Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MIKROBIOLOGI
(PSMB 5307)
Oleh
1
KATA PENGANTAR
Dengan meyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
NORMA AKADEMIK DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM
4
14. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan seperti kebakaran, biakan tumpah, ada yang
tertelan bahan kimia atau biakan kepada dosen/ asisten dosen.
15. Penggunaan semua alat dan bahan harus sesuai prosedur.
16. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan utuk mencuci tangan dengan
seksama.
17. PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MIPA TEKNIK TIDAK MENGADAKAN
PRAKTIKUM SUSULAN.
5
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM
Bab I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB II. METODELOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.2. Skema Kerja
Skema Kerja (diisi alat, bahan dan skema kerja, ditulis (pasif) secara sistematis
langkah-langkah penelitian dengan jelas dan lengkap).
Contoh:
5 gram sampel dimasukkan dalam 100 ml nutrient broth
Dan seterusnya
6
BAB III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 . Hasil Pengamatan
3.2 . Pembahasan
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA (tulis pustaka yang dijadikan acuan).
LAMPIRAN (berisi fotocopi data sementara)
7
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
(PSMB 5307)
Disusun oleh
Nama:.
NIM:
Kelompok Praktikum: ..
8
KEGIATAN 1
PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
A. Pendahuluan
Pada praktikum ini, kita akan membahas beberapa peralatan laboratorium yang
digunakan untuk pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme dan pengamatan
mikroorganisme. Pada dasarnya alat-alat yang digunakan sama dengan alat yang digunakan
dalam praktikum kimia. Alat-alat yang biasanya digunakan dalam pembuatan media
pertumbuhan mikroorganisme meliputi alat-alat gelas seperti: tabung reaksi, cawan petri, labu
Erlenmeyer, beaker glas, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, pembakar spirtus dll. Selain itu,
alat-alat yang digunakan untuk pengamatan bakteri dan jamur meliputi mikroskop cahaya,
mikroskop okuler, jarum preparat, gelas objek, dan kaca penutup. Alat-alat khusus lainnya
yaitu autoklaf untuk sterilisasi bahan dan peralatan, oven dengan suhu tetap untuk
pertumbuhan bakteri, jarum ose, dll. Kegunaan satu persatu alat-alat yang digunakan tersebut
akan dijelaskan satu-persatu.
B. Tujuan Praktikum
C. Prosedur Kerja
a). Simulasi/ demo alat dan penjelasan mengenai cara kerja dan fungsi alat
9
b). Penjelasan Alat-alat yang Digunakan
Penjelasan alat- alat yang digunakan pada praktikum ke-1 mengacu pada (Tim
Mikrobiologi Sanata Dharma, 2016) dengan tambahan beberapa alat oleh Tim Mikrobiologi
Universitas Samudra, 2016.
Mikroskop stereo
Cawan petri
Tabung Reaksi
Adalah alat gelas berbentuk tabung panjang
tanpa tutup. Dapat disterilisasi menggunakan
autoklaf atau oven. Fungsinya sebagai tempat
10
untuk melakukan reaksi kimia, wadah kultur
cair bakteri, dan pembuatan agar miring
sebagai media pertumbuhan bakteri
Autoklaf
Gelas ukur
11
Jarum Oase Berupa kawat panjang berujung bulat dan
bergagang kayu, fungsinya untuk menyebarkan
bakteri dipermukaan agar dengan metode
cawan gores.
Batang L
Adalah alat gelas yang digunakan untuk
menyebarkan kultur cair bakteri diatas
permukaan media agar. Hal ini membantu
menyebarkan bakteri agar dapat tumbuh merata
di media agar.
Kertas Saring
Untuk menyaring larutan
12
Pipet Tetes
Batang Pengaduk
Untuk mengaduk suatu suatu reaksi/ larutan
agar homogen
Desikator
Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus
bebas air dan mengeringkan zat-zat dalam
laboratorium. Dikenal dua jenis desikator yaitu
desikator biasa dan desikator vakum.
