Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANK DAN KOPERASI

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing :

DR. Tgk Anwar,ST.,M.Ag.,MT


NIP.196612312002121004

Disusun oleh :

Kelompok 9

No. Nama Nim


1. Mulia Sari 1601301109
2. Muhammad Nurul Amri 160130113
3. Intan Astari 160130117

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH - LHOKSEUMAWE
2017
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR i

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Makalah 2
1.4 Kegunaan Makalah 2
1.5 Prosedur Makalah 3

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank Secara Umum 4
2.2 Sejarah Pendirian Bank 5
2.3 Pengertian Bank Secara Islam 6
2.4 Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank 6
2.5 Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank Secara Islam 7
2.6 Tujuan Perbankan Islam 8
2.7 Kedudukan Bank dalam Islam 9
2.8 Jenis jenis Bank 10
2.9 Dasar Hukum Bank dan Pegawai Bank 10
2.10 Pengertian Koperasi 17
2.11 Syarat Syarat Pendirian Koperasi 18
2.12 Macam Macam Koperasi 18
2.13 Hukum Pendirian Koperasi 19

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatnya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Bank dan Koperasi. Makalah
ini berisi tentang pengertian, hukum Bank Konvensional dan Syariah serta
perbedaan bunga Bank dan Riba, . Dengan bahasa yang singkat, padat, dan mudah
dimengerti.

Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang


menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan pengertian dan hukum hukum Bank dalam Islam. Penutup yang
berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi dari makalah kami.
Makalah ini juga kami lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber
dan referensi bahan dalam penyusunan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima
dengan senang hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Lhokseumawe, 24 Februari 2017

Penyusun,
Kelompok IX
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya mengatur ibadah ritual,
tetapi merupakan aturan lengkap yang mencakup aturan ekonomi . Ekonomi
tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, sehingga tidaklah mungkin Allah SWT
tidak mengatur hal yang demikian penting. Salah satu contoh dapat kita
lihat dalam QS Albaqarah : 282 yang mengatur secara terperinci aturan
muamalah diantara manusia.
Bersamaan dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat untuk
kembali ke ajaran agama, banyak bermunculan lembaga ekonomi yang berusaha
menerapkan prinsip syariat Islam, terutama lembaga-lembaga keuangan seperti
perbankan, asuransi dan baitul mal.
Perbankan Islam telah menjadi istilah yang terkenal luas baik di dunia
muslim maupun didunia barat. Istilah tersebut mewakili suatu bentuk perbankan
dan pembiayaan yang berusaha menyediakan layanan-layanan bebas bunga
kepada nasabah. Karena dalam perbankan Islam bunga adalah riba dan menurut
hukum Islam bunga bank diharamkan. Terbukti dalam kurun waktu beberapa
tahun pertumbuhan bank syariah semakin cerah, hal ini ditandai
dengan banyaknya bank-bank konvensional mengkonversi kepada sistem syariah
atau membuka divisi syariah. Ada juga lembaga keuangan syariah lain lahir dalam
skala kecil, tetapi mempunyai jumlah yang banyak, seperti BMT dan Koperasi
Syariah. Data yang ada menunjukkan bahwa Indonesia telah meiliki 82 BPRS
dan lebih 3000 buah BMT yang mengoperasikan produknya.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah didalam makalah ini ialah :
1 Apa yang dimaksud dengan bank ?
2 Bagaimana sejarah perkembangan bank ?
3 Apa hukum dari adanya sistem bunga bank ?
4 Bagaimana pendapat para ulama mengenai bunga bank ?
5 Apa pengertian koperasi ?
6 Bagaimana hukum koperasi dalam islam ?
7 Apa keuntungan dari adanya koperasi ?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui lembaga - lembaga ekonomi islam di Indonesia
3. Memahami definisi dari macam macam lembaga keuangan
4. Mampu membedakan antara lembaga ekonomi syariah dan konvensional

1.4 Kegunaaan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan konsep mengenai lembaga ekonomi yang sesuai dengan ajaran
ajaran agama islam. Secara prektis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya mengenai bank, koperasi, asuransi, dan baitul mal, dan bagaimana
sistem yang diterapkan dalam masing masing lembaga tersebut.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep mengenai bank, koperasi,
asuransi, dan baitul mal, dan bagaimana sistem yang diterapkan agar pembaca
dapat membedakan antara yang menguntuntungkan dengan jalan halal dan
menguntungkan dengan jalan haram.
3
1.5 Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang
digunakan adalah metode deskritif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensip. Data teoritis dalam
makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pusaka, artinya
penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relavan
denga tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui
kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam
konteks tema makalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Secara Umum

Bank merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang mempunyai peranan


penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui
mengenai peranan bank. Peranan bank adalah menghimpun dan menyalurkan
dana dari dan ke masyarakat (sebagai lembaga intermediary). Peran sebagai
penghimpun dana, dilakukan bank dengan melayani masyarakat yang ingin
menabungkan uangnya di bank. Peran sebagai penyalur dana dilakukan bank
dengan melayani masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang dari bank,
misalnya untuk keperluan modal usaha, keperluan pembangunan, dan keperluan -
keperluan lainnya. Dalam pembicaraan sehari hari, bank dikenal sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan,
dan deposito.

