Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel
dalam penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel
dalam menyusun dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga
partikel yang berukuran mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu
akan tersusun atas partikel yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak
dapat dibagi lagi. Partikel itulah yang disebut dengan atom.
Sistem periodik unsur adalah tampilan unsur-unsur kimia yang tertera
dalam tabel. Jumlah unsur yang terdapat pada tabel sistem periodik adalah
sebanyak 118 unsur. Jumlah unsur yang terdapat di alam lebih dari 118 unsur.
Hal ini disebabkan karena atom-atom dapat bereaksi antara satu atom dengan
atom yang lain membentuk substansi baru yang disebut dengan senyawa. Bila
dua atau lebih atom-atom berikatan dan membentuk ikatan kimia
menghasilkan senyawa yang unik yaitu memiliki sifat kimia dan sifat fisika
yang berbeda dari sifat asalnya (sifat dari unsur-unsur sebelum bereaksi).
Senyawa kimia terbentuk dari dua atau lebih atom yang bergabung
atau berikatan satu sama lain. Penggabungan ini akan menghasilkan molekul
atau senyawa yang sederhana atau kompleks. Atom-atom tersebut terikat satu
sama lain dalam senyawa akibat adanya gaya ikatan kimia. Munculnya teori
tentang ikatan kimia disebabkan oleh keberadaan golongan unsur gas mulia
yaitu pada golongan VIIIA pada sistem periodik.
Golongan unsur gas mulia memperlihatkan kecenderungan yang sangat
kecil untuk membentuk senyawa kimia, hal ini disebabkan karena unsur gas
mulia bersifat stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur lain membentuk
senyawadan memiliki elektron valensi oktet dan duplet. Kebanyakan unsur-
unsur di alam ada dalam bentuk senyawanya, bukan sebagai unsur bebas
seperti unsur gas mulia. Halini memperlihatkan adanya kecenderungan dari
atom-atom yang relatif tidak stabil membentuk senyawa yang lebih stabil
dibandingkan dengan atom unsur bebasnya. Oleh karena itu, sangat penting

1
bagi kita untuk dapat mengetahui dan mempelajari tentang ikatan kimia.
Karena dalam kehidupan sehari-hari, kita tidakakan pernah lepas dari hal-hal
yang berhubungan dengan ikatan kimia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah perkembangan sistem periodik unsur ?
2. Bagaimanakah perkembangan teori atom ?
3. Bagaimanakah deskripsi struktur atom ?
4. Bagaimanakah struktur molekul setiap unsur ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan sistem periodik unsur
2. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan teori atom
3. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi struktur atom
4. Mahasiswa dapat mengetahui struktur molekul setiap unsur

1.4 Manfaat
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu
karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Dapat dijadikan bahan bacaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan sistem periodik unsur


Sistem periodik memperlihatkan pengelompokkan atau susunan unsur-
unsur dengan tujuan mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat berbagai
unsur yang berubah secara periodik. Usaha-usaha untuk mengelompokkan
unsur-unsur telah dimulai sejak para ahli menemukan semakin banyaknya
unsur di alam. Pengelompokkan unsur-unsur ini dimaksudkan agar unsur-
unsur tersebut mudah dipelajari. Beberapa ahli mengelompokkan unsur-unsur
tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan.
2.1.1 Antoine Laurent Lavoisier (26 Agustus 1743 8 Mei 1794)
Pada 1789, Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia.
Pengelompokan unsur tersebut berdasarka sifat kimianya. Unsur-unsur
kimia di bagi menjadi empat kelompok. Yaitu gas, tanah, logam dan
non logam. Pengelompokan ini masih terlalu umum karena ternyata
dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang
memiliki sifat berbeda.
1. Gas
Cahaya,Kalor,Oksigen,Nitrogen,Hidrogen
2. Tanah
Kapur,Magnesium Oksida, Barium Oksida, Aluminium Oksida,
Silikon Oksida
3. Logam
Antimon, Perak, Arsenik, Bismuth, Kobalt, Tembaga, Timah, Besi,
Mangan, Raksa, Molibdenum, Nikel, Emas,
Platina,Timbel,Tungsten, Seng
4. Non Logam
Sulfur, Fosfor, Karbon, Asam Klorida, Asam Fluorida, Asam Borak

1
2.1.2 Triade
Pada tahun 1829, Johann Dobereiner mengelompokkan unsur
berdasarkan kemiripan sifat ke dalam tiga kelompok yang disebut
triade. Dalam triade, sifat unsur kedua merupakan sifat antara unsur
pertama dan unsur ketiga. Contohnya: suatu triade Li-Na-K terdiri dari
Lithium (Li), Natrium (Na), Kalium (K) yang mempunyai kemiripan
sifat. Dia juga menemukan bahwa massa atom unsur kedua adalah rata-
rata massa atom unsur pertama dan unsur ketiga. Tabel
pengelompokkan unsur dapat dilihat pada Tabel 1. Contohnya: massa
atom unsur Na adalah rata-rata massa atom unsur Li dan massa atom
unsur K.
2.1.3 Hukum Oktaf Newlands
Pada tahun 1865, John Newlands mengklasifikasikan unsur berdasarkan
kenaikan massa atomnya. Newlands mengamati ada pengulangan secara
teratur keperiodikan sifat unsur. Unsur ke-8 mempunyai sifat mirip
dengan unsur ke-1. Begitu juga unsur ke-9 mirip sifatnya dengan unsur
ke-2, dan seterusnya. Karena kecenderungan pengulangan selalu terjadi
pada sekumpulan 8 unsur (seperti yang telah dijelaskan) maka sistem
tersebut disebut Hukum Oktaf.
2.1.4 HukumMendeleev
Sesuai dengan kegemarannya yaitu bermain kartu, ahli kimia dari
Rusia, Dimitri Ivanovich Mendeleev (1869) mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang unsur, kemudian ia menulis pada kartu-
kartu. Kartu-kartu unsur tersebut disusun berdasarkan kenaikan massa
atom dan kemiripan sifat. Kartu-kartu unsur yang sifatnya mirip terletak
pada kolom yang sama yang kemudian disebut golongan. Sedangkan
pengulangan sifat menghasilkan baris yang disebut periode. Alternatif
pengelompokkan unsur-unsur lebih ditekankan pada sifat-sifat unsur
tersebut daripada kenaikan massa atom relatifnya, sehingga ada tempat-
tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat kosong inilah
yang oleh Mendeleev diduga akan diisi oleh unsur-unsur dengan sifat-
sifat yang mirip tetapi pada waktu itu unsur tersebut belum ditemukan.

