Anda di halaman 1dari 1

Geokimia, studi mengenai komposisi (kimia) bumi.

Mempelajari keberadaan unsur-unsur yang


bernilai ekonomis, isotop yang terdapat di bumi dan penyebaran unsur tertentu di berbagai tempat.
Metoda eksplorasi geokimia sangat membantu dalam pencarian mineral dan hidrokarbon.
(http://doctorgeologyindonesia.blogspot.co.id/2010/04/cabang-ilmu-geologi.html)

Beberapa subbidang dari geokimia adalah:

Geokimia isotop, melibatkan penentian konsentrasi relatif dan absolut dari suatu
elemen kimia dan isotopnya di bumi dan permukaan bumi
Astrokimia meliputi analisis dan persebaran elemen dan isotopnya di alam semesta
Biogeokimia, bidang yang fokus pada studi efek kehidupan pada bahan-bahan kimia
yang ada di bumi
Geokimia organik, mempelajari peran proses dan senyawa yang diturunkan dari atau
sebelumnya merupakan, makhluk hidup
Geokimia perairan, mencakup studi peran berbagai elemen di dalam badan air, dan
bagaimana mereka mengalami perubahan jumlah dan senyawa melalui proses yang
melibatkan interaksi bumi-atmosfer-perairan.
Geokimia wilayah mencakup studi dan aplikasi geokimia di bidang lingkungan,
hidrologi, dan eksplorasi mineral.

Geokimia adalah sains yang menggunakan prinsip dan teknologi bidang kimia untuk menganalisis
dan menjelaskan mekanisme di balik sistem geologi seperti kerak bumi dan lautan yang berada di
atasnya.[1] Cakupan geokimia melebar hingga ke luar geo (bumi), melingkupi seluruh sistem
pergerakan bebatuan di tata surya[2] dan memiliki kontribusi penting dalam memahami proses di
balik konveksi mantel, pembentukan planet, hingga asal muasal bebatuan seperti granit dan basal.
https://id.wikipedia.org/wiki/Geokimia)

Aplikasi atau contoh nyata yang dapat dilihat dari geokimia salah satunya adalah metode yang
digunakan oleh sedimentologist dalam mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi
depositional batuan sedimen, yaitu analisis kimia dari batu, melingkupi geokimia isotop, termasuk
penggunaan penanggalan radiometrik, untuk menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah
sumber. Metode ini pertama kali dipakai pada tahun 1970an dimana penelitian sedimentologi mulai
beralih dari makroskopis dan fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik
analisa dan penggunaan katadoluminisen dan mikroskop elektron memungkinkan para ahli
sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan yang pesat ini memacu kita
untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori dan pengaruhnya terhadap evolusi
porositas dengan kelulusan batupasir dan batugamping.
(http://samuderabenua.blogspot.co.id/2010/12/geokimia-itu-apa-sih.html)

Anda mungkin juga menyukai