13
KEGIATAN 2
TEKNIK STERILISASI
A. Dasar Teori
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan atau
memindahkan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Hal ini
penting karena merupakan suatu syarat untuk keberhasilan kerja dalam laboratorium
mikrobiologi (Purnomo, 2011). Pemilihan teknik sterilisasi didasarkan pada sifat bahan dan
alat yang akan disterilkan. Ada tiga prinsip utama dalam teknik sterilisasi yaitu: secara
mekanik, fisik dan atau kimiawi (Black, 2008).
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) biasanya menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka terhadap panas, misalnya
larutan protein, enzim atau antibiotik.
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran
1). Pemanasan
Pemanasan dengan api langsung, membakar alat pada api langsung, contoh alat
jarum inoculum, pinset, batang L dll
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180 oC. Steriissai panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, tabung reaksi dll
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
Uap air panas bertekanan atau sterilisasi dengan menggunakan panas lembab. Alat
yang digunakan ialah autoklaf atau sterilisator yang portable dengan menggunakan
2
uap air jenuh bertekanan 15 lb/in selama 15 menit pada suhu 121oC. Sterilsasi
dengan autoklaf dinyatakan dengan 1 atm selama 15 menit karena naiknya titik
didih air menjadi 121oC itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer pada ketinggian
diatas permukaan laut. Pada suhu dan kombinasi waktu yang lainnya akan
memberikan hasil yang sama.
2). Radiasi/ penyinaran
Sinar ultra violet (UV) juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya
untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan Laminar Air Flow
(LAF) atau Biological Safety Cabinet (BSC)
14
Gamma bersumber dari C60 dan C137 dengan aktivitas sebesar 50-500 kilo curie
serta memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektivitasnya adalah 2.5MRad.
gamma digunakan untuk mensterilakan alat-alat yang terbuat dari logam, karet
serta bahan sintesis seperti polietilen
c. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan. Desinfektan
adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetative dan jasad renik. Ia
bersifat merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi. Contohnya dalah alkohol, fenol
dan halogen (Nasution dan Rasyid, 2009; Black, 2008)
B. Tujuan
a. Memiliki keterampilan dasar bekerja secara aseptic
b. Mengetahui cara-cara steriliasi alat dan bahan
C. Cara Kerja
1) Pelajari bagian-bagian yang ada pada tubuh autoklaf.
2) Isilah autoklaf dengan air suling sampai elemen pemanas terendam dengan air
3) Susunlah wadah bahan yang akan disterilkan pada wadah alumunium. Beri rongga di
antara wadah-wadah bahan yang akan disterilkan untuk pergerakan uap air dan udara
4) Masukkan tabung pengeluaran fleksibel di tempat yang telah disediakan di dalam
wadah aluminium. Letakkan tutup alat sterilisasi dan pertemukan tanda-tanda panah
yang ada pada tutup dan bagian atas sterilisator. Cocokkan baut-baut yang ada
dibagian atas sterilisator dengan tempatnya yang terletak pada tutup. Agar tutup
berada tepat di tengah-tengah, putarlah baut-baut yang berlawanan letaknya serentak
bersama-sama.
5) Bukalah pengatur katup pengaman, untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam
tubuh autoklaf.
6) Pasanglah sumber pamanas.
7) Bila uap air sudah keluar cukup banyak (terdengar bunyi desis) dari katup pengaman,
tutuplah katup tersebut. Selanjutnya suhu dan tekanan akan naik.
8) Bacalah skala dan tekanan sampai mencapai suhu 121oC dengan tekanan 15 lb. ketika
mencapai 121oC, suhu harus distabilkan selama 15 menit dengan cara mengatur
sumber panas.
9) Matikan autoklaf , sterilisasi sudah selesai, biarkan tekanan pada autoklaf mencapai
nol. Jangan membuka autoklaf sebelum tekanan menjadi nol.