Istilah bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku. Bangku inilah
yang digunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para
nasabah. Istilah bangku kemudian berkembang dan populer menjadi bank.

Menurut Fuad Mohd Fachruddin, bank berasal dari kata banko (Bahasa
Italia), sedangkan menurut Yan Pramadyapuspa sebagaimana dikutip Mohd.
Fachruddin, bank berasal dari bahasa Inggris atau Belanda yang berarti kantor
penyimpanan uang. Bank adalah simbol bahwa para penukar uang (money
changer) meletakkan uang penukaran di atas sebuah meja, meja ini
dinamakan banko yang berarti bangku dalam bahasa Indonesia.
Fuad Mohd Fachruddin berpendapat bahwa yang dimaksud dengan bank
menurut istilah adalah suatu perusahaan yang memperdagangkan utang-piutang,
baik yang berupa uangnya sendiri maupun uang orang lain.

Masjfuk Zuhdi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan bank non-islam


(conventional bank) adalah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya
untuk mneghimpun dana yang kemudian disalurkan kepada orang atau lembaga
yang membutuhkannya guna investasi (penanaman modal) dalam usaha-usaha
yang produktif dengan sistem bunga.
5

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di setiap negara.


Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan,
badan badan usaha swasta, badan badan usaha milik negara, bahkan lembaga
lembaga pemerintahan untuk menyimpan dana dana yang dimilikinya. Melalui
kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian.

Dari pengertian di atas, terlihat bahwa usaha bank lebih terarah tidak semata
mata memutar uang untuk mencari keuntungan perusahaan, tetapi undang
undang menghendaki agar taraf hidup rakyat dapat ditingkatkan.

Sedangkan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,


mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Dapat dikatakan bahwa sistem perbankan
adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara
keseluruhan

2.2 Sejarah Pendirian Bank


Bank merupakan hasil perkembangan cara-cara penyimpanan harta benda.
Para saudagar merasa khawatir membawa perhiasan dan yang lain-lainnya dari
satu tempat ke tempat yang lainnya karena di pelabuhan dan tempat-tempat lain
terdapat banyak pencuri. Maka, bank merupakan alternatif yang tepat untuk
menitipkan barang- barang yang berharga, karena bank dapat dipercaya dan dapat
menjaga harta dengan kekuatan tenaga. Dengan demikian berdirilah bank-bank
dengan cara-caranya. Bank memberi jaminan kepada penyimpan dan penyimpan
dapat pula menggunakan simpanannya dengan mempergunakan cheque, wesel,
dan surat-surat lainnya.
Bank pertama berdiri di Venesia dan Genoa di Italia, kira-kira abad ke-14.
Kota-kota tersebut dikenal sebagai kota perdagangan. Dari kedua kota ini
berpindahlah system bank ke Eropa Barat. Di Inggris didirikan Bank of
England tahun 1696.
6

2.3 Pengertian Bank Secara Islam

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah
yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank Islam itu
sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba
Bank), dan Bank Syariah (Sharia Bank). di Indonesia secara teknis yuridis
penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi Bank Syariah, atau yang
secara lengkap disebut Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.manusia dengan
manusia (muamalat).

Bank Islam adalah suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya


menghimpun dana untuk di salurkan kepada orang atau lembaga yang
membutuhkannya.

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan


yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini
berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan
untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).Sistem
perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam
investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan
atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-
lain.Kelahiran Bank Syariah (Bank Islam) dilandasi bahwa segala sesuatu
aktivitas seorang muslim harus didasarkan kepada syariat Islam. Islam tidak hanya
mengatur mengenai hubungan antara manusia dengan Tuhan (ibadat), tetapi juga
mengatur hubungan antara dengan system tanpa bunga.

2.4 Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank

Asas perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam ketentuan Pasal 2


Undang undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan
bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati hatian.
7

Pasal 3 Undang undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, merumuskan


mengenai fungsi perbankan, yaitu bahwa fungsi utama perbankan Indonesia
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. 1 Hal ini
mencerminkan fungsi bank sebagai perantara pihak pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak pihak yang kekurangan dan memerlukan dana.

Pasal 4 Undang undang Perbankan menyebutkan perbankan Indonesia


bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.5 Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank Secara Islam

Undang-undang Perbankan Indonesia, yakni Undang-undang No 7 Tahun


1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1998 (selanjutnya untuk kepentingan tulisan ini disingkat UUPI),
membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya menjadi dua, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana disebutkan dalam butir
13 Pasal 1 UUPI memberikan batasan pengertian prinsip syariah sebagai aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari
transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan
keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang
8

disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau
profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).

