Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

BIO FUEL BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Indonesia telah memasuki fase industrialisasi seiiring dengan digulirkannya

kebijakan pembangunan dengan konsep Rencana Pembangunan Lima Tahun atau

yang dikenal dengan nama REPELITA. Ketika Indonesia memasuki tahap industri

ada bebarapa faktor yang harus dicermati dengan semakin meluasnya kegiatan-

kegiatan industri. Salah satu faktornya adalah masalah energi. Pada kebijakan

masalah energi ini ternyata mempunyai paradigma yang kurang tepat bahwa energi

minyak bumi sebagai PENDAPATAN dan bukan sebagai MODAL. Ketika

paradigma berpikir seperti ini seolah mengesampingkan bahwa minyak bumi

merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui (Non Renewable) sehingga

sejak tahun 1970-an diskursus tentang pengembangan energi alternatif selain dari

minyak bumi sudah dimulai akan tetapi kurang mendapat tempat dalam kebijakan

energi.

Dekade tahun 1980an industri kita masih mengandalkan sektor migas yang

pada waktu tahun 1970-an mengalami booming sehingga sektor industri kita tidak

sadar bahwa minyak bumi ini merupakan sumber energi yang tidak dapat

diperbaharui (Non Renewable). Hal ini menjadi awal suatu krisis energi karena

paradigma berpikir sebagian kalangan pemerintahan waktu itu melihat energi

minyak bumi sebagai sumber pendapatan sehingga dalam logika tersebut,

pendapatan negara disektor migas harus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan

APBN termasuk sektor riil yang namanya industri. Titik kritis dari paradigma

berpikir inilah yang menjadi boomerang di dekade tahun 1990-an sampai industri
kita memasuki abad 21. Seharusnya yang perlu kita koreksi dari paradigma tersebut

bahwa energi minyak bumi tidak dapat diperbaharui sehingga suatu saat

Indonesia akan kehabisan sumber ini. Oleh karena itu ketika dunia industri

memasuki abad 21 mengalami suatu keadaan dimana industri tidak mampu

berproduksi secara kompetitif diakibatkan oleh adanya kenaikan harga minyak bumi

karena cadangan minyak bumi di Indonesia semakin menipis.

Melihat kondisi yang demikian perlu kiranya diambil satu langkah untuk

mencari energi alternatif mengingat Indonesia merupakan negara tropis

mempunyai potensi yang strategis dalam mengembangkan kebijakan energi

alternatif terutama dari kelapa dan sawit yang notabene Indonesia merupakan

produsen terbesar didunia dalam bidang kelapa dan sawit. Atas dasar kondisi inilah

maka PT. Sungai Taman Eden ikut ambil peranan dalam menyehatkan dunia

industri di Indonesia dengan cara memproduksi bahan baker alternatif berupa bio

fuel yang dapat digunakan sebagai energi alternatif di dunia industri akibat dari

kenaikan harga minyak bumi dunia cukup signifikan terhadap ekonomi secara

nasional. Disisi lain posisi Indonesia dalam percaturan bidang energi khususnya

minyak bumi telah berubah status dari eksportir menjadi net importir minyak bumi.

PT. Sungai Taman Eden akan merasa bangga apabila dari visi dan misi ini

mendapat respon dari dunia industri untuk secara kolektif ikut menyelamatkan

Indonesia. Selamat.
BAHAN BAKAR BIOFUEL

Bahan bakar biofuel merupakan senyawa hidrokarbon atau senyawa organik

yang diperlukan untuk melakukan proses pembakaran sehingga akan didapatkan

energi. biofuel merupakan jenis bahan bakar alternatif yang diproses melalui

hidrolisis sehingga didapatkan suatu hasil yang memenuhi standard bahan bakar

khususnya ,imyak bakar untuk Industri. Disisi lain biofuel merupakan bahan bakar

ramah lingkungan yang tentunya bahan bakar ini akan mempunyai kontribusi besar

dalam program langit biru. Biofuel yang diproduksi oleh PT. Sungai Taman

Eden dikenal dengan nama Bio Eden.

Adapun jenis-jenis bahan bakar yang diproduksi oleh PT. Sungai Taman

Eden dan diperdagangkan di Indonesia adalah biofuel adalah jenis bahan bakar

yang digunakan untuk dapur industri baik mesin burner maupun mesin boiler.

GAS BUANG (EMISI)

Proses pembakaran atau penguapan bahan bakar biofuel tersebut akan


menghasilkan gas buang (emisi ). Emisi mempunyai peranan penting dalam
atmosfir atau udara karena udara terdiri dari dua gas utama, yaitu Oksigen (O 2)
sebanyak kurang lebih 21 % dan Nitrogen (N2) sebanyak kira-kira 78 % dari bagian
atmosfir. Sisa 1 % lainnya terdiri dari berbagai gas, yaitu Argon (Ar) sebanyak 0,94
%, sisanya 0,06 % terdiri dari CO 2, CO, HC, Nox, SO2, dan lain-lain.
Pembahasan tentang emisi selalu berkaitan dengan pencemaran udara karena

hasil pembakaran di industri telah banyak melakukan pencemaran. Adapun

pencemaran udara sendiri terdiri dari CO2, CO, nitrogen dioksida, sulfur dioksida

dan Pb (Timah Hitam). Substansi yang tidak diinginkan inilah yang disebut polusi

udara atau pencemaran udara. Pencemaran udara yang diproduksi dan dihasilkan

dari pembakaran dan penguapan bahan bakar pada dapur dapur industri (bensin

dan bahan bakar mesin diesel). Pencemaran ini dapat dibagi menjadi tiga substansi

utama, yaitu CO, HC dan Nox. Gas-gas ini sangat tidak menyehatkan bagi

pernapasan dan dalam beberapa kasus membahayakan atau sangat berbahaya bagi

manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan.

Biofuel tidak menghasilkan sulphur ataupun timah hitam serta unsur-unsur

yang berbahaya baik bagi manusia maupun tumbuhan dan binatang karena biofuel

berasal dari tanaman sehingga unsur-unsur didalamnya bersahabat dengan

lingkungan.

KARAKTERISTIK BIOFUEL

Karakteristik biofuel yang akan dipakai pada suatu penggunaan tertentu,

untuk mesin burner atau boiler perlu diketahui terlebih dahulu karakteristiknya,

dengan maksud agar hasil pembakaran dapat tercapai secara optimal. Secara umum

karakteristik biofuel yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :

Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat Jenis adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat dari bahan

bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur
yang sama. Penggunaan Specific Gravity adalah untuk mengukur berat/massa

minyak bila volumenya telah diketahui. Biofuel umumnya mempunyai Specific

Gravity antara 0,89 dan 0,90 dengan kata lain biofuel lebih ringan daripada air.

Viskositas (viscosity)

Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya

perlawanan/hambatan dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya

tahanan geser dari bahan cair. Makin tinggi Viskositas minyak akan makin kental

dan lebih sulit mengalir, demikian sebaliknya makin rendah viskositas minyak

makin encer dan lebih mudah minyak itu mengalir. Cara mengukur besarnya

viskositas adalah tergantung pada alat viskometer yang digunakan, dan hasil

(besarnya viskositas) yang didapat harus dibubuhkan nama viskometer yang

digunakan serta temperatur minyak pada saat pengukuran. Metode-metode

standard yang bisa digunakan untuk mengukur Viskositas adalah Kinematik diukur

dalam Centistoke (mm2/s)

Viskositas bahan bakar minyak sangat penting artinya, terutama bagi mesin-

mesin diesel maupun ketel-ketel uap, karena Viscositas minyak sangat berkaitan

dengan suplai konsumsi bahan bakar ke dalam ruang bakar dan juga sangat

berpengaruh terhadap kesempurnaan proses pengkabutan (atomizing) bahan bakar

melalui injector.

Nilai Kalori (Calorific Volue)

Nilai kalori adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panas/kalori yang

dihasilkan dan proses pembakaran sejumlah Bio oil dengan udara/oksigen. Nilai
Kalori biofuel atau 9.400-9.700 Kcal/kg. Nilai Kalori berbanding terbalik terhadap

Berat Jenis. Pada Volume yang sama, semakin besar berat jenis suatu minyak akan

semakin rendah nilai kalorinya, demikian sebaliknya semakin rendah berat Jenis

suatu minyak akan semakin besar nilai kalorinya. Nilai kalori diperlukan karena

dapat digunakan untuk menghitung jumlah konsumsi bahan bakar minyak yang

dibutuhkan untuk suatu mesin dalam suatu periode. Nilai Kalori umumnya

dinyatakan dalam satuan Kcal/kg atau BTU/lb (satuan british).

Kandungan Belerang (Sulphur Content)

Berbeda dengan bahan bakar minyak dari fosil, biofuel tidak mengandung

belerang karena unsur belerang ini tidak diharapkan karena sifatnya merusak, maka

pembatasan dari jumlah kandungan belerang dalam bahan bakar minyak adalah

sangat penting di dalam bahan bakar minyak.

Hal ini disebabkan karena proses pembakaran, belerang ini teroksidasi oleh

oksigen menjadi belerang dioksida (SO 2) dan belerang trioksida (SO3). Oksida

belerang ini apabila kontak dengan air akan menjadi bahan-bahan yang

merusak/korosif terhadap logam-logam didalam ruang bakar dan sistem gas buang.

Titik Tuang (Pour Point)

Titik tuang adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari biofuel

tersebut masih dapat mengalir karena gaya gravitasi. Titik tuang ini diperlukan

sehubungan dengan adanya persyaratan praktis dari prosedur penimbunan dan

pemakaian dari biofuel. Hal ini dikarenakan bahan bakar minyak sering sulit untuk

dipompa, apabila suhunya telah dibawah titik tuangnya.


Titik Nyala (Flash Point)

Titik Nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari biofuel

dimana akan timbul penyalaan api sesaat apabila pada permukaan biofuel tersebut

didekatkan pada nyala api. Titik Nyala ini diperlukan sehubungan dengan adanya

pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan (safety) dari penimbunan biofuel

dan pengangkutan biofuel terhadap bahaya kebakaran. Titik Nyala ini tidak

mempunyai pengaruh yang besar dalam persyaratan pemakaian bahan bakar

minyak untuk mesin diesel atau ketel uap.

Arang (Carbon Residue)

Pemeriksaan arang/karbon (Conradson and Ramsbottom test) pada biofuel

diperlukan untuk menaksir kemungkinan terbentuknya arang/karbon pada proses

pembakaran yang berasal dari biofuel tersebut, karena hal ini dapat menyebabkan

kerak arang pada burner dan boiler.

Kadar Abu (Ash Content)

Kadar abu adalah jumlah sisa-sisa dari biofuel yang tertinggal, apabila suatu

minyak dibakar sampai habis. Kadar abu ini dapat berasal dari biofuel sendiri atau

akibat kontak didalam perpipaan dan penimbunan (adanya partikel metal yang
tidak terbakar yang terkandung dalam biofuel itu sendiri dan yang berasal dari

sistem penyaluran/penimbunan).

C. PENGGUNAAN
Dalam proses penggunaan ataupun penyaluran biofuel hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Fasilitas serta peralatan pendukung penyaluran diusahakan yang kedap
terhadap percikan listrik (Flame Proof), guna mencegah kemungkinan
kebakaran
2. Lakukanlah pencatatan terhadap pemakaian biofuel setiap harinya sehingga
dapat diperkirakan konsumsi setiap bulan serta waktu penyuplaian biofuel
3. Hindarai penyaluran paa saat yang sama dari tangki yang sama dengan
tangki penerimaan untuk menghindari kesalahan perhitungan
penerimaan/penyaluran.
4. Tekanan biofuel sebelum masuk ke burner berkisar antara 2,5 s.d. 2,6 bar yang
merupakan tekanan ideal

SISTEM PEMBAKARAN
Untuk industri yang cuukup besar diperlukan pula energi yang besar untuk
menjalankan produksinya. Oleh karena itu PT. ....................... membuat biofuel yang
merupakan bahan baker yang cukup murah dari aspek ekonomisnya maupun
penggunaaannya, sehinga perlu dijelaskan beberapa hal tebtang system
pembakaran. Proses pembakaran memerlukan proses pemanasan, demikian pula
dengan biofuel juga memerlukan proses pemanasan sehingga akan diperoleh
viskositas yang diinginkan dan dapat menghasilkan pemebakaran dengan baik.
Oleh kerena itu aaka perlu kami sampaikan beberpa jenis alat penyembur (Nozzle)
sebagai berikut :
a. Penyembur (Nozzle) dengan jenis hembusan (Bllast Type Atomizer), alat ini
menyemprotkan Bahan Bakar dengan cepat oleh adanya hembusan uap.

b. Penyembur (Nozzle) dengan jenis cawan berputar (Rotary Cup Atomizer), pada
alat ini minyak terbagi rata pada cawan yang berputar sehingga terjadi
pencampuran dengan baik antara minyak dan udara
c. Penyembur (Nozzle) dengan jenis tekanan (Pressure Jet Atomizer), pada alat ini
minyak dipompa dengan tekanan tinggi melewati pancaran minyak sehingg
minyak menjadi partikel-partikel kecil.

Anda mungkin juga menyukai