Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kredit

12.1 Arti Penting Kredit

Pengertian Analisis Kredit

Penilaian atau analisis kredit adalah semacam studi kelayakan (

feasibility Study

) atas perusahaan pemohon kredit. Penilaian kredit adalah Suatu kegiatan pemeriksaan, penelitian, dan
analisa terhadap kelengkapan, keabsahan, dan kelayakan berkas/surat/data permohonan kredit calon
debitur hingga dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut diterima atau ditolak. Analisa
kredit adalah pekerjaan yang meliputi: 1.

Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non
keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan
kredit. 2.

Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian
alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari
permohonan kredit nasabah. Dari Pengertian tersebut dapat disimpulkan, pengertian penilaian atau
analisis kredit adalah Suatu kegiatan analisa/penilaian berkas/data dan juga berbagai aspek yang
mendukung yang diajukan oleh pemohon kredit, sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan
apakah permohonan kredit tersebut diterima atau ditolak.

12.2 Jenis-Jenis Kredit

1. Berdasarkan Sifat Kegunaan

Kredit pada dasarnya memiliki tujuan atau penggunaan terhadap memenuhi kebutuhan manusia. Dilihat
dari sifatnya dapat dikategorikan sebagai jenis kredit yang konsumtif maupun produktif tergantung dari
perlakuannya. Berikut jenis-jenis kredit berdasarkan kegunaannya, yaitu. (baca juga : macam kredit
pasif , Unsur Unsur Kredit )

Kredit Modal Kerja. Adalah kredit yang tujuannya digunakan sebagai modal kerja atau kegiatan usaha,
baik untuk memulai usaha maupun memperluas usaha. Dilihat secara kegunaan jenis kredit ini termasuk
dalam kategori jenis kredit produktif, karena tujuannya untuk menciptakan kegiatan usaha dalam rangka
menghasilkan sebuah produk barang dan jasa yang bermanfaat sehingga menghasilkan keuntungan dari
penyelenggaraan kegiatan tersebut. (baca juga : manfaat ekonomi mikro , Cara Mendapatkan Modal
Usaha)
Kredit Investasi. Merupakan jenis kredit yang digunakan untuk kegiatan berinvestasi. Jenis kredit ini
sifatnya produktif, yaitu memberikan keuntungan dari kegiatan berinvestasi. Jika dilihat dari namanya
yaitu investasi, dapat dikatakan secara umum jenis kredit ini berkaitan dengan jangka waktu yang relatif
lama, baik dari segi perolehan keuntungan maupun pengembaliannya. Contoh penggunaan jenis kredit
ini adalah untuk investasi perkebunan kelapa sawit atau karet yang umumnya membutuhkan waktu lama
untuk menunggu waktu panennya. (baca juga : instrumen investasi , Keuntungan Investasi Properti)

Kredit Konsumtif. Dibandingkan dengan dua jenis kredit lainnya, kredit ini memiliki fungsi yang sangat
bertolak belakang. Sesuai dengan namanya jenis kredit ini digunakan untuk keperluan konsumtif atau
digunakan untuk mencukupi kebutuhan yang sifatnya personal, yaitu seperti untuk kepemilikan rumah
tinggal atau kendaraan pribadi. (baca juga : manfaat ekonomi kreatif )

2. Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian

Setiap kredit yang diberikan memiliki ikatan perjanjian yang memuat tentang kesanggupan membayar
dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu pengembalian biasanya disesuaikan dengan besarnya kredit
yang diberikan. Berikut jenis kredit dilihat dari sisi jangka waktu pengembaliannya, yaitu. (Baca Juga:
Jenis Reksadana , Investasi Reksadana Syariah)

Kredit Jangka Pendek. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu pengembalian rata-rata dalam 1
tahun. Kredit jangka pendek umumnya diberikan untuk kegiatan yang bersifat menghasilkan keuntungan
dalam waktu yang relatif singkat, contohnya kredit untuk pertanian yang dalam 1 musim bisa melakukan
panen lebih dari 1 kali. (Baca Juga: Kartu Kredit Luar Negeri)

Kredit Jangka Menengah. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya maksimal 3 tahun. Kredit ini
biasanya digunakan untuk membantu permodalan kegiatan usaha UKM dengan nilai kredit yang tidak
terlalu besar, umumnya dibawah 100 juta. (Baca Juga: Jenis Instrumen Pasar Modal )

Kredit Jangka Panjang. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang lebih dalam 5 tahun, bahkan
bisa lebih lama lagi. Kredit ini dikhususkan untuk membiayai kegiatan usaha yang membutuhkan
pengembalian modal yang secara perhitungan cukup lama memberikan keuntungan, seperti industri
kelapa sawit dan karet. (Baca Juga: Fungsi Ilmu Ekonomi Regional dalam Perencanaan Pembangunan
Wilayah)

3. Berdasarkan Cara Pemberiannya

Kredit ini dilihat dari aliran dana yang diberikan antara pihak peminjam dan pihak pemberi pinjaman dan
mekanisme didalamnya. Berikut jenis kredit berdasarkan cara pemberiannya, yaitu.