15
10) Setelah tekanan pada autoklaf menjadi nol (dapat dilihat di petunjuk tekanan) bukalah
pengatur katup pengaman dengan cara meluruskannya untuk mengeluarkan sisa-sisa
air yang masih ada di dalam autoklaf.
11) Kendurkan mur dan baut, buka tutup autoklaf dengan cara memutar kemudian
diangkat. Angkat alat dan bahan yang sudah disterilkan (Thohir, 2013)
16
KEGIATAN 3
PEMBUATAN MEDIA ALAMI
A. DASAR TEORI
B. TUJUAN
Untuk mengetahui pembuatan media pertumbuhan bakteri dan jamur berupa medium
lempeng agar dan media agar miring.
Kapas, kain kasa, plastik tahan panas, karet, alcohol 75%, aquades 1500 ml, tauge,
kentang 500 g, penyedap rasa, agar-agar 15 g, serbet.
17
3. Cara Kerja
Pembuatan media alami dan cara kerja pada praktikum ini merujuk kepada
Rakhmawati, 2012 dengan sedikit modifikasi.
a. Media Tauge Agar
Bahan
Tauge .100 g
Sukrosa (gula pasir) 60 g
Agar-agar..20 g
MSG .......................1g
Akuades 1000 ml
Cara Kerja
1) Tauge yang telah dicuci bersih, direbus dalam 500 ml aquades, biarkan mendidih
selama 3 menit, kemudian tambahkan penyedap rasa dan sukrosa. Didihkan
kembali selama 10-15 menit.
2) Saring air rebusan menggunakan kain kasa yang berlapis kapas sehingga diperoleh
cairamn ekstrak tauge yang benih.
3) Tambahkan agar, panaskan dan aduk hingga homogen
4) Tambahkan aquades hingga diperoleh volume akhir 500ml
5) Siapkan 5 cawan petri dan 6 tabung reaksi untuk setiap kelompok kerja,
6) Tuangkan 15 ml media agar ke dalam 5 cawan petri; 5 ml ke dalam 3 tabung
reaksi untuk media miring; 10 ml ke dalam 3 tabung reaksi utuk media tegak
7) Tutup semua cawan petri dan bungkus dengan plastik tahan panas
8) Sterilisasi dengan autoklaf (121 oC; 15 menit) atau panci presto (mendidih; 20
menit).
9) Setelah autoklaf: mediai tauge 15 ml dibiarkan dingin pada suhu ruangan; media
tauge 5 ml diinkubasi miring dan biarkan memadat; media tauge 10 ml dalam
tabung reaksi diletakkan tegak pada rak tabung dan biarkan memadat (Gambar 2).
10) Setelah semua media dingin dan menjadi padat, media dapat digunakan untuk
mengisolasi bakteri atau jamur.
18
b. Media Kentang agar
Bahan
Kentang tanpa kulit dipotong-potong 15 g
Aquades ..1000 ml
Agar-agar ...15 g
Cara Kerja
1) Potong kentang menjadi kotak-kotak kecil (1x1 cm), direbus dalam 500 ml aquades
selama 30 menit. Lalu air kentang disaring untuk mendapatkan air pati kentang.
2) Tambahkan agar-agar dan aquades hingga 1000 ml. Panaskan dan aduk hingga
homogen.
3) Siapkan 5 cawan petri dan 6 tabung reaksi untuk setiap kelompok kerja.
4) Ikuti cara kerja ada pembuatan media tauge agar no 6-10.
19
KEGIATAN 4
TEKNIK ISOLASI MIKROBA
A. Dasar Teori
Isolasi suatu mikroba ialah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari habitatnya, kemudian menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium
buatan. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan satu sel
tunggal. Untuk menumbuhkan biakan murni harus memperhatikan faktor nutrisi dan
lingkungan seperti sumber karbon, nitrogen, temperature, pH, dan osmolariti/ garam yang
sesuai (Madigan and Martinko, 2006).