2.6 Tujuan Perbankan Islam

Perbankan Islam mempunyai tujuan yang sama dengan perbankan


konvensional melainkan operasinya adalah berlandaskan prinsip Syariah, yang
dikenali sebagai Fiqh al-Muamalat (peraturan-peraturan Islam di dalam urus
niaga). Prinsip dasar perbankan Islam ialah perkongsian untung dan rugi dan
larangan ke atas riba (faedah). Di antara konsep-konsep Islam yang selalu diguna
pakai di dalam perbankan Islam ialah :

a) perkongsian untung (Mudharabah) Mudharabah (perkongsian untung) ialah


pengaturan atau perjanjian di antara pemberi modal dan pengusaha projek di
mana pengusaha projek boleh menggunakan dana bagi menjalankan aktiviti
perniagaan beliau. Sebarang keuntungan yang diperoleh akan dibahagi di
antara pemberi modal dan pengusaha projek tersebut mengikut nisbah yang
telah dipersetujui sementara kerugian akan ditanggung seluruhnya oleh
pemberi modal.

b) simpanan (Wadiah) Konsep perbankan Islam yang hampir sama dengan konsep
akaun simpanan dalam perbankan konvensional. Dalam konsep Wadiah, bank
dianggap sebagai penjaga dan pemegang amanah dana.

c) usaha sama (Musyarakah)Merupakan konsep perbankan Islam yang biasanya


diguna pakai bagi perniagaan perkongsian atau perniagaan usaha sama untuk
sesuatu perusahaan perniagaan. Keuntungan yang diperoleh akan dikongsi
bersama berdasarkan nisbah yang telah dipersetujui manakala kerugian akan
ditanggung berdasarkan nisbah sumbangan modal.

d) kos tokok (Murabahah) Ditakrifkan sebagai penjualan barangan, yang tidak


melanggar syariah, pada harga yang termasuk margin keuntungan yang
dipersetujui oleh kedua-dua penjual dan pembeli. Antara syarat adalalah harga
belian dan jualan, kos-kos lain serta margin keuntungan hendaklah dinyatakan
dengan jelas semasa perjanjian jualan dilaksanakan.
e) sewaan (Ijarah).Konsep ini melibatkan dua kontrak yang berasingan. Kontrak
pertama ialah kontrak Ijarah (pemajakan/menyewa) akan ditandatangani
terlebih dahulu sebelum kontrak kedua iaitu kontrak Bai (belian) dimeterai.

f) pembelian pra-bayar (Bai Salam)Satu persetujuan dengan pembayaran


dilakukan semasa akad sedangkan penyerahan barangan ditangguhkan ke suatu
masa yang ditetapkan.

g) Bai Bithaman Ajil (perjanjian jual beli balik) atau BBAMerupakan konsep
perbankan Islam yang digunakan dalam pembiayaan sewa beli atau pembelian
insurans. Di bawah konsep ini, bank memberi pembiayaan kepada pelanggan
untuk memiliki harta atau perkhidmatan dengan membeli aset kepunyaan
pelanggan atau daripada vendor dengan harga tunai dan kemudiannya
menjual kembali aset tersebut kepada pelanggan dengan harga belian ditambah
keuntungan.

h) Qardh Al Hassan (pinjaman ihsan) Merupakan pinjaman ikhlas atau pinjaman


yang tidak melibatkan faedah atau syarat tambahan pada saat pengembalian
pinjaman. Walau bagaimanapun pemimjam boleh, mengikut budi bicaranya,
membayar balik tambahan wang yang lebih banyak daripada wang yang
dipinjam sebagai tanda berterima kasih. Pinjaman jenis ini tidak dikira
melanggar syariah (dengan melibatkan riba) kerana tiada perjanjian untuk
membayar lebih atau riba.

2.7 Kedudukan Bank dalam Islam

Kedudukan bank dalam islam merupakan salah satu bentuk perekonomian


yang dianjurkan oleh islam, yaitu membentuk salah satu alat vital perekonomian
modern. Bank didirikan untuk menciptakan kemaslahatan umat islam, maka
dalam praktiknya bank tidak boleh bertentangan dengan ajaran-ajaran atau
tuntutan-tuntutan agama islam itu sendiri. Salah satu penyimpangan utama yang
tedapat pada bank konvensional adalah sistem bunga. Sistem ini bertentangan
dengan prinsip-prinsip ajaran islam. Berdasarkan pendapat para ulama, sistem
bunga inilah yang perlu dihapuskan. Penghapusan sistem bunga bank berarti
melaksanakan islamisasi perbankan.
Bank-bank konvensional dibolehkan melakukan operasinya di negara
islam dengan syarat sebagai berikut.
a. Bank-bank konvensional dilarang membayar bunga kepada para penyimpan
depositonya.
b. Bank-bank konvensional juga dilarang memungut bunga dari para
peminjamnya. Biaya administrasi perbankan dibebankan kepada negara.
Menurut qureshi dan zuhdi, bank Islam dibolehkan mengambil biaya
administrasi dari para penyimpan dan peminjam uang.

10

2.8 Jenis jenis Bank

Menurut Undang undang Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan oleh


Undang undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan
terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan / atau berdasarkan pinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh
jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya,
dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum lebih dikenal dengan
istilah bank komersial (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (Bank Syariah)


Bank perkreditan rakyat merupakan bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan
kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana saja, bahkan dalam menghimpun
dana BPR dilarang menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal
jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah
wilayah tertentu saja. Larangan lainnya bagi BPR adalah ikut kliring
serta transaksi valuta asing.

2.9 Dasar Hukum Bank dan Pegawai Bank

Seperti dikemukakan diatas bahwa masalah ini adalah persoalan baru


dalam khazanah hukum islam. Para ulama masih memperdebatkan keabsaannya.
Untuk memahaminya lebih jelas, beberapa pandangan mengenai hukum
perbankan berikut, yaitu mengharamkannya, tidak di haramkannya, dan syubhat
(samar-samar).

2.9.1 Kelompok yang mengharamkan

Abu Zahrah (guru besar fakultas hukum, Kairo, Mesir), Abu Ala al-
Madudi (ulama Pakistan) dan Muhammad Abdullah al-Arabi (Kairo)
mengemukakan bahwa hukumnya adalah haram. Oleh sebab itu, kaum muslimin

11

tidak di bolehkan mengadakan hubungan dengan memakai sistem bunga, kecuali


dalam keadaan darurat atau terpaksa.Keharaman dikaitkan dengan pemberian
bunga terhadap nasabah. Bunga dalam pandangan ini adalah riba nasiah
sedangkan riba nasiah di larang dalam hukum islam. Oleh sebab itu, bank haram
hukumnya.

2.9.2 Kelompok yang tidak mengharamkan

Syekh Muhammad Syaltut dan A. Hassan mengatakan bahwa kegiatan


bermuamalah kaum muslimin dengan perbankan bukan merupakan perbuatan
yanhg di larang. Bunga bank di Indonesia tidak bersifat ganda, seperti di
gambarkan dalam surah Ali imran Ayat 130.

2.9.3 Kelompok yang menganggap syubhat (samar)

Perbankan merupakan perkara yang belum jelas kedudukan hukumnya


dalam islam karena bank sebuah produk baru dan tidak ada nashnya. Yang ada
nashnya adalah hal-hal yang telah jelas kedudukan hukumnya, termasuk yang
halal dan haram. Hal yang belum ada nash dan masih di ragukan inilah termasuk
barang syubhat (samar).
Berdasarkan kepentingan umum atau manfaat sosial yang sangat
signifikan bagi umat maka berdasarkan kaidah ushul (maslahah mursalah) bank
masih tetap di pakai dan di bolehkan. Ketentuan ini berlaku hanya untuk
perbankan non-swasta (pemerintah). Tidak berlaku bagi bank swasta dengan
alasan tingkat kerugian pada bank swasta sangat tinggi di bandingkan dengan
milik pemerintah.
Para ulama belum ada kata sepakat tentang status perbankan konvensional,
sebagai mana di terangkan diatas yang dalam operasioalnya memakai sistem
bunga. Oleh karena itu, salah satu jalan keluarnya adalah membentuk bank syariah
dengan prinsip bagi hasil.Ketentuan dalam islam, semua jenis usaha (perbankan)
yang menggunakan sistem bunga adalah haram, sebagaimana yang dijelaskanm
dalam firman Allah swt.








Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

12

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.

Berdasarkan ketidakjelasan hukum perbankan konvensional maka


didirikan beberapa bank syariah, seperti Nasser Sosial Bank (Kairo), Al-amanah
Islamic Investmen bank (Filipina), dan Islamic Development bank (IDB).
Sedangkan di Indonesia terdapat bank Mandiri Syariah, BRI Syariah, BNI
Syariah.
Sampai saat ini diperkirakan terdapat ratusan bank islam terbesar di
seluruh dunia, baik di Negara islam maupun di Negara Eropa.
Pendirian perbankan syariah dengan prinsip bagi hasil sudah sejak lama di
cita-citakan oleh umat islam. Hal itu terungkap antara lain dalam keputusan Majlis
Tarjih Muhammadiyah yang diadakan di Sidoarjo Jawa Timur tahun 1968 yang
menyerahkan pada pimpinan pusat Muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang
sesuai dengan kaidah islam. Setelah mengadakan berbagai usaha, akhirnya
pemerintah pada 30 oktober 1992 mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) no. 72
tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan tanggal
30 oktober 1992 dalam lembaran republik Indonesia no. 119 tahun 1992.
Adapun perbedaan antara bank syariah dengan sistem bagi hasil dan bank
konvensional terletak pada sistem pengawasan perbankan syariah yang dilakukan
oleh dewan syariah. Dengan perkataan lain, pengelolaan dan produk bank syariah
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari dewan bank syariah yang di
luncurkan ke masyarakat luas. Perbedaan lain bahwa perbankan konvisional
dalam sistem operasionalnya di dasarkan pada bunga. Jadi, motif orang yang
menanamkan uangnya tidak lain mencari keuntungan dengan mengharap bunga,
sedangkan pada perbankan syariah para nasabah tidak bermotifkan mencari
keuntungan atau bunga (bunga), mencari dana keuntungan dari bagi hasil. Dana
yang di titipkan pada bank syariah semata-mata disalurkan untuk kepentingan
kemaslahatan publik yang membutuhkannya, yang diatur dengan perjanjian
bahwa keuntungan yang di peroleh dari hasil usaha tersebut akan di bagi sesuai
dengan kesepakatan.

