Anda di halaman 1dari 26

2.

Gambaran jenis kelamin


penderita ISPA
HASIL PENELITIAN

Gambaran umur penderita ISPA Tabel 4.1


Distribusi Frekuensi Umur Responden di Jenis Kelamin
Puskesmas Lerep Frekuensi
Persentase (%)

Umur (tahun) Laki-laki


Frekuensi 58
Persentase (%) 44,3
1-2
43
32,6 Perempuan
2-4 73
69 55,7
52,7
4-5
19
14,5

Total
Total
131
131
100,0
100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa


distribusi umur sebagian dari responden berumur 1-2 Berdasarkan tabel 4.2 didapat
tahun sebesar 32,6% (43 orang), sebagian dari diketahui bahwa distribusi jenis
responden yang berumur 2-4tahun sebesar 52,7% (69 kelamin sebagian dari responden
orang), sedangkan responden yang berumur 4-5tahun adalah perempuan sebesar 55,7% (73
sebesar 14,5% (19 orang). orang), sedangkan sebagian dari
responden dengan jenis kelamin laki-
laki sebesar 44,3% (58 orang).

PEMBAHASAN
Analisis Univariat 1. Umur Dari hasil penelitian bahwa kelompok
umur 2-4 tahun merupakan terbesar
proporsinya (52,7%) sedangkan yang
terkecil kelompok umur 4-5 tahun
dengan proporsinya (14,5%).

Dari hasil yang diketahui bahwa


penderita ISPA paling banyak terdapat
pada kelompok umur 2-4 tahun.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa
terjadinya penyakit ISPA lebih tinggi
pada golongan umur 2-4 tahun
dibandingkan dengan golongan umur
1-2 tahun dan 4-5 tahun. Hal ini
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
balita itu sendiri, karena pada dasarnya
usia anak dengan usia kurang dari 5
tahun sangat mudah terserang penyakit
infeksi karena anak sudah mulai aktif
untuk mencari tau hal-hal yang baru.

Dapat pula terjadi karena anak usia


lebih 2 tahun sampai 5 tahun sudah
banyak terpapar oleh lingkungan luar
dan kontak dengan penderita ISPA
lainnya, sehingga memudahkan anak
untuk menderita ISPA. Menurut
Meadow & Simon (2005), insiden
penyakit pernafasan oleh virus
melonjak pada bayi dan anak usia dini.
Penyakit ISPA pada umumnya infeksi
pertama yang menyerang bayi dan
balita. Dari hasil penelitian dalam
Lismartina (2000) menjelaskan bahwa
umur lebih 2 tahun sampai 5 tahun
mempunyai risiko menderita ISPA
lebih besar di banding anak umur 2
bulan sampai kurang 1 tahun.

2. Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian bahwa jenis


kelamin perempuan merupakan yang
terbesar proporsinya (55,7%) sedangkan proporsi Dari hasil penelitian di atas dapat
jenis kelamin laki-laki (44,3%). disimpulkan bahwa penyakit ISPA
dapat mengenai balita baik perempuan
maupun laki-laki namun presentase
perempuan lebih besar sedikit
dibandingkan dengan laki-laki.

Gambaran Umur dan Jenis Kelamin Penderita ISPA Pada Balita Di Puskesmas Lerep Kabupaten
Semarang

Beberapa hasil penelitian dalam Lismatina Jenis kelamin balita perempuan yang menderita ISPA
(2000) menjelaskan bahwa jenis kelamin yang di Puskesmas Lerep mempunyai presentase paling
menentukan faktor gizi internal yang tinggi yaitu 55,7% yaitu sebanyak 73 balita.
menentukan kebutuhan gizi sehingga pada
gilirannya ada keterkaitan antara jenis kelamin
dengan keadaan gizi. Seperti penelitian Saran
Chen(1992)di Bagdad dan India, menunjukkan
bahwa keadaan gizi balita perempuan selalu 1. Bagi Puskesmas dan Tenaga
lebih rendah dibandingkan laki-laki. Selain itu,
penelitian yang dilakukan Malahayati (1992) di
Sumatera Selatan, menunjukkan bahwa Kesehatan.
presentasi laki-laki status gizi baik cenderung
lebih tinggi dari pada perempuan, baik yang
tinggal di daerah pedesaan ataupun perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian, balita yang rentan
Perbedaan prevalensi antara kedua jenis terkena ISPA supaya meningkatkan daya tahan tubuh
kelamin belum dapat dijelaskan secara pasti atau memperbaiki gizi dengan makan makanan yang
apakah karena faktor genetik atau perbedaan bergizi, minum cukup dan istirahat cukup. Kunjungi
dalam hal perawatan atau pemberian makanan. pelayanan kesehatan atau beri pengobatan bila mulai
muncul tanda-tanda ISPA serta pastikan anak
mendapatkan imunisasi lengkap
KESIMPULAN DAN SARAN
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kesimpulan

Umur balita 25-48 bulan yang menderita ISPA


di Puskesmas Lerep mempunyai presentase
paling tinggi yaitu 52,7% yaitu sebanyak 69
balita
Diharapkan dapat meneliti lebih lanjut tentang Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta :
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
ISPA pada balita
Depkes.

DAFTAR PUSTAKA
Halim, D. 2000. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta :

Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. 2007. Hasil Riset dan Hipokrates.
JusatKesehatan Dasar

Indriyani, W. 2008. Panduan Praktis Mendidik Anak


(RISKESDAS) Nasional. Cerdas Intelektual dan Emosional. Logung Pustaka.
Yogyakarta.

Depkes RI. 1992. Pedoman Pemberantasan


Jamal, S. 2000. Indikator Kesehatan. Buletin
Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA).


Kesehatan.

Jakarta.
Jelliffe DB, EFP Jelliffe. 1989. Community

Nutritional Assesment with


Depkes RI. 2002. Pedoman pemberantasan
penyakit infeksi saluran pernapasan akut untuk SpecialReference to Less
penanggulangan pneumonia pada balita .
Jakarta: Departeman Kesehatan Republik Technically Developed
Indonesia.
Countries. Oxford. Oxford

Depkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian


Universitas Press.
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita.
Jakarta.
Juliastuti P, Tri. 2002. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen
Gambaran Umur dan Jenis Kelamin Penderita ISPA Pada Balita Di Puskesmas Lerep Kabupaten
Semarang

pneumonia
balita

di
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian

Puskesmas Cisaga Kabupaten


kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ciamis.
Tesis
FKM
UI.
Nursalam. (2003).
Konsep
&
Penerapan

Depok.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Jusat. 1992-faktoryang. berkaitanFaktor
Keperawatan

:Pedoman

dengan gangguan pertumbuhan


Skripsi, Tesis,
dan
Instrumen

anak
balita
(analisis
data
Penelitian

Keperawatan.

SUSENAS

1997),

Gizi
Jakarta. Salemba Medika.

Indonesia hal 34-49


Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan

Kazi. 2009.
Risk Factors for Acute
Akut

(ISPA)

dan

Respiratory
Infections

(ARI)
penanggulangannya.Retrieve:A

Among
Children
Under
Five
pril18,2015,from

Years
in Bangladesh. Journal
http://www.google.com/searchX

of Scientific Journal no 72-81


?q=ca

ISSN : 2070-0237.

che:7PY7lGw31NYJ:library.us

Kusnoputranto,
H.
1995.
Kesehatan
u.ac.i
d/modules.php%3Fop%3Dmod

Lingkungan.

Fakultas

load %26name%3D

Kesehatan
Masyarakat.

Universitas

Indonesia.
Santoso, S. Ranti, A.L. 2009. Kesehatan dan

Depok.
Gizi. Departemen
Pendidikan

Lismartina.
2002.

Faktor-faktor

yang
dan
Kebudayaan dan Rineka

Cipta. Jakarta.

Berpengaruh

Terhadap
Terjadinya KEP
Pada
Anak
Sugiyono.(2011).MetodePenelitian

Balita
di
Kecamatan
Tebet,
Kualitatif, Kuantitatif Dan R &
Jakarta

Selatan.

Skripsi
D . Bandung : Alfabeta

FKM-UI. Jakarta.

Sulistyonigsih &

Redi
Rustandi.
2010.
Maryunani, A.
2010. Ilmu Kesehatan anak
Faktor-faktor

yang

Dalam
Kebidanan.

Jakarta.
berhubungan dengan kejadian

Trans Info Media

ISPA pada balita di Wilayah

Muttaqin, A.
(2008). Buku
Ajar
: Asuhan
Kerja Puskesmas DTP Jamanis
Kabupaten Tasikmalaya
tahun

Keperawatan
Klien

dengan

2010. Tesis FKM

Gangguan
Sistem
Pernafasan.
Jakarta

:
Penerbit
Salemba
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Keperawatan

Medika.

Anak.
Editor
Monica
Ester.

Nelson. (2003). Ilmu kesehatan anak. Jakarta:


Jakarta :EGC.
EGC

Tim Surkenas. 2002. Survei Kesehatan

Nasional 2001. Laporan Studi


Nurul Khaerani.
2012. Beberapa

Faktor

yang
Berhubungan

dengan
Mortalitas 2001. Pola Penyakit

Penyebab
Kematian
di

Kjadian
ISPA
pada
Balita di
Indonesia.
Jakarta
:
Badan

Wilayah

Kerja
Puskesmas

Penelitian dan
Pengembangan
Lerep
Kabupaten
Semarang.
Departemen

Skripsi

PSKM
Stikes
Ngudi
Kesehatan

Kesehatan RI.

Waluyo Ungaran.
The Internasional Bank for Recontrustruction

and
development/The
World

Gambaran Umur dan Jenis Kelamin Penderita ISPA Pada Balita Di Puskesmas Lerep Kabupaten
Semarang
Bank. 2006. Disease Control

Priorities in Developing

Countries. Oxford University

Press, New York.

World Health Organization. 2005, Health,

Poverty and MDG [on line].

Dari:

http://www.wpro.who.int/ [ 10

Agustus 2015].

WHO. 2007. Infection Prevention an Control

of Epidemic-and Pandemic-

Prone Acute Rrespiratory

Diseases in Health Care.

Jenewa.
Gambaran Umur dan Jenis Kelamin Penderita ISPA Pada Balita Di Puskesmas Lerep Kabupaten
Semarang

Anda mungkin juga menyukai