1
Kelebihan sistem periodik Mendeleev adalah dapat meramalkan sifat
unsur yang belum ditemukan pada saat itu dan telah mempunyai tempat
yang kosong, penempatan gas mulia yang baru ditemukan tahun 1890
1900 tidak menyebabkan perubahan susunan sistem periodik
Mendeleev, sedangkan kekurangannya yaitu adanya penempatan unsur
yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom. Contoh: 127I dan
128Te. Karena sifatnya, Mendeleev terpaksa menempatkan Te lebih
dulu daripada I.
2.2 Sistem Periodik Modern / bentuk panjang
Pada tahun 1914, Henry G. Moseley menemukan bahwa urutan unsur-unsur
dalam sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Sistem
periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat. Moseley berhasil menemukan kesalahan dalam tabel periodik
Mendeleev, yaitu ada unsur yang terbalik letaknya. Penempatan Telurium dan
Iodin yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata
sesuai dengan kenaikan nomor atom. Sistem periodik modern bisa dikatakan
sebagai penyempurnaan sistem periodik Mendeleev.
Sistem periodik bentuk panjang(modern) terdiri atas :
2.2.1 Lajur vertikal yang disebut golongan dan ditulis dengan angka romawi
Golongan terdiri dari :
1. Golongan Utama (Golongan A)
- Golongan IA : Golongan Alkali
- Golongan IIA : Golongan Alkali tanah
- Golongan IIIA : Golongan Aluminium
- Golongan IVA : Golongan Karbon
- Golongan VA : Golongan Nitrogen
- Golongan VIA : Golongan Kalkogen
- Golongan VIIA : Golongan Halogen
- Golongan VIIIA : Golongan Gas Mulia
2. Golongan Transisi (Golongan B)
- Golongan Transisi (golongan B), yaitu golongan IIIB, IVB,
VB,VIB, VIIB, VIIIB, IB, dan IIB

1
- Golongan Transisi Dalam, ada dua deret yaitu :
- Deret Lantanida (unsur dalam deret ini mirip sifat dengan 57La)
- Deret Aktinida (unsur dalam deret ini mirip sifat dengan 89Ac)
Unsur yang berbeda dalam 1 golongan mempunyai persamaan sifat
disebabkan karena mempunyai elektron valensi (elektron dikulit
terluar) yang sama.
2.2.2 Lajur Horizontal disebut periode
- Periode 1, terdiri dari 2 buah unsur
- Periode 2, terdiri dari 8 buah unsur
- Periode 3, terdiri dari 8 buah unsur
- Periode 4, terdiri dari 18 buah unsur
- Periode 5, terdiri dari 18 buah unsur
- Periode 6, terdiri dari 32 buah unsur
- Periode 7, terdiri dari 23 buah unsur (belum lengkap)
Cara menentukan golongan dan periode suatu unsur
Unsur Golongan A :
1. Membuat konfigurasi elektronnya
2. Menentukan elektron valensinya (untuk menentukan golongan)
3. Menentukan nomor kulit terluarnya (untuk menentukan periode)

2.3 Sifat periodik unsur unsur


2.3.1. Jari jari atom adalah jarak dari inti atom ke lintasan elektron terluar.
Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan jari jari atom berkurang.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah jari-jari atom bertambah.
Jari-jari atom netral lebih besar daripada jari-jari ion positifnya tetapi
lebih kecil dari jari-jari ion negatifnya.
Contoh:
jari-jari atom Cl < jari-jari ion Cl -
jari-jari atom Ba > jari-jari ion Ba 2+
2.3.2. Potensial ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron yang paling lemah/luar dari atom suatu unsur atau ion
dalam keadaan gas.

1
Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan potensial ionisasi bertambah,
sehingga elektron sulit untuk di lepaskan. Dalam satu golongan, dari
atas ke bawah potensial ionisasi berkurang, menyebabkan elektron
mudah dilepas.

2.4 Perkembangan Teori Atom


Teori atom pada awalnya dikemukakan untuk menjelaskan reaksi
kimia. Teori atom ini dimulai dengan teori atom Dalton yang menjelaskan
adanya hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, serta mampu
meramalkan adanya hukum kelipatan perbandingan atau hukum perbandingan
berganda. Selanjutnya untuk dapat menjelaskan sifat-sifat atom lainnya,
seperti spektrum atom, sifat magnet dan listrik, serta bagaimana cara atom
berikatan membentuk senyawa kimia, berkembanglah model-model atom
menurut Thomson, Rutherford, Bohr dan melalui pedekatan mekanika
kuantum. Model-model tersebut terutama mengemukakan struktur atom yang
berkaitan dengan kebolehjadian menemukan posisi elektron di dalam volume
ruang atom.
2.4.1 Teori Atom Dalton
Istilah atom untuk menyatakan bagian terkecil zat yang tidak
dapat dibagi lebih lanjut sudah dikemukakan oleh filosof Yunani,
Leucippus dan Democritus sejak 400 tahun sebelum Masehi.
Berdasarkan pemikiran bahwa konsep atom Democritus sesuai dengan
Hukum Kekekalan Massa / Hukum Lavoisier (1789) berbunyi massa
zat sebelum dan sesudah reaksi sama dan Hukum Perbandingan Tetap
/ Hukum Proust (1797) berbunyi perbandingan massa unsur-unsur
dalam suatu senyawa adalah tetap dan tertentu, maka John Dalton
tahun 1803 merumuskan teori atom sebagai berikut :
a. Materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang disebut atom.
b. Atom-atom penyusun unsur bersifat identik (sama dan sejenis).
c. Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain.
d. Senyawa tersusun atas 2 jenis atom atau lebih dengan perbandingan
tetap dan tertentu.

1
Pada reaksi kimia terjadi penataulangan atom-atom yang bereaksi.
Reaksi kimia terjadi karena pemisahan atom-atom dalam senyawa
untuk kemudian bergabung kembali membentuk senyawa baru.
Hal di atas juga dikemukakan oleh Walter J. Lehman dalam bukunya
yang berjudul Atomic and Molecular Structure, bahwa ...Dalton
described the properties of these particles as follows: they cannot be
divided (because they are natures basic building blocks) and they
cannot be destroyed or created (because of the Law of Conservation of
Mass).
Dalam perkembangannya tidak semua teori atom Dalton benar, karena
pada tahun 1897 J.J.Thomson menemukan partikel bermuatan listrik
negatif yang kemudian disebut elektron. Tahun 1886 Eugene Goldstein
menemukan partikel bermuatan listrik positif yang kemudian disebut
proton. Dan tahun 1932 James Chadwick berhasil menemukan neutron.
Salah satu hipotesis Dalton adalah reaksi kimia dapat terjadi karena
penggabungan atom-atom atau pemisahan gabungan atom. Misalnya,
logam natrium bersifat netral dan reaktif dengan air dan dapat
menimbulkan ledakan. Jika logam natrium direaksikan dengan gas
klorin yang bersifat racun dan berbau merangsang, maka akan
dihasilkan NaCl yang tidak reaktif terhadap air, tidak beracun, dan tidak
berbau merangsang seperti logam natrium dan gas klorin.
Karena ada banyak hal yang tidak dapat diterangkan oleh teori atom
Dalton, maka para ilmuwan terdorong untuk melakukan penyelidikan
lebih lanjut tentang rahasia atom.
2.4.2 Teori Atom Thomson
Tonggak sejarah perkembangan teori atom selanjutnya dimulai dari
penemuan hukum Faraday yang diperoleh melalui percobaan
elektrolisis. Dari hukum tersebut disimpulkan bahwa terdapat kaitan
antara satuan muatan listrik dengan massa zat yang dihasilakn pada
kedua elektroda. Berdasarkan percobaan Faraday tersebut, G. Johnstone
Stoney (1891) mengusulkan bahwa muatan listrik terdapat dalam satuan
diskrit yang disebut elektron dan satuan ini berkaitan dengan atom.

