan Utsmaniyah dibangun berbagai tipologi
periode ketiga Arsitektur Utsmani dari bangunan yang lebih beragam dibandingkan
pertengahan abad 16 sampai abad ke 20 masa-masa Khilafah Islamiyah sebelumnya.
dikenal dengan periode keruntuhan secara Berikut adalah berbagai tipologi Arsitektur

11
Utsmaniyah selama masa pemerintahan IDEOLOGI
Khilafah Utmaniyah (Agoston: 2009, 46):
Arsitektur Utsmaniyah sebagai bagian dari
1. Bangunan religius yang mencakup masjid kebudayaan umat Islam pada masa Khilafah
jami (ulu cami) dan masjid (cami). Utsmaniyah dipengaruhi oleh ideologi
2. Bangunan non religius yang mencakup pemerintahan Khilafah Utsmaniyah yang
makam (turbe), penginapan (tabhanes), didasarkan atas ideologi Islam, sehingga
sekolah (madrasah), perpustakaan, seluruh aktivitas kebudayaan termasuk dalam
bangunan komersial (arastas, bedestans, bidang arsitektur di masa Khilafah Utsmaniyah
caravansaries), dapur umum (imaret), rumah didasarkan atas agama sebagaimana yang
sakit (darussifas), pemandian umum dinyatakan oleh Roxburgh (2005, 262-272
(hammam), istana (sarai), bangunan dalam Yildizlar: 2012, 203) sebagai berikut,
pengontrol air, air mancur, jembatan, dan
bangunan militer. Most important cultural effect of
motive that is traditional Turkish
Pada masa Khilafah Utsmaniyah dibangun design is the religion.
pula tipologi arsitektur yang tidak ditemui pada
masa sebelumnya dan merupakan tipologi Ideologi keagamaan (religious) yang
arsitektur asli dari tradisi Khilafah Utsmaniyah mendasari Arsitektur Utsmaniyah menjadikan
yaitu Kulliye yang oleh Buckhardt (2009: 170) masjid sebagai bangunan religius bagi umat
diartikan dengan totality atau university. Islam memiliki peranan yang paling penting,
Kulliye merupakan kompleks bangunan publik baik dalam menentukan perkembangan
dalam satu lingkup area yang luas Arsitektur Utsmaniyah maupun bagi pihak
sebagaimana didefinisikan Petersen (2002: pemerintah Khilafah Utsmaniyah dan umat
157) sebagai, Islam di masa Khilafah Utsmaniyah. Hal
tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh
Ottoman term used to describe large Agoston (2009: 47) bahwa,
complexes around mosques, which
might include madrassas, libraries, Mosque designs were very important
khanqas, bath house, and kitchen for in the development of Ottoman
the poor. architecture.

Bangunan masjid dan kompleks Kulliye Selain dari aspek wujud fisik
memiliki peranan yang penting dalam arsitekturalnya, aspek nilai-nilai dalam
perkembangan Arsitektur Utsmaniyah, arsitektur masjid turut menjadikan masjid
sebagaimana menurut Kuiper (2010: 206) sebagai tipe bangunan yang penting dalam
kedua tipe arsitektur tersebut merupakan tipe perkembangan Arsitektur Utsmaniyah dan
arsitektur yang merepresentasikan karakter berpengaruh luas dalam perancangan
dari Arsitektur Utsmaniyah. arsitektur masjid hingga saat ini sebagaimana
Elemen-elemen Arsitektur Utsmaniyah dinyatakan oleh Erzen (1991: 6) dalam Ozgules
yang berpengaruh sangat luas menurut Kuiper (2008: 12),
(2010: 205) adalah tradisi penggayaan dan
Therefore these religious complexes
estetikanya. Menurut Baydar (2003: 89),
elemen yang paling ditekankan dalam become even more important as they
Arsitektur Utsmaniyah sekaligus merupakan symbolize the values and themes to
be followed.
elemen Arsitektur Utsmaniyah yang
berpengaruh luas adalah elemen bentuk, TEORI
penggayaan, dan teknologi bangunannya.
Sedangkan menurut Ozgules (2008, 6), elemen Arsitek pada masa Khilafah Utsmaniyah
Arsitektur Utsmaniyah yang berpengaruh luas yang paling berpengaruh dalam perkembangan
adalah elemen struktur, bentuk, dan elemen Arsitektur Utsmaniyah adalah Mimar Sinan
fungsionalnya Aga. Jasa terbesar Mimar Sinan Aga terhadap
perkembangan Arsitektur Utsmaniyah adalah
perumusan teori Arsitektur Utsmaniyah yang

