Anda di halaman 1dari 14

Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

ISSN : 2087-2879
PERBANDINGAN PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 15 ADIDARMA
BANDAACEH TENTANG DUKUNGAN KELUARGA DAN TEMAN SEBAYA
TERHADAP PERILAKU MEROKOK
Comparison of Student Perceptions of SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh about
Family and Peer Support Against Smoking Behavior
Rachmalia1 dan Putri Indriyana2
1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas, PSIK-FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Mental Health and Community Health Nursing Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh
E-mail: rachma_lia@yahoo.com

ABSTRAK
Perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari dan dilakukan oleh banyak orang diantaranya adalah
remaja yang pada fase perkembangannya merupakan fase pencarian identitas diri sesuai keinginan dan
persepsinya. Perilaku merokok yang dilakukan remaja dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya disebabkan
oleh faktor dalam diri tetapi juga disebabkan oleh faktor dukungan keluarga dan dukungan teman sebaya.
Tujuan penelitian untuk membandingkan persepsi siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh tentang
dukungan keluarga dan teman sebaya terhadap perilaku merokok. Desain penelitian deskriptif komparatif,
dengan pendekatan cross sectional study dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode total
sampling. Sampel penelitian ini adalah dependent sampel dengan 30 responden yang merokok. Pengumpulan
data dilakukan pada tanggal 26 April 2011 dengan kuisioner dalam bentuk dichotomous choice. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan 63.3 % siswa mempersepsikan dukungan keluarga terhadap perilaku merokok
berada dalam kategori rendah sedangkan 56.7 % siswa mempersepsikan dukungan teman sebaya terhadap
perilaku merokok berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa remaja, pola interaksi
mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman sebayanya daripada keluarga, dan melalui uji t-test
dependent diperoleh mean dukungan teman sebaya lebih tinggi daripada dukungan keluarga terhadap
perilaku merokok (34.1 versus 25.8, p< 0.05), maka jelas terlihat ada perbandingan persepsi siswa SMA
Negeri 15 Adidarma tentang dukungan keluarga dan teman sebaya terhadap perilaku merokok. Diharapkan
kepada remaja khususnya siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh agar tidak mudah menerima
pengaruh yang bersifat negatif dan harus lebih bisa selektif dalam mepersepsikan dan menerima pengaruh
apapun dari lingkungan sekitarnya.

Kata Kunci: Perilaku merokok, Remaja

ABSTRACT
Smoking behavior is a learned behavior done by many people; many of them are teenagers who are in
development phase and looking for self-identity as their wish and perception. The smoking behavior done by
the teenagers in their daily life is not only caused by internal factors, but it is also caused by family and peer
support factors. The purpose of this research was to compare the perception of State Senior High School 15
(SMA Negeri 15) Adidarma Banda Aceh about the family and peers supports towards the smoking behavior.
The research design was comparative design by using cross sectional study approach, and sampling
technique used in this research was dependent sample with 30 smokers as respondents. The data were
collected on April 26, 2011 by using questionnaire in dichotomous choice form. Based on the research
results, 63.3% of the students perceived that the family support towards the smoking behavior was in low
category level; meanwhile 56.7 % of the students perceived that the peer support towards the smoking
behavior was in high category level. This meant that interaction pattern of the teenagers was spent more
hours interacting with their peers than family, and from dependent T-test was obtained that the mean scores
for peer support were significantly higher than family support towards the smoking behavior (34.1 versus
25.8, p< 0.05), thus it was clear that there were the comparison of perception of SMA Negeri 15 Adidarma
students about the family and peer support towards the smoking behavior. It is expected to teenagers,
especially the SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh students do not accept negative influence easily and
they should be more selective in giving perception and accepting any influences from their surroundings.

Keywords: Smoking Behavior, Teenager

111
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

PENDAHULUAN identitas dirinya menyebabkan remaja


Merokok merupakan salah satu kadang melakukan hal - hal yang kurang
masalah yang sulit dipecahkan dan telah baik bagi mereka (Hesti, 2008).
menjadi fenomena di kalangan Menurut Kurt Lewin (dikutip dari
masyarakat. Apalagi sudah menjadi Helmi & Komalasari, 2006), perilaku
masalah nasional, bahkan internasional. merokok merupakan fungsi dari dukungan
Saat ini sekitar 1,1 miliar orang merokok dan individu, artinya perilaku merokok
di seluruh dunia. Pada tahun 2025, WHO selain disebabkan oleh faktor-faktor dalam
memperkirakan jumlah perokok di seluruh diri juga disebabkan faktor dukungan baik
dunia akan meningkat lebih dari 1,6 miliar. dukungan keluarga dan dukungan teman
Indonesia menempati urutan ke-4 diantara sebaya. Dengan merujuk konsep transmisi
negara - negara dengan konsumsi perilaku, bahwa pada dasarnya perilaku
tembakau tertinggi di dunia pada tahun dapat ditransmisikan melalui transmisi
2002 dengan tingkat konsumsi sebesar vertikal dan horizontal (Berry, Pootinga,
182 milyar batang. Indonesia juga Segall & Dasen, 1992). Transmisi vertikal
mencetak rekor baru yakni jumlah dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu
perokok remaja tertinggi di dunia, orangtua yang merokok akan berpengaruh
dengan menunjukkan adanya peningkatan terhadap penularan perilaku merokok pada
jumlah perokok anak di Indonesia anaknya, dan transmisi horizontal dilakukan
sebesar 20%. Diperkirakan 63,58 % remaja oleh teman sebaya, yaitu pola interaksi
Indonesia usia 15-19 tahun adalah remaja yang lebih banyak dihabiskan
perokok (Badan Pusat Statistik, 2004). dengan teman sebaya juga akan
Sementara itu di Aceh sebanyak 60,48 % berpengaruh terhadap pembentukan
dari seluruh perokok adalah remaja (Dinas perilaku remaja.
Kesehatan Provinsi, 2007). Jumlah remaja Menurut informasi dari staf
yang merokok meningkat tajam setelah kesiswaan dan guru SMA Negeri 15
usia 10 tahun dan mencapai puncaknya Adidarma bahwa di sekolah tersebut
pada usia 13 sampai 14 tahun (Santrock, merokok sudah menjadi masalah yang
2003). sering terjadi dan dilakukan oleh siswa jika
dibandingkan dengan penggunaan obat-
Rokok menjadi isu yang tidak obatan, tawuran dan gangster yang hampir
pernah bisa tuntas dibahas penanganannya tidak pernah terjadi di sekolah tersebut.
karena rokok telah menjadi bagian dari Kebanyakan dari siswa merokok di kantin
budaya masyarakat. Rokok juga dianggap sekolah pada saat jam istirahat atau
sebagai simbol dari keakraban diantara pelajaran berakhir. Di SMA Negeri 15
warga, contohnya bila ada acara Adidarma sudah menerapkan larangan
selamatan, rokok akan disajikan beserta merokok bagi siswa di lingkungan sekolah
makanan lain pada saat acara pembacaan tetapi peraturan tersebut belum diterapkan
doa selesai dilakukan, sehingga kebiasaan secara optimal karena tidak ada sanksi yang
seperti ini dianggap suatu lambang tegas jika siswa kedapatan merokok, maka
solidaritas oleh para remaja. Maka tidak dari itu siswa SMA Negeri 15 Adidarma
heran jika sekarang ini kegiatan merokok berani merokok di dalam lingkungan
sering terlihat pada anak- anak SMA sekolah dan hampir semua siswa laki-laki
dimana pada usia ini merupakan masa SMA Negeri 15 Adidarma pernah mencoba
peralihan antara masa remaja menuju merokok walau hanya 1 batang.
masa dewasa. Berdasarkan hasil wawancara singkat
Pada masa remaja terdapat dengan 10 siswa SMA Negeri 15 Adidarma
kecenderungan untuk mencari hal - hal didapatkan data bahwa, mereka merokok
baru sebagai bentuk masa identitas diri awalnya karena ingin coba - coba dan ikut-
dan adanya usaha usaha yang masih ikutan teman, akhirnya mereka ketagihan
mencoba-coba dalam melakukan sesuatu. (adiksi) dan mereka menganggap merokok
Adanya keinginan untuk dihargai oleh sebagai suatu trend dan salah satu jenis
komunitasnya dan untuk memperoleh aktivitas yang popular dilakukan untuk