1
Sifat alamiah elektron diperjelas lebih lanjut oleh Thomson melalui
percobaan tabung penbawa muatan listrik yang menghasilkan sinar
katoda, yaitu bergerak menurut garis lurus, memiliki massa yang lebih
ringan dari atom, mengalami pembelokan oleh medan magnet atau
medan listrik, serta tidak bergantung pada jenis gas pengisi tabung dan
material logam katoda. Dari karakteristik tersebut, Thomson
menyimpulkan bahwa sinar katoda pada hakekatnya adalah berkas
partikel bermuatan negatif yang disebut elektron dan merupakan
partikel penyusun atom secara universal.
Setelah tahun 1897 Joseph John Thomson berhasil membuktikan
dengan tabung sinar katode bahwa sinar katode adalah berkas partikel
yang bermuatan negatif (berkas elektron) yang ada pada setiap materi
maka tahun 1898 J.J.Thomson membuat suatu teori atom. Menurut
Thomson, atom berbentuk bulat di mana muatan listrik positif yang
tersebar merata dalam atom dinetralkan oleh elektron-elektron yang
berada di antara muatan positif. Elektron-elektron dalam atom
diumpamakan seperti butiran kismis dalam roti, maka Teori Atom
Thomson juga sering dikenal Teori Atom Roti Kismis. Namun,
kelemahan teori ini adalah yaitu Thomson tidak dapat menjelaskan
susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
Electron yang bermuatan negatif merupakan partikel dasar
penyusun atom, sedangkan zat pada dasarnya tidak bermuatan (netral),
sehingga partikel lain penyusun atom haruslah suatu partikel yang
bermuatan positif. Adanya partikel bermuatan positif dibuktikan dengan
adanya percobaan tabung pembawa muatan listrik dengan
menggunakan katoda yang berlubang-lubang dan pada bagian belakang
katoda tersebut terdapat lapisan yang dapat berluminisensi. Dari
percobaan ini dapat diidentifikasi adanya arus partikel bermuatan
positif yang bergerak berlawanan arah dengan sinar katoda. Berkas
partikel positif tersebut kemudian disebut sebagai sinar anoda atau sinar
terusan (canal rays). Besarnya angka banding muatan terhadap massa

1
sinar terusan, ternyata bervariasi bergantung pada jenis gas pengisi
tabung pembawa muatan listrik tersebut.
Sifat-sifat-sinar terusan adalah :
a.Terdiri dari partikel bermuatan positif yang bermassa hampir sama
dengan massa atom relatif gas pengisi tabung pembawa muatan listrik.
b.Bergerak menurut garis lurus, dan dibelokkan oleh medan listrik
maupun medan magnet ke arah yang berlawanan dengan
membelokkan sinar katoda.
c.Massa partikel bermuatan positif paling kecil terjadi jika sebagai
pengisi tabung pembawa muatan listrik adalah hidrogen. Dari hasil ini
kemudian disimpulkan bahwa partikel bermuatan positif yang
bermassa hampir sama dengan massa atom hidrogen disebut proton.
2.4.3 Teori Atom Rutherford
Pada tahun 1896, Henry Becquerel melalui sejumlah percobaan
mengamati bahwa garam-garam uranium memancarkan radiasi yang
dapat menghitamkan film fotografi. Garam-garam uranium tersebut
tanpa diaktifkan terlebih dahulu dengan cahaya (tidak seperti gejala
luminisensi) memancarkan radiasi yang memiliki daya tembus seperti
sinar-X yang telah ditemukan Rontgen.
Marie Curie, pada tahun 1898, menunjukkan bahwa radiasi
tersebut tidak hanya berasal dari zat yang mengandung uranium, tetapi
juga dari unsur-unsur baru yang ditemukannya, yaitu polonium dan
radium. Kemudian bersama dengan Piere Curie, ia menyimpulkan
bahwa radiasi yang dipancarkan tersebut adalah suatu gejala atomik
untuk suatu unsur, tidak berkaitan dengan keadaan fisika maupun
kimia. Gejala atomik tersebut kemudian diperkenalkannya sebagai
gejala keradioaktifan.
Pada tahun 1899, Rutherford dengan menggunakan alat
elektrometer dan lempengan tipis aluminium mendemonstrasikan
bahwa radiasi yang dipancarkan tersebut dapat digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu radiasi alfa dan radiasi beta. Jenis yang pertama terserap
sempurna oleh aluminium dengan ketebalan beberapa m, sedangkan

1
jenis kedua memiliki daya tembus terhadap aluminium kira-kira seratus
kali daya tembus radiasi jenis pertama. Pada tahun 1900, dilaporkan
oleh P. Curie dan Villard, adanya radiasi jenis ketiga yang dipancarkan
dari gejala keradioaktifan yang disebut sinar gamma, yang memiliki
daya tembus jauh lebih besar dari sinar beta.
Mengenai gejala alamiah keradioaktifan ini, Rutherford dan
Soddy pada tahun 1902 telah sampai pada pengertian yang mendalam
dan menyimpulkan bahwa unsur-unsur radioaktif mengalami
transformasi spontan dari suatu bentuk atom menjadi bentuk atom yang
lain, disertai dengan perubahan-perubahan subatomik dan pemancaran
radiasi radioaktif. Pada tahun 1903 Philipp Lenard melalui
percobaannya membuktikan bahwa teori atom Thomson yang
menyatakan bahwa elektron tersebar merata dalam muatan positif atom
adalah tidak benar. Hal ini mendorong Ernest Rutherford (1911) tertarik
melanjutkan eksperimen Lenard. Dengan bantuan kedua muridnya
Hans Geiger dan Ernest Marsden, Rutherford melakukan percobaan
dengan hamburan sinar pada lempeng tipis emas. Partikel
bermuatan positif, bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga bisa
menembus lembaran tipis kertas.
Berdasarkan percobaan tersebut disimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar ruang dalam atom adalah ruang hampa; partikel
diteruskan.
b. Di dalam atom terdapat suatu bagian yang sangat kecil dan padat
yang disebut inti atom; partikel dipantulkan kembali oleh inti
atom.
c. Muatan inti atom dan partikel sejenis yaitu positif; sebagian kecil
partikel dibelokkan.
Hasil percobaan tersebut menggugurkan teori atom Thomson.
Kemudian Rutherford mengajukan teori atom sebagai berikut: atom
tersusun atas inti atom yang bermuatan positif sebagai pusat massa
dan dikelilingi elektron-elektron yang bermuatan negatif. Massa atom
berpusat pada inti dan sebagian besar volume atom merupakan ruang