Kredit Aksep. Merupakan kredit yang paling umum ditemui dan dikenali oleh masyarakat luas, yaitu
kredit yang diberikan oleh bank. Dilihat dari kegiatan perbankan, sistem inilah yang memberikan
keuntungan cukup besar dari keseluruhan pendapatan bank per tahunnya. (Baca Juga: Bank Dengan
Bunga Deposito Tertinggi )
Kredit Penjual. Kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli, dimana barang diterima terlebih
dahulu dan cara pembayaran dapat dilakukan secara tertahan. Umumnya yang melakukan kegiatan
seperti ini adalah transaksi antara supplier dengan distributor atau transaksi yang umumnya terjadi di
pasar grosir. (Baca Juga: Ciri Pasar Modal )

Kredit Pembeli. Kredit yang pembayaran dilakukan di awal, atau umumnya disebut dengan pemberian
uang muka, sedangkan barang yang akan diterima akan diberikan kemudian hari. Jika ingin melakukan
belanja barang-barang impor umumnya cara yang demikian yang sering digunakan oleh para penjual
barang impor atau biasanya cara ini digunakan untuk menawarkan program pre-order terhadap produk-
produk langka atau produk soft launching. (Baca Juga: Produk produk Bank Syariah)

4. Berdasarkan Sektor Perekonomian

Kredit yang diberikan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian di sektor tertentu untuk
meningkatkan produktivitas produksi yang biasanya bertujuan untuk kegiatan ekspor. Berikut jenis-jenis
kredit berdasarkan sektor perekonomian, yaitu.

Kredit Pertanian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan
perikanan. Biasanya kredit ini diberikan bersamaan dengan program penyuluhan perbaikan kualitas atau
peningkatan kemampuan masyarakat dari pemerintah atau lembaga tertentu. (baca juga : peran
pemerintah sebagai pelaku ekonomi)

Kredit Perindustrian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan industri, baik untuk skala kecil, menengah,
atau besar. Tujuan penggunaan kredit ini biasanya memiliki dua alasan yaitu untuk perluasan kegiatan
usaha atau produksi dan untuk membuka usaha baru. (Baca Juga: Manfaat Internet Untuk Ekonomi )

Kredit Pertambangan. Kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan pertambangan dengan jangka
waktu yang lama, seperti batu bara, emas, dan minyak. (baca juga : cara investasi emas untuk pemula )

Kredit Ekspor Impor. Kredit yang digunakan untuk kegiatan ekspor impor, yaitu dengan memberikan dana
kepada eksportir maupun importir untuk menghasilkan barang yang memiliki demand yang tinggi
sehingga memberikan keuntungan maksimal. (baca juga : manfaat ekspor impor )

Kredit Koperasi. Kredit yang diberikan untuk berbagai jenis koperasi baik dalam rangka mengerakkan
fungsi pendanaan kepada anggota atau permodalan baru sehingga menambah pelayanan kepada
anggota atau masyarakat luas. (baca juga : peranan koperasi simpan pinjam )

Kredit Profesi. Kredit yang diberikan khusus untuk para professional, yaitu guru, dokter, karyawan swasta.
Biasanya sudah terdapat desain khusus dari pemerintah untuk pelayanan jenis ini.

Kredit Perumahan. Kredit ini termasuk jenis yang paling sering diminati dan dicari oleh keluarga baru,
yaitu kredit yang digunakan untuk pembelian rumah baru atau pembiayaan pembangunan. (Baca Juga:
Cara Menghitung NJOP )

5. Berdasarkan Bentuk Jaminan atau Agunan


Untuk memberikan rasa aman dalam memberikan kredit dibutuhkan sebuah jaminan agar kedua belah
pihak memiliki rasa tanggungjawab terhadap kewajiban masing-masing. Jenis kredit berdasarkan bentuk
jaminannya, yaitu.

Kredit Jaminan Orang. Pemberian kredit dengan jaminan seseorang, kredit yang semacam ini biasanya
bersifat kekeluargaan yang antara masing-masing pihak menaruh kepercayaan penuh.

Kredit Jaminan Efek. Kredit yang jaminannya berupa saham atau surat berharga tertentu.

