Sanny Susanti-Fkik PDF
Sanny Susanti-Fkik PDF
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Oleh:
SANNY SUSANTI
106102003428
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Sanny Susanti
NIM: 106102003428
Menyetujui,
Pembimbing:
1. Pembimbing I Zilhadia M.Si, Apt ........................
2. Pembimbing II Dr. Mirzan T. Razzak, M.Eng, APU ........................
Penguji:
1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................
2. Anggota Penguji I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................
3. Anggota Penguji II Sandra Hermanto, M.Si. ........................
4. Anggota Peguji III Lina Elfita, M.Si, Apt. ........................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Sanny Susanti
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
Tofu is a food product made from soybean. Tofu contain of water and it
is very easy to overgrown microbes. Based on a survey, many products
of tofu contain of formaldehyde as preservative. Formaldehyde is a
preservative that the use is prohibited for food because it can cause
cancer in humans. A research on determination concentration of
formaldehyde in tofu from traditional market Ciputat using
spectrofotometry UV-Vis method has been conducted. Steam
distillation has been used for sample extraction process. Distillate was
reacted with Nash reagent. The calibration curve with range between
100 300 g/mL has correlation coefficient of the linear regression
0,9992. From calculation, the equation of linear regression was
y=0,0032x 0,0079. The result also showed that this methods
detection limit was 11,1328 g/mL and the quantitation limit was
37,1094 g/mL. The precision of this analytical method were lower
than 2% for each of the sample, while methods accuration for tofu
was 98,69% 0,4085%. Results of sample analysis from Ciputat
market, some samples were detected containing formaldehyde.
Formaldehyde concentrations are 104,87 g/mL, 11,21 g/mL, 1,96
g/mL, 190,80 g/mL, 201,98 g/mL, 10,47 g/mL, and 3,31 g/mL.
vi
KATA PENGANTAR
vii
terjun langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun
tawa kalian memberikan keceriaan di hari-hari penulis.
6. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Untuk para kakak-kakak laboran di Pusat Laboratorium Terpadu, ka Prita dan
ka Pipit di laboratorium pangan yang telah membantu mengoperasikan alat
dan berdiskusi tentang skripsi penulis, juga ka Erni, pak Adi, pak Aris, dll di
laboratorium kimia lantai 3 yang telah membantu dalam jalannya proses
penelitian selama ini.
8. Ka eris yang membantu penulis selama melakukan pekerjaan di laboratorium
farmasi, ka via yang membantu penulis dalam pengurusan surat dan ka nurul
yang menemani berdiskusi.
9. Ayun, Mia, Rahma, Yayah, Wulan, Tri, dan Sarah terimakasih atas
persahabatan yang sudah terjalin selama 4 tahun ini, dan karena semangat
yang terus diberikan kepada penulis.
10. Laukha Mahfudloh dan Yopi Mulyana yang telah berbaik hati menolong
penulis dalam survei, memenuhi kebutuhan penelitian juga berdiskusi dan tak
lupa memberi semangat selalu. Mba Dini yang memberi pesan-pesan khusus
seputar penelitian, Serta teman-teman seperjuanganku Farmasi teofilin yang
lain, khususnya kelas B angkatan 2006. Terimakasih atas tawa ceria dan
penghiburan yang kalian berikan selama ini.
11. Indah, Erma dan Shelvy sebagai teman kosan sejak pertama masuk kuliah,
terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Manfaat Penelitian .. 4
ix
BAB III KERANGKA KONSEP .......................................................... 37
LAMPIRAN ........ 64
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil uji batas deteksi dan batas kuantitasi formaldehid .............. 47
Tabel 2. Hasil uji perolehan kembali formaldehid pada tahu simulasi ....... 47
Tabel 3. Hasil uji presisi formaldehid pada tahu simulasi .......................... 48
Tabel 4. Hasil uji penetapan kadar formaldehid pada tahu pasar Ciputat ... 79
Tabel 5. Hasil data uji linearitas larutan standar formaldehid..................... 81
Tabel 6. Data uji batas deteksi, batas kuantitasi formaldehid ..................... 82
Tabel 7. Data uji perolehan kembali formaldehid pada tahu simulasi ........ 83
Tabel 8. Data uji keseksamaan pada tiga konsentrasi formaldehid............. 84
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Formaldehid adalah suatu senyawa kimia yang berbentuk gas dengan rumus
Larutannya tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan biasanya ditambah
metanol hingga 15% sebagai stabilisator. (Dir. Jen. POM., 2003 ; Winarno, 2007).
