Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Siti Maria Khiftiyah, Amalia Maulida Rara, Ghea Roihana, Khairiza Asri, Vici
Yulita Lestari, Ahmad Nur Huda
ABSTRAK
Senyawa toksik dapat menganggu kerja dari beberapa neurotransmitter diantaranya efek terhadap
Catecholamine, GABA, Histamin dan Glycine dan Glutamate. Beberapa efek negatifnya seperti
gangguan saraf, perubahan sikap, gangguan organ pencernaan, dsb. Paper ini bertujuan untuk
mengetahui efek dari senyawa toksik yang memediasi ke neurotransmitter.
kandungan protein tinggi seperti produk reseptornya. Ikatannya reversibel dan dapat
digantikan oleh histamin dalam kadar yang
susu, daging dan ikan,dan sayuran. MSG
tinggi. Dengan menghambat kerja dari histamin,
seringdigunakan sebagaipenyedap, seperti
terjadi berbagai pengaruh yang ditimbulkan
jamur dan tomatyangmemiliki kadar normal
antihistamin, yaitu menghambat peningkatan
glutamat. Tubuh manusia juga
permeabilitas kapiler dan edema yang
menghasilkan glutamat dan memainkan disebabkan oleh histamin serta menghambat
peran penting dalam fungsi tubuh normal vasokonstriksi. Obat ini lebih efektif jika
(Iswara, 2016). diberikan sebelum pelepasan histamin.
Diketahui komposisi senyawa MSG Klorfeniraminmemiliki aktivitas antikolinergik,
adalah 78% glutamat, 12% natrium dan 10% efek anestesi lokal, antiemetik, dan anti mabuk
perjalanan. Beberapa antihistamin tipe H1 rhinitis (karena pollen, rumput). Perennial
mempunyai kemampuan untuk menghambat allergic rhinitis (karena debu, bulu binatang, dan
reseptor -adrenergik atau reseptor muskarinik jamur). Chronic urticaria. Efek samping:
kolinergik, sedangkan obat lain mempunyai efek anoreksia, tachycardia, migraine, konstipasi,
antiserotonin ( Brown, 2001) dehidrasi (Katzung, 1995)
b. Feksofenadin
Feksofenadin, metabolit aktif utama dari Senyawa Toksin Terhadap GABA
terfenadin, merupakan reseptor kompetitif
Eksotoksin tetanus ini mempunyai
antagonis H-1 yang selektif dengan sedikit atau
efek dominan pada neuron inhitori, dimana
tanpa efek samping antikolinergik dan non
setelah toksin menyeberangi sinapsis untuk
sedatif, serta bersifat non kardiotoksik.
mencapai presinaptik, ia akan memblokade
Feksofenadin merupakan antagonis dari
histamin pada reseptor H1, berikatan secara
perlepasan neurotransmitter inhibitor yaitu
tidak kompetitif, tidak mudah diganti oleh glisin dan asam aminobutirik (GABA)
antihistamin, dilepaskan secara perlahan dan (Suharto, 2010). Terdapat dua mekanisme
kerjanya lebih lama. Feksofenadin ini, kurang yang dapat menerangkan penyebaran toksin
bersifat lipofilik, sangat sedikit menembus sawar ke susunan saraf pusat: (1) Toksin
darah otak, dan lebih mengikat reseptor H1 di diabsorpsi di neuromuscular junction,
perifer secara lebih spesifik. Beberapa obat ini kemudian bermigrasi melalui jaringan
mempunyai membrane stabilizing atau efek
perineural ke susunan saraf pusat, (2) Toksin
seperti kuinidine pada otot jantung, dan
melalui pembuluh limfe dan darah ke
menyebabkan perpanjangan masa refraksi
susunan saraf pusat. Masih belum jelas
jantung serta aritmia ventrikuler torsades de
mana yang lebih penting, mungkin keduanya
pointes( Brown,2001)
terlibat (Laksmi, 2014).
c. Cetirizine
Merupakan metabolit karboksil asid dari Pada mekanisme pertama, toksin
hidroksin.. Cetirizine dapat menurunkan jumlah yang berikatan pada neuromuscular junction
histamine dengan mengurangi jumlah produksi lebih memilih menyebar melalui saraf
prostaglandin dan menghambat migrasi basofil motorik, selanjutnya secara transinaptik ke
yang diinduksi oleh antigen. Selain mempunyai saraf motorik dan otonom yang berdekatan,
efek antagonis terhadap reseptor H1, cetirizine kemudian ditransport secara retrograd
juga dapat menghambat eosinofil, netrofil dan
menuju sistem saraf pusat. Tetanospasmin
basofil dan menghambat IgE serta menurunkan
yang merupakan zincdependent
prostaglandin D2. Indikasi : seasonal allergic
endopeptidase memecah vesicleassociated dihasilkannya neurotransmitter yaitu glicyne
membrane protein II (VAMP II atau pada kasus tetanus yang menginduksi kejang
synaptobrevin) pada suatu ikatan peptide atau kelumpuhan yang merupakan
tunggal. Molekul ini penting untuk karakteristik dari tetanus. Toksin tetanus
pelepasan neurotransmiter di sinaps, berkaitan dengan gangliosid ujung membran
sehingga pemecahan ini mengganggu presinaptik, baik pada neuromuskular
transmisi sinaps (Laksmi, 2014). Toksin junction, mupun pada susunan saraf pusat.
awalnya mempengaruhi jalur inhibisi, Ikatan ini penting untuk transport toksin
mencegah pelepasan glisin dan -amino melalui serabut saraf, namun hubungan
butyric acid (GABA). Interneuron yang antara pengikat dan toksisitas belum
menghambat neuron motorik alfa yang diketahui secara jelas.
pertama kali dipengaruhi, sehingga neuron
Mekanisme kerja :
motorik ini kehilangan fungsi inhibisinya.
Lalu karena jalur yang lebih panjang neuron Normal:
simpatik preganglion pada ujung lateral dan Inhibitory interneuron Glycine
pusat parasimpatik juga dipengaruhi. blocks excitation & acetylcholine
Disusun oleh:
Kelompok 1/ 2014B