1
hampa. Atom bersifat netral, karena itu jumlah muatan positif dalam
atom (proton) harus sama dengan jumlah elektron. Diameter inti atom
berkisar 1015 m, sedang diameter atom berkisar 1010 m.
Kelemahan teori atom Rutherford:
a. Tidak dapat menjelaskan bahwa atom bersifat stabil.
Teori atom Rutherford bertentangan dengan Hukum Fisika Maxwell.
Jika partikel bermuatan negatif (elektron) bergerak mengelilingi
partikel bermuatan berlawanan (inti atom bermuatan positif), maka
akan mengalami percepatan dan memancarkan energi berupa
gelombang elektromagnetik. Akibatnya energi elektron semakin
berkurang. Jika demikian halnya maka lintasan elektron akan berupa
spiral. Pada suatu saat elektron tidak mampu mengimbangi gaya
tarik inti dan akhirnya elektron jatuh ke inti. Sehingga atom tidak
stabil padahal kenyataannya atom stabil.
b. Tidak dapat menjelaskan bahwa spektrum atom hidrogen berupa
spektrum garis (diskrit/diskontinu).
Jika elektron berputar mengelilingi inti atom sambil memancarkan
energi, maka lintasannya berbentuk spiral. Ini berarti spektrum
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan berupa spektrum pita
(kontinu) padahal kenyataannya dengan spektrometer atom hidrogen
menunjukkan spektrum garis.
2.4.4 Teori Kuantum Planck
Max Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900
mengemukakan teori kuantum. Planck menyimpulkan bahwa atom-
atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi hanya
dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat
dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi
elektromagnetik disebut kuantum.
Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus
dengan frekuensi cahaya.
E=h

1
dengan:
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 1034 J. s
= frekuensi radiasi (s1)
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum
Max Planck adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert
Einstein pada tahun 1905. Efek fotolistrik adalah keadaan di mana
cahaya mampu mengeluarkan elektron dari permukaan beberapa logam
(yang paling terlihat adalah logam alkali).
Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel
foton yang energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika
frekuensinya rendah, setiap foton mempunyai jumlah energi yang
sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar
dari permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi) bertambah, maka
foton memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan elektron. Hal
ini menyebabkan kuat arus juga akan meningkat. Energi foton
bergantung pada frekuensinya.
E=h.=h.
dengan :
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 1034 J. s
= frekuensi radiasi (s1)
c = kecepatan cahaya 3 x 108 m/s
= panjang gelombang
2.4.5 Teori Atom Bohr
Diawali dari pengamatan Niels Bohr terhadap spektrum atom,
adanya spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya beredar
pada lintasan-lintasan dengan energi tertentu. Model atom yang
dikemukakan oleh Bohr mampu menjelaskan terjadinya garis-garis
spektrum pada atom hidrogen, tetapi gagal untuk meramalkan
terjadinya spektrum yang dipancarkan atom-atom unsur lain.

1
Bohr (1913) menyatakan bahwa elektron-elektron beredar
mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu. Masing-masing
lintasan mempunyai tingkatan energi yang berbeda-beda. Jika lintasan
energi semakin jauh, maka semakin tinggi energinya. Elektron-elektron
dapat pindah dari lintasan tingkat energi satu ke lintasan energi lain
dengan cara menyerap atau melepaskan energi. Jika elektron pindah
dari lintasan energi yang tinggi ke lintasan energi yang lebih rendah,
maka akan melepaskan energi, sebaliknya elektron memerlukan energi
untuk dapat pindah dari lintasan dengan energi rendah ke lintasan
dengan tingkat energi lebih tinggi.
Kelemahan teori atom Bohr:
a. Hanya mampu menjelaskan spektrum atom hidrogen tetapi tidak
mampu menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks (dengan
jumlah elektron yang lebih banyak).
b. Orbit/kulit elektron mengelilingi inti atom bukan berbentuk lingkaran
melainkan berbentuk elips.
c. Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel bukan sebagai
partikel dan gelombang, sehingga kedudukan elektron dalam atom
merupakan kebolehjadian.
2.4.6 Hipotesis de Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya
dapat berbentuk partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-
sifat seperti gelombang. Beliau mengemukakan bahwa elektron yang
bergerak mempunyai sifat-sifat gelombang. Ia menggambarkan
persamaan Einstein (energi suatu partikel bermassa m).
E=mc2 .................................................................... (1
dengan persamaan Planck (energi suatu gelombang berfrekuensi )
E=h .................................................................... (2
Persamaan (1 = persamaan (2
mc2 = h = m = (3
De Broglie berpendapat jika sesuatu merupakan gelombang
sebagaimana sinar dipertimbangkan sebagai aliran suatu partikel maka

1
ia mengusulkan bahwa sinar partikel seperti elektron dapat dipikirkan
sebagai gelombang. Tidak seperti sinar yang berjalan dengan kecepatan
tetap, elektron berjalan dengan kecepatan tidak tetap (bervariasi). Maka,
disubstitusikanlah kecepatan cahaya (c) pada persamaan (3 dengan
kecepatan elektron (), menghasilkan :
m = atau =
dengan :
= panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck (6,626 1034 J. s atau 6,63 1034 kg m2 s-1)
m = massa elektron (kg)
= kecepatan atau frekuensi elektron (m/s)
2.4.7 Teori Mekanika Kuantum
Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan momentum yang
jelas dan mengikuti lintasan yang pasti. Akan tetapi, pada skala atomik,
posisi dan momentum atom tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini
dikemukakan oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927 dengan Prinsip
Ketidakpastian (uncertainty principle).
Menurut Heisenberg, metode eksperimen apa saja yang digunakan
untuk menentukan posisi atau momentum suatu partikel kecil dapat
menyebabkan perubahan, baik pada posisi, momentum, atau keduanya.
Jika suatu percobaan dirancang untuk memastikan posisi elektron, maka
momentumnya menjadi tidak pasti, sebaliknya jika percobaan
dirancang untuk memastikan momentum atau kecepatan elektron, maka
posisinya menjadi tidak pasti.
Untuk mengetahui posisi dan momentum suatu elektron yang
memiliki sifat gelombang, maka pada tahun 1927, Erwin Schrodinger,
mendeskripsikan pada sisi elektron tersebut dengan fungsi gelombang
(wave function) yang memiliki satu nilai pada setiap posisi di dalam
ruang. Fungsi gelombang ini dikembangkan dengan notasi (psi), yang
menunjukkan bentuk dan energi gelombang elektron.
Teori mekanika kuantum menjelaskan bahwa elektron yang bersifat
sebagai gelombang tidak mungkin berada dalam suatu lintasan

1
sebagaimana teori atom Bohr. Jika elektron berada dalam suatu daerah
atom, maka posisi atau lokasi elektron tidak dapat ditentukan secara
pasti. Keberadaan elektron hanya dapat dikatakan di daerah yang
kebolehjadiannya paling besar. Daerah yang mempunyai kebolehjadian
terdapatnya elektron dikenal dengan istilah orbital. Orbital didefinisikan
sebagai daerah atau ruang di sekitar inti yang kemungkinan
ditemukannya elektron terbesar. Beberapa orbital bergabung
membentuk kelompok yang disebut subkulit. Jika orbital kita
analogikan sebagai kamar elektron, maka subkulit dapat dipandang
sebagai rumah elektron. Beberapa subkulit yang bergabung akan
membentuk kulit atau desa elektron.
Subkulit Orbital Elektron Maksimum

s 1 2
p 3 6
d 5 10
f 7 14
g 9 18
h 11 22
i 13 26
Orbital-orbital dalam satu subkulit mempunyai tingkat energi yang
sama, sedangkan orbital-orbital dari subkulit berbeda, tetapi dari kulit
yang sama mempunyai tingkat energi yang bermiripan.