12
digunakan sepanjang periode Arsitektur The unique and unforgettable
Utsmaniyah. Hal tersebut mengingat pengaruh creation of Ottoman architecture is,
Mimar Sinan Aga yang sangat besar terhadap however, the combination of a
arsitek-arsitek Khilafah Utsmaniyah setelahnya, building with a central dome and
bahkan pengaruh teori Mimar Sinan Aga masih needle-like minarets; by its
dirasakan hingga saat ini, khususnya dalam undifferentiated plenitude, the dome
perancangan arsitektur masjid beraliran betokens peace and submission,
Utsmaniyah, sebagaimana yang dinyatakan while the vertical movement of the
oleh Ozgules (2008: 5), minarets, leaping audaciously
towards the sky from the corners of
The new ideas introduced by him to their base, is sheer vigilance, and
building technology gave birth to active attestaion to Divine Unity.
structural developments in Ottoman
architecture and his followers Arsitektur masjid Utsmaniyah sebagai
adhered to these ideas for centuries, arsitektur religius tidak memisahkan antara
and these adherence continues even unsur seni dan teknik atau antara unsur
today. estetika dan metode konstruksi yang
digunakan, dikarenakan unsur keduanya
Petersen (2002: 260) menyatakan teori merupakan satu kesatuan sebagaimana yang
yang mendasari arsitektur masjid Utsmaniyah dinyatakan (Buckhardt: 2009, 156).
sebagai berikut, Arsitektur masjid Utsmaniyah sebagai
arsitektur religius tidak dapat dipisahkan dari
In those of Sinan there was a single
makna-makna dibalik wujud fisik
purpose, to mirror a single and infinite
arsitekturalnya. Menurut Erzen (1991: 6) dalam
Divinity. Ozgules (2008: 12), arsitektur masjid
Senada dengan teori yang dirumuskan Utsmaniyah merepresentasikan fase kehidupan
oleh Petersen sebagaimana yang telah dan kematian. Fase kehidupan yang dinamis
dipaparkan di atas, Buckhardt (2009: 156) direpresentasikan dengan adanya area sahn,
menyatakan pula teori yang mendasari sedangkan uang sembahyang utama (haram)
arsitektur masjid Utsmaniyah sebagai, merepresentasikan kekuatan Allah
Subhaanahu wa Taala, dan figur sultan atau
A sacred architecture which is to be khalifah direpresentaikan dengan menerapkan
an intermediary between heaven and elemen kubah yang besar. Fase kematian
earth. dalam arsitektur masjid Utsmaniyah
direpresentasikan dengan adanya area
Rochym (1983: 125) menginterpretasikan makam.
teori arsitektur masjid Utsmaniyah
sebagaimana yang dipaparkan di atas oleh KONSEP
Petersen dan Buckhardt,
Symmetrical
Sebagai sebuah bangunan yang
dirancang sedemikian rupa agar Menurut Yildizlar (2012: 207), arsitektur
memperoleh kesan vertikal menuju masjid Utsmaniyah menerapkan prinsip
ketinggian dan seolah-olah muncul keseimbangan simetris dalam wujud
dari bumi dan bergerak menjulang arsitkturalnya yang sangat berkaitan dengan
menuju ke atas. penerapan prinsip desain geometri sebagai
pembentuk wujud fisik arsitekturalnya.
Hampir senada dengan Rochym namun
dengan pemaparan yang lebih detail, Monumentality
Buckhardt (2009: 176) mengemukakan pula Petersen (2002: 217) menyatakan,
interpretasinya terhadap teori arsitektur masjid
Utsmaniyah sebagai berikut, The quality of masonry in Ottoman
buildings is extraordinary due to its
precision and smothness which gave
13
buildings a monumentality not easily Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
achieved with brick and stone. bahwa setiap elemen arsitektural sebagai
pembentuk arsitektur masjid Utsmaniyah
Dari pernyataan Petersen di atas dapat memiliki fungsi untuk menciptakan karya
diketahui bahwa monumental merupakan arsitektur yang harmonis
konsep arsitektur masjid Utsmaniyah,
walaupun hal tersebut tidak mudah dicapai PRINSIP
dengan menggunakan bahan bata dan batu.
Namun di sisi lain, hal tersebut menandakan Geometric
tingginya kemampuan teknik konstruksi di
masa Khilafah Utsmaniyah. Arsitektur masjid Utsmaniyah menurut
Yildizlar (2012: 207) menerapkan prinsip
Harmonious desain geometri sebagai pembentuk wujud
arsitekturalnya, di mana tradisi ini
Elemen ruang dalam dan ruang luar dalam diperkenalkan oleh Mimar Sinan Aga. Ozgules
arsitektur masjid Utsmaniyah merupakan satu (2008: 15) menyatakan bahwa, arsitektur
kesatuan yang membentuk harmonisasi. masjid Utsmaniyah berhasil memadukan antara
Konsep harmonisasi ruang dicapai pula dengan dua bentuk geometri yang berbeda, yaitu
memfungsikan elemen strukturnya, bentuk persegi (cube) dan bidang lengkung
sebagaimana yang dinyatakan oleh Gungor (sphere). Menurut Buckhardt (2009: 156), pada
(156) dalam Ozgules (2008: 15), hakikatnya arsitektur masjid Utsmaniyah
mengembangkan bentuk dasar persegi dengan
This harmony is also highlighted by kubah pusat sebagai elemen lengkung.
regarding the structure itself as a total Mengenai perpaduan antara bentuk persegi
reflection of its dynamism, that is, the (cube) dan bidang lengkung (sphere) yang
relationship between internal space merupakan prinsip dalam arsitektur masjid
