Anda di halaman 1dari 3

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem Posing tipe Post Solution Posing

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan self efficacy siswa.


Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
matematika di setiap materi yang diajarkan pada suatu kelompok belajar
diantaranya pendidik, peserta didik, kurikulum, pembelajaran dan lingkungan.
Namun dari pendidik matematika sendiri masih menemui beberapa kendala mulai
dari persiapan, pelaksanaan hingga berkaitan dengan evaluasi pembelajaran.
Termasuk dalam hal pengembangan bahan ajar yang digunakan dan media
pendukung pembelajaran yang menjadi persoalan bagi pendidik. Di beberapa
daerah di Sulawesi Tenggara, masih banyak ditemukan pendidik yang belum
menyesuaikan perangkat pembelajaran kurikulum 2013. Pemanfaatan pendekatan
pembelajaran yang inovatif juga belum efektif mengingat tiap sekolah memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti pendekatan open-ended,
kontekstual, problem solving ataupun pendekatan lainnya.
Penelitan-penelitian dengan menggunakan berbagai strategi pendekatan maupun
model pembelajaran yang telah dilaksanakan di sekolah-sekolah di Kendari
memiliki beberapa kesamaan, yaitu pada tindak lanjut setelah penelitian, baik
terhadap pendidik, peserta didik maupun pada kurikulum di setiap lokasi penelitian
yang telah dilaksanakan. Dari hasil pantauan penulis, beberapa hasil penelitan di
sekolah-sekolah di Kendari terkait pelajaran matematika di berbagai jenjang
menunjukkan bahwa metode/strategi/pendekatan yang telah coba diterapkan di
sekolah-sekolah tidak memiliki dampak yang berarti setelah proses penelitian
berakhir. Guru mata pelajaran pada umumnya masih menggunakan metodenya
sendiri yang boleh jadi tidak lebih baik hasilnya jika dibandingkan metode yang
diterapkan saat penelitian.
Untuk metode problem posing, fokus penelitian ditujukan pada siswa
Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik.
Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan
soal/masalah
Langkah-langkah dalam Penelitian ini :
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran;
2) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa;
3) Guru memberikan latihan soal secukupnya;
4) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen, tiap kelompok
terdiri atas 4-5 orang siswa;
5) Setiap kelompok diminta menyelesaikan soal pada lembar kerja kelompok;
6) Setiap kelompok diminta mengajukan soal yang menantang, dan kelompok
yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya;
7) Secara acak guru meminta perwakilan kelompok untuk menyajikan soal
temuannya di depan kelas;
8) Guru memberikan penugasan secara individual.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari tes kemampuan
matematika pada tiap akhir siklus dan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran problem posing dengan setting
kooperatif tipe STAD. Pengumpulan data dilakukan dengan pelaksanaan tes
kemampuan matematka dan observasi terhadap pembelajaran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
problem posing dengan setting kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa yaitu: (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan menyampaikan apersepsi, (2) guru membagikan Bahan Ajar dan LKS, (3) siswa
dalam kelompok bekerja sama membuat soal dan penyelesaiannya, (4) siswa dalam
kelompok mencari dan mengolah informasi dan menghubungkan dengan
permasalahan yang diberikan, (5) guru memberikan tugas belajar berupa soal-soal
berjenjang pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran,
Peningkatan kemampuan matematika siswa ditunjukkan dengan meningkatnya
hasil belajar matematika siswa pada setiap tes siklus. Pada tes awal, sebanyak 3
orang siswa atau sekitar 10% siswa berhasil mencapai nilai diatas KKM yaitu 70.
Pada siklus I sebanyak 11 orang siswa atau sekitar 37% siswa memperoleh nilai
diatas KKM. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan matematika
siswa pada hasil tes siklus I sebesar 27% (8 orang siswa) dibandingkan hasil tes
awal. Kemudian pada hasil tes siklus II, 20 orang siswa atau sekitar 67% siswa
memperoleh nilai diatas KKM, sehingga pada hasil tes siklus II mengalami
peningkatan sebesar 30% (9 orang siswa) dibandingkan hasil tes siklus I. Pada hasil
tes siklus III menunjukkan 27 orang siswa atau sekitar 90% siswa memperoleh nilai
diatas KKM. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan memecahkan
masalah siswa sebesar 23% (7 orang siswa) dibandingkan hasil tes siklus II.

Anda mungkin juga menyukai