2.5 Bilangan Kuantum


Untuk menggambarkan letak elektron-elektron dalam atom dikenalkan
istilah bilangan kuantum. Dalam teori mekanika kuantum, dikenal empat
macam bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum utama(n), bilangan
kuantum azimuth(l), bilangan kuantum magnetik(m), dan bilangan kuantum
spin(s).
2.5.1 Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit tempat orbital
berada. Bilangan kuantum utama (n) diberi nomor dari n = 1 sampai

1
dengan n = ~ . Kulit-kulit tersebut disimbolkan dengan huruf, dimulai
huruf K, L, M, N, dan seterusnya.
Bilangan kuantum utama (n) terkait dengan jarak rata-rata lautan
elektron dari inti (jari-jari = r). Jika nilai n semakin besar, maka
jaraknya dengan inti semakin besar pula. Bilangan kuantum utama
terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol s, p, d, f, g, h, i, dan
seterusnya, yang kemudian dikenal dengan bilangan kuantum azimut.
2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimuth (l) membagi kulit menjadi orbital-
orbital yang lebih kecil (subkulit). Untuk setiap kulit n, memiliki
bilangan kuantum azimuth (l) mulai l = 0 sampai l = (n 1). Biasanya
subkulit dengan l = 1, 2, 3, , (n 1) diberi simbol s, p, d, f, dan
seterusnya. Bilangan kuantum azimuth (l) menggambarkan bentuk
orbital. Selain itu, pada atom yang memiliki dua elektron atau lebih
bilangan kuantum azimuth(l) juga menyatakan tingkat energi. Untuk
kulit yang sama, energi subkulit akan meningkat dengan bertambahnya
nilai l. Jadi, subkulit s memiliki tingkat energi yang terendah, diikuti
subkulit p, d, f, dan seterusnya.
Kulit Ke Orbital Bilangan Kuantum Azimut
(l)
1 (K) 1s 0
2 (L) 2s, 2s 0, 1
3 (M) 3s, 3p, 3d 0, 1, 2
4 (N) 4s, 4p, 4d, 4f 0, 1, 2, 3
Dst Dst Dst
2.5.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik (m) membagi bilangan kuantum
azimut menjadi orbital-orbital. Jumlah bilangan kuantum magnetik (m)
untuk setiap bilangan kuantum azimut (l) dimulai dari m = l sampai m
= +l .
Berikut adalah hubungan antara bilangan kuantum utama, bilangan
kuantum azimut dan bilangan kuantum magnetik.

1
Bilangan Bilangan Bilangan Kuantum Jumlah
Kuantum Kuantum Azimut Magnetik (m) Orbital
Utama (l)
(n)
1 (K) 0 1s 0 1
0 2s 0 1
2 (L)
1 2p -1 , 0 , +1 3
0 3s 0 1
3 (M) 1 3p -1 , 0 , +1 3
2 3d -2 , -1 , 0 , +1 , +2 5
0 4s 0 1
1 4p -1 , 0 , +1 3
4 (N)
2 4d -2 , -1 , 0 , +1 , +2 5
3 4f -3,-2,-1,0,+1,+2,+3 7
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, untuk subkulit s
berjumlah orbital 1, subkulit p jumlah orbitalnya 3, subkulit d orbitalny
sebanyak 5, dan subkulit f memiliki 7 orbital.
2.5.4 Bilangan Kuantum Spin (s)
Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah putaran atau spin
atau rotasi sebuah elektron pada sumbunya. Arah rotasi elektron bisa
searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan arah dengan jarum jam
(anticlockwise). Oleh karena itu diberi nilai . Arah rotasi yang searah
jarum jam diberi notasi + atau simbol . Sedangkan yang berlawanan
arah dengan jarum jam diberi notasi atau . Bilangan kuantum spin
merupakan dasar pengisian elektron dalam orbital.
Elektron-elektron yang ada dalam atom tidak mungkin berada
dalam keadaan yang sama persis antara satu atom dengan atom lain.
Keberadaan elektron dalam atom bersifat khas. Prinsip ini dikemukakan
oleh Wolfgang Pauli, 1925 (dikenal Pauli). Pauli mengusulkan postulat
bahwa sebuah elektron dapat berada dalam dua kemungkinan keadaan
yang ditandai dengan bilangan kuantum spin + atau , atau dengan

1
kata lain setiap orbital hanya dapat ditempati oleh maksimal dua
elektron dengan spin yang berbeda.

2.6 Bentuk dan Orientasi Orbital


2.6.1 Orbital s
Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital s.
Bentuk orbital s memiliki satu orbital dengan bentuk seperti bola,
sehingga tidak tergantung pada sudut manapun. Orbital s hanya terdapat
1 nilai m, sehingga hanya terdapat 1 orientasi, yaitu sama ke segala
arah.
2.6.2 Orbital p
Orbital p berbentuk cuping-dumbbell (bagai balon terpilin).
Subkulit p memiliki tiga orbital. Pada subkulit ini terdapat 3 nilai m (
1, 0, +1) sehingga terdapat 3 orientasi yang satu dan lainnya
membentuk sudut 90o.
2.6.3 Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan
orientasi yang berbeda. Empat orbital pertama memiliki bentuk yang
sama, sedangkan satu orbital memiliki bentuk yang berbeda. Kelima
orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, x2y2 d , dan 2 z d . Untuk lebih jelas,
perhatikan gambaran orbital subkulit d di bawah ini :
2.6.4 Orbital f
Orbital f (mempunyai 7 orbital) dan dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaitu
1. kelompok pertama : fxyz
2. kelompok kedua : fx(z2 - y2) , fy(z2 - x2) , fz(x2 - y2)
3. kelompok ketiga : fx3 , fy3 , fz3

2.7 Konfigurasi Elektron


Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbital-
orbital pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada

1
penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu
prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.
2.7.1 Prinsip Aufbau
Elektron-elektron dalam suatu atom berusaha untuk menempati
subkulit-subkulit yang berenergi rendah, kemudian baru ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, atom berada pada tingkat
energi minimum. Inilah yang disebut prinsip Aufbau.
Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan
seterusnya. Pada gambar dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai
energi lebih tinggi daripada subkulit 4s. Oleh karena itu, setelah 3p
terisi penuh maka elektron berikutnya akan mengisi subkulit 4s, baru
kemudian akan mengisi subkulit 3d.
2.7.2 Kaidah Hund
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital
dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam
bentuk diagram orbital. Suatu orbital dilambangkan dengan strip,
sedangkan dua elektron yang menghuni satu orbital dilambangkan
dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital hanya
mengandung satu elektron, anak panah dituliskan mengarah ke atas.
Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894
1968) pada tahun 1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam
orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan.
Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada subkulit itu sudah
tidak ada lagi orbital kosong.
2.7.3 Larangan Pauli
Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 1958) mengemukakan
bahwa tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai
keempat bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang mempunyai
bilangan kuantum utama, azimuth, dan magnetik yang sama dalam satu
orbital, harus mempunyai spin yang berbeda. Kedua elektron tersebut
berpasangan.

1
Setiap orbital mampu menampung maksimum dua elektron. Untuk
mengimbangi gaya tolak-menolak di antara elektron-elektron tersebut,
dua elektron dalam satu orbital selalu berotasi dalam arah yang
berlawanan.
1.Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron
2.Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron
3.Subkulit d (5 orbital) maksimum 10 elektron
4.Subkulit f (7 orbital) maksimum 14 elektron

2.8 Penyimpangan Konfigurasi Elektron


Berdasarkan eksperimen, terdapat penyimpangan konfigurasi elektron
dalam pengisian elektron. Penyimpangan pengisian elektron ditemui pada
elektron yang terdapat pada orbital subkulit d dan f.
Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan orbital yang setengah
penuh (d5) atau penuh (d10) bersifat lebih stabil dibandingkan dengan orbital
yang hampir setengah penuh (d4) atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan
demikian, jika elektron terluar berakhir pada d4, d8 atau d9 tersebut, maka satu
atau semua elektron pada orbital s (yang berada pada tingkat energi yang
lebih rendah dari d) pindah ke orbital subkulit d.
Unsur Teoritis Kenyataan Eksperimen
24Cr [Ar] 4s2 3d4 [Ar] 4s1 3d5
29Cu [Ar] 4s2 3d9 [Ar] 4s1 3d10

2.9 Penulisan Konfigurasi Elektron Pada Ion


Konfigurasi ion positif dan negatif bergantung pada jumlah elektron yang
dimiliki ion tersebut. Atom-atom atau ion-ion yang memiliki jumlah elektron
yang sama disebut dengan isoelektronis dan konfigurasi elektronnya sama.
Penulisan konfigurasi elektron berlaku pada atom netral. Penulisan
konfigurasi elektron pada ion yang bermuatan pada dasarnya sama dengan
penulisan konfigurasi elektron pada atom netral.
Atom bermuatan positif (misalnya x+) terbentuk karena atom netral
melepaskan elektron pada kulit terluarnya sebanyak x, sedangkan ion negatif

1
(misalnya y) terbentuk karena menarik elektron sebanyak y. Sebagai contoh,
konfigurasi ion Na+ dengan F-. Ion Na+ dapat terbentuk jika atom Na
melepaskan satu elektronnya (pada 3s1), sedangkan ion F- dapat terbentuk jika
atom F menerima satu elektron. Konfigurasi kedua ion itulah yang disebut
dengan isoelektronis.
Penulisan konfigurasi elektronnya hanya menambah atau mengurangi
elektron yang dilepas atau ditambah sesuai dengan aturan penulisan
konfigurasi elektron. Ini berlaku untuk semua unsur yang membentuk ion,
termasuk unsur transisi.

2.10. Lambang Unsur


2.10.1 Nomor Atom
Nomor atom menunjukkan jumlah muatan positif dalam inti
atom (jumlah proton). Menurut Henry Moseley (18871915) jumlah
muatan positif setiap unsur bersifat karakteristik, jadi unsur yang
berbeda akan mempunyai nomor atom yang berbeda. Untuk jumlah
muatan positif (nomor atom) diberi lambang Z.
Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton)
dalam atom harus sama dengan jumlah muatan negatif (elektron).
Jadi, nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron.
Z = np = ne
n = jumlah
2.10.2 Nomor Massa
Berdasarkan percobaan tetes minyak Millikan ditemukan bahwa
massa elektron = 9,109 x 1028 gram. Jika 1 satuan massa atom atau
satu sma = massa 1 atom hidrogen = 1,6603 x 1024 gram, maka:
massa 1 elektron = (9,109 x 1028 ) / (1,6603 x 1024) sma= 5,49 x
104 sma massa 1 elektron = sma

1
Berikut adalah tabel mengenai muatan dan massa partikel proton,
neutron, dan elektron.
Perbandinga Muatan
Lamban
Partikel Massa (g) n dengan Satua Coloum
g
massa proton n b
1,673x10 1,6x10
proton p 24
1 +1 19

1,675x10
neutron n 24
1 0 0

elektro 9,109x10 1,6x10


e 28
-1 19
n
Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, Massa
atom = (massa p + massa n) + massa e. Massa elektron jauh lebih
kecil dari pada massa proton dan massa neutron, maka massa
elektron dapat diabaikan. Dengan demikian:
Massa atom = massa p + massa n
Massa atom dinyatakan sebagai nomor massa dan diberi lambang A.
Jadi:
Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron
Untuk mendapatkan jumlah n dalam inti atom dengan cara:
n=AZ
Jika X adalah lambang unsur, Z (nomor atom), dan A (nomor
massa), maka unsur X dapat dinotasikan:
Notasi Unsur Z A p e n
Hidrogen 1 1 1 1 1-1=0
Lithium 3 7 3 3 7-3=4

2.11 Isotop, Isobar, dan Isoton Suatu Unsur


Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel penyusun
atom, ternyata ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki jumlah proton
yang sama tetapi memiliki massa atom yang berbeda. Ada pula unsur-unsur

1
yang memiliki massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda. Oleh
karena itu, dikenal istilah isotop, isoton, dan isobar.
2.11.1 Isotop
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi
memiliki nomor massa berbeda. Misalnya, dan . Setiap isotop satu
unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektron
valensinya sama.
Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menentukan massa
atom relatif (Ar) atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan
massa atom semua isotop. Berikut adalah contoh-contoh penggunaan
isotop.
Radioisotop Kegunaan
O-18 Mengetahui mekanisme reaksi esterifikasi
Mempelajari peredaran darah manusia dan
Na-24
mendeteksi kebocoran pipa dalam tanah
I-131 Mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid
Mengukur laju pembentukan sel darah merah dalam
Fe-59
tubuh
Co-60 Pengobatan kanker
P-32 Mempelajari pemakaian pupuk pada tanaman
Menentukan umur fosil dan mengetahui kecepatan
C-14
terjadinya senyawa pada fotosintesis
2.11.2 Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda
tetapi nomor massa sama. Sehingga antara dan adalah isobar.
2.11.3 Isoton
Atom-atom unsur berbeda (nomor atom berbeda) yang
mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton. Contohnya dan
yang sama-sama berneutron 7.
2.12 Struktur Molekul
Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom
yang membentuk molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang

1
bergabung melalui ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen, ikatan hidrogen
dan ikatan ion, serta ikatan-iktan kimia lainnya. Dan atom tersebut berkisar
dari jumlah yang sangat sedikit(dari atom tunggal, seperti gas mulia) sampai
jumlah yang sangat banyak (seperti pada polimer, protein atau bahkan
DNA). Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang,
mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut.
Kebanyakan molekul mempunyai bentuk yang didasarkan kepada lima
bentuk geometri yang berbeda.
Molekul-molekul di dalam berikatan, mengacu pada beberapa aturan
dan bentuk-bentuk ikatan kimia. Apabila molekul ingin berikatan harus
sesuai dengan aturan-aturan atau syarat-syarat unsur-unsur tersebut dalam
membentuk sebuah molekul. Karena tidak sembarang suatu unsure
membentuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk
merujuk pada partikel gas apapun tanpa bergantung pada komposisinya.
Menurut definisi ini, atom-atom gas mulia dianggap sebagai molekul
walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom tunggal yang tak berikatan.
Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama
(misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya
air H2O). Atom-atom dan kompleks yang berhubungan secara non-kovalen
(misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak
dianggap sebagai satu molekul tunggal.
2.12.1 Rumus Struktur
Rumus empiris sebuah senyawa menunjukkan nilai perbandingan
paling sederhana unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai
contohnya, air selalu memiliki nilai perbandingan atom hidrogen
berbanding oksigen 2:1. Etanol pula selalu memiliki nilai perbandingan
antara karbon, hidrogen, dan oksigen 2:6:1. Namun, rumus ini tidak
menunjukkan bentuk ataupun susunan atom dalam molekul tersebut.
Contohnya, dimetil eter juga memiliki nilai perbandingan yang sama
dengan etanol. Molekul dengan jumlah atom penyusun yang sama namun
berbeda susunannya disebut sebagai isomer.

1
Perlu diperhatikan bahwa rumus empiris hanya memberikan nilai
perbandingan atom-atom penyusun suatu molekul dan tidak memberikan
nilai jumlah atom yang sebenarnya. Rumus molekul menggambarkan
jumlah atom penyusun molekul secara tepat. Contohnya, asetilena memiliki
rumus molekuler C2H2, namun rumus empirisnya adalah CH.
2.12.2 Peranan Elektron dalam Ikatan Kimia
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan
umumnya ditulis sebagai e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar
ataupun substruktur apapun yang diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai
partikel elementer.
Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.
Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara
menggunakan bersama dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi
elektron gas mulia.
Unsur yang paling stabil adalah unsur yang termasuk dalam golongan
gas mulia. Semua unsur gas mulia di alam ditemukan dalam bentuk gas
monoatomik dan tidak ditemukan bersenyawa di alam.
Kestabilan unsur gas mulia berkaitan dengan konfigurasi elektron
yang menyusunnya seperti yang dikemukakan oleh Gibert Newton Lewis
dan Albrecht Kossel. Dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur gas
mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu konfigurasi oktet yang berarti
mempunyai delapan elektron pada kulit terluar kecuali untuk unsur helium
yang mempunyai konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit terluarnya).
Unsur yang paling stabil dan sukar bereaksi adalah unsur- unsur gas
mulia. Sedangkan unsur seperti unsur kalium, natrium, fluorin, dan klorin
merupakan unsur yang mempunyai sifat reaktif.
a. Aturan Oktet
G.N. Lewis dan W. Kossel mengaitkan kestabilan gas mulia
dengan konfigurasi elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi
penuh yaitu konfigurasi oktet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar),
kecuali helium dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit

1
luar). Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi
elektronnya sama seperti gas mulia dikenal sebagai aturan oktet.
Aturan oktet merupakan kecenderungan unsur-unsur untuk
menjadikan konfigurasi elektron-nya sama seperti unsur gas mulia.
Konfigurasi oktet dapat dicapai oleh unsur lain selain unsur golongan
gas mulia dengan pembentukan ikatan.
Konfigurasi oktet dapat pula dicapai dengan serah-terima atau
pemasangan elektron. Serah terima elektron menghasilkan ikatan ion
sedangkan ikatan kovalen dihasilkan apabila terjadi pemasangan elektron
untuk mencapai konfigurasi
oktet.
Reaksi natrium dengan klorin membentuk natrium klorida
merupakan contoh pencapaian konfigurasi oktet dengan cara serah-terima
elektron.

10Ne : 1s2 2s2 2p6 atau K=2, L=8


11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1 atau K=2, L=8 M=1, pelepasan
1 elektron akan menjadikan konfigurasi menyerupai unsur gas mulia neon.
17Cl : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 atau K=2, L=8, M=7,
penerimaan 1 elektron menjadikan konfigurasi menyerupai unsur gas
mulia argon
18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 atau K=2, L=8, M=8

b. Teori Lewis
Gibert Newton Lewis dan Albrecht Kossel pada tahun 1916
mengemukakan teori tentang peranan elektron dalam pembentukan ikatan
kimia.
Elektron pada kulit terluar (elektron valensi) berperan penting dalam
pembentukan ikatan kimia.
Ion positif dan ion negatif membentuk ikatan kimia yang disebut ikatan
ionik.

1
Pembentukan ikatan kimia dapat juga terjadi dengan pemakaian
elektron ikatan secara bersama yang dikenal dengan ikatan kovalen.
Pembentukan ikatan ionik dan ikatan kovalen bertujuan untuk mencapai
konfigurasi stabil golongan gas mulia.

c. Lambang Lewis
Lambang Lewis merupakan lambang atom yang dikelilingi oleh
sejumlah titik yang menyatakan elektron. Lambang Lewis untuk unsur
golongan utama dapat disusun dengan mengikuti tahapan berikut:
Banyaknya titik sesuai dengan golongan unsur
Satu titik ditempatkan untuk tiap atom dengan jumlah
maksimum empat titik. Titik kedua dan selanjutnya berpasangan hingga
mencapai aturan oktet.
Penyusunan tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron telah
membantu para ahli kimia menjelaskan proses pembentukan molekul dan
ikatan yang terdapat dalam suatu molekul.
Gilbert Lewis, seorang kimiawan berkebangsaan Amerika,
mengajukan teori bahwa atom akan bergabung dengan sesama atom
lainnya membentuk molekul dengan tujuan untuk mencapai konfigurasi
elektron yang lebih stabil.
Kestabilan dicapai saat atom-atom memiliki konfigurasi
elektron seperti gas mulia (semua kulit dan subkulit terisi penuh oleh
elektron serta memiliki 8 elektron valensi).Saat atom-atom berinteraksi,
hanya elektron valensi yang terlibat dalam proses pembentukan ikatan
kimia.
Untuk menunjukkan elektron valensi yang terlibat dalam
pembentukan ikatan, para ahli kimia menggunakan simbol Lewis dot,
yaitu simbol suatu unsur dan satu dot untuk mewakili tiap elektron valensi
unsur bersangkutan.
Jumlah elektron valensi suatu unsur sama dengan golongan
unsur bersangkutan. Sebagai contoh, unsur Mg terletak pada golongan IIA,
sehingga memiliki 2 elektron valensi (2 dot). Sementara, unsur S yang