and structural mass or positive- Utsmaniyah, Buckhardt (2009, 156)
negative space. menyatakan,
Penerapan elemen kubah pusat dan semi A Cubical building surmounted by a
kubah dalam arsitektur masjid Utsmaniyah hemispheric crown, in which the
tidak hanya bertujuan fungsional, namun juga transitional zone between the sphere
bertujuan untuk membentuk harmonisasi ruang and the cube is composed, in the
dalam bangunan sebagaimana dinyatakan oleh interior, of triangular facets
Agoston (2009: 49), assembled in more or less open fan-
shapes.
The central dome and cascading
semidomes of these mosques create Penerapan bentuk persegi (cube) dan
a space of perfect harmony in the bidang lengkung (sphere), selain dikarenakan
interior. faktor fungsional juga bertujuan sebagai
elemen yang merepresentasikan teori yang
Selain penerapan elemen kubah pusat dan mendasari arsitektur masjid Utsmaniyah
semi kubah, perletakan minaret di sudut
sebagaimana yang dinyatakan oleh Buckhardt
bangunan serta jumlah dan tinggi minaret yang
(2009: 176) sebagai berikut,
digunakan bertujuan pula untuk membentuk
harmonisasi yang seimbang (Ozgules: 2008, Between the celestial sphere of the
20). Dalam skala yang lebih makro, arsitektur dome and the earthly immobility of
masjid Utsmaniyah menghendaki adanya the square base.
harmonisasi antara bangunan dengan topografi
lingkungan sekitarnya, di mana hal ini Matematika merupakan keilmuan yang
memberikan efek tiga dimensional dan mendukung dalam perancangan arsitektur
memberikan kesan hidup bagi karya arsitektur masjid Utsmaniyah dan telah menjadi tradisi
masjid Utsmaniyah (Erzen: 2004, 157 dalam dikalangan arsitek Khilafah Utsmaniyah.
Ozgules: 2008,19). Matematika juga digunakan oleh Mimar Sinan
Aga untuk membangun kubah Masjid Selimiye
14
di Kota Edirna dengan dimensi yang lebih 9), yang tidak saja berperan fungsional sebagai
besar dan lebih tinggi dibandingkan kubah elemen struktur, namun berperan pula sebagai
Hagia Sophia sebagaimana dinyatakan oleh elemen estetika sebagaimana yang dinyatakan
Buckhardt (2009: 161) setelah ia mengutip oleh Ozgules (2008: 9) sebagai berikut,
penyataan Mimar Sinan Aga ketika berhasil
membangun kubah Masjid Selimiye yang lebih Namely the double boundary
besar daripada kubah Hagia Sophia, system, constitutes the core of all
these structural improvements as well
These words seem to show that as the functional and aesthetic ones.
Sinan was preoccupied above all with
the quantitative aspect of the Increase in luminosity.
construction of the Hagia Sophia
dome. Prinsip increase in luminosity bertujuan
untuk menerangi ruang dalam bangunan
Sclupture dengan memaksimalkan masuknya cahaya
alami ke dalam ruangan. Mengenai prinsip
Arsitektur masjid Utsmaniyah menerapkan desain ini, Ozgules (2008: 11) menyatakan,
konsep monumental dalam wujud fisik
arsitekturalnya. Hal tersebut dicapai dengan Another property of Sinans
mengkomposisikan elemen-elemen fisik mosques is known as the lighting of
arsitekturalnya menjadi kesatuan bentuk the interior space, which derives from
sclupture yang tidak saja bertujuan untuk the structural developments.
menimbulkan kesan monumental, namun juga
dalam skala makro berfungsi untuk membentuk Dari pernyataan Ozgules di atas, prinsip
increase in luminosity berdampak pada
siluet kota. Hal tersebut dinyatakan oleh
Ozgules (2008: 22) saat ia memaparkan perkembangan struktur bangunan dikarenakan
mengenai bentuk slupture Masjid Suleymaniye penerapn elemen jendela dan pendentif
sebagai berikut, sebagai elemen yang bertujuan untuk
memasukkan cahaya alami ke dalam ruang
The monumental perception of this dalam bangunan mengharuskan adanya
building from several points of the city penyesuaian dalam aspek struktur bangunan.
is unique and the placement of the
minarets at the corners of the Arsitektur masjid Utsmaniyah selain
courtyard together with the waterfall menggunakan kaca patri sebagai bidang
impression created by the domes transparan yang berfungsi untuk memasukkan
transforms a religious building into a cahaya alami ke dalam bangunan,
hugh sclupture. menggunakan pula kaca polos yang
dikembangkan oleh Mimar Sinan Aga sebagai
Double boundary system. upaya mewujudkan prinsip increase in
luminosity. Berikut adalah pernyataan Petersen
Double boundary system merupakan solusi (2002: 217) mengenai penggunaan materia
mengenai permasalahan struktur pada kaca dan keterkaitannya engan prinsip
arsitektur masjid Utsmaniyah yang bertujuan increase in luminosity,
untuk memperkuat fungsi struktur utama
bangunan sebagaimana dinyatakan oleh Although coloured glass was used
Ozgules (2008: 8), more often, the architect Sinan
preferred to use clear glass and
Second bundary envelopes the first altered the structural arrangement of
and the structure widens in all buildings to introduce the maximum
directions. amount of light into the interior.

Elemen secondary boundary sebagai


sistem struktur arsitektur masjid Utsmaniyah
terdiri atas elemen pelengkung (arch) dan
dinding penopang (buttress) (Ozgules: 2008,

15
KESIMPULAN Society of Architectural Historians Vol. 62,
No. 1, March 2003 pg. 84-91.
Dapat disimpulkan bahwa ideologi Burckhardt. Titus, 2009, Art of Islam: Language
keagamaan (religious) mendasari arsitektur and Meaning, Indiana: World Wisdom Inc.
masjid Utsmaniyah yang diturunkan ke dalam Kuiper. Kathleen, 2010, Islamic Art, Literature,
abstraksi teori mirror a single and infinite and Culture, New York: Britannica
Divinity yang dinyatakan oleh Petersen dan Educational Publishing.
teori A sacred architecture which is to be an Ozgules. Muzaffer, 2008, Fundamental
intermediary between heaven and earth yang Development of 16th Century Ottoman
dinyatakan oleh Buckhardt. Teori yang Architecture: Innovations in the Art of
mendasari arsitektur masjid Utsmaniyah Architect Sinan, Ankara: Science and
ditopang oleh konsep symmetrical, Technology Policies Research Center of
monumentality, dan harmonious, dan Middle East Technical University.
diwujudkan ke dalam wujud fisik arsitekturnya Ozgules. Muzaffer, 2008, Sinans Sclupture
dengan menerapkan prinsip geometric, Architecture in Istanbul, Germany:
sclupture, double boundary system, dan Karlsruhe.
increase in luminosity. Petersen. Andrew, 2002, Dictionary of Islamic
Architecture, New York: Routledge.
Antara ideologi, teori, konsep, dan prinsip Rochym. Abdul, 1983, Sejarah Arsitektur Islam:
arsitektur masjid Utsmaniyah memiliki saling Sebuah Tinjauan, Bandung: Penerbit
keterkaitan sebagai berikut: Angkasa.
Yildizlar. Eser, Characteristic of Turkish Design
and Social and Political Headscraft
Problem of Turkey, International Journal of
New Trends in Arts, Sports, and Science
Education Vol. 1 Issue 1, 2012 pg. 201-
230.

Gambar 2. Kaitan antara ideologi, teori, konsep,


dan prinsip Arsitektur Utsmani
(Sumber: Analisis, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Agoston. Gabor, 2009, Encyclopedia of The


Ottoman Empire, New York: Facts On File
Inc.
Al-Usairy. Ahmad, 2011, Sejarah Islam: Sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Jakarta Timur: Akbarmedia.
Ash-Shalabi. Ali Muhammad, 2003, Bangkit
Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,
penerjemah: Samson Rahman, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Aygen. Zeynep, The Others History in Built
Environment Education, A Case Study:
History of Architecture, Journal for
Education in the Built Environment, Vol. 5,
Issue 1, July 2010, pg. 98-122.
Baydar. Gulsum, Teaching Architectural History
in Turkey and Greece: The Burden of the
Mosque and the Temple, Journal of the
16

Anda mungkin juga menyukai