Kredit Jaminan Barang. Kredit yang jaminannya berbentuk barang bergerak, barang tetap, dan logam
mulia.

Kredit Jaminan Dokumen. Kredit yang menggunakan jaminan berupa dokumen, seperti L/C (Letter of
Credit), sertifikat tanah, dan BPKB.

6. Berdasarkan Tingkat Golongan Ekonomi

Dengan melihat kemampuan financial atau asset seseorang akan menjadi dasar dalam menentukan
tingkat dan jenis kredit yang akan diberikan. Berikut jenis kredit berdasarkan tingkat golongan
ekonominya, yaitu.

Kredit Golongan Ekonomi Lemah. Kredit yang khusus diberikan untuk pengusaha yang memiliki jumlah
kekayaan total dibawah 600 juta (belum termasuk nilai kekayaan properti), contohnya untuk usaha KUK
dan KUT. (Baca Juga: Penyebab Terjadinya Inflasi )

Kredit Golongan Ekonomi Menengah dan Konglomerat. Kredit yang diberikan untuk pengusaha yang
memiliki jumlah kekayaan diatas 600 juta, umumnya yang tergolong dalam kelompok ini adalah para
developer dan pengusaha besar. (Baca Juga: Sumber Keuangan Perusahaan )

7. Berdasarkan Cara Penarikan dan Pelunasan

Setiap kredit yang diberikan memiliki mekanisme tersendiri dalam proses penarikan dan pelunasannya.
Berikut 2 jenis kredit jika dilihat berdasarkan cara penarikan dan pelunasannya, yaitu.

Kredit Rekening Koran. Kredit yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam penarikan maupun pelunasan,
sehingga pembayaran dapat dilakukan sewaktu-waktu. Cara penarikannya bisa dengan cara cek , bilyet,
giro, dan pemindahbukuan. Sedangkan pelunasannya dapat dilakukan dengan cara pembayaran secara
berangsur-angsur. Perhitungan bunga disesuaikan dengan jumlah pinjaman per harinya dan
penarikannya harus mendapat persetujuan plafond kredit terlebih dahulu. (baca juga : bank dengan
bunga deposito tertinggi )

Kredit Berjangka. Kredit yang nilainya dapat ditarik sesuai dengan jenis plafondnya. Cara pelunasannya
diatur dalam perjanjian yang disepakati bersama, umumnya pelunasan dilakukan setelah tenggang
waktu kredit telah berakhir dan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau angsuran.

12.3 Perhitungan Kebutuhan Kredit


Perhitungan Kebutuhan Kredit

Cara perhitungan kebutuhan kredit tergantung pada jenis kredit yang akan diberikan. Apabila kredit
tersebut berupa kredit jangka pendek (kredit modal kerja), maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari
budget kas, atau dengan menggunakan metode perputaran modal kerja (gross working capital turnover)
sebagai berikut :

(1)

Pada tingkat penjualan sekarang :

Penjualan Bersih =

Perputaran Modal Kerja

Rp .................................

(2)

Untuk tambahan penjualan yang direncanakan :

Tambahan penjualan =

Perputaran Modal Kerja

Rp ................................. (+)

(3)

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan

Rp .................................

(4)
Modal kerja yang dimiliki sekarang

Rp ................................. (-)

(5)

Jumlah kredit yang dapat dipertimbangkan

Rp .................................

Apabila jenis kredit yang diberikan adalah kredit jangka panjang (misalnya kredit investasi), maka
kebutuhan kredit dapat diketahui dari Budget Modal (capital budgeting) atau dari rencana penggunaan
kredit yang diajukan oleh pemohon kredit.

12.4 Analisis Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama. Biasanya kriteria penilaian
yang umum harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk
diberikan, dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.

1. Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari seseorang yang akan diberikan
kredit benar-benar harus dipercaya. Dalam hal ini bank meyakini benar bahwa calon debiturnya memiliki
reputasi baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas,
misalnya penjudi, pemabuk, atau penipu. Untuk dapat membaca sifat atau watak dari calon debitur
dapat dilihat sari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang
bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa
sosial.
2. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Bank harus
mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis usahanya dari waktu
ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali
atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon
debitur. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.

3. Capital

Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelola calon debitur. Bank harus
meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Untuk melihat penggunaan modal apakah
efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan
melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4. Condition

Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan
prospek usaha calon nasabah. Penilaian kondisi dan bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar
memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun yang
nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian
sebagai berikut:

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun
kepribadiaannya di masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan


modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Perpose

Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan
nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah
untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak dengan
kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber
mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan
semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

6. Profitabillity

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari
periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan
kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan,
sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat
berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

12.5 Kebijakan Kredit Perdagangan


Secara umum kredit perdagangan menurut Kasmir (2013: 243-250) diartikan sebagai: Penjualan barang
di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara
penjual dan pembeli untuk jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya.