1
terletak pada golongan VIA, akan memiliki 6 elektron valensi (6 dot).
Unsur yang terletak pada golongan yang sama akan memiliki struktur
Lewis dot yang serupa. Semua elektron valensi gas mulia telah
berpasangan.
Teori ini mendapat beberapa kesulitan, yakni:
1. Pada senyawa BCl3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron,
sedangkan atom fosfor dikelilingi 10 elektron.
2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu
unsur tergantug jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur
tersebut.
Contoh : 8O : 1s2 2s2 2p2 2px2 2py1 2pz1
Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2
ikatan (H-O-H; O=O). akan tetapi:
5B : 1s2 2s2 2px1
Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip
Hund, dimana cara pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah
bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum
masing-masing orbital terisi dengan sebuah elektron.

Contoh : 5B : 1s2 2s2 2px1 (hibridisasi) 1s2 2s1 2px1 2py1

Tampak setelah terjadi hibridisasi untuk berikatan dengan atom


B memerlukan tiga buah elektron, seperti BCl3
3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan
karena di sekelilingnya telah terdapat 8 elektron. Tetapi saat ini sudah
diketahui bahwa Xe dapat membentuk senyawa, misalnya XeF2 den
XeO2.
2.12.3 Macam-Macam Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab
dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.

1
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar
molekul dengan cara sebagai berikut :
atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima
elektron (serah terima elektron)
penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing
atom yang berikatan
penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang
berikatan
Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian
kestabilan suatu unsur. Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan
kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat. Salah 1
petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1 golongan
unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 8A (gas mulia).
Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan
membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia. Unsur gas
mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, yaitu
atom Helium). Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi
elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan
Oktet
1. Ikatan Ion
Ikatan ion sering disebut dengan ikatan elektrovalen atau
heteropolar. Ikatan ion terjadi akibat gaya tarik-menarik elektrostatik antara
ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion dibentuk antara atom yang mudah
melepaskan elektron dengan atom yang mudah menangkap elektron.
Apabila atom netral melepaskan elektron, akan terbentuk ion positif.
Sebaliknya bila atom netral menerima atau menangkap elektron maka akan
terbentuk ion negatif.
Misalnya pada garam meja (natrium klorida). Ketika natrium
(Na) dan klor (Cl) bergabung, atom-atom natrium kehilangan elektron,
membentuk kation (Na+), sedangkan atom-atom klor menerima elektron
untuk membentuk anion (Cl-). Ion-ion ini kemudian saling tarik-menarik
dalam rasio 1:1 untuk membentuk natrium klorida.

1
Na + Cl Na+ + Cl- NaCl

Natrium merupakan logam dengan reaktivitas tinggi karena


mudah melepas elektron dengan energi ionisasi rendah sedangkan klorin
merupakan nonlogam dengan afinitas atau daya penagkapan elektron yang
tinggi. Apabila terjadi reaksi antara natrium dan klorin maka atom klorin
akan menarik satu elektron natrium. Akibatnya natrium menjadi ion positif
dan klorin menjadi ion negatif. Adanya ion positif dan negatif
memungkinkan terjadinya gaya tarik antara atom sehingga terbentuk
natrium klorida.
2. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen sering disebut juga dengan ikatan homopolar.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama
pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Ikatan ini biasanya
terjadi antara atom logam dan atom non logam. Penggunaan bersama
pasangan elektron biasanya menggunakan notasi titik electron atau lebih
dikenal dengan struktur Lewis.

3. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan antaratom dalam suatu unsur logam
dengan menggunakan interaksi antar elektron valensi. Unsur logam
mempunyai kecenderungan untuk menjadi ion positif karena energi
potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai elektron valensi kecil.
Ikatan logam terjadi karena adanya saling meminjamkan
elektron, namun proses ini tidak hanya terjadi antara dua atau beberapa
atom tetapi dalam jumlah yang tidak terbatas. Setiap atom memberikan
elektron valensinya untuk digunakan bersama, sehingga terjadi ikatan atau
tarik menarik antara atom-atom yang saling berdekatan.
Jarak antar atom dalam ikatan logam tetap sama, jika ada atom
yang bergerak menjauh maka gaya tarik menarik akan menariknya
kembali ke posisi semula. Demikian pula jika atom mendekat kesalah satu

1
atom maka akan ada gaya tolak antar inti atom. Jarak yang sama
disebabkan oleh muatan listrik yang sama dari atom logam tersebut.
Contoh: ikatan logam pada magnesium (Mg)
4. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi akibat gaya tarik
antarmolekul antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang
berlawanan. Ikatan hidrogen seperti interaksi dipol-dipol dari Van der
Waals. Perbedaannya adalah muatan parsial positifnya berasal dari sebuah
atom hidrogen dalam sebuah molekul. Sedangkan muatan parsial
negatifnya berasal dari sebuah molekul yang dibangun oleh atom yang
memiliki elektronegatifitas yang besar, seperti atom Flor (F), Oksigen (O),
Nitrogen (N), Belerang (S) dan Posfor (P). Muatan parsial negatif tersebut
berasal dari pasangan elektron bebas yang dimilikinya. Muatan parsial yang
berasal dari atom yang memiliki pasangan elektron bebas.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa orang pertama yang
menyusun tabel periodik unsur adalah johan W. Dobereiner. Susunannya
didasarkan pada massa atom yang didasarkan pada teori atom Dalton. Selain
itu, perkembangan sistem periodik unsur ini diikuti oleh cara
perkembangannya yang terdiri dari sistem Dobreiner, Mendeleyev, dan
hukum Oktaf Newland. Tabel periodik unsur ini ditemukan dengan berbagai
macam unsur karena adanya berbagai sifat-sifat yang terkandung dalam
periodik unsur, sekaligus tabel periodik unsur terdiri dari golongan utama
maupun golongan transisi. Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-
ikatan unsur atau atom yang membentuk molekul. Molekul terdiri dari
sejumlah atom yang bergabung melalui ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen,
ikatan hidrogen dan ikatan ion, serta ikatan-iktan kimia lainnya.

3.2 Saran
Saran penulis terhadap para pembaca agar para pembaca lebih cermat
dan teliti dalam memahami apa yang terdapat dalam isi makalah ini. Dan
penulis berharap pembaca mampu memberi kritik atau komentar atas
kekurangan yang ada di dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai