Anda di halaman 1dari 2

Halaman 6

Translate
Banyak guru meratapi masalah manajemen perilaku di kelas matematika, namun dalam sebuah
studi pengenalan karakter yang besar tentang pengajaran (pendidikan Queensland, 2001),
ditemukan bahwa banyak elemen pedagogik produktif tidak hadir dalam kelas 2000 tambahan
yang diamati. Siswa tidak terlibat dalam mendalam dalam pembelajaran matematiaka. Seringkali,
ditemukan bahwa siswa sibuk melakukan pekerjaan selama pelajaran matematika tetapi tidak
banyak terlibat dalam pembelajaran matematika (misalnya, mencengkeram kupu-kupu di atas
kertas daripada terlibat dalam diskusi tentang kelompok). Pertanyaannya harus ditanyakan apakah
siswa di kelas matematika yang tidak terlibat dalam pembelajaran kemudian dianggap sebagai
perilaku buruk karena mereka bosan atau karena pedagogik itu tidak masuk akal.

Guru bisa membuat perbedaan


Guru dan pengajaran dapat membuat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika di sekolah. Dalam sebuah studi besar tentang guru yang
efektif, Hill dan Rowe (1998) melaporkan bahwa bukan sekolah yang membuat perbedaan
pada siswa tetapi guru secara individual. Guru memiliki pengaruh yang kuat atas apa dan
bagaimana siswa belajar. Dengan menyediakan lingkungan belajar yang sesuai, dimana konten
dan pedagogi sesuai dengan latar belakang, kebutuhan dan kepentingan siswa, semua siswa
dapat belajar matematika.

Kekuatan kepercayaan guru


Dalam sebuah penelitian yang mengeksplorasi karakteristik guru matematika yang efektif,
Askew, dkk (Askew et al, 1997) menyimpulkan bahwa salah satu pengaruh terpenting dalam
pembelajaran adalah kepercayaan guru bahwa semua siswa dapat belajar matematika.
Seringkali nilai dan stereotip mempengaruhi bagaimana perilaku dan tindakan ditafsirkan dan
diterapkan. Guru percaya bahwa beberapa siswa tidak dapat belajar matematika karena latar
belakang atau perilaku mereka, namun pada akhirnya akan menciptakan lingkungan belajar
yang membangun hasil yang diharapkan. Hal ini telah terbukti dalam banyak penelitian.
Sebagai contoh, dalam sebuah studi mani (Rosenthal dan Jacobsen, 1969), ditunjukkan bahwa,
ketika siswa diberi skor secara acak saat mereka mulai belajar di kelas baru di awal masa
sekolah, guru tersebut percaya bahwa dengan perbedaan nilai akademis, siswa dapat
berinteraksi dengan yang lain guna meningkatkan nilai akademisnya. Pada akhir masa
pengajaran, hasil siswa untuk kelas tersebut berkorelasi kuat dengan ...

Anda mungkin juga menyukai