Mikroorganisme di alam terdiri dari campuran berbagai macam spesies. Ia dapat
hidup di udara, air, tanah dan tubuh manusia. Populasi bakteri atau jamur di alam, dapat
diisolasi menjadi biakan murni di laboratorium, sehingga mudah dipelajari morfologi, sifat
dan kemampuan biokimiawinya. Ada beberapa cara mengisolasi dan menanam mikroba,
yaitu: (a) spread plate method (cara tebar/ sebar), (b) streak plate method (cara gores), dan (c)
pour plate method (cara tabur) (Pelczar dkk, 1986).
Pada kegiatan praktikum ke-3, kita akan mengisolasi bakteri yang hidup di tubuh
manusia dan tidak merugikan manusia, yang disebut sebagai flora normal. Sampel yang kita
ambil berasal dari mulut dan kulit manusia dengan menggunakan teknik pengenceran.
Menurut Hogg (2005) teknik pengenceran (dilution) yakni teknik pengenceran bertingkat.
Yang bertujuan untuk memperkecill atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi
dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung pada
perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1:10
sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
Pengisolasian mikroorganisme dengan teknik pengenceran biasanya dilanjutkan
dengan teknik cawan gores yaitu menggoreskan suspensi bahan tersebut pada permukaan
medium agar yang suai pada cawan petri sehingga diperoleh biakan murni. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah (Pelczar dkk, 1986).
20
Gambar 4. Isolasi mikroba dengan teknik pengenceran bertingkat.
B. Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari cara mengisolasi bakteri dari lingkungan sekitar kita dengan
menggunakan metode pengenceran (dilution).
D. Cara Kerja
1. Membuat suspensi bakteri mulut dan kulit
Goreslah gigi atau kulit tangan anda dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian
masukkan secara aseptik ke dalam media liquid. Kocok dengan perlahan.
2. Inkubasilah suspensi diatas pada suhu 30oC/ suhu kamar selama 24 h
21
3. Identifikasi, perhitungan koloni dan purifikasi
a. Ambillah 1ml biakan yang telah diinokulasi selama 24 jam, masukkan dalam 9 ml
larutan fisiologis, lalu gojog hingga homogen (pengenceran 10-1)
b. Ambillah 1 ml larutan 10-1, masukkan kedalam 9 ml garam fisiologis, lalu
menggojog hingga homogen (pengenceran 10-2)
c. Melakukan hal yang sama hingga pengenceran 10-10
d. Mengisolasi mikroba ke dalam media buatan (alami) dengan cara mengambil 10-1 ml
larutan 10-5, 10-7, 10-9, 10-10, lalu tuangkan ke dalam media buatan, dan ratakan
larutan tersebut ke seluruh media menggunakan batang L yang steril (Madigan and
Martinko, 2006; Cahyani, 2014).
22
KEGIATAN 5
PEMBUATAN BIAKAN MURNI BAKTERI SECARA ASEPTIK
A. Dasar Teori
Purifikasi mikroba ialah pemisahan atau pemurnian suatu oganisme dari oganisme
lainnya untuk dibiakan. Tujuan purifikasi adalah untuk mendapatkan isolate murni. Apabila
dalam pengamatan dari satu koloni terlihat satu bentuk sel yang sama, maka pemurnian telah
menghasilkan isolat murni. Setelah dilakukan purifikasi mikroba biasanya akan dilanjutnya
dengan identifikasi mikroba yang memiliki tujuan untuk membedakan morfologi bakteri dan
fungi (Pelczar dkk, 1986).
Pada kegiatan praktikum ke-5, merupakan lanjutan dari kegiatan ke-4. Pembuatan
biakan murni bakteri atau fungi dapat juga disebut sebagai teknik isolasi mikroba secara
aseptik. Macam macam cara mengisolasi dan menanam bakteri, yaitu (a) spread plate method
(cara tebar/ sebar), (b) streak plate method (cara gores), dan (c) pour plate method (cara
tabur) (Pelczar dkk, 1986).
Cara gores merupakan cara umum yang biasa digunakan dalam pemurnian mikroba.
Cara ini dasarnya ialah mengoreskan jarum ose steril yang mengandung mikroba pada
pemukaan medium agar yang sesuai. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh
koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diiokulasi
lebih lanjut. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri
yang terpisah seringkali membentuk koloni yang menyeber terutama bila digunakan
lempengan yang basah. Untuk mencegah itu harus digunakan lempengan agar yang benar-
benar kering permukaannya (Black, 2008).
B. Tujuan:
untuk memperoleh biakan murni bakteri
23
D. Cara Kerja
1. Sediakan media steril agar miring dan agar cawan
2. Pilihlan satu koloni bakteri yang berasal dari biakan campuran (dari kegiatan 4),
tulislah nomor koloni yang saudara pilih itu pada media agar cawan dan agar miring.
3. Secara aseptik, inokulasikan bakteri itu ke:
a. media agar cawan dengan arah zigzag
b. Media miring, dari permukaan media miring bagian bawah, secara aseptic bakteri
diinokulasikan dengan arah zigzag menuju ke atas media
4. Cara menginokulasi:
a. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas Bunsen, kemudian dinginkan. Gunakan
ose yang telah dingin untuk menggores pada permukaan media agar media cawan
petri dengan arah zigzag.
b. Ambil satu ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar
dimulai pada satu ujung (untuk pemula gunakan goresan sinambung, Gambar 5).
c. Ose disentuhkan pada permukaan media agar, sewaktu menggores ose dibiarkan
meluncur di atas permukaan agar.
d. Setiap kali menggoreskan ose untuk media agar berikutnya, sterilkan dengan
memijarkan kembali ose dan biarkan dingin.
e. Tiap media hanya diinokulasikan dengan satu macam koloni bakteri, hati-hati
jangan sampai jarum inokulasi menusuk media.
f. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 - 48 jam dan amati
pertumbuhannya (Tim Mikrobiologi Sanata Dharma, 2016).
24
Gambar 5. Streak plate method secara goresan sinambung
25
KEGIATAN 6
PENGAMATAN MORFOLOGI SEL BAKTERI DAN JAMUR
A. Dasar Teori
Mikrobiota dapat tumbuh dengan cepat ketika kebutuhan nutrisinya tercukupi.
Beragam tipe mikrobiota akan menghasilkan tampilan koloni yang beragam pula.
Karakteristik koloni yang menggambarkan morfologi suatu koloni mikrobiota dapat berupa
bentuk, ukuran, pigmentasi dll. Hasil identifikasi morfologi koloni dapat digunakan sebagai
teknik menentukan jenis dari mikrobiota yang diisolasi. Koloni bakteri dan jamur memiliki
beragam karakterstik yang berbeda satu dengan lainnya. Ada beberapa dasar teknik
identifikasi yang dapat dilakukan untuk semua jenis koloni yaitu:
a. Ukuran: dapat berupa pinpoint/ punctiform (titik), small (kecil), moderate (sedang), large
(besar) dsb
b. Bentuk: bentuk koloni yang tumbuh dapat berupa sirkular atau filament
c. Elevasi: tampialn elevasi yang terbentuk berupa datar atau timbul
d. Tepian (margin): berupa lekukan, ombak, licin atau tak beraturan dsb.
e. Permukaan koloni berupa kerutan (wrinkled), halus atau berkontur
f. Opacity, diamati berdasarkan jumlah cahaya yang melewati koloni seprti transparan,
buram (opaque), hampir transparan dengan sedikit distorsi (translucent), warna berubah
ketika terkena cahaya (iridescent)
g. Chromogenesis (pigmentasi atau wana permukaan), pada mikroorganisme kromogenik
sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen
ekstraselluler yang dapat larut dalam media (Vahyani, 2014).