Menurut Abul Ala al-Maududi yang diikuti oleh Muhammad Nejatullah


Shiddiqi dalam bukunya yang berjudul Muslim Economic Thinking yang
diterjemahkan oleh A.M Saefuddin dengan judul Pemikiran Ekonomi
Islam berpendapat bahwa bunga bank merupakan salah satu sumber dari sekian
banyak sumber keburukan ekonomi, seperti deresi dan monopoli.

13

Adapun alasan yang dikemukakan oleh al-Maududi adalah sebagai berikut :


a) Bunga pada pinjaman konsumtif memindahkan sebagian daya beli
sekelompok orang yang kecenderungan konsumsinya tinggi kepada
kelompok yang kecenderungannya rendah,kelompok yang
kecenderungannya rendah menanamkan kembali pendapatannya dari bunga
sebagai modal baru. Hal ini berarti permintaan konsumen turun yang diikuti
dengan kenaikan poduksi.
b) Bunga pada pinjaman produktif meningkatkan ongkos produksi sehingga
menaikkan harga barang-barang konsumsi. Maksudnya bahwa peminjam
produktif dapat menaikkan harga produksi yang berarti penaikan harga
barang-barang.

Alasan-alasan bunga diharamkan menurut Muhammad Nejatullah Shiddiqi


adalah sebagai berikut.
a) Bunga bersifat menindas (zhalim) yang menyangkut pemerasan. Dalam
pinjaman konsumtif seharusnya yang lemah (kekurangan) ditolong oleh
yang kuat (mampu), tetapi dengan bunga pada awalnya orang lemah
ditolong kemudian diharuskan membayar bunga, itu tidak ditolong, tetapi
memeras. Hal ini dapat dikatakan bahwa yang kuat (penanam modal)
menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Dalam pinjaman produktif
dianggap pengambilan tidak adil, mengingat bunga yang harus dibayar
sudah ditentukan ketika meminjam, sementara keuntungan dalam usaha
belum pasti.
b) Bunga memindahkan kekayaan dari orang miskin kepada orang kaya yang
kemudian dapat menciptakan ketidakseimbangan kekayaan. Ini
bertentangan dengan kepentingan sosial dan berlawanan dengan kehendak
Allah yang menghendaki penyebaran pendapatan dan kekayaan yang adil.
Islam menganjurkan kerjasama dan persaudaraan dan bunga bertentangan
dengan itu.
c) Bunga dapat menciptakan kondisi manusia penganggur, yaitu para penanam
modal dapat menerima setumpukan kekayaan dari bunga-bunga modalnya
sehingga mereka tidak lagi bekerja untuk menutupi kebutuhan hidupnya.
Cara hidup ini berbahaya bagi masyarakat juga bagi pribadi orang tersebut.

Menurut Ahmad Azhar Basyir, bank merupakan lembaga vital dalam


dunia perekonomian modern. Suatu kanyataan yang jelas adalah bahwa tidak ada
umat islam yang tidak bermuamalah dengan bank yang ada pada saat ini dengan
pertimbangan dalam keadaan darurat.
14

Musthafa Ahmad al-Zarqa merupakan salah seorang guru besar Hukum


Islam dan Perdata Universitas Suriah berpendapat sebagai berikut.
a) Sistem perbankan yang berlaku hingga kini dapat diterima sebagai suatu
penyimpangan yang bersifat sementara. Dengan kata lain system perbankan
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari sehingga umat islam
dibolehkan bermuamalah atas dasar pertimbangan darurat, tetapi umat islam
harus senantiasa berusaha mencari jalan keluar.
b) Pengertian riba dibatasi hanya mengenai praktik riba dikalangan Arab
Jahiliyah, yaitu yang benar-benar merupakan suatu pemerasan dari orang-
orang mampu terhadap orang-orang miskin dalam utang-piutang yang
bersifat konsumtif, bukan utang-piutang yang bersifat produktif.
c) Bank-bank dinasionalisasi sehingga menjadi peusahaan negara yang akan
menghilangkan unsure-unsur eksploitasi. Sekalipun bank negara mengambil
bunga sebagai keuntungan, penggunaannya bukan untuk orang-orang
tertentu, melainkan akan menjadi kekayaan negara yang akan digunakan
untuk kepentingan umum.