untuk pembersih, bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku dalam
Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan asin,
ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran . (Dir. Jen.
virus. Selain itu interaksi antara formaldehid dengan protein dalam pangan
menghasilkan tekstur yang tidak rapuh dan untuk beberapa produk pangan seperti
tahu, mie basah, ikan segar, memang dikehendaki oleh konsumen. Bau yang
Penyimpanan yang lebih lama ini sangat menguntungkan bagi produsen maupun
adalah tingginya harga solar dan mahalnya harga es balok untuk mengawetkan
ikan saat nelayan melaut. Tetapi bahaya yang ditimbulkan dari konsumsi
terlihat tetapi akan terasa bertahun-tahun kedepan setelah kadar formaldehid pada
1982). Ambang batas kadar Formaldehid yang dapat ditolerir oleh tubuh adalah
0,2 miligram per kilogram berat badan. (Anonim, 2006 ; Dir. Jen. POM., 2003 ).
2007 tentang Produk Pangan Impor China dan produk pangan dalam negeri yang
700 sampel produk makanan yang diambil dari Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan
Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. (Depkes RI, BPOM
2003).
3
Dengan alasan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar
formaldehid pada berbagai sampel tahu yang beredar di sekitar pasar Ciputat.
karena letaknya yang dekat dengan Kampus UIN Syarif Hidayatullah dan
campuran ammonium asetat, asam asetat glasial, asetil aseton dan air.
yang berwarna kuning dengan disertai fluorosensi hijau dan memberikan serapan
berikut:
disyaratkan?
kuantitatif pada makanan tahu yang dijual di pasar Ciputat. Dan untuk
tentang tahu yang dijual disekitar pasar Ciputat dari aspek kandungan
formaldehid.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Formaldehid
hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. (Dir. Jen. POM,
ketika ia mengalirkan uap methanol dan air di atas spiral platinum yang
6
ditemukan pada tahun 1888. (Anonim, 2006 ; Dir. Jen. POM, 2003)
Tetraoxymethylene, Trioxane.
Rumus stuktur :
jika dicampur dengan udara pada konsentrasi 7- 73% reaktif pada suhu
(Fauziah, 2005).
7
membuatnya keras dan tidak larut dalam air. Keadaan ini mencegah
formaldehid yang terdapat pada cumi kering juga terbentuk akibat proses
A. Absorpsi
sistemik.
beracun. Jika methanol masuk ke dalam tubuh, senyawa ini cepat diserap
B. Ekskresi
membentuk molekul yang lebih besar sebagai bahan tambahan DNA atau
C. Toksisitas
adalah 0.2 mg per kilogram per hari. RfD (istilah versi WHO untuk RfD
adalah acceptable daily intake, ADI) adalah jumlah maksimun suatu zat
asing yang dapat masuk ke dalam tubuh setiap harinya tanpa menimbulkan
Nilai acuan dari WHO untuk masyarakat umum 0,1 ppm. Nilai
acuan dari WHO untuk pajanan pekerjaan 1 ppm selama 5 menit, dengan
tidak lebih dari 8 puncak dalam satu periode bekerja (sampai 8 jam). Efek
ATSR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry, USA), dan
pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.
gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan
yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai
misalnya:
3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak
formalin.
minggu atau bulan dan tidak mudah busuk. (Dir. Jen. POM,
2003).
timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah,
terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, efek
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga
keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam
tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau
lebih beresiko terkena kanker otak dan leukemia. Formaldehida juga dapat
terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni, polietilen atau poliester
yang dilapisi fiberglass, tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja
biasa, tembaga, nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak
ditemukan oleh Liu An pada tahun 164 SM. Liu An adalah seorang filsuf,
guru, ahli hukum dan ahli politik yang mempelajari kimia dan meditasi
tidak menyantap daging, yaitu para pendeta. Pada masa itu kedelai
Kedelai yang biasa digunakan untuk membuat tahu adalah kedelai kuning
beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur
jenis tahu, yaitu tahu biasa dan tahu Cina. Kedua jenis tahu ini berbeda
dalam bentuk dan cara pembuatannya. Pada pembuatan tahu Cina, kedelai
tercium bau protein kedelai yang khas. Tahu yang berformalin mempunyai
sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak
15
berformalin jika ditekan akan hancur. Tahu berformalin akan tahan lama,
sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari. Tahu
pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita
POM, 2003).
2005).
aroma.
BTM ini tidak mempunyai fungsi dalam makanan, terdapat secara fisik
sengaja baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan
(Winarno, 1988 ).
2.4. Destilasi
bentuk cairan. Zat yang memeiliki titik didih paling rendah akan menguap
terlebih dahulu. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
dan idealnya model destilasi berdasarkan pada hukum Dalton dan Hukum
Raoult, yaitu jika larutan yang terdiri dari dua komponen yang cukup
mudah menguap dididihkan, maka fase uap yang akan terbentuk akan
sejenis dididihkan.
18
secara akurat sekitar abad ke-4, dan dimodernisasi oleh ahlikimia islam
1. Destilasi Uap
suhu tinggi. Tapi jika yang didestilasi sangat sensitive terhadap panas,
dalam vakum.
Prinsip Kerja :
Ketel uap dan penyulingan terpisah, ketel uap yang berisi air
2. Destilasi Air
dan India Kuno. Namun, sampai sekarang masih dipakai oleh petani
disadap.
Prinsip Kerja :
ketel, bahan baku biasanya yang tidak rusak oleh panas uap air
kedalam intisari cairan tersebut. Proses destilasi ini sangat rumit, dan
panas.
material tumbuhan dari air, di dalam system ini. Uap air yang
disebabkan dari air dalam labu destilasi akan menjadi terlalu panas
atau kering, dan harus dihindari ketika temperature tidak bisa naik
karena uap air hanya akan kontak dengan material sebagai kenaikan
saja.
Prinsip Kerja :
yang mendidih tetapi berhubungan dengan uap air, air yang menguap
(Anonim, 2000)
21
tampak, tapi juga jenis radiasi elektromagnetik yang lain seperti sinar X,
untuk mengukur serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi
elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada
inframerah.
250 cm-1
spektrofotometer.
a) Membandingkan maksimum.
(A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan panjang
1. Sumber radiasi
2. Monokromator
3. Kuvet
4. Detektor
5. Amplifier
6. Rekorder
1. Single Beam
2. Double Beam
UV Vis adalah :
dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing
pada medium homogen, maka sebagian dari cahaya ini akan dipantulkan,
sebagian akan diabsorbsi dan sisanya akan diteruskan, sehingga dalam hal
I O = Ir + Ia + It
Dimana :
blanko/kontrol, sehingga :
I0 = Ia + I t
(Sudjadi, 1983)
(Depkes, 1995).
Rumus :
Dimana : A = Serapan
visible, dan terpisah dari senyawa pengganggu lain yang memiki serapan
di daerah UV. Selain itu, modifikasi kimia ini dapat digunakan untuk
semakin tinggi maka lebih banyak cahaya yang diabsorbsi oleh sampel.
1. Kecermatan (Accuracy)
Cara penentuan akurasi dapat dilakukan dengan cara absolute dan cara
berikut :
Kadar sesungguhnya
2. Keseksamaan (precision)
dari rata rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel
SD = ( (x x )2 )
n1
3. Selektivitas (specificity)
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan
square):
N (xi2) (yi2)
N (xi2) (xi) 2
N2
r 0,9990
b) Jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu (ri) mendekati nol (0)
ri = yi (b x i + a)
y/x = y2 y1 y3 y2 y4 y5 yn yn-1
lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini
Q = k x Sb
S1
Keterangan :
S1 = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis
regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan
karena k = 3 atau 10
Q = 3. S y/x
S1
Q = 10. S y/x
dan biaya, lebih cepat dan lebih mudah, memberi informasi yang lebih
sebagai berikut :
diperlukan.
biaya sangat sedikit, hasil yang diminta segera dan tidak memerlukan
sementara saja.
hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.
Pemilihan sampel diambil secara acak dan dilihat dari nomor registrasi
BAB III
KERANGKA KONSEP
ALUR PENELITIAN
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel berupa produk tahu yang terdiri dari beberapa jenis tahu
yang dijual di pasar Ciputat. Sampel tahu diambil secara acak dengan
terdapat di Lampiran 2.
penelitian kurang lebih selama 3 bulan dari bulan Mei hingga Juli 2010.
Alat yang digunakan adalah labu ukur, labu destilasi, alat destilasi
Vis.
39
Asam asetat glacial (Merck), Asetil aseton (Merck), Asam fosfat 10%
garis tanda.
ppm.
aquadest sampai 100 ml, lalu dibuat konsentrasi 200 ppm dengan
sampai 100 ml, lalu dibuat konsentrasi 300 ppm dengan mengukur
dan tahu dicetak pada tempatnya lalu lipat kain hingga menutupi
mengeras.
dan 5 ml pereaksi Nash lalu dipanaskan dalam penangas air pada suhu
gelombang maksimum.
dan 5 ml pereaksi Nash lalu dipanaskan dalam penangas air pada suhu
sama untuk konsentrasi 150, 200, 250 dan 300 ppm kemudian dibuat kurva
LOD dihitung melalui persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi,
dengan rumus :
LOD =
LOQ =
persamaan regresi.
foil dan kocok sampai homogen. Dilakukan cara yang sama pada sampel
tahu yang dicampur formaldehid dengan kadar 175 ppm dan 225 ppm
Selisih dari nilai UPK rata-rata ketiga konsentrasi formaldehid tahu simulasi
simpangan baku (SD) dan nilai Simpangan baku relatif atau koefisien
ditampung kedalam labu ukur 100 ml yang telah berisi 10 ml air ( ujung
44
air pada suhu 37oC selama 30 menit. Dipindahkan kedalam labu ukur 25
46
BAB V
1.00
0.9
412.73
0.8
0.7
0.6
A
0.5
0.4
315.89
0.3
0.2
0.1
0.00
300.0 320 340 360 380 400
nm
420 440 460
480 500.0
Asam asetat glasial dan Asetil aseton). Hasil spektrum serapan larutan
Kurva Kalibrasi
1,2
1
47
formaldehid bertingkat yaitu 100 g/ml, 150 g/ml, 200 g/ml, 250
(y - y) 0,00042294
S(y/x) 0,00014098
S(y/x) 0,011875
Dari data kurva kalibrasi dan liearitas didapat nilai LOD (Limit
11, Tabel 6.
125 99,14
225 98,36
X = 98,69
125 g/ml, 175 g/ml dan 225 g/ml. Rata-rata nilai UPK seluruh
konsentrasi sebesar 98,69%. Syarat nilai UPK yang baik adalah 98%.
49
Maka hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat uji kecermatan. Data
C (sebenarnya) Rata-rata
(x x) ((x x)) SD KV
(g/ml) UPK (%)
X = 98,69 0,3339
dari data yang diperoleh sebesar 0,4086 dan nilai koefisien variasi (KV)
Tabel 8.
250
Sampel 1
200
Konsentrasi (g/ml)
Sampel 2
Sampel 3
150
Sampel 4
100 Sampel 5
Sampel 6
50
Sampel 7
0
yang terdapat pada sampel tahu pasar Ciputat yang dianalisis. Masing-
dikatakan tidak terdeteksi karena nilai yang di dapat berada dibawah batas
5.2. Pembahasan
51
tahu asal pabrik pemasok tahu ke pasar Ciputat dan mencatat jumlah
daerah sinar tampak. Daerah sinar tampak yaitu berada pada daerah
serapan pada daerah ultraviolet atau cahaya tampak. Oleh karena itu pada
pereaksi Nash yang terdiri dari campuran ammonium asetat, asam asetat
sinar tampak pada panjang gelombang 412 - 415 nm. (Jon, 1980 ; Nash,
1953)
pereaksi Nash.
berbentuk gas dan bersifat sangat volatil atau mudah menguap juga
memiliki titik didih dibawah 100C yaitu 96C. Destilasi uap diperlukan
untuk menjaga senyawa formaldehid agar tidak rusak, karena destilasi uap
dan 10 ml asam phospat 10%. Formaldehid yang terdapat dalam tahu akan
kedalam air, hal ini bertujuan untuk menangkap uap formaldehid yang
air dengan suhu 37C selama 30 menit. Larutan sampel akan berubah
Kurva kalibrasi yang dibuat adalah hubungan antara nilai absorbansi dari
analit terhadap konsentrasi dari analit. Nilai yang dihasilkan oleh kurva
200, 250 dan 300 ppm (g/ml). Dihasilkan kurva kalibrasi dengan
dari data yang sebenarnya. Semakin kecil nilai persen koefisien variasi
analit dalam sampel yang masih dapat ditentukan dengan metode yang
digunakan dan memenuhi criteria cermat dan seksama. Nilai LOD dapat
g/ml, 175 g/ml, dan 225 g/ml yang dimasukkan kedalam sampel tahu
formaldehid pada tahu buatan diperoleh rata-rata persen nilai UPK tiap
kedua sebesar 98,59% untuk konsenrasi 175 g/ml dan yang ketiga
98,36% untuk konsentrasi 225 g/ml. Rata-rata persen nilai UPK seluruh
sebesar 0,4086 sedangkan syarat uji perolehan kembali nilai UPK rata-
memenuhi syarat uji akurasi sehingga data yang diperoleh dapat dikatakan
57
memberi hasil uji akurasi yang baik dan metode analisis dapat bekerja
cukup akurat dan memberi hasil yang baik untuk pengukuran sampel
pasar selanjutnya.
yang dilakukan didapat nilai koefisien variasi sebesar 0,4139% dan nilai
Maka dapat dilihat bahwa semua hasil uji hasil yang didapat
dikatakan valid dan dapat memberikan hasil yang baik dalam pengukuran
sampel selanjutnya.
secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan
disebabkan oleh kerusakan sel secara akut pada membran mukosa. Selain
58
(Dreisbach, 1971).
kadar berbeda tiap ml nya. Kadar formaldehid terbesar yaitu pada sampel
BAB VI
6.1. Kesimpulan
nilai koefisien korelasi (r) 0,9992 dan nilai koefisien variasi fungsi
11,2083g/ml.
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal dkk. 2005. Deteksi Formalin Dalam Ayam Broiler Dipasaran.
Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
Dir. Jen. POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal: 259-260; 676.
Dir. Jen. POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal: 1157
Dir. Jen. POM. 2001. Kodeks Makanan Indonesia Tentang Bahan Tambahan
Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 630, 665-669
Dir. Jen. POM. 2003. Formalin. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 3-20
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 18-19;199;456-474
Jon Compton, Bruce, et al. 1980. Jurnal of The mechanism of the reaction of the
Nash and the Sawicki aldehyde reagent. Department of Chemistry,
McGill University, 801 Sherbrooke St. W., Montreal, P.Q., Canada H3A
2K6.
Marliana, Herci. 2008. Optimasi Pereaksi. Skripsi FMIPA UI. Jakarta: UI. Hal: 5-
16
Pujaatmaka, Dr. A. Handayani dan Ir. L Setiono. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik edisi 4. Jakarta: EGC. Hal: 4-9
Purwoningsih, Eko. 2007. Cara Pembuatan Tahu dan Manfaat Kedelai. Bekasi:
Ganeca Exact. Hal: 5-7
Sihombing, Marice. 1996. Kandungan Zat Gizi Tahu Yang Direndam Dalam
Formalin. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Ed:24. Hal: 173-174
Sihombing, Marice dan Geertruida Sihombing. 1996. Nilai Biologik Tahu Yang
Direndam Dalam Formalin. Cermin Dunia Kedokteran No:111. Hal: 17-
19.
Windholz, Martha, et al. The Merck Index, 10th ed. Merck&Co, Inc. New York,
USA. 1983. Hal: 604-605
Winarno, F.G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Hal: 214, 224-225
LAMPIRAN
N= 7
Z1-/2 = 1,96
d = 0,1
P = 0,25
n = ??
n = N Z1-/2 P(1-P)
Nd+ Z1-/2 P(1-P)
Spectrum: FORMALIN
Comment: Panjang gelombang max formalin
Threshold: 0.1000
Abscissa units: nm
Ordinate units: A
1.00
0.9
0.8 412.73
0.7
0.6
0.5
A
0.4
315.89
0.3
0.2
0.1
0.00
300.0 320 340 360 380 400
nm
420 440 460 480 500.0
Larutan Pereaksi
150 gram
Diukur asam fosfat
ammonium asetat
(85%) sebanyak 11,8
dilarutkan dengan
ml
700 ml air
Dimasukkan
Ditambah 3 ml asam
kedalam labu ukur
asetat glasial
100 ml dan di ad
dengan aquades
hingga tanda batas
2 ml asetil aseton
Ad dengan air
hingga 1000 ml
68
Larutan Baku
Dipanaskan dalam
Di ad kan dengan 1,7 ml di ad 100ml penangas air suhu
aquadest pada labu aquadest dalam labu 37oC selama 30 menit
ukur 200 hingga tanda 100ml (100 ppm)
batas
Setelah dingin
2,5 ml di ad 100ml dimasukkan kedalam
Kocok hingga aquadest dalam labu labu ukur 25ml secara
homogen 100ml (150 ppm) kuantitatif. Volume
ditepatkan hingga
batas tanda
3,3 ml di ad 100ml
aquadest dalam labu
100ml (200 ppm) Kocok hingga
homogen
4,2 ml di ad 100ml
aquadest dalam labu
100ml (250 ppm)
5 ml di ad 100ml
aquadest dalam labu
100ml (300 ppm)
69
Disaring dangan
kain saring
Ampas dibuang
Hasil saringan
diendapkan dengan
batu tahu / CuSO4
Dicetak pada
Tahu cetakan tahu
Tahu dibagi 3
bagian
Ditambahkan
formaldehid
konsentrasi 125 ppm
Panaskan dalam
penangas air pada
suhu 37C selama 30
menit
Setelah dingin
masukkan ke labu
Amati serapannya Kocok homogen ukur 25 ml +
pada panjang aquadest hingga
gelombang tanda batas
maksimum
72
Panaskan dalam
penangas air pada
suhu 37C selama 30
menit
Setelah dingin
masukkan ke labu
Amati serapannya Kocok homogen ukur 25 ml +
pada panjang aquadest hingga
gelombang tanda batas
maksimum
Analisa Kuntitatif
Ditimbang 10 g
sampel kedalam labu
destilasi
Destilasi Uap
Destilat ditampung
kedalam labu ukur
100 ml yang telah
berisi 10 ml air
(ujung pendingin
harus tercelup)
Dipipet sejumlah
destilat dan Tambahkan air Panaskan dalam
dimasukkan kedalam hingga volumenya penangas air pada
tabung reaksi 10 ml dan 5 ml suhu 37oC selama 30
bertutup pereaksi Nash menit
Kekenyalan : kenyal
Warna : putih
Kekenyalan : kenyal
Kepadatan : padat
Sampel 2. Tahu JM
Warna : putih
Kekenyalan : kenyal
Sampel 3. Tahu NS
75
Kekenyalan : kenyal
Warna : coklat
Kekenyalan : kurang
Kepadatan : keras
Sampel 6. Tahu SS
Sampel 7. Tahu DS
Hasil blender dimasak Disaring dengan kain putih Hasil berupa susu kedelai
Ampas kedelai diperas Bubuk sioko dilarutkan air Dicampur kedalam susu kedelai
77
Proses penggumpalan Cetakan tahu dan kain putih Adonan tahu dituang
Tahu dicetak Kain dilipat dalam cetakan Diberi pemberat hingga mampat
Tabel 4. Hasil uji penetapan kadar formaldehid pada tahu pasar Ciputat
Berat sampel Kadar Kadar
Sampel Absorbansi Kadar rata-rata
(gram) (ppm) (rata-rata)
10,008 0,0000 -
Dianggap
Sampel 3 10,008 0,0021 3,1250 -
tidak terdeteksi
10,008 0,0009 2,7500
Gambar 11. Gambar alat yang digunakan dalam proses analisis sampel
81
100 0,3113
150 0,4523
200 0,6354
250 0,7937
300 0,9562
Keterangan :
Tabel 6. Data penentuan batas deteksi, batas kuantitasi dan koefisien variasi
fungsi Formaldehid
Konsentrasi Absorbansi
y y y (y y)
g/ml(ppm) (A) / y
Jumlah 0,00042294
S(y/x) = = = 0,00014098
S(y/x) = = = 0,011875
X = 98,69
84
Rata-rata
Absorban C UPK
C UPK
diperoleh (x x) ((x x))
(g/mL) (A) (g/mL) (%)
(%)
0,3339