B. Tujuan
Untuk mempelajari morfologi koloni dan sitologi mikroba yang telah di tumbuhkan
di medium pertumbuhan pada praktikum sebelumnya.
26
D. Cara kerja
1. Media agar yang telah ditumbuhi oleh koloni bakteri dan jamur diamati morfologi
koloninya yang meliputi:
a. warna koloni e. elevasi koloni
b. bentuk koloni f. mengkilat atau suram
c. Tepi koloni g. diameter koloni
d. Kepekatan koloni
2. Hitunglah
a. Jumlah koloni bakteri
b. jumlah koloni jamur
c. jumlah macam koloni bakteri
d. jumlah macam koloni jamur
3. Buatlah preparat bakteri atau jamur menggunakan metylen blue lalu amati:
a. bentuk sel
b. keadaan sel satu dan lainnya
4. Cara membuat preparat bakteri
a. Ambil lendir dengan tusuk gigi, kemudian oleskan pada kaca objek. Kering
anginkan, kemudian teteskan methylen blue dan tunggu hingga 10 menit.
Lewatkan kaca preparat di api (Fiksasi) sebanyak 2-4 kali. Setelah di fiksasi, bilas
dengan aquades. Kemudian tutup dengan kaca penutup. Bagian yang menetes, di
lap dengan tisu.
5. Cara membuat preparat jamur
a. Ambil spora atau hifa jamur dengan tusuk gigi. Teteskan sebanyak satu tetes air
pada kaca objek, setelah itu oleskan spora. Tutup pakai kaca penutup, lalu amati.
LAMPIRAN.
Panduan identifikasi mikrobiologi:
Koloni bakteri digambar dengan perbesaran 40x. dengan perbesaran ini akan tampak
bentuk yang jelas dari ukuran koloni yang kecil tetapi sebelumnya digambar dengan
mata telanjang terlebih dahulu. Perbesaran ini dapat dicapai baik dengan mikroskop
cahaya atau sterio.
27
Untuk praktisnya koloni digambar dari bagian bawah cawan. Hal ini dilakukan supaya
pengkonfirmasian bentuk koloni dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuka
tutup cawan, lagipula kerap kali ditemukan banyak embun di tutup cawan.
Penggambaran dengan membuka tutup cawan tidak disarankan.
Penentuan letak diameter koloni diputuskan dari koloni tunggal yang tumbuh sendirian,
maksudnya tidak tumbuh berdesak-desakan. Ini dipengaruhi kompetisi penyerapan
nutrient dari agar di bawahnya.
Margin koloni ditentukan dari pola tepian koloni tunggal, bukan dari kumpulan koloni
yang memanjang (dari garisi streak pertama)
Elevasi dan sifat permukaan koloni dapat diketahui dengan memantulkan cahaya lampu
ke cawan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua jenis bakteri memiliki koloni
yang sama dengan media yang berbeda (Cahyani, 2014).
28
KEGIATAN 7
A. Dasar Teori
Prosedur perwarnaan gram pertama kali ditemukan oleh seorang bakteriologiwan
Denmark pada tahun 1884. Pewarnaan ini digunakan paling banyak untuk klasifikasi bakteri.
Dengan metode ini, bakteri terbagi menjadi dua kelompok yaitu (1) bakteri gram positif,
adalah bakteri yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu Kristal violet sampai
akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu) dan (2), bakteri gram negative adalah
bakteri yang kehilangan kompleks warna ungu Kristal pada waktu pembilasan dengan
alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan Safranin (sel-sel tampak merah
muda) (Black, 2008).