Dari pengertian ini terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara kredit adanya suatu kesepakatan
untuk melakukan transaksi. Di dalam kesepakatan tersebut tertuang hak dan kewajiban masing-masing
pihak. Misalnya, jumlah yang harus dibayar pihak penerima berikut jangka waktu pembayaran. Di
samping itu, adanya kebijakan terhadap penjualan kredit tersebut apabila misalnya dilunasi sebelum
jangka waktunya.

Untuk perusahaan dagang pengaruh dari hasil penjualan kredit ini akan terlihat komponen pos piutang
di aktiva lancar bagi perusahaan yang menjual barang. Sebaliknya bagi perusahaan yang membeli secara
kredit, maka akan terlihat di sisi pasiva pada pos utang dagang.

Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka perusahaan dagang perlu menetapkan
kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar penjualan kredit yang diberikan akan memberikan
keuntungan seperti yang diinginkan. Penundaan atau keterlambatan pembayaran oleh debitur akan
merugikan perusahaan pemberi, apalagi debitur yang tidak mampu untuk mengembalikannya. Oleh
karena itu, dalam memberikan atau menjual barang secara angsuran ada beberapa kebijakan yang harus
dilakukan. Kebijakan kredit ini meliputi

Standar Kredit

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang
akan diberi kredit dan berapa jumlah yang harus diberikan.[4] Dengan adanya standar tersebut,
perusahaan dapat meningkatkan penjualannya melalui penjualan secara kredit namun tidak
menimbulkan resiko piutang tak tertagih yang berlebihan. Perusahaan harus menentukan standar kredit
yang tepat, yang lebih besar manfaat yang akan diperoleh bagi perusahaan daripada biaya akan
dikeluarkan perusahaan dengan adanya standar tersebut.

Berikut contoh perubahan standar kredit pada perusahaan bigboss yang saat ini sedang
mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan penjualan yang semula tunai dengan kredit. Dengan
perubahan ini diharapkan meningkat Rp300.000.000,-. Biaya variabel per unit adala 75% dari harga jual,
dengan demikian contribution margin per unit adalah 25%. Tingkat keuntungan yang disyaratkan 20%.
Periode pengumpulan piutang 60hari dan diasumsikan satu tahun 360 hari. Diperkirakan bed-debt 7%.

Persyaratan Kredit
Syarat kredit atau credit term adalah kondisi pembayaran kredit yang ditawarkan kepada pelanggan;
syarat kredit meliputi periode kredit dan potongan tunai. Periode kredit adalah jangka waktu dimulai
dari ketika kredit diberikan, setelah itu kredit dianggap tertunggak. Secara umum, periode kredit dimulai
pada tanggal yang tertera di faktur, tapi tergantung dari standar tiap industri, periode pembayaran bisa
dimulai ketika barang diangkut, ketika barang diterima pembeli, pada awal bulan, pada akhir bulan, pada
tengah bulan, atau pada waku-waktu tertentu sesuai syarat kredit.

Dalam syarat kredit ini ditentukan jangka waktu kredit yang diberikan kepada pelanggan dan besar cash
discount yang diberikan seandainya konsumen tersebut membayar lebih cepat atau sebelum suatu
tenggang waktu tertentu berakhir. Sebagai contoh 2/10, n/40, persyaratan ini menunjukkan bahwa
langganan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan selama 40 hari dan
apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka aka mendapatkan potongan tunai sebesar 2%.

Pengumpulan Piutang

Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang menurut Sartono (2014: 435-436) mencakup beberapa
keputusan: (1) kualitas account accepted, (2) periode kredit, (3) potongan tunai, (4) persyaratan khusus
dan (5) tingkat pengeluaran untuk pengumpulan piutang.

Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, maka perusahaan perlu mengambil tindakan
nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak macet. Tindakan atau kebijakan yang dapat
dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pertama, melalui teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon. Teguran ini dapat bersifat
mengingatkan, misalnya sebelum kredit jatuh tempo pelanggan ditelpon dengan teguran halus.
Kemudian teguran dapat pula bersifat menyuruh nasabah untuk segera membayar dan memastikan
tanggal kapan pelanggan akan dibayar.

Kedua, apabila melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi, maka perusahaan
dapat menyerahkannya ke badan penagih (collection agency) semacam debt collector untuk menagih
kredit tersebut hingga tertagih

Anda mungkin juga menyukai