Anda di halaman 1dari 4

1. Bagaimana Standar pelayanan keselamatan di rumah sakit?

a. Hak pasien:
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan KTD
b. Mendidik pasien dan keluarga:
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tangung
jawab pasien dalam asuhan pasien
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:
Rumah sakit menjamin keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antarunit pelayanan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien:
Rumah sakit harus mendisain proses baru atau memperbaiki proseS yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:
- Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS
- Pimpinan menjamim berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD
- Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan ttg keselamatan pasien
- Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan
meningkatkan kinerja rumahsakit serta meningkatkan keselamatan pasien
- Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumahsakit dan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
- Rumahsakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
- Rumahsakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:
- Rumahsakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
- Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
2. Apa saja macam insiden keselamatan pasien ?
- Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident
Setiap adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lainlain) yang tidak
seharusnya terjadi.
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (omission), bukan
karena underlying disease atau kondisi pasien.
- Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss
Suatu Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan
cedera pada pasien.
- Kejadian Tidak Cedera (KTC)
insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi
karena "keberuntungan" (misal; pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
- Kondisi Potensial Cedera (KPC) / reportable circumstance
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
- Kejadian Sentinel (Sentinel Event) :
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya)
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang
serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
3. Apa macam-macam medical error ?
Secara teknis medical error dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a. error of omission : contoh Kesalahan dalam mendiagnosis, keterlambatan dalam
penanganan pasien atau tidak meresepkan obat untuk indikasi yang tepat
b. error of commission. : contoh kesalahan dalam memutuskan pilihan terapi,
memberikan obat yang salah, atau obat diberikan melalui cara pemberian yang
keliru. Kebiasaan untuk meresepkan antibiotika pada penyakit-penyakit ringan
(minor ailment) atau memberikan obat per injeksi padahal pemberian secara oral
lebih aman,
Berdasarkan proses terjadinya, medical error dapat digolongkan sebagai
a. Diagnostik, antara lain berupa: kesalahan atau keterlambatan dalam menegakkan
diagnosis, tidak melakukan suatu pemeriksaan padahal ada indikasi untuk itu,
penggunaan uji/pemeriksaan atau terapi yang sudah tergolong usang atau tidak
dianjurkan lagi.
b. Treatment, di antaranya adalah kesalahan (error) dalam memberikan obat, dosis
terapi yang keliru, atau melakukan terapi secara tidak tepat (bukan atas indikasi).
c. Preventive. Dalam kategori ini termasuk tidak memberikan profilaksi untuk situasi
yang memerlukan profilaksi, dan pemantauan atau melakukan tindak lanjut terapi
secara tidak adekuat.
d. Lain-lain, misalnya adalah kegagalan dalam komunikasi, alat medik yang
digunakan tidak memadai, atau kesalahan akibat kegagalan sistem (system
failure).
4. Bagaimana staregi sistem patient safety di rumah sakit ?
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien:
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
b. Pimpin dan dukung staf anda:
Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tetnagn keselamatan pasien
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko:
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan
kajian hal yang potensial bermasalah
d. Kembangkan sistem pelaporan:
Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada KKPRS
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien:
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien:
Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:
Gunakan infromasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan sistem pelayanan
5. Apa hubungan dari manajemen rumah sakit terhadap adanya medical error, insiden
keselamatan pasien, patient safety dan customer focused services?
6. Bagaimana penerapan customer focused services di rumah sakit?
Dalam konteks mengetahui seberapa baik kualitas pelayanan yang diselenggarakan
organisasi penyelenggara pelayanan, Zeithaml, et al, (1990:23) mengemukakan
dimensi-dimensi kualista pelayanan sebagai berikut:
a. Tangibles, yaitu kualitas pelayanan berupa sarana fisik penyelenggara, peralatan,
dan penampilan aparat.
b. Reliability yaitu kemampuan dan keandalan menyediakan pelayanan yang
terpercaya;
c. Responsiveness yaitu kesanggupan membantu dan menyediakan pelayanan
secara cepat, tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen;
d. Assurance yakni kemampuan dan keramahan serta sopan santun petugas dalam
meyakinkan kepercayaan kostumer;
e. Empathy yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari aparat terhadap kostumer.
7. Mengapa perlu diterapkan customer focused services di rumah sakit?
8. Apa yang dimaksud cross infection dan bagaimana cara pencegahannya?
Infeksi silang adalah penularan penyakit infeksi yang terjadi dari pasien ke
operator atau sebaliknya, perpindahan mikroorganisme juga dapat berpindah
dari alat ke pasien, dari alat ke operator ataupun sebaliknya.
Infeksi dapat tersebar melalui beberapa cara. Berikut merupakan cara
penyebaran infeksi pada kedokteran gigi :
a. Kontak secara langsung, ketika menyentuh darah pasien atau cairan tubuh
lainnya. Contok hepatitis
b. Kontak secara tidak langsung, ketika menyentuh permukaan yang
terkontaminasi atau instrumen yang terkontaminasi. Contoh dari alat yang telah
digunakan pada pasien hepatitis yang kemudian dipegang operator tanpa
perlindungan diri
c. Infeksi yang berupa percikan (droplet infection), infeksi dapat terjadi ketika
percikan mengenai permukaan mata, hidung, atau mulut. Contoh percikan
kalkulus
d. Penyebaran melalui parenteral, ketika kulit tertusuk jarum suntik, kulit
terluka, kulit tergores dan gigitan manusia.
9. Bagaimana implementasi dokter gigi dalam mencegah cross infection pada tenaga
kesehatan dan pasien?
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang wajib dilaksanakan oleh
tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia melipu:
1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi.
A. Kewaspadaan Standar.
a. Kebersihan tangan.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Manajemen limbah dan benda tajam.
Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yang berlaku.
Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk limbah
infeksius dan warna hitam untuk limbah non infeksius.
d. Manajemen lingkungan.
Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan disinfektan
untuk pembersihan permukaan lingkungan.
e. Penanganan linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit).
Segera gan linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau
bahan infeksius lainnya.
Ganti linen diantara pasien.
f. Peralatan perawatan pasien.
g. Perlindungan kesehatan karyawan.
h. Penyuntikan yang aman.
- Jangan memberikan obat-obatan dari satu jarum suntik ke beberapa
pasien walaupun jarumnya diganti
- Gunakan single dose vial untuk parenteral obat-obatan jika
memungkinkan.
i. Etika batuk.
- Tutup mulut & hidung saat batuk/ bersin dengan tisu.
- Buang tissu ke tempat limbah.
- Lakukan kebersihan tangan.
- Jika tissu tidak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lengan bagian
dalam.
B. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi.
a. Transmisi airborne/udara.
- Gunakan masker N95/respiratorik
- Segera lepas selesai tindakan
b. Transmisi droplet/percikan.
- Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah
- Segera lepaskan selesai tindakan
c. Transmisi kontak.
- Gunakan sarung tangan dan gaun
- Segera lepaskan selesai tindakan

Anda mungkin juga menyukai