Perbedaan reaksi gram yang berbeda-beda diduga karena komposisi dinding sel
bakteri gram negative berbeda dengan bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram positif
lebih tebal, menyusut pada perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan pori-
pori dinding sel bakteri menutup sehingga mencegah larutnya kompleks ungu Kristal violet-
iodium pada saat pemucatan. Di pihak lain, sel-sel gram negative mempunyai kandungan
lipid lebih tinggi pada dinding sel nya, dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan
aseton. Larutnya lipid oleh pemucatan yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga
memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan proses pemucatan pada sel-
sel gram negative berlangsung lebih cepat. Jadi terdapat perbedaan yang nyata dalam laju
pemucatan antara sel-sel gram positif dan gram negatif. Larutan pemucatan yang digunakan
tersebut adalah alkohol 95% (Pelczar, 1986; Tim mikrobiologi Sanata Darma, 2016)
Perlu diperhatikan pada prosedur pelaksanaan gram, bakteri gram positif kadangkala
memperlihatkan reaksi gram negative apabila mengalami pemucatan yang berlebihan.
B. Tujuan
Mahasiswa belajar prosedur pewarnaan gram, memahami pentingnya setiap langkah
dalam prosedur tersebut dan secara umum memahami reaksi-reaksi kimiawi yang terlihat di
dalam prosedur tersebut.
29
C. Alat yang digunakan
1. Kaca objek bersih 6. Mikroskop
2. Jarum Ose 7. Pipet
3. Bak pewarna 8. Pinset
4. Kertas serap 9. Botol penyemprot
5. Lampu spiritus
E. Cara Kerja
1. Sediakan kaca objek yang bersih
2. Buatkan olesan bakteri di atas kaca objek, jika terlalu kental beri setetes air
3. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api lampu
spiritus dengan cepat.
4. Dengan berpedoman pada Gambar 7. lakukanlah pewarnaan dengan tahap-tahap
berikut ini:
a. Genangi olesan bakteri dengan pewarna primer yaitu ungu Kristal selama 1 menit.
b. Dengan menggunakan pinset atau penjepit lain, miringkanlah kaca objek di atas
bak pewarna untuk membuang kelebihan ungu Kristal, lalu bilaslah olesan
dengan air dari botol penyemprot.
c. Tiriskan kaca objek (dengan cara menegakkan sisi-sisi yang sempit kaca objek
tersebut di atas kertas serap) dan kembalikan ke atas rak kawat pada bak pewarna.
d. Genangi olesan dengan iodium gram selama 2 menit
e. Miringkan kaca objek seperti langkah 4 untuk membuang kelebihan iodium lalu
bilaslah olesan dengan air botol pijit.
f. Cucilah olesan dengan pemucat warna, yaitu alcohol 95%, tetes demi tetes selama
30 detik atau sampai zat warna ungu kristas tidak terlihat lagi mengalir dari kaca
objek.
30
g. Cucilah segera dengan air dari botol pijat lalu tiriskandan kembalikan ke atas
kawat pada bak pewarna
h. Genangi olesan dengan pewarna tandingan yaitu safranin selama 30 detik
i. Miringkan kaca objek seperti pada langkah 4. Untuk membuang kelebihan
safranin lalu bilaslah olesan dengan air dari botol pijit.
j. Tiriskan kaca objek dan seraplah kelebihan air pada olesan dengan menekankan
kertas serap hati-hati ke atasnya.
5. Amati masing-masing preparat di bawah mikroskop
6.Gambarkan bakteri yang kamu amati, bagaimana hasil pewarnaannya? (Tim
mikrobiologi Sanata Darma, 2016)
E. Pertanyaan
1. Apakah pewarnaan gram yang anda lakukan berhasil?
2. Jenis bakteri gram manakah yang berhasil anda amati?
3. Jelaskan perbedaan gram positif dan gram negative?
4. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pewarnaaan gram?