2.9.4 Hukum Menjadi Pegawai Bank Konvensional

Telah sampai kepada kita hadits riwayat Ibnu Majah dari jalan Ibnu Masud
dari Nabi SAW:
Bahwa beliau (Nabi SAW) melaknat orang yang makan riba, orang yang
menyerahkannya, para saksi serta pencatatnya. (HR. Bukhari Muslim)

Jabir bin Abdillah r.a. meriwayatkan:


Rasulullah melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan hasil riba, dan
dua orang yang menjadi saksinya. Dan beliau bersabda: Mereka itu sama. (HR.
Muslim)

Ibnu Masud meriwayatkan:


Rasulullah saw. melaknat orang yang makan riba dan yang memberi makan dari
hasil riba, dua orang saksinya, dan penulisnya. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu
Majah, dan Tirmidzi)

Sementara itu, dalam riwayat lain disebutkan:


Orang yang makan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dan dua orang
saksinya jika mereka mengetahui hal itu maka mereka itu dilaknat lewat lisan
Nabi Muhammad saw. hingga hari kiamat. (HR. Nasai)
15

Dari hadits-hadits ini kita bisa memahami bahwa tidak diperbolehkan


untuk melakukan transaksi ijarah (sewa/kontrak kerja) terhadap salah satu bentuk
pekerjaan riba, karena transaksi tersebut merupakan transaksi terhadap jasa yang
diharamkan.
Ada empat kelompok orang yang diharamkan berdasarkan hadits tersebut.
Yaitu; orang yang makan atau menggunakan (penerima) riba, orang yang
menyerahkan (pemberi) riba, pencatat riba, dan saksi riba. dan saat ini jenis
pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang membanggakan sebagian kaum
muslimin serta secara umum dan legal (secara hukum positif) di kontrak kerjakan
kepada kaum muslimin di bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan dan
pembiayaan. Berikut adalah keempat kategori pekerjaan yang diharamkan
berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan diatas:

1. Penerima Riba
Penerima riba adalah siapa saja yang secara sadar memanfaatkan transaksi
yang menghasilkan riba untuk keperluannya sedangkan ia mengetahui aktivitas
tersebut adalah riba. Baik melalui pinjaman kredit, gadai, ataupun pertukaran
barang atau uang dan yang lainnya, maka semua yang mengambil atau
memanfaatkan aktivitas yang mendatangkan riba ini maka ia haram
melakukannya, karena terkategori pemakan riba. Contohnya adalah orang-orang
yang melakukan pinjaman hutang dari bank atau lembaga keuangan dan
pembiayaan lainnnya untuk membeli sesuatu atau membiayai sesuatu dengan
pembayaran kredit yang disertai dengan bunga (rente), baik dengan sistem bunga
majemuk maupun tunggal.
2. Pemberi Riba
Pemberi riba adalah siapa saja, baik secara pribadi maupun lembaga yang
menggunakan hartanya atau mengelola harta orang lain secara sadar untuk suatu
aktivitas yang menghasilkan riba. Yang termasuk dalam pengertian ini adalah para
pemilik perusahaan keuangan, pembiayaan atau bank dan juga para pengelolanya
yaitu para pengambil keputusan (Direktur atau Manajer) yang memiliki kebijakan
disetujui atau tidak suatu aktivitas yang menghasilkan riba.

3. Pencatat Riba
Adalah siapa saja yang secara sadar terlibat dan menjadi pencatat aktivitas
yang menghasilkan riba. Termasuk di dalamnya para teller, orang-orang yang
menyusun anggaran (akuntan) dan orang yang membuatkan teks kontrak
perjanjian yang menghasilkan riba.
16