112
Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

memanfaatkan waktu senggang. Mereka dipersepsikan oleh siswa SMA Negeri 15


juga beranggapan bahwa dengan merokok Adidarma Banda Aceh 2011.
bisa dianggap sudah dewasa, tidak lagi anak
kecil, dan bisa memasuki kelompok teman TINJAUAN KEPUSTAKAAN
sebaya sekaligus kelompok yang Konsep Remaja
mempunyai ciri gaya tertentu. Sedangkan Danusantoso (2001) mendefinisikan
sebagian dari mereka ada juga yang remaja sebagai individu yang sedang
menyebutkan kecendrungan mereka mengalami perkembangan menuju
merokok karena orang tua dan saudara kedewasaan. Mereka adalah anak-anak
mereka juga merokok dan tidak pernah yang telah meninggalkan usia 11 tahun dan
melarang mereka untuk tidak merokok. akan menuju usia 21 tahun. Usia remaja
Berdasarkan observasi peneliti dalam merupakan usia dimana individu mulai
suasana belajar ataupun waktu istirahat berinteraksi dengan masyarakat dan merasa
sedang berlangsung, baik siswa laki-laki berada sama dalam satu tingkat dengan
maupun perempuan menghabiskan banyak orang yang lebih tua darinya termasuk
waktunya bersama dengan teman- dalam hal intelektualnya. Secara umum
temannya, sehingga muncul dua bentuk masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang
perilaku dari pengaruh teman sebaya, yang dilihat dari rentang usia. Sampai saat ini
pertama kelompok siswa yang disiplin dan masih banyak perbedaan mengenai
yang kedua yakni kelompok siswa yang klasifikasi remaja tersebut. Monks (1999)
suka melanggar aturan sekolah, seperti membagi tahapan masa remaja tersebut
merokok. menjadi : remaja awal (12-14 tahun),
remaja pertengahan (15-17 tahun) dan
RUMUSAN MASALAH remaja akhir (18-21 tahun).
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka yang menjadi permasalahan Karakteristik Remaja
dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Masa remaja mempunyai
Perbandingan Persepsi Siswa SMA Negeri karakteristik yang khas, dimana semua
15 Adidarma Banda Aceh Tentang tugas pekembangan pada masa ini
Dukungan Keluarga dan Teman Sebaya dipusatkan pada penanggulangan sikap dan
Terhadap Perilaku Merokok 2011? pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi
TUJUAN PENELITIAN masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja
Berdasarkan rumusan masalah yang disebut juga sebagai periode peralihan,
telah dikemukakan, maka tujuan dari periode perubahan, periode bermasalah,
penelitian ini adalah : periode pencarian identitas, dan periode
tidak realistik. Pada periode pencarian
Tujuan Umum identitas, remaja yang tidak ingin lagi
Untuk mengetahui perbandingan disebut sebagai anak-anak, berusaha
persepsi siswa SMA Negeri 15 Adidarma menampilkan atau mengidentifikasi
Banda Aceh tentang dukungan keluarga dan perilaku yang menjadi simbol status
teman sebaya terhadap perilaku merokok kedewasaan. Salah satu perilaku yang
2011. muncul adalah perilaku merokok yang
mereka anggap sebagai simbol kematangan,
Tujuan Khusus dimana perilaku ini seringkali dimulai pada
Tujuan Khusus yang ingin usia sekolah menengah pertama (Hurlock,
dikemukakan pada penelitian ini adalah : 2001).
a) Untuk melihat tingkat dukungan keluarga Sesuai dengan pembagian usia
terhadap perilaku merokok yang remaja menurut Monks (1999) maka
dipersepsikan oleh siswa SMA Negeri 15 terdapat tiga tahap proses perkembangan
Adidarma Banda Aceh 2011. b) Untuk yang dilalui remaja dalam proses menuju
melihat tingkat dukungan teman sebaya kedewasaan, disertai dengan
terhadap perilaku merokok yang karakteristiknya, yaitu :

113
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

1) Remaja awal (12-14 tahun), pada terdiri dari jenis kelamin yang sama,
tahap ini, remaja masih merasa heran mempunyai keinginan dan kemampuan
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi yang sama serta saling mempengaruhi satu
pada dirinya dan dorongan-dorongan yang sama lain. b) Kelompok kecil, kelompok ini
menyertai perubahan-perubahan tersebut. terdiri dari kelompok teman-teman dekat
Mereka mulai mengembangkan pikiran- yang pada awalnya terdiri dari jenis
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan kelamin yang sama, kemudian meliputi
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. kedua jenis kelamin. c) Kelompok besar,
Kepekaan yang berlebihan ini ditambah kelompok ini terdiri dari beberapa
dengan berkurangnya pengendalian kelompok kecil dan kelompok teman dekat,
terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit kemudian berkembang menjadi kelompok
mengerti dan dimengerti oleh orang besar. Kelompok besar seperti ini,
dewasa. 2) Remaja pertengahan (15-17 penyesuaian minat antara anggota-anggota
tahun), pada tahap ini, remaja sangat kelompok berkurang karena terdapat jarak
membutuhkan teman-teman. Ada sosial yang lebih besar di antara mereka.
kecendrungan narsistik yaitu mencintai d) Kelompok yang terorganisasi, kelompok
dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai ini adalah kelompok yang dibina oleh orang
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat dewasa, dibentuk oleh sekolah dan
yang sama dirinya. Pada tahap ini remaja organisasi masyarakat untuk memenuhi
berada dalam kondisi kebingungan karena kebutuhan sosial para remaja yang tidak
masih ragu harus memilih yang mana, peka mempunyai kelompok besar. e) Kelompok
aatau peduli, ramai - ramai atau sendiri, geng, remaja yang tidak termasuk
optimis atau pesimis, dan sebagainya. kelompok atau kelompok besar dan merasa
3) Remaja akhir (18-21 tahun), tahap ini tidak puas dengan kelompok yang
adalah masa mendekati kedewasaan yang terorganisasi akan mengikuti kelompok
ditandai dengan pencapaian : a) Minat yang geng. Anggotanya biasanya terdiri dari
semakin mantap terhadap fungsi-fungsi remaja yang mempunyai minat utama
intelek. b) Egonya mencari kesempatan mereka untuk menghadapai penolakan
untuk bersatu dengan orang-orang lain dan teman-teman melalui perilaku anti sosial.
mendapatkan pengalaman-pengalaman
baru. c) Terbentuknya identitas seksual Konsep Merokok
yang tidak akan berubah lagi. d) Menurut Amstrong (dikutip dari
Egosentrisme (terlalu memusatkan Kemala, 2007), merokok merupakan overt
perhatian pada diri sendiri) diganti dengan behavior dimana perokok menghisap
keseimbangan antara kepentingan diri gulungan tembakau yang berbalut daun
sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh nipah atau kertas yang dibakar ke dalam
dinding pemisah antara diri sendiri dengan tubuh dan menghembuskannya kembali
masyarakat umum. keluar. Kemala mengidentifikasi merokok
sebagai overt behavior karena merokok
Perubahan Sosial pada Masa Remaja merupakan perilaku yang dapat terlihat
Salah satu tugas perkembangan masa karena ketika merokok individu melakukan
remaja yang tersulit adalah yang suatu kegiatan yang nampak yaitu
berhubungan dengan penyesuaian sosial. menghisap asap rokok yang dibakar ke
Remaja harus menyesuaikan diri dengan dalam tubuh.
lawan jenis dalam hubungan yang Rokok merupakan hasil olahan
sebelumnya belum pernah ada dan harus tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di bentuk lainnya, yang dihasilkan dari
luar lingkungan keluarga dan sekolah. tanaman nicotina tabaccum, nicotina
Kelompok sosial yang paling sering rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya
ditemukan pada masa remaja adalah yang mengandung nikotin dan tar dengan
(Hurlock, 2001) : a) Teman dekat, remaja atau tanpa bahan tambahan. Nikotin
biasanya mempunyai dua atau tiga orang merupakan zat atau bahan senyawa
teman dekat, atau sahabat karib. Mereka pirolidin yang terdapat dalam nicotina

114
Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

tabaccum, nicotina rustica dan spesies seseorang mendapatkan gambaran yang


lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif menyenangkan mengenai merokok dengan
dapat menyebabkan ketergantungan. cara mendengar, melihat atau dari hasil
Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat
hidrokarbon aromatis yang bersifat untuk merokok. b) Tahap initiation: tahap
karsinogenik (PP No. 19, 2003). perintisan merokok yaitu tahap apakah
Melihat dari kandungan bahan-bahan seseorang akan meneruskan ataukah tidak
kimia yang terdapat dalam rokok tersebut, terhadap perilaku merokok. c) Tahap
sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan becoming a smoker: apabila seseorang telah
yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang
menimbulkan berbagai macam gangguan perhari maka mempunyai kecenderungan
pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. menjadi perokok. d) Tahap maintenance of
Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang smoking: tahap ini perokok sudah menjadi
diuraikan diatas hanya merupakan sebagian salah satu bagian dari cara pengaturan diri
kecil zat yang terkandung dalam setiap (self-regulating). Merokok dilakukan untuk
batang rokok, yang sebenarnya memperoleh efek fisiologis yang
mengandung 4000 racun kimia menyenangkan.
berbahaya. Hal ini menjelaskan bahwa
rokok benar-benar sangat berbahaya bagi Remaja dan Merokok
tubuh. Berbagai penyakit mulai dari Handoko (2003) mendefinisikan
rusaknya selaput lendir sampai penyakit persepsi sebagai interpretasi atau penafsiran
keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan seseorang akan makna sesuatu baginya di
bari perilaku merokok. dalam memahami informasi tentang
dunianya baik melalui penglihatan,
Perilaku Merokok pendengaran, perasaan dan penalaran.
Perilaku adalah segala sesuatu yang Awal kecanduan rokok hampir semuanya
dilakukan oleh manusia dalam menanggapi berawal dari coba-coba, terkait dengan
stimulus lingkungan, yang meliputi kondisi lingkungan masyarakat yang selalu
aktivitas motorik, emosional, dan kognitif. mendukung pemikiran tersebut. Budaya
Bermacam-macam bentuk perilaku yang yang terjadi di Indonesia saat ini
dilakukan manusia dalam menanggapi mendorong remaja untuk mencoba rokok.
stimulus yang diterimanya, salah satu Contoh saja, para remaja akan lebih merasa
bentuk perilaku manusia yang dapat diteliti akrab dan percaya diri saat ia bercengkrama
adalah perilaku merokok (Soetjiningsih, dengan menghisap rokok. Budaya merokok
2007). di lingkungan umum yang sebebas-
Bermacam-macam bentuk perilaku bebasnya juga termasuk faktor yang
yang dilakukan manusia dalam menanggapi mendorong seseorang untuk mencoba dan
stimulus yang diterimanya, salah satu ingin tahu bagaimana rasa dari kenikmatan
bentuk perilaku manusia yang dapat diamati sebatang rokok. Sebagian orang
adalah perilaku merokok. Masa sekarang, menganggap bahwa rokok mampu
perilaku merokok merupakan perilaku yang menghilangkan stress, teman dalam
telah umum dijumpai. Perokok berasal dari kesendirian, bahkan ada yang mengatakan
berbagai kelas sosial, status, serta kelompok sebagai pemuncul ide atau perangsang
umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat logika (Aditama, 2006).
disebabkan karena rokok bisa didapatkan Darvill dan Powell (2002)
dengan mudah dan dapat diperoleh dimana mengungkapkan bahwa merokok juga
pun juga (Danusantoso, 2001). merupakan salah satu alternatif yang
dilakukan oleh para remaja untuk
Tipe Perilaku Merokok menyatakan bahwa mereka diterima dan
Menurut Leventhal dan Clearly teridentifikasi menjadi suatu kelompok
(dikutip dari Danusantoso, 2001) terdapat 4 tertentu. Remaja cenderung merokok jika
tahap seseorang menjadi perokok, mereka: a) Memiliki teman-teman atau
diantaranya : a) Tahap preparatory: keluarga yang merokok, b) Sukar

115
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

mengatakan "tidak", terutama kepada orang-orang lain, contohnya dengan


teman-teman atau orang-orang yang ingin membandingkannya dengan orang lain yang
buat mereka terkesan, c) Tidak mengetahui lebih buruk keadaannya. c) Dukungan
resikonya instrumental, mencakup bantuan langsung,
seperti kalau orang-orang memberi
Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku pinjaman uang kepada orang itu. d)
Merokok Remaja Dukungan informatif, mencakup
Gottlieb (dalam Smet, 1994) memberikan nasehat, petunjuk-petunjuk,
menyatakan dukungan keluarga terdiri dari saran-saran atau umpan balik.
informasi atau nasehat verbal maupun non Keluarga menjadi salah satu faktor
verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang yang berhubungan dengan perilaku
didapat karena kehadiran orang lain dan merokok remaja. Faktor keluarga
mempunyai manfaat emosional atau efek memberikan kontribusi terhadap perilaku
perilaku bagi pihak penerima. Sarafino merokok pada remaja sebesar 96,6%.
(2006) menyatakan bahwa dukungan Perilaku merokok yang ditampilkan
keluarga mengacu pada memberikan keluarga menjadikan remaja meniru
kenyamanan pada anggota keluarga, perilaku tersebut, terlebih bila merokok
merawatnya, atau menghargainya. Pendapat sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga
senada juga diungkapkan oleh Saroson (Kurniawati, 2003).
(dalam Smet,1994) yang menyatakan
bahwa dukungan keluarga adalah adanya Dukungan Teman Sebaya Terhadap
transaksi interpersonal yang ditunjukkan Perilaku Merokok Remaja
dengan memberikan bantuan pada individu Pada masa remaja, pola interaksi
lain, dimana bantuan itu umumnya mereka lebih banyak dihabiskan dengan
diperoleh dari orang yang berarti bagi teman-teman sebayanya. Teman sebaya
individu yang bersangkutan. Dukungan mempunyai peran yang sangat berarti
keluarga dapat berupa pemberian informasi, karena pada masa tersebut remaja mulai
bantuan tingkah laku, ataupun materi yang memisahkan diri dari orangtua dan mulai
didapat dari hubungan sosial akrab yang bergabung dengan teman sebaya.
dapat membuat individu merasa Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali
diperhatikan, bernilai dan dicintai. membuat remaja berbuat apa saja agar
Berdasarkan uraian diatas dapat dapat diterima oleh kelompoknya. Sehingga
disimpulkan bahwa dukungan keluarga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus
adalah dukungan atau bantuan yang berasal dapat menjalankan peran dan tingkah
dari orang yang memiliki hubungan akrab lakunya sesuai dengan harapan kelompok
dengan individu yang menerima bantuan. agar dapat tetap bergabung menjadi anggota
Bentuk dukungan ini ada yang positif kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan,
maupun negatif dan dapat berupa informasi, minat dan penampilan remaja dituntut untuk
tingkah laku tertentu, ataupun materi yang sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula
dapat menjadikan individu yang menerima jika mayoritas kelompok memiliki
bantuan merasa disayangi, diperhatikan, kebiasaan merokok, maka setiap
dan bernilai. anggotanya mau tidak mau akan dan harus
House (dalam Smet,1994) mengikuti aktivitas tersebut tanpa
membedakan empat jenis atau dimensi memperdulikan perasaan mereka sendiri
dukungan keluarga, antara lain : a) (Hurlock, 2001).
Dukungan emosional, mencakup ungkapan Berbagai fakta mengungkapkan
empati, kepedulian dan perhatian terhadap semakin banyak remaja merokok, maka
orang yang bersangkutan. b) Dukungan akan semakin besar kemungkinan teman-
penghargaan, terjadi lewat ungkapan temannya adalah perokok juga. Fakta
hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut menyatakan 2 kemungkinan, yaitu
itu, dorongan maju atau persetujuan dengan remaja yang terpengaruh oleh teman-
gagasan atau perasaan individu, dan temannya, atau teman-teman remaja
perbandingan positif orang itu dengan tersebut dipengaruhi olehnya. Diantara

116
Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

remaja baik perokok maupun yang tidak Tempat Penelitian


merokok, 87 % memiliki satu atau lebih Penelitian ini dilakukan di SMA
sahabat yang merokok (Basyir, 2005). Negeri 15 Adidarma Banda Aceh yaitu
Dukungan teman sebaya memberikan kelas X dan XI. Penelitian ini dilaksanakan
sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap pada 26 April 2011.
munculnya perilaku merokok pada remaja,
sehingga semakin banyak dukungan teman Alat Pengumpul Data
untuk merokok dapat mendorong seseorang
untuk menjadi perokok (Kurniawati, 2003). Kuisioner
Instrumen atau alat ukur yang
METODOLOGI PANELITIAN digunakan dalam penelitian ini berupa
kuisioner (lampiran 5) dengan skala
Desain Penelitian
pengukuran dalam bentuk dichotomous
Desain yang digunakan dalam choice yang disusun dengan mengacu pada
penelitian ini adalah penelitian komparatif tinjauan kepustakaan dan kerangka konsep
yang bertujuan untuk mengetahui yang ada dan dikembangkan sendiri oleh
perbandingan persepsi siswa SMA Negeri penulis yaitu: a) Bagian A, merupakan data
15 Adidarma Banda Aceh tentang demografi yang digunakan sebagai angket
dukungan keluarga dan teman sebaya pembuka meliputi umur, dan kelas. b)
terhadap perilaku merokok. Bagian B, merupakan kuisioner yang
Dalam penelitian komparatif, dua dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan
variabel yang secara umum mempunyai mengacu pada kerangka konsep dan
persamaan, dipilih untuk diperbandingkan. berdasarkan literatur yang sudah disusun,
Dengan adanya perbedaan antara kedua untuk mengetahui perbandingan persepsi
variabel, peneliti ingin mengetahui siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda
apakah ada hal lain yang berbeda antara Aceh tentang dukungan keluarga dan teman
kedua variabel tersebut (Arikunto, 2002). sebaya terhadap perilaku merokok.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuisioner ini dibagi kedalam 2 kelompok
cross sectional study yaitu suatu pernyataan yaitu:
pendekatan dengan tidak menggunakan Dukungan keluarga sebanyak 20 item
subyek penelitian yang sama secara pernyataan, yang terdiri dari : a) 6
berulang dalam pengukuran data pernyatan positif, yang terdapat pada poin
(Arikunto, 2002). (9,10,13,16,118, dan 19). b) 14 pernyataan
negatif, yang terdapat pada poin
Populasi (1,2,3,4,5,6,7,8,11,12,14,15,17,dan 20).
Populasi dalam penelitian ini adalah Dukungan teman sebaya sebanyak 20
seluruh siswa laki - laki SMA Negeri 15 item pernyataan, yang terdiri dari : a) 5
Adidarma Banda Aceh Tahun Ajaran pernyataan yang positif, yang terdapat pada
2010/2011 yang berjumlah 30 siswa laki - poin (8,9,11,12,dan 18). b) 15 pernyataan
laki. negatif, yang terdapat pada poin
(1,2,3,4,5,6,7,10, 13,14,15,16,17,19, dan
20).
Sampel Setiap jawaban Ya dari tiap-tiap
Sampel menurut Hidayat (2007) pernyataan positif diberi nilai 1 dan
adalah bagian dari populasi yang jawaban tidak diberi nilai 2, sedangkan
dipergunakan sebagai data sebenarnya, untuk pernyataan negatif jawaban Ya
dengan kata lain sampel merupakan diberi nilai 2 dan jawaban Tidak diberi
bagian dari populasi. Teknik sampling nilai 1, dengan total nilai perolehan
yang digunakan adalah total sampling maksimal 40 dengan nilai minimal 20.
yaitu seluruh populasi siswa laki - laki
SMA Negeri 15 Adidarma yang berjumlah Uji Coba Instrumen
30 orang siswa yang bersedia menjadi Setelah alat ukur selesai disusun,
responden dan pernah merokok. belum berarti kuisioner tersebut dapat

117
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

langsung digunakan untuk mengumpulkan peneliti mengakhiri pertemuan dengan


data. Kuisioner dapat digunakan sebagai mengucapkan terimakasih kepada
alat ukur penelitian perlu diuji validasi dan responden. Kemudian peneliti meminta
reliabilitas. Untuk itu, kuisioner tersebut surat keterangan tanda selesai melakukan
harus dilakukan uji coba trial dilapangan pengumpulan data dari Kepala Sekolah
(Notoadmodjo, 2005). SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh.
Dari hasil pengolahan data uji kuesioner,
diperoleh hasil secara keseluruhan dari item Analisa Data
pernyataan kuesioner adalah valid dan Analisa data menggunakan metode
reliabel. Dimana dari 10 responden dan dari statistik deskriptif, termasuk komparatif
20 item pernyataan diperoleh hasil angka untuk menentukan rata- rata atau mean dan
korelasi lebih besar dari 0,632, maka hasil standar deviasi dari masing- masing
uji kuesioner dinyatakan reliabel. Sehingga variabel penelitian sehingga dapat
tidak perlu dilakukan uji kuesioner ulang ditentukan berdasarkan hasil yang didapat.
dan dapat langsung dilakukan penelitian. Sebelumnya, data dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam tabel distribusi frekuensi
Prosedur Pengumpulan Data dengan rumus sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan Pengumpulan
Data, persiapan pengumpulan data fi
P= x 100%
dilakukan melalui prosedur administrasi n
dengan cara mendapatkan izin dari ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keterangan:
Kedoketran Universitas Syiah Kuala yang P = Persentase
ditujukan kepada Kepala Sekolah SMA fi = Frekuensi teramati
Negeri 15 Adidarma Banda Aceh. b) Tahap n = Jumlah responden yang menjadi
Pengumpulan Data, setelah mendapatkan sampel
izin dari Kepala Sekolah SMA Negeri 15
Adidarma Banda Aceh dan mendapatkan Data dianalisa berdasarkan
arahan untuk melakukan penelitian, persentase perolehan rumus yang tersebut
kemudian peneliti mendatangi calon diatas untuk masing-masing variabel.
responden. Pengumpulan data dilaksanakan Mean atau rata-rata nilai dapat
pada jam istirahat sekolah, agar tidak diketahui dengan menggunakan rumus
mengganggu jam belajar siswa. Selanjutnya sebagai berikut:
peneliti memperkenalkan diri serta
menjelaskan tujuan penelitian kepada calon
responden. Calon responden diberikan x
x
kebebasan untuk ikut berpartisipasi atau n
tidak dalam penelitian ini. Selanjutnya
Keterangan :
peneliti membagikan kuesioner yang telah
disusun oleh peneliti dengan dibantu oleh x = nilai rata-rata
dua orang numerator. Kepada responden
yang diberikan kuisioner diminta untuk
x = jumlah nilai
n = sampel
mempelajari kuisioner terlebih dahulu, bila
ada pertanyaan yang tidak jelas dan tidak Setelah mendapatkan nilai rata-rata
dimengerti, responden diberikan (mean) untuk masing-masing variabel lalu
kesempatan untuk bertanya. Bila tidak ada dilakukan uji SPSS untuk membandingkan
pertanyaan, responden dipersilakan untuk kedua nilai rata-rata (mean) dari hasil
mengisi kuisioner yang telah dibagikan. penelitian tersebut.
Kuisioner yang telah diisi, Oleh karena penelitian ini adalah
dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya penelitian komparatif, maka harus diuji
oleh peneliti atau asisten peneliti yang perbedaan rata-rata dua sampel dengan
bertugas membagikan kuisioner. Setelah menggunakan teknik statistik berupa t-test
semua kuisioner terisi, peneliti atau asisten dependent dengan rumus sebagai berikut:

118
Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

17 tahun yaitu 12 orang (40%) dan paling


d banyak berasal dari kelas XI IPA1 yaitu 19
t
s d orang (63.3%).
n (Kountur, 2005)
Analisa Data
Dimana:
Hasil pengukuran dalam penelitian
t = t-test untuk dependent sampel
ini menggunakan mean atau rata-rata nilai
= rata-rata perbedaan sampel untuk menentukan masing-masing
= deviasi standar perbedaan sampel responden dapat dikategorikan tinggi, bila
n = besar sampel x x dan rendah, bila x < x , (lampiran
13). Hasil pengkategorian tersebut dapat
HASIL PENELITIAN dilihat pada tabel 5.2.1 dan tabel 5.2.2
Hasil Penelitian sebagai berikut:
Pengumpulan data dilakukan pada a) Persepsi siswa tentang dukungan
tanggal 26 April 2011 di SMA Negeri 15 keluarga terhadap perilaku merokok
Adidarma Banda Aceh. Jumlah sampel Tabel 2. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa
yang didapat sebagai responden adalah 30 SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh Tentang
responden. Pengumpulan data dilakukan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Merokok
dengan pembagian kuisioner untuk Tahun 2011 (n= 30 siswa yang merokok)
mengetahui perbandingan persepsi siswa Persepsi siswa tentang
SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh No
dukungan keluarga
F %
tentang dukungan keluarga dan teman terhadap perilaku
sebaya terhadap perilaku merokok serta merokok
melihat tingkat dukungan keluarga dan
1. Tinggi 11 36.7
tingkat dukungan teman sebaya terhadap
perilaku merokok yang dipersepsikan oleh 2. Rendah 19 63.3
siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda
Aceh, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Total 30 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2011).
Data Demografi Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi dilihat bahwa 36.7% siswa SMA Negeri 15
Persepsi Siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda Adidarma Banda Aceh mempersepsikan
Aceh Tentang Dukungan Keluarga dan Teman tinggi dukungan keluarga terhadap perilaku
Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Tahun 2011 merokok dengan jumlah 11 orang yang
(n= 30 siswa yang merokok) mempersepsikan, sedangkan 63.3% siswa
NO DATA DEMOGRAFI F % mempersepsikan rendah dukungan keluarga
terhadap perilaku merokok dengan jumlah
Umur 19 orang yang mempersepsikan.
a. 16 tahun 11 36.7 b) Persepsi siswa tentang dukungan
1. b. 17 tahun 12 40 teman sebaya terhadap perilaku merokok
c. 18 tahun 5 16.7 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa
d. 19 tahun 2 6.6 SMA Negeri 15 Adidarma Banda AcehTentang
Kelas Dukungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku
2. a. X 11 36.7 Merokok Tahun 2011 (n= 30 siswa yang merokok)
b. XI IPA1 19 63.3 Persepsi siswa tentang
Total 30 100 No dukungan teman sebaya F %
terhadap perilaku merokok
Sumber : Data primer (diolah tahun 2011).
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat 1. Tinggi 17 56.7
dilihat bahwa yang menjadi responden 2. Rendah 13 43.3
adalah semua siswa laki-laki SMA Negeri
15 Adidarma Banda Aceh yang berjumlah Total 30 100
30 orang (100%), sebagian besar berumur Sumber : Data primer (diolah tahun 2011).

119
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat merokok adalah perilaku yang dipelajari.


dilihat bahwa 56.7% siswa SMA Negeri 15 Proses belajar dimulai dari sejak masa
Adidarma Banda Aceh mempersepsikan anak-anak, sedangkan proses menjadi
tinggi dukungan teman sebaya terhadap perokok pada masa remaja.Proses belajar
perilaku merokok dengan jumlah 17 orang atau sosialisasi dapat dilakukan melalui
yang mempersepsikannya, sedangkan transmisi dari generasi sebelumnya yaitu
43.3% siswa mempersepsikan rendah transmisi vertikal yaitu dari dukungan
dukungan teman sebaya terhadap perilaku keluarga, lebih spesifik sikap permisif
merokok dengan jumlah 13 orang yang orang tua terhadap perilaku merokok
mempersepsikannya. remaja. Sosialisasi yang lain melalui
c. Perbandingan persepsi siswa transmisi horizontal melalui dukungan
tentang dukungan keluarga dan teman teman sebaya.
sebaya terhadap perilaku merokok
Dari tabel 4 juga dapat dilihat bahwa Persepsi siswa tentang dukungan
dukungan teman sebaya mempunyai mean keluarga terhadap perilaku merokok
yang lebih tinggi daripada dukungan Berdasarkan hasil pengolahan data
keluarga terhadap perilaku merokok, yaitu pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
34.1 versus 25.8 dengan nilai t-hitung yang 36.7% siswa mempersepsikan tinggi
lebih besar dari nilai t-tabel (7.308 > 2.045) dukungan keluarga terhadap perilaku
jadi terdapat perbandingan persepsi siswa merokok dengan jumlah 11 orang yang
SMA Negeri 15 Adidarma tentang mempersepsikannya. Hal ini dikarenakan
dukungan keluarga dan teman sebaya keluarga merupakan salah satu faktor yang
terhadap perilaku merokok. Dukungan berhubungan dengan perilaku merokok
teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja, sesuai dengan yang
berada dalam kategori tinggi dibandingkan diungkapkan oleh Muchtar (2005) bahwa
dukungan keluarga. perilaku merokok remaja berkaitan dengan
dukungan dari keluarga, dimana keluarga
DISKUSI perokok akan menyebabkan anak memiliki
Remaja adalah generasi muda kemungkinan untuk menjadi perokok.
penerus bangsa, untuk itu suatu negara Aditama mengungkapkan bahwa
perlu mempersiapkan generasi muda. Salah frekuensi perokok lebih banyak ditemukan
satu persiapan dan perencanaan untuk pada mereka yang orangtuanya merokok
membentuk generasi muda yang sehat, dibandingkan dengan yang tidak merokok
diantaranya dengan membebaskan 4 (Baasyir, 2005). Dalam penelitian ini
generasi muda dari perilaku merokok. walaupun didapatkan bahwa sebagian besar
Merokok bagi sebagian masyarakat remaja mendapatkan dukungan keluarga
Indonesia sudah menjadi kebiasaan. untuk merokok, akan tetapi tidak terdapat
Perilaku merokok di kalangan remaja nilai yang signifikan antara dukungan
hingga kini masih menjadi masalah yang keluarga dengan perilaku remaja terhadap
cukup serius, dengan jumlah yang rokok, sesuai dengan hasil pengolahan data
meningkat dari tahun ke tahun. Perilaku pada tabel 2 juga menunjukkan sebagian
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perbandingan Persepsi Siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh Tentang
Dukungan Keluarga dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Tahun 2011 (n=30)
Kategori Persepsi
Dukungan
Siswa
No Terhadap Perilaku Mean SD t-tabel t-hitung
Tinggi Rendah
Merokok
(f) (f)
Dukungan Teman
1 17 13 34.1 3.52
Sebaya
2.045 7.308
Dukungan
2 11 19 25.8 5.87
Keluarga
Sumber : Data primer (diolah tahun 2011).

120
Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

besar siswa (63.3%) mempersepsikan seseorang untuk semakin menjadi perokok


rendah dukungan keluarga terhadap (Kurniawati, 2003).
tindakan perilaku merokok dengan jumlah Friedman dalam Hurlock (2001)
19 orang. mengatakan bahwa :Kekuasaan yang
Dalam hal ini kemungkinan yang mempengaruhi anggota kelompok hampir
terjadi adalah terdapat faktor lain yang lebih menuntut pengawasan mutlak dari anggota
penting yang mendukung remaja untuk kelompok terhadap perilaku seseorang.
merokok. Karena, secara psikososial Hanya diperlukan sedikit contoh untuk
Mahreni (Soetjiningsih, 2004) meyakinkan setiap anggota kelompok
mengungkapkan bahwa pada periode masa bahwa mereka harus mengikuti keputusan
remaja keterikatan remaja dengan keluarga kelompok, atau kalau tidak, mereka harus
terutama orangtua mulai melemah. Dengan menghadapi akibat yang lebih parah.
demikian dapat dipahami bahwa Dengan kata lain dapat digambarkan
kemungkinan keluarga bukan lagi menjadi bahwa adaptasi atau penyesuaian perilaku
role model yang utama bagi remaja. remaja dengan perilaku yang umum ada
Mereka lebih banyak menghabiskan pada kelompok merupakan suatu cara agar
waktunya di luar lingkungan rumah, dan remaja tidak berada dalam tekanan. Karena
nilai-nilai yang mereka anut lebih tertuju adanya penyimpakan nilai antara remaja
pada nilai yang mereka anggap ideal yang dengan nilai yang dianut kelompok bisa
sesuai dengan lingkungan dimana mereka menyebabkan remaja tidak lagi
biasa berkumpul, dan dalam kaitannya mendapatkan pengakuan sebagia anggota
dengan perilaku merokok, pada dasarnya kelompok.
hampir tidak ada orang tua yang Menurut Hurlock (dikutip dari
menginginkan anaknya untuk menjadi Tunsiah, 2007), adanya pengaruh yang kuat
perokok, bahkan masyarakat tidak menuntut dari dukungan teman terhadap konsep diri
anggota masyarakat untuk menjadi perokok, seorang remaja sehingga suatu saat
namun demikian dalam kaitan ini secara dapat berefek buruk pada perkembangan
tidak sadar, ada beberapa agen yang perilaku merokok mereka. Berbagai fakta
merupakan model dan penguat bagi mengungkapkan bahwa semakin banyak
perokok remaja. remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya
Persepsi siswa tentang dukungan teman adalah perokok juga dan demikian
sebaya terhadap perilaku merokok sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
Berdasarkan hasil pengolahan data kemungkinan yang terjadi: pertama,
pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa remaja terpengaruh oleh teman-temannya
sebagian besar (56.7%) siswa yang merokok, kedua, teman-temannya
mempersepsikan tinggi dukungan teman yang dipengaruhi oleh remaja yang
sebaya terhadap perilaku merokok dengan merokok dan akhirnya mereka semua
jumlah 17 orang yang mempersepsikannya. menjadi perokok. Diantara remaja perokok
Hal ini dikarenakan teman sebaya menjadi terdapat 87% mempunyai sekurang-
sesuatu yang sangat penting bagi remaja. kurangnya satu atau lebih sahabat yang
Adanya kebutuhan untuk dapat diterima dan perokok begitu pula dengan remaja non
diakui sebagai anggota kelompok menjadi perokok (Al-Ghifari, 2003).
alasan mereka untuk mengikuti perilaku
yang ada pada kelompok, termasuk perilaku Perbandingan persepsi siswa tentang
merokok. dukungan keluarga dan teman sebaya
Sejalan dengan penelitian terhadap perilaku merokok.
sebelumnya yang mengatakan bahwa Berdasarkan tabel 4 diatas dapat
dukungan teman memberikan sumbangan dilihat bahwa dukungan teman sebaya
efektif terhadap munculnya perilaku mempunyai mean yang lebih tinggi
merokok pada remaja sebesar (93,8%) pada daripada dukungan keluarga terhadap
remaja, sehingga semakin banyak dukungan perilaku merokok, yaitu 34.1 versus 25.8
teman untuk merokok dapat mendorong dengan nilai t-hitung yang lebih besar dari

121
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

nilai t-tabel (7.308 > 2.045) jadi terdapat misalnya saja remaja tersebut merokok
perbandingan persepsi siswa SMA Negeri hanya pada saat berkumpul dengan teman-
15 Adidarma tentang dukungan keluarga temannya.
dan teman sebaya terhadap perilaku Berdasarkan hasil pengolahan data
merokok. Dukungan teman sebaya terhadap untuk membandingkan nilai rata-rata dari
perilaku merokok berada dalam kategori masing-masing variabel yaitu dengan uji
tinggi dibandingkan dukungan keluarga. perbandingan rata-rata untuk data sampel
Hal ini menunjukkan bahwa pada dependent yaitu uji t-test dependent, di
masa remaja, pola interaksi mereka lebih dapatkan p-value = 0,000 < 0,05 dan nilai
banyak dihabiskan dengan teman-teman T-Hitung yang lebih besar dari nilai T-
sebayanya daripada keluarga, karena secara Tabel (7.308 > 2.045) maka Ho ditolak dan
psikososial Mahreni (Soetjiningsih, 2007) Ha diterima yaitu Terdapat perbandingan
mengungkapkan bahwa pada periode masa persepsi siswa SMA Negeri 15 Adidarma
remaja keterikatan remaja dengan keluarga Banda Aceh tentang dukungan keluarga dan
terutama orangtua mulai melemah. Dengan dukungan teman sebaya terhadap perilaku
demikian dapat dipahami bahwa merokok 2011.
kemungkinan keluarga bukan lagi menjadi
role model yang utama bagi remaja KESIMPULAN
melainkan teman sebaya yang mempunyai Berdasarkan hasil pengumpulan data
peran yang sangat berarti karena pada masa yang telah dilakukan pada 26 April 2011
tersebut remaja mulai memisahkan diri dari terhadap 30 responden di SMA Negeri 15
orangtua dan mulai bergabung dengan Adidarma Banda Aceh, maka dapat
teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diketahui bahwa ada perbandingan persepsi
diterima sering kali membuat remaja siswa SMA Negeri 15 Adidarma Banda
berbuat apa saja agar dapat diterima oleh Aceh tentang dukungan keluarga dan teman
kelompoknya. Sehingga dapatlah sebaya terhadap perilaku merokok 2011.
dimengerti bahwa remaja harus dapat Adapun kesimpulan dari hasil
menjalankan peran dan tingkah lakunya penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
sesuai dengan harapan kelompok agar dapat 1) 19 (63.3%) siswa mempersepsikan
tetap bergabung menjadi anggota dukungan keluarga terhadap perilaku
kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan, merokok berada dalam kategori rendah.
minat dan penampilan remaja dituntut untuk 2) 17 (56.7%) siswa mempersepsikan
sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula dukungan teman sebaya terhadap perilaku
jika mayoritas kelompok memiliki merokok berada dalam ketegori tinggi.
kebiasaan merokok, maka setiap 3) Dukungan teman sebaya mempunyai
anggotanya mau tidak mau akan dan harus mean yang lebih tinggi daripada dukungan
mengikuti aktivitas tersebut tanpa keluarga terhadap perilaku merokok, yaitu
memperdulikan perasaan mereka sendiri 34.1 versus 25.8 dan nilai t-hitung yang
(Hurlock, 2001). lebih besar dari nilai t-tabel (7.308 > 2.045)
Selain dorongan dari teman sebaya, maka Ho ditolak dan Ha diterima yaitu
kebiasaan merokok pada remaja juga terdapat perbandingan persepsi siswa SMA
dipengaruhi adanya kesempatan untuk Negeri 15 Adidarma Banda Aceh tentang
merokok seperti lingkungan sekolah di dukungan keluarga dan dukungan teman
mana mereka belajar memungkinkan sebaya terhadap perilaku merokok 2011.
mereka untuk merokok, dan lingkungan
pergaulan juga memungkinkan mereka REKOMENDASI
untuk merokok. Adanya kesempatan bagi Berdasarkan hasil penelitian yang
para remaja untuk merokok dengan tanpa telah disimpulkan di atas, maka peneliti
adanya teguran dari pihak lain akan memberikan rekomendasi sebagai berikut:
mendukung mereka untuk tetap melakukan
kebiasaan merokoknya. Terlebih lagi para Untuk pihak sekolah :
remaja tersebut melakukan kebiasaan a) Perlu dilakukannya pengawasan
merokok hanya pada saat moment tertentu, yang ketat oleh pihak sekolah mengenai

122
Idea Nursing Journal Rachmalia, dkk

kebiasaan merokok siswa serta pemberian penelitian ini disarankan untuk meneliti
sanksi yang tegas bagi mereka yang tentang perbandingan perilaku merokok
kedapatan merokok di lingkungan sekolah, remaja yang mencakup semua faktor yang
sehingga diharapkan dapat membuat efek mempengaruhi perilaku merokok, seperti
jera bagi siswa yang lain. b) Perlu dibentuk pada dukungan iklan dan tingkat stress
grup-grup diskusi (peer group) di sekolah terhadap perilaku merokok.
untuk membicarakan masalah yang sedang
terjadi di kalangan remaja, misalnya seperti KEPUSTAKAAN
merokok dan narkoba sehingga sesama Aditama, T.Y. (2006). Rokok dan
remaja dapat bertukar pikiran menggunakan Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta :
metode pendidikan teman sebaya. c) Perlu Universitas Indonesia.
peningkatan sosialisasi tentang bahaya
merokok khususnya oleh guru agama atau Al-Ghifari. (2003) . Remaja Korban Mode.
guru penjaskes agar murid dapat Bandung : Mujahid.
mengurangi konsumsi merokok.
1) Pada masa remaja terdapat Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur
kecendrungan mencari hal-hal baru sebagai Penelitian : Suatu Pendekatan
bentuk pencarian jati diri sehingga remaja Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
mudah dipengaruhi oleh lingkungannya.
Seharusnya pada saat remaja dalam fase ini, Badan Pusat Statistik (BPS). (2004).
diharapkan siswa atau remaja tidak mudah Statistik kesehatan 2004 hasil survey
menerima pengaruh dari luar yang bersifat sosial ekonomi. Jakarta: BPS
negatif dan remaja harus lebih bisa selektif Indonesia.
dalam menerima pengaruh apapun dari
lingkungan sekitarnya. 2) Bagi Orang tua Basyir. (2005). Remaja & Rokok.
yang menginginkan anaknya tidak merokok http://www.e-
maka anggota keluarga disarankan agar psikologi.com/remaja/050602.html
tidak merokok atau tidak memberikan Diakses pada tanggal 29 Oktober
pengukuhan positif ketika remaja merokok. 2010.
Begitu juga dengan teman sebaya yang
akan memberikan kontribusi yang cukup Berry, J.W., Pootinga, YPEH.,Segall, M.H.,
besar kepada remaja untuk merokok, dalam Dasen, P.R. (1992). Cross-cultural
hal ini orang tua perlu waspada terhadap psychology : research & application.
pengaruh teman sebaya anaknya dalam Cambridge : Cambridge University.
perilaku merokok yang merugikan
kesehatan dan menyebabkan Danusantoso. ( 2001 ). Rokok dan Perokok.
ketergantungan. 3) Perilaku merokok lebih Jakarta : Aksara.
didasarkan atas pertimbangan emosional.
Berkaitan dengan masalah tersebut Darvill Wendy & Powell, Kesley.
diharapkan kepada institusi pendidikan (2002). The Puberty Book
keperawatan khususnya Program Studi Ilmu (Panduan Untuk Remaja). Jakarta :
Keperawatan Fakultas Kedokteran Gramedia.
Universitas Syiah Kuala, khususnya
mahasiswa yang melakukan praktik Dinas Kesehatan Provinsi. (2007). Profil
dilapangan tahap profesi di bidang Kesehatan Provinsi NAD 2007. Dari
komunitas agar dapat memberikan upaya http:// www.dinkes.aceh prov.go.id.
preventif maupun kuratif dengan lebih Diakses pada tanggal 29 September
aplikatif untuk pengambil kebijakan, tidak 2010.
dengan menggunakan pendekatan kognitif
yang sering dilakukan pada penyuluhan Handoko, Dwi Dharma. (2003). Persepsi
seperti pemberian informasi bahaya-bahaya Masyaraka tentang Perilaku
atau dampak negatif merokok. 4) Kepada Merokok. Semarang: IKIP Semarang
penulis yang lain yang ingin melanjutkan Press.

123
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2

Helmi & Komalasari. (2006). Faktor - Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi


Faktor Penyebab Perilaku Merokok Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
pada Remaja. Dari
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/ Peraturan Pemerintah No 19. (2003). Dari
perilakumerokok_avin.pdf. Diakses http://hukum.unsrat.ac.id/pp/
pada tanggal 11 Oktober 2010. pp_81_1999.htm, diakses 28 Oktober
2010.
Hesti. (2008). Faktor yang Mempengaruhi
Remaja Merokok. Dari Santrock, John.W. (2003). Adolescene
www.vanilla.com. Diakses pada Perkembangan Remaja. Jakarta :
tanggal 29 September 2010. Erlangga.

Hurlock, B.Elizabeth. ( 2001). Psikologi Sarafino, Edward P. (2006). Healthy


Perkembangan. Jakarta : PT Psychology : Biopsychososial
Gramedia. Interactions. United States of
America : John Wiley & Sons.
Kemala. (2007). Perilaku Merokok pada
Remaja. Semarang: Digital USU. Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan.
Jakarta : PT. Gramedia widiasarana
Kountur, Ronny. (2005). Statistik Praktis Indonesia.
Pengolahan Data untuk Penyusunan
Skripsi dan Tesis. Jakarta : PPM. Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahanya edisi 2.
Kurniawati. (2003). Hubungan antara Jakarta : CV. Sagung Seto.
Sikap terhadap Iklan Rokok dengan
Perilaku Merokok Remaja. Tunsiah. (2007). Perilaku Merokok pada
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Remaja. Dari
Universitas Gadjah Mada. http://tunsiah.blogspot.com/
2007/bahanbaca/perilaku-merokok-
Monks, FJ & Knoers, AMP. (1999). pada-remaja.html. Diakses pada
Psikologi Perkembangan : Pengantar tanggal 29 September 2010.
Dalam Berbagai Bagiannya, (
Terjemahan Siti Rahayu Haditono).
Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Muchtar, A.F. (2005). Perbedaan Tingkat


Konformitas Ditinjau Dari Gaya
Hidup Pada Remaja. Jakarta : PT.
Gramedia.

124

Anda mungkin juga menyukai