31
Gambar 7. Teknik pembuatan pulasan bakteri dan fiksasi
32
KEGIATAN 8
MIKROBIOLOGI TERAPAN
A. Pendahuluan
33
B. Tujuan
1. Mempeajari mikrobiata yang berperan dalam pembuatan nata
2. Mempelajari proses pembuatan nata
34
sehingga bila digoyang menyebabkan bakteri jatuh dan tidak mau bekerja
lagi.
c) Jika menggunakan asam cuka absolut maka cukup 0,8 persen.
10. Fermentasi selama 10 hari.
11. Setelah 10 hari, serat nata dapat dipanen. Angkat serat nata dari cetakan dan
cuci, lalu peras dengan kain saring (agar tidak licin).
12. Iris dengan ukuran sesuai selera, lalu masak dengan air sampai mendidih.
13. Tiriskan dan peras lagi dengan kain saring, lalu dimasak lagi. Pemasakan
dilakukan sampai bau asam cuka hilang.
35
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.G. 2008. Microbiology, 7th Edition. Principles and Explotrations. International
student version. John Wiley & Sons, Inc.
Hogg, Stuart. 2005. Essential microbiology. John Willey and Sons Ltd, England.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., & Parker, J. (2006). Brock biology of microorganisms, 11th
edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall/Pearson Education.
Mardina, V. and Yusof, F. 2016. Purification and characterization of surfactant-stable
protease from Bacillus licheniformis: a potential additive for laundry detergent.
Internatinal journal of advanced biotechnology and research, Vol. 7 (2): 634 643.
Mardina, V. dan Fitriani. 2016. Penuntun praktikum mikrobiologi untuk program studi MIPA
Biologi. Universitas Samudra Press, Langsa.
Mardina, V., Yusof, F., Alam, M.Z. 2015. Statistical optimization of physichochemical
factors for protease production by Bacillus licheniformis on skim latex serum fortified
media. Journal of Engineering Science and Techology. Spec. 6: 42 52.
Nasution Minasari dan Rasyid, Lisna Unita. 2009. Mikrobiologi umum. USU Press, Medan.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. Dasar-dasar mikrobiologi (Jilid 1). Penerjemah Ratna Siri
Hadioetomo, Teja Imas, S.Sutarmi Tjitrosomo, Sri Lestari Angka. McGraw-Hill
Book Company. UI-Press, Jakarta, 1986.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. Dasar-dasar mikrobiologi (Jilid 2). Penerjemah Ratna Siri
Hadioetomo, Teja Imas, S.Sutarmi Tjitrosomo, Sri Lestari Angka. McGraw-Hill
Book Company. UI-Press, Jakarta, 1986.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., Krieg, N.R. (2010). Microbiology: An application based
approach. Tata McGraw-Hill, New Delhi, India.
Purnomo, B. 2011. Peralatan dan prosedur laboratoriun. Disadur 15 November 2016.
http://www.geocities.ws/bpurnomo51/mik_files/mik2.pdf.
Rakhmawati, Anna. 2012. Penyiapan media mikroorganisme. Pelatihan laboratorium guru
SMA Kab. Purworejo. Universitas Negeri Yogyakarta.
Stanbury, P.F., Whiteker, A., Hall, S.J. (2003). Principle of fermentation technology. 2nd
edition. Butterworth Heinemann. New York, USA.
Thohir. 2013. Alat dan Prinsip Sterilisasi. Disadur 15 November 2016. http://chyrun.com/alat-
dan-prinsip-sterilisasi/.
Tim Mikrobiologi Universitas Sanata Dharm. 2016. Panduan praktikum mikrobiologi 2016.
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
36
Waites, M.J., Morgan, N.L., Rockey, J.S., Higton, G.. 2001. Industrial microbiology: an
introduction. Blackwell Science, USA.
White, M.D., Glick, B.R., Robinson, C.W. (1994). Chapter 3: Bacterial, yeast, and fungal
cultures, effect of microorganism type and culture characteristics on bioreactor design
and operation. Biorecator system design. Editors: asenjo, J.A. and Merchuk, J.C.
Marcel Dekker, Inc., New York, USA. Page: 47 87.
37