4. Saksi Riba
Adalah siapa saja yang secara sadar terlibat dan menjadi saksi dalam suatu
transaksi atau perjanjian yang menghasilkan riba. Termasuk di dalamnya mereka
yang menjadi pengawas (supervisor).
Sedangkan status pegawai bank yang lain, instansi-instansi serta semua
lembaga yang berhubungan dengan riba, harus diteliti terlebih dahulu tentang
aktivitas pekerjaan atau deskripsi kerja dari status pegawai bank tersebut. Apabila
pekerjaan yang dikontrakkan adalah bagian dari pekerjaan riba, baik pekerjaan itu
sendiri yang menghasilkan riba ataupun yang menghasilkan riba dengan disertai
aktivitas lain, maka seorang muslim haram untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut, semisal menjadi direktur, akuntan, teller dan supervisornya, termasuk
juga setiap pekerjaan yang menghasilkan jasa yang berhubungan dengan riba, baik
yang berhubungan secara langsung maupun tidak. Sedangkan pekerjaan yang
tidak berhubungan dengan riba, baik secara langsung maupun tidak, seperti juru
kunci, penjaga (satpam), pekerja IT (Information Technology/Teknologi
Informasi), tukang sapu dan sebagainya, maka diperbolehkan, karena transaksi
kerja tersebut merupakan transaksi untuk mengontrak jasa dari pekerjaan yang
halal (mubah). Juga karena pekerjaan tersebut tidak bisa disamakan dengan
pekerjaan seorang pemberi, pencatat dan saksi riba, yang memang jenis
pekerjaannya diharamkan dengan nash yang jelas (sharih).
Yang dinilai sama dengan pegawai bank adalah pegawai pemerintahan
yang mengurusi kegiatan-kegiatan riba, seperti para pegawai yang bertugas
menyerahkan pinjaman kepada petani dengan riba, para pegawai keuangan yang
melakukan pekerjaan riba, termasuk para pegawai panti asuhan yang
pekerjaannya adalah meminjam harta dengan riba, maka semuanya termasuk
pegawai-pegawai yang diharamkan, dimana orang yang terlibat dianggap berdosa
besar, karena mereka bisa disamakan dengan pencatat riba ataupun saksinya. Jadi,
tiap pekerjaan yang telah diharamkan oleh Allah SWT, maka seorang muslim
diharamkan sebagai ajiir di dalamnya.
Semua pegawai dari bank atau lembaga keuangan serta pemerintahan tersebut,
apabila pekerjaannya termasuk dalam katagori mubah menurut syara untuk
mereka lakukan, maka mereka boleh menjadi pegawai di dalamnya. Apabila
pekerjaan tersebut termasuk pekerjaan yang menurut syara tidak mubah untuk
dilakukan sendiri, maka dia juga tidak diperbolehkan untuk menjadi pegawai di
dalamnya. Sebab, dia tidak diperbolehkan untuk menjadi ajiir di dalamnya. Maka,
pekerjaan-pekerjaan yang haram dilakukan, hukumnya juga haram untuk
dikontrakkan ataupun menjadi pihak yang dikontrak (ajiir).

17

2.10 Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa inggris), yang berarti kerja
sama. sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu
perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota peserta yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan
bertujuan memajukan tingkat hidup bersama.
Menurut Masifuk Zuhdi, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu
perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota atas dasar suka rela secara kekeluargaan.
Sebagian ulama menyebut koperasi dengan yyirkah taawuniyah
(persekutuan tolong menolong, pen), yaitu suatu perjanjian kerja sama antar dua
orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak
lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi untung) menurut
perjanjian. Dalam koperasi ini terdapat unsur mudharabah karena suatu pihak
memiliki modal dan pihak lain melakukan usaha atas modal tersebut.
Mahmud syaltut dalam kitab SI-Fatwa, berpendapat bahwa didalam
syirkah taawuniyah tidak ada unsure mudharabah yang dirumuskan oleh para
fuqah (satu pihak pemilik modal dan pihak lain berusaha atas modal tersebut
sebab koperasi yang ada di Mesir modalu sahanya berasal dari anggota pemegang
saham dan usaha koperasi dikelola oleh pengurus dan karyawan yang dibayar oleh
koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing. Apabila pemegang
saham turut serta mengelola koperasi itu, dia berhak mendapat upah sesuai dengan
kedudukan dan sistem perjanjian yang berlaku.
Koperasi yang di Mesir berbeda dengan koperasi yang di Indonesia sebab
di Indonesia pengurus yang mengelola koperasi dipilih dari dan oleh anggota
berdasarkan hasil rapat anggota. Mereka tidak mendapat gaji, tetapi merepa
mendapat uang kehormatan menurut ketetapan rapat anggota, kecuali karyawan
koperasi yang bukan anggota koperasi digaji oleh koperasi.

18

2.11 Syarat Syarat Pendirian Koperasi

Koperasi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Indonesia


adalah negara yang berdasarkan hukum, maka koperasi berdasarkan salah satu
bentuk kerja sama dalam usaha dapat didirikan dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Dilakukan dengan akta notaris
b. Disahkan oleh pemerintah
c. Didaftarkan di pengadilan Negeri
d. Diumumkan dalam berita Negara

Selama belum dilakukan pengumuman dan pendaftaran itu, pengurus


koperasi bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan atas nama
koperasi itu. Pimpinan koperasi di dalam dan di luar pengadilan.

2.12 Macam Macam Koperasi

Macam-macam koperasi dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi
bidang usahanya dan yang kedua dari segi tujuannya.

Dari segi usahanya, koperasi dapat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Koperasi yang berusaha tunggal (single purpose), yaitu koperasi yang
hanya menjalankan suatu bidang usaha, serta koperasi yang hanya
berusaha dalam bidang konsumsi, bidang kredit, atau bidang produksi;
b. Koperasi serba usaha (multi purpose), yaitu koperasi yang berusaha dalam
berbagai (banyak) bidang, seperti koperasi yang melakukan pembelian dan
penjualan.

Dari segi tujuannya koperasi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu;
a. Koperasi produksi, yaitu koperasi yang mengurus pembuatan barang-
barang yang bahan-bahannya dihasilkan oleh anggota koperasi;
b. Koperasi konsumsi, yaitu koperasi yang mengurus pembelian barang-
barang guna memenuhi kebutuhan anggotanya;
c. Koperasi kredit, yaitu koperasi yang memberikan pertolongan kepada
anggota-anggotanya yang membutuhkan modal.

19

2.13 Hukum Pendirian Koperasi

Koperasi disebut pula syirkah taawuniyah (perseroan tolong menolong),


terlepas apakah koperasi sudah dibahas atau pernah disinggung-singgung oleh
para ulama yang membahas syirkah maupun tidak.
Dikaji dari segi definisinya, koperasi merupakan kumpulan sekelompok
orang dalam rangka pemenuhan kebutuhan anggotanya. Bila ada keuntungan dan
kerugian dibagi rata sesuai dengan besarnya modal yang ditanam meskipun
menurut Mahmud Syaltut dalam syirkah taawuniah tidak ada unsur mudharabah,
tetapi pada intinya syaltut mengakui bahwa di dalam koperasi terdapat pembagian
untung dan pembagian kerugian. Salah satu sebab syaltut berpendapat demikian
ialah karena syaltut melihat koperasi yang ada di Mesir. Sementara koperasidi
mesir dan di indonesia terdapat perbedaan. Di Mesir karyawan dan pengurus
koperasi digaji oleh koperasi, sedangkan di Indonesia pengurus dan karyawan
koperasi hanya dapat uang kehormatan berdasarkan hasil musyawarah anggota,
kecuali karyawan yang bukan anggota koperasi.
Persekutuan adalah salah satu bentuk kerja sama yang dianjurkan syara
karena dengan persekutuan berarti ada (terdapat) kesatuan. Dengan kesatuan akan
tercipta sebuah kekuatan, sehingga hendaknya kekuatan ini digunakan untuk
menegakan suatu yang benar menurut syara.
Di dalam Alquran surat Al-Maidah ayat2 Allah Swt berfirman yang
artinya Dan tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan
Berdasarkan pada ayat Alquran di atas kiranya dapat dipahami bahwa
tolong-menolong dalam kebaikan dan dalam ketaqwaan dianjurkan oleh Allah.
Koperasi merupakan salah satu bentuk tolong-menolong, kerja sama, dan saling
menutuhi kebutuhan. Menutupi kebutuhan dan tolong-menolong kebajikan adalah
salah satu wasilah umtuk mencapai ketakwaan yang sempurna (haqa tuqatih).
Menurut Fuat Mohd. Fachrudin, perjanjian perseroan koperasi yang
dibentuk atas dasar kerelaan adalah sah. Mendirikan koperasi dibolehkan menurut
agama islam tanpa ada keragu-raguan apapun mengenai halnya, selama koperasi
tidak melakukan riba atau penghasilan haram.Tolong-menolong merupakan
perbuatan yang terpuji menurut agama islam. Salah satu bentuk tolong-menolong
adalah mendirikan koperasi, Maka mendirikan dan menjadi anggota koperasi
merupakan salah satu perbuatan terpuji menurut agama Islam.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan


simpulan sebagai berikut.
1) Bank non-islam (conventional bank) adalah sebuah lembaga keuangan
yang fungsi utamanya untuk mneghimpun dana yang kemudian disalurkan
kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya guna investasi
(penanaman modal) dalam usaha-usaha yang produktif dengan sistem
bunga.
2) Pada garis besarnya para ulama terbagi menjadi 3 bagian dalam
menghadapi masalah bungan perbankan ini, yaitu kelompok yang
mengharamkan, kelompok yang menganggap syubhat (samar), dan
kelompok yang menganggap halal (boleh).
3) Bank Islam adalah suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya
menghimpun dana untuk di salurkan kepada orang atau lembaga yang
membutuhkannya dengan system tanpa bunga.
4) Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh
kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar suka rela
secara kekeluargaan.
3.2 Saran

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai


berikut.
1) Kita harus dapat memilih lembaga keuangan mana yang menguntungkan
untuk kita dengan jalan kehalalan.
2) Menunjak keefektifan dalam rangka mengurangi kemiskinan, maka
pemerintah baik pusat dan daerah (provinsi/kabupaten/kota) dengan
bermacam-macam program yang diluncurkan bisa mensenergikan
dengan lembaga keuangan syariah yang ada di seluruh wilayah
Indonesia, dengan pertimbangan lembaga keuangan syariah memiliki
jaringan yang baik ke pusat-pusat kemiskinan, profesional, dan amanah.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://istianursholihah.blogspot.co.id/2014/06/makalah-pendidikan-agama-islam-
lembaga.html
http://riau1.kemenag.go.id.index.php?a=artikel&id=344
http://materislam.blogspot.co.id/2015/03/makalah-sistem-ekonomi-islam.html
R.P. Hartojo. 1986. Ekonomi dan Koperasi. Bandung: Terate.
Swasono, Sri Edi. 1987. Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta:UI
Press.
Muh. Nejatullah Shidiqqi. 1987. Asuransi dalam Islam. Bandung: Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai